Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Bahasa Indonesia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sefania Dian Natasya (24)

Kelas : 12 IPA 3

Perfect Love

Nama ku adalah riko, aku adalah salah satu murid yang di segani guru - guru karena ke
cerdasan otak ku. Di sekolah aku punya geng, geng ku ini terkenal kenakalan nya, sampai banyak
guru yang ingin mengeluarkan kami dari sma pelita, tetapi usaha mereka sia-sia karena aku
adalah anak dari pemilik sekolah ini.

Geng ku bernama zinix yang ber anggota kan 5 orang yaitu aku bimo putra raka roni. Menurut
ku pribadi kami ini anak baik - baik hanya agak jahil saja.Di sekolah sedang ramai-ramai nya
membahas tentang demo yang ke dua . Aku bergegas untuk ke kantin menghampiri teman-
teman ku.

"hai, gengs pada tau ga, tentang demo minggu depan?"

"iya gimana nih kita ikut ga, kayanya seru"

"boleh- boleh"

"balik kelas Yok, males nih"

Akhiranya kami berjalan menuju kelas , ketika sampai di kelas anak- anak masih sibuk
membahas demo , ku hampiri kerumunan perempuan yang kelihatanya heboh menanggapi
demo itu.

"Hei, ada apa nih pada serius amat?"

"iya, tau ga sih masa ada mahasiswa yang di pukulin polisi"

"iya eh, terus ada juga yang lagi demo kan , padahal ga ngerusuh eh di semprot air"

"serius keterlaluan banget tu aparat nya" celetuk ku


"iya makanya, kan bikin emosi"

"gue pukulin aja tuh aparat besok waktu demo"

"lo ikut demo rik?"

"iya lah anak-anak zinix juga pada ikut"

"Atas dasar apa kalian ikut?"

"ikut-ikutan aja kayanya seru haha"

Setelah itu aku menghampiri anak- anak zinix , mereka sedang berada di meja bagian belakang.

"eh, gue denger-denger demo besok bakalan seru nih

☜☆☞

Suara alarm pagi terdengar nyaring di telinga ku, Aku bangun lalu mematikan alaram. Niat ku
untuk tidur lagi sirna, aku teringat edaran undangan untuk demo pagi ini, segera aku bergegas
turun dari tempat tidur, membersihkan dan merapikan tempat tidur ku, lalu aku masuk kamar
mandi dan bersiap berangkat ke sekolah. Setelah selesai aku turun dari kamar ku yang terletak
di laintai atas menuju ruang makan, di sana terdapat ayah, ibu, dan adiku yang telah berpakaian
rapi karena hari ini adalah senin, hari di mulai nya aktifitas yang melelah kan sampai akhir pekan
nanti.

Aku duduk diantara ibuku dan adiku, kita memulai sarapan bersama dan tiba-tiba adiku yang
masih smp itu berceletuk

"Kak, nanti ikut demo gak?

"Nnggak lah, ngapain ikut " jawab ku dengan santai

"Kakak ga usah ikut demo kemarin ayah dapet kabar ada mahasiswa kena tembak polisi kak"

"Iya yah kakak ga ikut demo"


Aku merasakan ada yang bergetar di saku celana ku, ohh ternyata bimo menelepon ku. Aku pun
segera berpindah tempat untuk mengangkat telfon dari bimo

"Yah aku ke atas ambil tas dan kunci motor dulu"

"Ya kak, cepat ya ini sudah jam setengah tujuh"

"Siap yah"

Aku pun menaiki tangga untuk menuju kamar ku, sesampai nya di kanar aku baru mengangkat
telepon dari bimo

"Halo bim, kenapa?"

"ehh lo nanti jadi ikut demo?"

"Iyalah, ya kali gue ga ikut, yaudah bye gue otw"

Riko turun ke ruang makan dan pamit kepada orang tua nya untuk sekolah padahal Dia akan
bertemu teman-teman nya di bascamp. Riko melajukan motor dengan kecepatan tinggi,
sesampainya di bascamp Riko mengambil alat-alat untuk membuat kerusuhan di demo nanti.

☜☆☞

Padat nya lalulintas membuat perjalananku dan temaan-teman terhambat, kami mencoba
menyilip diantara mobil dan montor yang berjajar seperti mengikuti upacara, sesampainya di
tempat demo aku mengamankan montor, agar tidak terkena sasaran demo. Aku segera
bergabung dengan para siswa sma yang juga mengikuti demo kami mempersiapkan rencana
untuk beraksi. Anak-anak mengambil ban kemudian membakarnya di tengah jalan, motor dan
mobil yang berada di sekitar kita rusak, seketika tubuhku menegang mendengar deru sirine
polisi yang semakin mengeras, aku berlari ke depan tanpa memperhatikan jalan, tiba-tiba aku
menabrak seorang cewek berambut pirang yang sedang berjalan di trotoar, aku lanjut lari
karena takut polisi mengejar. Sesampai nya di tempat parkir motor aku dengan segera
melajukan motorku tanpa perduli dengan anak-anak yang lain.
Motorku berhenti di sebuah cafe dengan nuansa monochrom, dengan segera aku turun dan
memesan capuchino kesukaanku, ku amati sekitar ku dan aku tidak menemukan tempat kosong.
Seketika pandanganku berhenti pada seorang yang tadi sempat aku tabrak, dia sepertinya
sedang membersihkan lukanya.

Ku hampiri tempat duduk nya, dia pun langsung kaget menatapku, dia melihatku dari atas ke
bawah yang membuatku merinding seram dengan wanita di depan ku ini, tanpa pikir panjang
aku duduk di samping nya, dia mulai membuka pembicaraan

"Ngapain lo duduk di sini?"

Aku nyengir, dengan tatapan tak bersalah "maaf ya gue tadi ga sengaja nabrak lo"

"Ga gue maafin awas aja ntar gue laporin lo ke kantor polisi biar tau rasa"

"Ya elah jangan kali, gue lakuin apa aja yang lo mau asal lo diem gimana?"

"Oke deal"

"Sekarang lo harus anter gue ke suatu tempat ayok!"

"Kemana?"

"Gausah banyak nanya deh"

Kulajukan motor dengan kecepatan tinggi agar wanita dibelakang ku ini diam, kupingku
serasa mau pecah, ternyata dia malah menyubit pinggang ku, refleks kuhentikan montor dan
menatap nya.

"Apaan pake nyubit segala?"

"Siapa suruh lo ngebut, gue masih mau hidup ya"

"Lagian mulut lo bisa diem ga sih, kuping gue panas denger lo ngoceh"

"Wah berani-berani nya ngatain gue" kemudian dia menyubit laki-laki di depannya yang ke
dua kalinya,
"Auuu, sekali lagi lo nyubit gue, gue turunin lo di jalan"

"iya iya , cepet jalan. Lurus dikit, belok kanan, sampe"

Aku kembali melajukan motor ku kali ini dengan kecepatan sedang agar aku tidak terkena
sasaran cubitan maut, cewek gila. Setelah sampai aku mengamati sekitar, tempat ini kumuh dan
berada di samping rel kereta api, apa cewek ini rumah nya disiniya?ucap ku dalam hati. Aku ikut
turun dan mengikuti nya tanpa berkata sepatah katapun, dia berhenti di sebuah rumah kardus,
dan mengeluarkan kantong plastik di dalam ransel yang dia bawa, kemudian dia masuk dan
memberikan plastik yang telah ku ketahuin berisi obat dan makanan untuk sang penghuni
rumah

"Siapa yang sakit?" tanya ku

"Ibu mina, kasihan anak-anak nya masih kecil"

Kemudian melanjutkan jalan, tak lama kita menemukan sebuah gubuk, dengan banyak anak-
anak yang nambak nya sedang menunggu cewek ini. Kemudian kami masuk gubuk dan di
sambut oleh tawa riang anak-anak.

"Hai adik-adik kangen kak cindy ga?"

"kangen, kak kemana aja seminggu udah ga kesini" sahut salah satu anak

"kakak habis sakit maaf ya adek-adek, sekarang ayo kita lanjut belajar membacanya"

Aku memperhatikan cara cewek itu mengajari membaca anak-anak pinggiran itu, aku salut
padanya, ternyata cewek yang bernama cindy iti mempunyai kepedulian sosial yang tinggi pada
anak-anak pinggiran. Aku jadi sadar ternyata aku ini belum berguna buat orang lain ya, malah
ikut-ikutan merusuh dan menyebab kan kekacauan.

Setelah selesai mengajar dan hari menjelang sore, aku dan cindy pulang tapi kami mampir ke
tempat makan untuk memberi makan cacing-cacing perut.

"Lo mau makan apa cin?"


"Sama in aja kaya lo"

"oke, tunggu bentar"

Aku pun memesan makanan dan kembali ke tempat duduk cindy lagi, aku sangat penasaran dan
ingin mendengar cerita cindy tentang apa yang dia lakukan tadi.

"cin gue boleh tanya ga?"

"apaan?"

"kok lo bisa sih kenal sama mereka, kok lo juga mau ngajarin anak-anak pinggiran itu ?"

"udah dari smp gue bantu mereka, jadi waktu itu gue pulang sekolah ga sengaja nabrak anak
kecil, dan anak kecil itu rumah nya di situ, setelah kejadian itu, gue jadi sering ke sana buat
ngasih makanan ke anak kecil yang gue tabrak.

"kenapa lo ngasih makanan, kan ada orang tua nya, kaya nya tadi gue juga liat ada ibu nya deh?"

"iya ibunya tu udah ga bisa jalan lagi, dia tiap hari ngamen buat makan ibu nya sama dia sendiri,
gue kasian sama mereka jadi gue kirim makan setiap hari, nah karena gue tiap hari ke sana
banyak anak-anak kecil di sana yang udah kenal gue, terus gue punya ide buat ngajarin mereka
baca."

"oh gitu, baik juga ya lo btw lo sekolah di mana sih?"

"SMA PELITA, kenapa?"

"what?, kok gue ga pernah liat lo sih?"

"gue kelas 12 ipa 3, lo kan 12 ipa 7 jadi ya ga pernah liat gue"

Cewek sebening ini kok bisa selama tiga tahun gue ga tahu ya, ga mungkin deh.

"lo anak baru ya cin?"

"nggak, gue dari dulu udah di sana"


"ohh"

Seorang pelayan menghampiri kami dan memberikam pesanan kami, aku dan cindy makan
dalam hening setelah selesai makan, aku tidak sengaja melihat wajah cindy yang tampak pucat.

"lo kenapa cin, kok pucet banget kaya mayat hidup

"masa sih, nggak ah lo bohong ya"

"serius lo sakit, yok gue anter ke rumah sakit"

"nnggak usah, anterin gue pulang aja"

Saat dia hendak berdiri, sepertinya akan jatuh, akupun dengan sigap menangkap nya.

"tuh kan gue bilang juga apa, yok gue bantu jalan"

Aku meninggal kan sejumlah uang di atas meja kami, untuk membayar makanan kami, setelah
itu aku membawa cindy ke luar, aku mengeluarkan benda pipih yang ada di saku

"halo bim, lo lagi bawa mobil ga?"

"iya kenapa rik" sahut bimo di telfon

"gue pinjem bentar buat nganterin temen gue pulang, gue bawa motor nih, cepet ya gue ada di
tempat biasa kita makan"

"oke gue otw"

☜☆☞

"cin bentar ya nungguin mobil temen gue, lo masih kuat kan?"

"iya gue gak papa kok, paling cuma kecapean doang"

Mobil warna kuning itu dari jauh sudah terlihat, menghampiri aku dan cindy, bimo teman ku
keluar dari mobil dan bertanya

"ada apa rik?"


"gue pinjem mobil lo bentar, lo pake montor gue ya, nih kunci nya. Makasih bim"

Aku langsung membawa cindy masuk di kursi depan , setelah itu aku masuk di kursi kemudi lalu
aku segera melajukan mobil yang ku tumpangi. Aku menoleh di tempat cindy duduk, hendak
bertanya kita mau ke rumah sakit atau ke rumah nya tapi aku kaget ketika mendapati hidung
cindy keluar darah".

"cin lo mimisan, kita ke rumah sakit sekarang ga ada bantahan"

"iya terserah lo, cepet ya rik gue udah ga kuat"

Gue melajukan mobil dengan kecepatan tinggi , sesampai di rumah sakit aku memapah cindy
dan membawa nya masuk.

Anda mungkin juga menyukai