Kampung Kardus
Kampung Kardus
Kampung Kardus
Sutradara:
Teguh Budiyono
Nama Anggota:
1. Adijaya Singgih
4. Fida Munawaroh
5. Endang Suhartatk
6. Wahyu
7. Rahmat Arifin
8. Arif K
9. Martsilia Ades
12. Suheri
KONSEP CERITA
Konsep cerita dalam “ Kampung Kardus“ adalah sejenis drama realist, mengangkat kisah kehidupan
sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Cerita ini merupakan salah satu cerita yang diambil dari
kumpulan drama-drama dari fakultas bahasa dan seni. Dan naskah ini telah kami rangkai dan kami revisi
sedemikian rupa agar menarik bagi penonton.
KARAKTERISASI
Karakter : Orang yang licik, tukang korupsi, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai segala
sesuatu.
Karakter : Orang yang mempunyai sikap halus, sopan, dan tdak mudah marah.
Karakter : Orang yang selalu pasrah dengan keadaan yang ada (nerimo)
Karakter : Orang yang berwatak keras, kejam, tdak mau tahu dengan keadaan.
Suheri sebagai Preman 2
Karakter : Orang yang berwatak keras, kejam, tdak mau tahu dengan keadaan.
Karakter : Orang yang licik, menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan.
SINOPSIS CERITA
Cerita ini mengkisahkan sekelompok masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung dan
tnggal di suatu kampung yang dianami “Kampung Kardus”, rumah-rumah dikampung ini semuanya
adalah rumah semi permanen yang dibangun dari dinding seadanya. Kehidupan dikampung ini sangat
sederhana dan miskin, namun mereka masih berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan ada yang
meninggalkan kampung dan menjadi TKI dan ada yang bersekolah meski hanya seorang dan itupun
dilakukan dengan berhutang. Masyarakat yang tnggal dikampung ini kebanyakan masih buta aksara
karena kemiskinan yang mendera mereka hanya mengandalkan hasil memulung untuk kehidupan sehari-
hari, meskipun begitu warga dikampung ini sangat rukun. Konflik dimulai ketka datang kontraktor yang
hendak membangun kampung kardus menjadi perumahan elit. Pertentangan antara warga dan lurah
terjadi manakala uang gant rugi yang disanggupi dirasa belum sesuai dengan yang diharapkan warga
karena kecurangan yang dilakukan oleh lurah dan carik. Akhirnya perwakilan warga kembali berunding
namun belum terjadi kesepakatan malahan tokoh Sit yang merupakan perwakilan dari warga juga
bersekongkol dengan lurah supaya warga mau dipindah, namun semua tdak sejalan dengan harapan Sit,
Pak Lurah yang dianggap akan memberikan imbalan baginya justru malah menipunya. Suatu ketka
datang preman orang-orang dari Pak Lurah untuk mengusir warga yang tdak mau pindah, kericuhanpun
terjadi dikampung ini akibat ulah preman yang membuat warga ketakutan dan pergi. Denok yang
dulunya pergi menjadi TKI datang dan pulang kerumahnya, namun yang didapat hanya kampung yang
sepi dan hancur, tdak ada lagi orang2 yang ramai memilah hasil pulungan, tdah ada lagi sahabatnya si
Neneng, yang tersisa hanya Sit dan Surt yang menjadi gila karena ditnggal pacarnya. Semua warga
meninggalkan kampung karena kecewa kepada Sit.
ALUR
KONSEP PANGGUNG
Dalam cerita ini terdiri dari 1 babak, konsep panggung drama ini adalah panggung prosenium dimana
panggung ini berada di dalam ruangan lengkap kebutuhan pementasan sepert tor mentor, setwing,
backdrop, sengaja kami buat sesederhana mungkin tetapi tdak mengurangi kesesuaian dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun poerpert yang kami pakai sebagai berikut :
Rumah-rumahan kumuh.
1 buah koper sebagai pendukung TKI yang datang dari luar negeri.
Bambu Tua.
KONSEP BUSANA
4. Mbok Rahmi memakai baju daster tambal dengan kain jarik usang.
5. Denok memakai baju kaos usang dan kemudian bergat dengan baju ala TKI baru datang dari luar
negeri lengkap dengan koper.
7. Neneng memakai baju kaos usang, kemudian bergant baju yang bersih karena bergant profesi
sebagai tukang sayur.
KONSEP MUSIK
Musik nuansa.
2. Musik efek
KONSEP LAMPU
Black Out
Black Out
Blitz
Adegan terakhir lampu redup, hanya satu lampu yang menyala kearah aktor.
SKENARIO
Kampung Kardus
Sit : “Ahhhhh…… hari ini ndak di sangoni lagi. Suruh puasa sama simbok. Katanya sepert biasanya : nduk
selagi masih sekolah kamu harus prihatn, kita ini orang miskin, ndak usah jajan ndak apa-apa, ndak
bakalan mat, mendingan kamu puasa aja, biar pinter. Walah tap hari kok suruh puasa.”
Rahmi : “Nduk, piye to ora ndang mangkat, malah gedumelan. ngopo? Ngglendeng simbok, karena nggak
disangoni, ya?”
Sit : “Siapa yang ngglendeng simbok, wong lagi ngapalin pelajaran kok. Katane suruh pinter.”
Sit : “Lha wong pelajaran drama kok mbok, teater….. ini namanya mimik, ekspresi muka, kan harus
ekspresif.”
Sit : “Walah….. ndak-ndak mbok, simbok ini kok sensitf banget tho”
Simbok berbalik kembali mau masuk kedalam rumah, sit menceb mengejek rahmi, beberapa langkah
jalan lalu jatuh terpeleset. Rahmi berbalik menengok.
Rahmi : “Jalan itu ngat-at tho nduk… cah wedok kok polahe bedigasan!.”
Rahmi : bener nggak apa-apa? Apa mau pura-pura sakit biar mbok nulis surat ijin biar kamu bolos?”
Sit : “Walah… ndak mbooookkk! Lagian sombong, mbok kan nggak bisa nulis, mau nulis surat ijin, lucu
simbok’i.”
Rahmi : “Makanya jangan jadi orang bodo, walaupun nggak punya uang kamu harus tetep sekolah, biar
pinter, bisa nulis surat ijin untuk anakmu mbesok.”
Sit exit
Denok : “Bosen, tap hari sepert ini, ndak ada perubahan. Kalo sepert ini terus hidup juga ndak akan
maju-maju.:
Neneng masuk.
Neneng : “Kenapa nok? Sedal-sedul sepert itu? We di Tanya kok malah mlengos.”
Neneng : “Opo? bosen, kamu wes bosen sama aku tho nok?, ooo… yoh….. kita ndak usah kekancan lagi,
aku juga ndak pate`en ndak kekancan sama kamu!”
Denok : “Wes, ndak usah nrocos ndak karuan, makanya kalo ada sesuatu itu ditelaah terlebih dulu biar
ndak mis komunikasi, aku kan belum selesai ngomongnya.”
Neneng : ”Apa lagi nok? Sudah cukup jelas penjelasan dari kamu tadi. Singkat dan jelas ndak usah di
reply.”
Denok : “Kosek to, sebentar…… aku kan ndak ngomong kan tadi kalo aku bosen sama kamu? Walaupun
memang kamu orangnya mbosenin. Aku ini bosen dengan kehidupan kita sekarang, yang tengah kita
jalanin ini. Apa kamu juga ndak bosen? tnggal diantara rumah-rumah kardus, sampah-sampah. Kita ini
sepert bukan manusia saja. Kita ini kan kaum masyarakat yang ndak dianggep oleh dunia.”
Neneng : “La terus maumu apa? Ndak ada yang bisa kita lakukan yo tho.”
Denok : “Ya memang ndak ada kalo kita cuman bisa nerimo, berusaha dong.”
Neneng : “Kita kan udah kerja siang malam, itu kan juga sudah usaha. Tuh tadi lihat mbak rahmi
menyekolahkan si sit itu juga salah satu cara jalan untuk menuju sugeh. Siapa tahu setelah disekolahkan
walaupun untuk makan saja sulit, kalo mau bayar sekolah saja nunjang sana sini cari utangan, tapi siapa
tahu nant sit jadi orang pinter, dapat kerjaan yang mapan, terus sugih. Itukan juga sudah upaya menuju
sugeh.”
Denok : “Aku mau pergi dari kampung kardus ini. Aku mau nyari kerja.”
Denok : “Aku mau kemana saja, mungkin ke kota, asal tdak ditempat ini”
Mbok : “Kamu mau kemana? Kamu ndak boleh pergi, lalu mbokmu ini sama siapa kalo kamu pergi.”
Denok : “Mbok… denok pengen jadi orang sugih mbok. Simbok kan seneng kalo jadi wong sugih?”
Mbok : “Yang terpentng bagi simbok adalah kita tetep bisa kumpul. Makan ndak makan asal kumpul.”
Mbok : “Kamu boleh kerja apa saja, dimana saja, asal masih tnggal bersama mbokmu dirumah.”
Denok exit.
Mbok : “Ra gaul? Nok opo tho maksudte? neng apa maksudnya aku ndak gaul?”
Neneng : “Simbok biar keliatan gaul pake celana jeans aja. Hahahahahaaa…….”
Mbok exit
Surt : “Neeeng….. kamu harus Bantu aku neng. Ini pentng, kamu akan sangat berjasa kalo bisa Bantu
aku.”
Surt : “Aku dapat surat dari kang samsul. Kang samsul kangen sama aku, pengen cepet ketemu. Sebentar
lagi pulang.”
Neneng : “Syukurlah kalo begitu, lha terus apa hubungannya denganku? Kamu mau minta bantuan apa
coba?”
Surt : “Itu tandanya cinta. Ah nggak gaul kamu. Kalo surat cinta itu kan harus penuh warna-warna cerah.
Past nggak pernah nulis surat tho?”
Neneng : “Zaman gini kok masih surat-suratan, sms dong atau e mail, deso banget.”
Surt : “Walah jangan banyak ngomong, cepetan kamu bacain, tapi ingat jangan bocorin sama siapa-siapa
ya, aku kan malu, siapa tahu isi suratnya juga hot.”
Neneng : (membacakan surat) “Dek surt yang cantk…. Lama banget kakang ndak pernah kasih kabar
sama adek. Gimana kabarnya sekarang dek?”
Neneng : “Syukurlah kalo begitu, kang samsul baik-baik aja, tenang aja kamu ndak usah kawatr. Ada hal
yang sangat pentng yang ingin kakang sampaikan pada Dek Sur.”
Surt : “Maksud kakang past mau pulang terus mau ngelamar aku kan?”
Neneng : “Bukan itu dek, justru karena sudah terlalu lama dan kayaknya tdak ada peningkatan bagi hat
kakang, lagian disini kakang sudah menemukan yang lain, maka dengan berat hat Dek, kakang putuskan
untuk kita akhiri hubungan ini, kakang sudah berencana menikah dengan orang Gombong.”
Surt : (menangis)
Surt : (merebut surat kemudian merobeknya) “Kamu jahat kakang, kamu tdak seta.” ( menangis sambil
exit)
Neneng : “Kayak anak kecil saja, ini urusan hat dan perasaan. Love. Hart……”
Orang 1 : “Halah ngomong pateng pentuntung, keduwuren. Ngomong wae tentang kerdus, kertas sekilo
700, plastc bekas. Hidup di tempat sampah kok ngomongin cinta.”
Neneng : “Lha wong bukan aku kok , surt, pak leeeek…Lhe patng penteleng kok nanggon aku.”
Orang 1 : “Opo meneh…. Hari ini kok syarat dengan tangisan tho, ora simbok ora surt podho tangisan,
sak jane kuwi ono opo tho?”
Mbok : “Neng denok minggat, kabur, eh pergi dari rumah…, denok minggat.”
Mbok : “Makanya aku datang kesini, tolong bacakan suratnya Neng, aku ndak bisa baca.”
Orang 1 : “Lo critanya gimana tho mbok kok ada acara minggat segala.”
Orang 1 : “Jangan sama neneng, dia itu tukang ngawur kalo suruh baca surat.”
Orang 1 : “Lho kamu kan tahu kalo aku tdak bisa baca tho neng. Wah…ngece banget’i.”
Neneng : “Yo wes makane meneng wae. Simbok yang terhormat, maafkan Denok, Denok ndak pamitan
pergi dari rumah, kalo Denok pamit mest simbok ndak mengijinkan, jadi Denok langsung cabut saja. Tapi
simbok ndak usah kawatr, Denok akan jaga diri baik-baik. Demikian juga simbok juga harus jaga diri baik-
baik. Takecare mbok. Peluk cium dari ananda tercinta…. Muach…… Denok.”
Mbok : wo alah gust denok….. teganya kamu ndok ninggalin simbok sendiri…..
Orang orang kemudian ribut juga menenangkan simbok. Simbok pingsan, kemudian beramai-ramai
orang orang menggotongnya. Exit
Sit : “Walah karo sambel meneh. Kapan pintere kalo tap hari sama sambel teruuuuusssss.”
Waktu berlalu. lima tahun setelah kepergian denok, suasana dikampung kardus belum banyak berubah.
Sit sudah jadi mahasiswi di universitas elite karena dapat beasiswa. Neneng jadi tukang sayur. Dan
mayoritas warga masyarakat masih tetep sebagai pemulung.
Carik : “Nah disekitar sini maunya bos besar mau bangun real estate itu.”
Carik : “Mungkin ada pertmbangan-pertmbangan tertentu, kita kan ndak ngert yang menjadi planing
bos besar dari kota itu.”
Carik : “Sekarang yang ndak laku itu apa tho pak lurah. Sekarang banyak kekurangan lahan, natalitas
semakin meningkat tetapi lahan tetap malah seolah makin menyempit…”
Lurah : “Kamu bisa mengatur semua ini tho? kamu harus bisa mengatasinya. Ini kan tugas mudah,
bagaimana caranya saja kamu menyampaikannya. Mereka itu orang-orang bodo jadi gampang dikibulin.
Kamu janjikan saja uang gantnya.”
Carik : “Lha memang sudah dijatah tho dari bos besar? Semeternya 200 rb.”
Lurah : “Bodo, kamu gak bakat sugeh. Bilang sama mereka tanah itu di beli seharga 50 ribu, kalo nggak
mau akan dibongkar paksa. Lagian itu kan bukan tanah milik mereka. Uang gant rugi itu diberikan juga
karena kasian pada mereka.”
Lurah : “Kamu pengen ngerasain naik mobil pribadi tho? Dengan musik yang jeduk-jeduk? Duit itu bisa
buat beli mobil yang jeduk-jeduk.”
Carik : “Duit saya yang utama mau tak buat bangun WC dulu ah pak. lha wong saya kalo buang hajat
masih dikali. Masak naik mobil jeduk-jeduk tapi buang hajadnya masih dikali.”
Carik : yang terpentng kan kita dapat duit banyak tho bos?”
Orang 1 : “Eee pak lurah kadingaren pak lurah mau datang kemari, bukan lagi kampanye kan bu?”
Lurah : “Nah kebetulan kok sepi lagi pada kemana?”
Orang 1 : “Ya biasa tho Pak, kerja. Ada apa tho Pak? Ada program sensus?”
100. Carik : (pada orang 1) “Kita mau ketemu dengan seluruh warga, kamu sekarang kumpulkan mereka
ya, sifatnya pentng dan sangat mendesak.”
102. Carik : “Ada program kesejahteraan masyarakat yang harus segera disampaikan pada masyarakat.”
103. Orang 1 : “Pembagian bantuan subsidi BBM diajukan ya pak, atau malah di tambah?”
104. Carik : “Wes ndak usah cerewet, laksanakan saja tugas tadi, dasar wong susah, sugihe mung sugih
omong.”
105. Orang 1 : (melihat orang 2, kemudian memanggil) “Pak lurah sama sekdes mau ketemu dengan
seluruh warga, ini sifatnya pentng dan sangat mendesak. Kamu sekarang kumpulin seluruh warga, ini
perintah langsung.”
Orang 2 exit.
111. Lurah “We neng kamu sekarang gant profesi tho? Sekarang jualan sayur?”
112. Neneng : “Iya lah pak, lumayan sekarang ndak kotor lagi, sekarang bisa dandan.”
114. Neneng : “Orang jualan itu harus tampil cantk dan menarik biar jualannya laku.”
116. Neneng : “Ya sayur tho, memangnya apa? kalo jualan sayur nglomprot kayak kamu ya males yang
beli.”
117. Orang 1 : “We…lhadhalah kok malah ngece tho kowe neng ……”
Terjadi kericuhan. .
118. Carik : “Wes… wes…. Saudara-saudara sekalian, sengaja saudara2 sekalian dikumpulkan mendadak
oleh kami disini adalah ada hal yang sangat pentng yang perlu saudara sekalian ketahui.”
119. Carik : “Saudara sekalian, kami datang kemari untuk memberikan kabar gembira untuk kalian.
Saudara2, saudara…. Wilayah ini, kampung kardus yang kalian tnggali ini akan segera dibangun real
estate oleh kontraktor dari kota sana.”
120. Neneng : “Lha sek – sek…. Tapi terus bagaimana nasib kita selanjutnya, apa real state itu terus
menjadi milik kita?”
121. Carik : “Lha kok enakmen. Kalian akan dipindahkan dari tempat ini.”
123. Carik : “Bisa. Kalian nantnya akan di beri gant rugi tap warga untuk mencari tempat dan
membangun rumah kembali.”
134. Carik : “Baiklah kalo begitu, masalah gant rugi nant perwakilan dari kalian akan kami ajak
berembuk di kelurahan. Kita tunggu di kelurahan.”
Beberapa orang exit. Sementara yang lain kemudian berkerumun membicarakan penggusuran itu.
138. Sit : “Waduh mbok, ndak bisa begitu, kalo gitu biar sit juga pergi ke kelurahan.”
139. Rahmi : “Tenang semua ya, anakku sit yang akan berdialog dengan pak lurah, dia kan bocah
sekolahan, bocah pinter, past bisa bernegosiasi untuk kepentngan kita.seng ngat-at ya sit, kamu past
bisa, kita serahkan tanggung jawab ini sepenuhnya kepadamu.”
Sit exit
Orang makin kwatr dan was-was dengan penggusuran itu. Mereka berharap penggusuran itu tak jadi di
lakukan. Beberapa saat kemudian orang-orang yang ikut rapat dikelurahan kembali.
140. Orang 2 : “Pokoknya aku tdak mau pergi dari tempat ini. Titk. Sampai darah penghabisan.”
141. Orang 1 : (pada rahmi) “Anakmu itu lho, apa ada persengkongkolan dengan pak lurah? Kok malah
memihak pada mereka?”
144. Sit : “Wah enak ni aku sama mbokku bisa kaya, bisa makan enak, bisa tdur nyaman, enak ini jadi
wong sugih.”
145. Rahmi : “Apa benar kamu juga sudah sekongkol dengan bu lurah. Tidak memihak pada kita?”
146. Sit : “Mbok, tenang saja, kita nant akan dapat persenan dari bulurah. Kita akan dapat lebih banyak
duit gant rugi, ditambah uang tutup mulut. Bulurah telah mempercayakan pada saya untuk membantu
carik. Pada urusan ini.”
147. Rahmi : “Kamu aku sekolahkan bukan untuk membodohi orang yang memang bodo.”
149. Neneng : “Sekarang kita harus bertndak cepat, kita protes besar-besaran, kalo perlu anarkis. Mogok
makan!”
156. Kontraktor : “Ya.. tanah ya bagus untuk dibangun, past akan untung. Iya kan rik?”
158. Kontraktor : “Sudah di distribusikan gant rugi pada warga? Warga juga telah setuju kan dengan
jumlah yang saya tawarkan. Apa perlu saya yang langsung melakukan kesepakatan dengan mereka?”
159. Lurah : “Ooooooo…oo.o.o jangan-jangan, semua sudah beres kok, gant rugi sudah disepakat
warga. Besok lahan ini akan dikosongkan.”
161. Lurah : “Menurut informasi warga telah membeli perumahan sederhana. Namun layak huni.”
162. Kontraktor : “Jadi gant rugi yang saya berikan layak bagi mereka. Trimakasih telah membantu saya
dalam hal ini, pak lurah dan carik memang pejabat teladan.”
163. Lurah : “Terimakasih atas kepercayaannya, kami sangat menjunjung tnggi kepercayaan yang
diberikan kepada orang lain terhadap kami.”
164. Kontraktor : “Kita tnjau yang sebelah sana pak, sebelah sana calonnya saya bangun supermarket.”
Mereka exit
Waktu berlalu. Penggusuran terjadi, seluruh warga panik. Terjadi kekerasan dan lain-lain.
Kemudian lengang.
165. Sit : “Pak lurah, gimana janji bulurah, katanya mau kasih persenan.”
166. Lurah : “Nant kalo urusannya sudah selesai, past tak bayar.”
Exit
168. Denok : “Mbok aku pulang! (terkejut) lo ada apa ini? Kok jadi begini……… “
170. Denok : “Sit ya? Wah pangling aku.. sudah gede ya?”
175. Sit : (menggeleng) simbok saya pun ndak ngert dimana. saya sibuk ngurusin duit di bulurah saat
penggusuran itu dilakukan. Saya tak membayangkan akan begini jadinya. Saya juga telah dibohongi oleh
bu lurah. Seluruh warga padahal juga telah membenci saya, termasuk simbok saya yang telah sangat
kecewa dengan saya. Saya bingung harus bagaimana?”
Masuk surt yang telah jadi gila karena dulu ditnggal pacarnya.
177. Surt :”Lho…. Lagi pada ngapain? Kok melankolis banget tho, ditnggal pacar ya? Tenang aja, semua
lelaki memang sepert itu. Mendingan kita nyanyi bareng yuk……..”
SELESAI