Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Sistem Pencernaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TUGAS DISCOVERY LEARNING

SISTEM PENCERNAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Modul
BASIC SCIENCES IN NURSING

Dosen Pengampu: Ratna Pelawati, M.Biomed

Disusun Oleh :
Kelompok 3 PSIK B 2019
Al Fitriah 11191040000059
Shanty Dwi Agustina 11191040000060
Rissa Adisti Parahita 11191040000061
Fitriyah Santi Aruba Isnawati 11191040000062
Muhammad Alfiansyah Bayu Sakti 11191040000063
Zulfa Miftakhul Jannah 11191040000084
Farida Khairunnisa 11191040000085
Aisyah Nisa Hafiyya 11191040000086
Putri Choirunnisa 11191040000087
Firsta Hilwa 11191040000088
Ika Nurmaningtias 11191040000089
Aida Kurnia 11191040000090
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya lah
kelompok kami, Kelompok 3, dapat menyelesaikan Makalah Discovery Learning mengenai materi
pembelajaran sistem pencernaan.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Discovery Learning mengenai
materi sistem pencernaan. Dalam penulisan makalah ini tim penulis mengalami berbagai
hambatan. Namun, berkat motivasi dan dukungan dari berbagai pihak tim penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna serta terdapat banyak
kesalahan. Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini agar makalah ini
kedepannya menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan kami
mengenai perkembangan profesi keperawatan dunia, khususnya di Indonesia.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………3
C. Tujuan ….…..….….…………………………………………………………………...… 3
BAB II……………………………………………………………………………………………..4
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………….....4
A. Anatomi Sistem Pencernaan……………………………………………………………….4
B. Sistem Vaskularisasi, Getah Bening dan Persarafan………………………………............4
C. Histologi Organ Pencernaan……………………………………………………………….7
D. Mekanisme Kerja Sistem Gastrointestinal………………………….…………………….10
E. Proses Pencernaan Pada Saluran Gastrointestinal dan Hepatopankreatobilier…………….11
F. Proses Absorbsi Pada Saluran Gastrointestinal…………... …………….………………12
G. Proses Pemindahan Sisa Makanan di Usus Besar Serta Mekanisme Defekasi ................13
BAB III ..........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP......................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................1Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap makhuk hidup pasti memerlukan zat gizi yang berfungsi untuk menunjang
proses reaksi yang ada didalam tubuh. Untuk mendapatkan zat tersebut dibutuhkan asupan
makanan yng mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan zat lain. Namun, makanan
tidak bisa diserap oleh tubuh sebelum diubah menjadi serat makanan melalui proses
pencernaan. Sistem pencernaan manusia merupakan proses mengubah mkanan dari ukuran
besar menjdi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhanan menggunkan enzim dan organ pencernaan
yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja organ yang terlibat dalam sistem pencernaan ?
2. Bagaimana proses sistem vaskularisasi ?
3. Bagaimana struktur mikroskopis system pencernaan ?
4. Bagaimana mekanisme kerja system gastrointestinal ?
5. Bagaimana proses pencernaan pada saluran gastrointestinal dan hepatopankreatubilier
?
6. Bagaimana proses absorbsi pada saluran gastrointestinal ?
7. Bagaimana proses pemindahan sisa makanan di usus besar ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui organ yang terlibat dalam sistem pencernaan
2. Untuk mengetahui proses sistem vaskularisasi
3. Untuk mengetahui struktur mikroskopis system pencernaan
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja system gastrointestinal
5. Untuk mengetahui proses pencernaan pada saluran gastrointestinal dan
hepatopankreatubilier
6. Untuk mengetahui proses absorbsi pada saluran gastrointestinal
7. Untuk mengetahui proses pemindahan sisa makanan di usus besar

ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Sistem Pencernaan

ii
a. Rongga Oral/Mulut
Rongga oral merupakan jalur masuk menuju sistem pencernaan dan berisi
organ yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Terdiri atas rongga
vestibulum (bukal) terletak di antara gigi, bibir, dan pipi sebagai batas luarnya.
Lalu rongga oral utama yang dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum
lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di bagian
belakang.
1) Bibir
Tersusun dari otot rangka (orbicularis mulut) dan jaringan ikat.
Organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
2) Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi.
3) Lidah
Diletakkan pada organ mulut oleh frenulum lingua. Organ ini
berfugsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan,
untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara.

ii
4) Kelenjar saliva
Berfungsi untuk melarutkan makanan secara kimiawi,
melembabkan dan melumasi makanan, mengurai zat tepung menjadi
polisakarida dan maltose, lalu sebagai zat antibakteri dan antibodi.
Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan mengandung enzim
amilase serta berbagai ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium),
juga sekresi mucus yang lebih kental dan lebih sedikit mengandung
glikoprotein (musin), ion, dan air. Ada tiga pasang kelenjar saliva,
diantaranya yaitu kelenjar parotid yang berada dibawah dan di depan
telinga, lalu kelenjr submksilar yang terletak pada permukaan dalam
mandibula, dan terakhir ada kelenjar sublingual yang terletak pada dasar
mulut.
5) Gigi
Tersusun dalm kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan
maksila. Berfungsi untuk proses mastikasi (pengunyahan). Dengan cara
makanan yang masuk di potong menjadi bagian-bagian kecil dan
bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat
ditelan.
b. Faring
Dibatasi oleh epitel dan kelenjar mucus. Lalu terdapat 2 lapisan otot, yaitu
longitudinal dalam dan konstriktor fangeal luar.
c. Esophagus
Merupakan tuba muscular yang memiliki Panjang 9-10 inci. Esofagus
berawal dari area laringolaring, melewati diagfragma dan hiatus esophagus
(lubang) pada area sekitar vertebrata toraks kesepuluh, dan membuka kea rah
lambung. Esophagus berfungsi untuk menggerakkan makanan dari faring ke
lambung dengan gerak peristalsis. Esofagus memproduksi mukosa dalam
jumlah besar untuk melumasi dan melindungi esophagus.
d. Lambung
Merupakan organ yang terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen
di bawah diafragma. Ukuran dan bentuknya bervariasi pada satu individu
dengan individu yang lain. Lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan
makanan, produksi kimus (massa homogen setengah cair yang berkadar asam
tinggi), digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida, dan produksi
mucus yang membentuk barrier untuk melindungi lambung.
Tiga tahap sekesi lambung; 1) tahap sefalik, terjadi sebelum makanan
sampai ke lambung; 2) tahap lambung, terjadi saat makanan mencapai lambung
dan saat makanan masih ada; 3) tahap usus, terjadi setelah kimus meninggalkan
lambung dan memasuki usus halus.

ii
e. Usus Halus
Diameternya kurang dari 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat
bekerja . terdapat 3 divisi, yaitu: 1) duodenum; 2) yeyunum; 3) ileum.
- Kelenjar usus (kripta Lieberkuhn):
1. Enzim
2. Hormone, yaitu: 1) Sekretin, CCK, GIP untuk menghalangi sekresi
kelenjar lambung; 2) Peptida usus vasoaktif, memiliki efek vasodilator
dan efek relaksasi otot polos; 3) Substansi P
- Kelenjar penghasil mucus
1. Sel goblet, memproduksi mucus pelindung
2. Kelenjar Brunner, memproduksi mucus untuk melindungi mukosa
duodenum
f. Pankreas, hati, empedu
- Pankreas, sel-sel endorin (pulau Langerhans) pankres mensekresi hormone
insulin dan glucagon. Sel-sel eksokrin (asinar) mensekresi enzim
pencernan. Komposisi cairan pancreas yaitu: 1) enzim proteolitik pancreas;
2) lipase pancreas; 3) amilase pancreas; 4) ribonuklease dan
deosiribonuklease
- Hati, beratnya 500 gr dan berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Hati berfungsi untuk sekresi, metabolisme protein, lemak, dan
karbohidrat tercerna, penyimpanan mineral, detoksifikasi, produksi panas,
penyimpanan darah
- Kandung Empedu, berbentuk seperti kantong muscular hijau menyerupai
pir. Berfungsi untuk menyerupai cairan empedu dan mengkonsentrasi
cairannya melaui proses reabsorpsi
g. Usus besar, memiliki bagian yaitu: 1) sekum, kantong tertutup yang
menggantung di bawah area katup ileosekal; 2) kolon, bagian usus besar dari
sekum sampai rectum; 3) rektum, bagian saluran pencernaan yang berakhir
pada saluran anal. Usus besar berfungsi untuk mengabsorbsi 80% sampai 90%
air dan elektrolit.

B. Sistem Vaskularisasi, Getah Bening, dan Persarafan


Vaskularisasi sistem gastrointestinal merupakan bagian dari sistem yang sangat
luas yang disebut sirkulasi splanknik. Pada duodenum bagian proksimal vaskularisainya
berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal superior, arteri pankreatikoduodenal
anterior, dan arteri pankreatikoduodenal posterior. Sedangkan bagian distal duodenum
mendapat vaskularisasi dari arteri pankreatikoduodenal inferior dan cabang dari arteri
pankreatikoduodenal anterior dan inferior. Arteri pankreatikoduodenal superior adalah
cabang dari arteri gastroduodenale, sedangkan arteri pankreatikoduodenal inferior, anterior
dan posterior merupakan cabang dari arteri mesenterika superior.

ii
Arteri-arteri ini akan mengirimkan cabang-cabang arteri yang lebih kecil untuk
melakukan penetrasi kedalam dinding duodenum dan menyebar di sepanjang berkas otot,
keadalam vili intestinal dan kedalaman submukosa untuk menyediakan fungsi sekretoris
dan absorbtif. Aliran vena duodenum tersusun paralel bersamaan dengan arteri
pankreatikoduodenal anterior dan posterior. Vena ankreatikoduodenal posterosuperior
akan bergabung dengan vena jejunalis dan vena pankreatioduodenal inferior anterior.
Sebagian besar aliran vena pada cabang anterior ini berasal dari Trunkus gastrokolika atau
Henle’s trunk. Vena-vena duodenum mengalirkan darahnya ke sirkulasi portal. Vena
superior bermuara langsung pada vena porta dan vena inferior bermuara pada vena
mesenterika superior.
Persarafan traktus gastrointestinal di inervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi ekstrinsik dari
duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus Vagus dan simpatis yang berasal
dari nervus splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan plexus submucosal 12 Meissner. Sel-sel saraf ini menginervasi terget sel
seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf
tersebut berhubungan dengan reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga
menerima inervasi dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus
Sehingga pathway dari sistim saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan integrasi
aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan sistim saraf enterik. Aliran
limfe duodenum berjalan bersama-sama dengan vaskularisasinya. Pembuluh limfe
duodenum mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli lymphatici
pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan kemudian ke noduli
lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli lymhaticipancreatico duodenalis ke
noduli lymphatici mesentericus superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior.
Sistem vaskularisasi pada lambung terdiri atas sistem arteri dan vena. Sistem arteri
pada lambung sebagian besar berasal dari percabangan truncus coeliacus. Sistem arteri
tersebut terdiri atas arteri gastrica sinistra yang berasal dari truncus coeliacus dan berjalan
ke atas lalu ke kiri menuju esofagus dan turun ke sepanjang curvatura minor, arteri gastrica
dextra yang berasal dari arteri hepatica di bagian atas pylorus dan berjalan ke kiri di
sepanjang curvatura minor, arteri gastrica brevis yang berasal dari arteri splenica pada
hilum splenicum lalu berjalan ke depan guna memperdarahi fundus, arteri gastroomentalis
sinistra yang berasal dari arteri splenica pada hilum splenicum dan berjalan ke depan guna
mendarahi lambung di sepanjang atas curvatura major, arteri gastroomentalis dextra yang
berasal dari arteri gastroduodenalis yang juga merupakan arteri hepatica lalu berjalan ke
kiri guna mendarahi lambung di sepanjang bawah curvatura major (Snell, 2014).

ii
Selain sistem arteri, vaskularisasi pada lambung juga memiliki sistem vena. Sistem
vena pada lambung ini terdiri dari vena gastrica dextra dan vena gastrica sinistra yang
langsung bermuara ke dalam vena porta, vena gastrica brevis dan vena gastroepiploica
sinistra yang bergabung dengan vena splenica, dan vena gastroepiploica dextra yang
bergabung dengan vena mesenterica superior (Snell, 2014). Sistem limfe pada lambung
sendiri mengikuti penjalaran dan percabangan arteri menuju nodi gastrici dextri dan
sinistri, nodi gastroepiploici dextri dan sinistri serta nodi gastrici brevis, lalu
keseluruhannya akan menuju nodi coeliaci yang terletak di pangkal truncus coeliacus
(Snell, 2014).
Sistem persarafan pada lambung terdiri atas sistem simpatis yang berasal dari
plexus coeliacus, dan sistem parasimpatis yang berasal dari nervus vagus. Sistem ini terdiri
atas truncus vagalis anterior yang berasal dari nervus vagus sinister dan mempersarafi
permukaan anterior lambung, dan truncus vagalis posterior yang berasal dari nervus vagus
dexter dan mempersarafi permukaan posterior. Selain sistem saraf simpatis dan
parasimpatis, terdapat pula sistem saraf otonom yang terdiri atas pleksus saraf mienterikus
dalam lapisan muskularis lambung dan pleksus saraf submukosa atau Meissner (Mescher,
2012).

C. Histologi Organ Pencernaan


Lapisan pada dinding saluran pencernaan terususun atas empat lapisan jaringan dasar dari
lumen (rongga sentral) kearah luar. Komponen lapisan pada tiap regia bervariasi sesuai
dengan fungsi regia.
1. Mukosa (membrane mukosa) tersusun dari tiga lapisan.
a) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan , sekresi , dan absorpsi.
Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelium
skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. Lapisan ini terdiri
dari epiteliumn kolumnar simple dengan sel goblet di area tersebut yang
dikhusukan untuk sekresi dan absorpsi.
b) Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang menopang epitelium.
Lamina ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa
jenis kelenjar.
c) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan
otot polos longitudinal luar.

2. Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis kelenjar submukosal, dan pleksus
serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner ( pleksus
submukosal ). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
3. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan
satu lapisan longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen
saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen
saluran. Kontraksi ini mengkibatkan gelombang peristaltis yang menggerakan isi
saluran kearah depan.

ii
4. Serosa (adventisia) lapisan keempat dan paling luar juga disebut peritoneum
viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang
dilapisi epitelium skuamosa simple. Di bawah area diafragma dan dalam lokasi
tempat epitelium skuamosa menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan
ikat di sekitarnya area tersebut sebagai adventisia.

Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:


1. Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan
jaringan tubuh.
2. Mempermudah transpor dan pencernaan makanan
3. Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada lapisan
ini selain menghasilkan mukus juga berperan dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan
submukosa sebagai sistem pertahanan tubuh atau pelindung dari infeksi mikroorganisme
dari invasi virus dan bakteri.
Muskularis mukosae dan lapisan otot untuk pergerakan lapisan mukosa secara
independen (otonom) dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga meningkatkan
kontak dengan makanan. Kontraksi lapisan mukosa mendorong (peristaltik) dan
mencampur makanan (segmentasi) dalam saluran pencernaan.

D. Mekanisme Kerja Sistem Gastrointestinal


Homeostasis Istilah homeostasis digunakan oleh ahli fisiologi untuk mengartikan
pemeliharaan berbagai kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Pada
dasamya, semua organ dan jaringan tubuh melaksanakan berbagai fungsi untuk membantu
mempertahankan kondisi yang relatif konstan ini. Misalnya. paru menyediakan oksigen
bagi caimn ekstraselular untuk menggantikan oksigen yang dipakai oleh sel, ginjal
mempertahankan konsentrasi ion yang konstan. dan sistem gastrointestinal menyediakan
zat gizi. Satu bagian yang besar dalam buku ini membahas bagaimana tiap organ atau
jaringan membantu mempertahankan homeostatis. Untuk mengawali pembahasan ini, bab
ini menguraikan berbagai sistem fungsional didalam tubuh dan kontribusinya pada
homeostatis; selanjutnya kita akan membahas secara ringkas teori dasar sistem
pengendalian tubuh yang memungkinkan berbagai sistem fungsional tersebut untuk
bekerja saling mendukung satu sama lain.

E. Proses Pencernaan Pada Sistem Gastrointestinal dan Hepatopankreatobilier


1. Proses Pencernaan Pada Sistem Gatrointestinal
Proses pencernaan didefinisikan sebagai suatu proses yang terjadi dalam saluran
pencernaan utuk mengubah makanan menjadi bentuk atau molekul yang lebih kecil
sehingga mudah diserap oleh tubuh.Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia
,dan meliputi proses-proses berikut:

ii
 Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
 Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
 Peristaltis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
 Digesti adalah hidrolisis kimia ( penguraian ) molekul besar menjadi molekul kecil,
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
 Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan
ke dalam sirkulasi darah dan limfatik, sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
 Egesti ( defekasi ) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna bakteri,
dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

Berikut penjelasan proses pencernaan baik secara mekanik maupun enzimatis:


a. Mulut
Proses pencernaan makanan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut, rongga
mulut merupakan awal saluran pencernaan. Pada mulut terjadi pencernaan secara mekanik
dan kimiawi. Di dalam mulut terdapat lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Lidah dan gigi
berperan dalam pencernaan makanan secara mekanik melalui kunyahan.
1) Lidah (Lingua) berperan dalam pencernaan makanan secara mekanik. Lidah membantu
dalam proses mengunyah, menelan, mengenali rasa, dan mengenali tekstur makanan.
Selain itu, lidah juga berfungsi sebagai alat pengecap yang dapat merasakan manis, asin,
pahit, dan asam. Bagian-bagian utama lidah adalah radiks, dorsum, dan apeks.
2) Gigi.
3) Kelenjar ludah. Di dalam ludah terdapat enzim ptialin (amilase) yang berfungsi
mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat ( amilum) menjadi
gula sederhana jenis maltosa. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6.8 – 7
dan suhu 37 °C. Terdapat tiga macam kelenjar ludah, yaitu: Kelenjar parotis, Kelenjar
sublingualis, dan Kelenjar submandibularis.
b. Kerongkongan
Pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan. Bagian pangkal kerongkongan
(faring) berotot lurik dan bekerja secara sadar menurut kehendak kita. Makanan sebelum
masuk ke dalam esofagus akan melewati tekak atau faring. Faring merupakan pertemuan
antara saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Agar makanan tidak masuk ke saluran
pernapasan, pada faring terdapat epiglotis. Pada saat menelan, epiglotis akan menutup
saluran pernapasan. Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga
mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan kerongkongan ini disebut gerak
peristaltik. Gerak ini terjadi karena otot yang memanjang dan melingkari dinding
kerongkongan secara bergantian.
c. Lambung

ii
Lambung dapat mencerna makanan secara mekanik karena memiliki lapisan-lapisan
otot. Lambung tersusun atas tiga lapisan otot, yaitu bagian dalam berserabut miring, bagian
tengah berserabut melingkar, dan bagian luar berserabut memanjang. Dengan adanya
ketiga lapisan otot ini, lambung dapat melakukan berbagai gerakan kontraksi. Gerakan
kontraksi tersebut berguna untuk mencerna makanan dan mencampurkannya dengan enzim
sehingga terbentuk bubur atau kim (chyme).
Dinding lambung juga terdiri atas otot-otot yang tersusun melingkar, memanjang,
dan menyerong yang menyebabkan lambung berkontraksi. Dinding lambung mengandung
sel-sel kelenjar yang berfungsi menghasilkan getah lambung. Getah lambung adalah
campuran zat-zat kimia yang sebagian besar terdiri atas air, asam lambung (HCl), serta
enzim pepsin, renin, dan lipase. Getah lambung bersifat asam karena mengandung banyak
asam lambung. Asam lambung (HCl) berfungsi membunuh kuman yang terkandung pada
makanan dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin berfungsi mengubah
protein menjadi pepton. Renin berfungsi menggumpalkan kasein dalam susu. Lipase
berfungsi mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Adapun lender berfungsi
mencampur makanan dengan enzim dan melindungi dinding lambung dari asam lambung.
d. Hati
Pada waktu tertentu, empedu dipompakan ke dalam usus dua belas jari melalui saluran
empedu. Fungsi hati antara lain untuk memproduksi enzim-enzim, merombak sel darah
merah mati, menampung vitamin A, D, E dan K yang berlebih, menyimpan cadangan gula
dalam bentuk glikogen dan mengubahnya menjadi glukosa bila diperlukan, mengubah
kolesterol dan asam amino menjadi glukosa dalam kondisi tubuh kehabisan glikogen, serta
menetralisasi zat-zat kimia berbahaya hasil metabolisme tubuh sendiri maupun yang dari
luar tubuh.
e. Pancreas
Setiap hari diproduksi + 1200-1500 ml cairan pankreas, cairan ini terdiri dari air,
garam, sodium bikarbonat dan enzim. Sodium bikarbonat memberi sifat alkali (pH 7,1-8,2)
pada cairan pankreas yang dapat menghentikan kerja pepsin dari lambung dan menciptakan
suasana asam bagi usus. Enzim dari pankreas antara lain amilase pangkreatik, tripsin.
Kimotripsin dan karboksipolipeptidase, lipase pangkreatik. Karena pepsin diproduksi
dalam keadaan inaktif (pepsinogen), enzim pencernaan protein pankreas, ini mencegah
enzim pencerna sel-sel pankreas.
Tripsin disekresi dalam bentuk inaktif (tripsinogen), pengaktifan menjadi tripsin
terjadi di dalam usus kecil karena sekresi mukosa. Enzim pengaktif ini disebut
enterokinase. Kimotripsin digiatkan oleh tripsin dari bentuk inaktif yang disebut
kimotripsinogen. Karboksipolipeptidase juga digiatkan oleh pepsin dalam usus, bentuk
inaktifnya disebut prokarboksipolipeptidase. Sekresi pankreas, seperti pada lambung
dikendalikan oleh mekanisme saraf hormonal. Bila fase sepalik dan gastrik sekresi
lambung terjadi, impuls parasimpatik serentak dikirim sepanjang saraf vagus ke pankreas

ii
yang berakibat sekresi enzim pankreas. Kolesistokinin dari duodenum juga merangsang
sekresi pancreas.
f. Usus Halus
Di dalam usus halus terjadi dua proses penting, yaitu pencernaan dengan bantuan enzim
dan penyerapan sari-sari makanan ke dalam pembuluh darah. Usus halus dibantu oleh hati,
pankreas, dan kelenjar pada dinding usus halus. Setiap organ tersebut akan mengeluarkan
enzim yang membantu dalam pencernaan. Hati menghasilkan empedu yang di dalamnya
terdapat cairan empedu. Cairan empedu tersebut memiliki fungsi memecah lemak agar
mudah dicerna. Empedu tidak mengandung enzim, namun berperan dalam memecah
lemak. Selain itu, hati merupakan tempat metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
Pada saat proses pencernaan berlangsung, kantung empedu akan melepaskan cairan
empedu menuju duodenum melalui saluran empedu. Selain itu, pankreas membantu usus
halus dalam proses pencernaan. Pankreas memiliki dua fungsi utama, yaitu menghasilkan
hormon yang mengatur glukosa darah dan menghasilkan pancreatic juice. Pancreatic juice
merupakan sekresi pankreas yang bercampur dengan air. Pancreatic juice ini akan masuk
ke dalam duodenum melalui saluran pankreatik. Pancreatic juice akan menetralkan
kandungan asam pada makanan sebelum masuk ke usus halus.
g. Usus Besar
Pada usus halus terjadi proses penyerapan zat-zat makanan. Adapun zat yang tidak
dapat diserap akan terdorong menuju usus besar. Di dalam usus besar, sisa makanan akan
diuraikan dengan bantuan bakteri Escherichia coli. Salah satu fungsi usus besar adalah
menyerap air yang masih tersisa pada makanan. Sisa makanan yang siap dikeluarkan dari
tubuh disebut feses. Agar sisa makanan yang masuk ke dalam usus besar tidak kembali ke
usus halus, terdapat katup yang membatasi keduanya. Katup tersebut dinamakan katup
ileosekal.
h. Anus
Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristaltik
menuju ke rektum (poros usus) yang merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan.
Bagian bawah poros usus itu akhirnya bermuara pada lubang dubur yang nantinya
mengeluarkan feses. Gerakan peristaltik dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar). Akan
tetapi, pada saat buang air besar otot spingter di anus dipengaruhi oleh otot lurik (otot
sadar). Jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya
kontraksi otot dinding perut yang diikuti dengan mengendurnya otot spingter anus dan
kontraksi kolon serta rektum. Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar anus.
F. Proses Absorbsi Pada Saluran Gastrointestinal
Absorpsi nutrien yang berlansung dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat larut
lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air
terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.

ii
1. Digesti oleh enzim usus. Enzim-enzim usus melengkapi proses pencernaan kimus
sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah terserap.
a. Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang kemudian
mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih kecil.
b. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurai peptida
menjadi asam amino bebas.
c. Amilase usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan
laktosa).
d. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa, laktosa,
dan sukrosa, menjadi monosakarida (gula sederhana).
e. Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol.
2. Jalur absorptif. Produk-produk digesti (monosakarida, asam amino, asam lemak, dan
gliserol juga air, elektrolit, vitamin, dan cairan pencernaan diabsorpsi menembus
membran sel epitel duodenum dan yeyunum. Hanya sedikit absorpsi yang berlangsung
dalam ileum kecuali untuk garam-garam empedu dan vitamin B12.
3. Mekanisme transport absorpsi meliputi difusi, difusi terfasilitasi, transport aktif, dan
pinositosis. Mekanisme utama adalah transpor aktif. Zat-zat yang ditranspor dari lumen
usus ke darah atau limfe harus menembus sel-sel dan cairan interselular berikut:
a. Membran plasma sel epithelial kolumnar pada vilus, sitoplasmanya, dan
membrane dasarnya.
b. Jaringan ikat di antara sel epitel dan kapilar atau lakteal dalam vilus.
c. Dinding kapilar atau lakteal yang terletak dalam inti vilus.
4. Absorpsi karbohidrat. Setiap gula sederhana dipercaya memiliki mekanisme transpornya
sendiri. Gula bergerak dari usus menuju jarring-jaring kapilar vilus dan dibawa menuju
hati oleh vena portal hepatika.
a. Absorpsi glukosa terjadi bersamaan dengan transport aktif ion natrium (ko-
transpor).
b. Fruktosa ditranspor melalui difusi terfasilitasi yang diperantarai carrier.
c. Monosakarida lain dapat diabsorpsi melalui difusi sederhana.
5. Absorpsi protein. Tranpor aktif asam amino ke dalam sel-sel usus juga berlangsung
bersamaan dengan transport aktif natrium, dengan sistem carrier yang terpisah untuk
asam amino berbeda. Dari kapilar vilus, asam amino dibawa ke hati.

6. Absorpsi lemak. Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle,
yaitu suatu globulus sferikal garam empedu yang menggiling bagian berlemak. Micelle
membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epitel, tempatnya dilepas dan
diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membran sel usus.
a. Asam lemak berantai karbon pendek (kurang dari 10 sampai 12 atom karbon)
merupakan molekul kecil yang bergerak ke dalam kapilar vilus bersama asam
amino dan monosakarida.

ii
b. Asam lemak berantai karbon panjang (mencapai 90% lebih dari asam lemak yang
ada) dan molekul gliserol bergerak ke retikulum endoplasma, kemudian disintesis
ualang menjadi trigliserida, berikatan dengan lipoprotein, fosfolipid, dan
kolesterol, serta terbebas sebagai kilomikron dari tepi lateral sel usus.
c. Kilomikron menembus lakteal sentral vilus menuju sistem limfatik dan sirkulasi
sitematik, sebelumnya melintasi (bypassing) hati.

7. Absorpsi air, elektrolit, dan vitamin


a. Hanya 0,5 L dari 5 L sampai 10 L cairan yang ada dalam usus halus yang mencapai
usus besar. Air diabsorpsi secara pasif melalui hukum osmosis setelah absorpsi
elektrolit dan makanan tercerna.
b. Ion dan zat renik diabsorpsi melalui difusi atau transport aktif.
1) Absorpsi kalsium bervariasi sesuai dengan asupan makanan, kadar plasma,
dan kebutuhan tubuh serta diatur oleh hormon paratiroid dan ingesti vitamin D.
2) Absorpsi zat besi ditentukan sesuai kebutuhan metabolik. Zat besi terikat pada
globulin (transferin) dalam darah dan tersimpan pada tubuh dalam bentuk
feritin yang akan dilepas jika dibutuhkan.
3) Vitamin larut air (C dan B) diabsorpsi melalui difusi. Vitamin larut lemak (A,
D, E dan K) diabsorpsi bersama lemak. Absorpsi vitamin B12 bergantung pada
faktor intrinsik lambung dan berlangsung dalam ileum.
Absorpsi pada usus halus paling banyak dilakukan oleh jejunum, kecuali untuk zat besi
(diabsorpsi pada duodenum),vitamin B12 dan garam empedu (diabsorbsi pada ileum terminal), air
dan lemak (diabsorpsi secara difusi pasif di sepanjang usus halus), sodium bikarbonat (diabsorpsi
secara transport aktif bersama glukosa dan ko-transport asam amino), dan fruktosa (diabsorbsi
secara difusi terfasilitasi). Usus besar dimulai dari caecum, colon ascenden, colon transversum,
colon descenden, hingga colon sigmoid.
Setelah sekitar 90% bagian makanan diabsorpsi pada usus halus, chymus yang tersisa akan
masuk ke dalam usus besar. Elektrolit seperti sodium, magnesium, klorida yang tidak diserap usus
halus menjadi satu dalam makanan yang tidak dicerna, seperti serat. Fungsi utama colon adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit dari chymus dan menjadi tempat penimbunan bahan feces sampai
dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal colon berhubungan dengan fungsi absorpsi,
sedangkan setengah bagian distal berhubungan dengan fungsi penyimpanan.

G. Proses Penampungan dan Pemindahan Sisa Makanan di Usus Besar


Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena
sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna (misalnya selulosa),
komponen empedu yang tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam
dari isi lumennya. Apa yang terringgal dan akan dikeluarkan disebut feses (tinja). Fungsi
utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain

ii
yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu
mempertahankan keteraturan buang air.
Ketika gerakan massa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang
terjadi di rektum merangsang reseptor regang di dinding rektum, memicu refleks defekasi.
Refleks ini menyebabkan sffngter ani internus (yaitu otot polos) melemas dan rektum dan
kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter anus eksternus (yaitu otot rangka) juga
melemas maka terjadi defekasi. Karena otot rangka, sfingter anus eksternus berada di
bawah kontrol volunter. Peregangan awal dinding rektum disertai oleh timbulnya rasa ingin
buang air besar.
Jika keadaan tidak memungkinkan defekasi maka pengencangan sfingter ani
eksternus secara sengaja dapat mencegah defekasi meskipun refleks defekasi telah aktif.
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan
melemas, dan keinginan untuk buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya
mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum sema
memicu refleks defekasi. Selama periode inaktivitas, kedua sfingter tetap berkontraksi
untuk menjamin kontinensia tinja. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh
gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa
dengan glotis tertutup secara bersamaan. Tindakan ini sangat meningkatkan tekanan
intraabdomen, yang membantu mendorong rinja.
Tiga atau empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan
mencolok motilitas saat segmen-segmen besar kolon asendens dan transversum
berkontraksi secara simultan. mendorong tinja sepertiga sampai tiga perempat panjang
kolon dalam beberapa detik. Kontraksi masif ini, yang secara tepat dinamai gerakan massa,
mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi
defekasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon yang diperantarai
dari lambung ke kolon oleh gastrin dan saraf oronom ekstrinsik, yang menjadi pemicu
utama gerakan massa di kolon. Pada banyak orang, refleks ini paling jelas setelah sarapan
dan sering diikuti oleh keinginan untuk buang air besar. Karena itu, ketika makanan masuk
ke saluran cerna, rerpicu refleks-refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian
distal untuk menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolon
mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu refleks defeka

H. Gangguan Sistem Pencernaan


Gangguan pada sistem pencernaan dapat diakibatkan dari berbagai hal seperti
infeksi bakteri, kelainan pada saluran pencernaan, dan factor makanan yang menghasilkan
berbagai macam penyakit, diantaranya seperti :
1. Diare
Gangguan pencernaan ini membuat perut terasa mulas dan feses menjadi encer.
Gangguan ini terjadi karena selaput dinding usus besar mengalami iritasi. Ada
beberapa hal yang menyebabkan diare, salah satunya karena mengonsumsi
makanan yang tidak higienis. Hal ini membuat gerakan peristaltic usus menjadi

ii
tidak terkendali serta dalam usus besar tidak terjadi penyerapan air. Apbila dalam
feses bercampur dengan nanah atau darah maka gejala tersebut menunjukkan
adanya infeksi oleh bakteri shigella pada dinding usus besar.
2. Gastritis
Penyakit gangguan pada dinding lambung yang mengalami peradangan.
Peradangan ini disebabkan karena kadar asam klorida (HCL) terlalu tinggi. Selain
itu, gastritis juga bisa disebabkan karena mengonsumsi makann yang mengandung
kuman penyebab penyakit.

3. Maag
Penyakit yang ditandai dengan rasa perih pada dinding lambung. Selain itu, maag
disertai rasa mual dan perut kembung. Gangguan ini terjadi karena kadar asam
lambung yang tinggi. Penyebab utamanya disebabkan karena pola makan yang
tidak teratur atau stress dan lain sebagainya. Helicobacter pylor merupakan bakteri
penyebab terjadinya maag pada manusia.
4. Konstipasi/sembelit
Gangguan saat mengeluarkan feses keras. Hal ini disebabkan karena usus besar
menyerap air terlalu banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengonsumsi
makanan berserat seperti sayur atau buah dan kebiasaan menunda buang air besar.
5. Hemaroid/wasir
Pembengkakan pada pembuluh darah yang biasanya berada di sekitar atau di dalam
bokong, entah di anus atau di rectum. Biasanya kebanyakan hemaroid yaitu
penyakit ringan serta tidak menimbulkan adanya gejala. Gejala wasir seperti
adanya pendarahan setelah buang air besar, adanya benjolan yang tergantung di
luar anus, dan adanya rasa gatal di sekitaran anus. Biasanya penyakit ini dialami
oleh orang yang duduk terlalu lama atau wanita hamil.
6. Apendisitis
Gangguan peradangan pada umbai cacing atau usus buntu. Terjadi ketika sisa-sisa
makanan terjebak dan tidak bisa keluar dari umbai cacing sehingga lama kelamaan
umbai cacing akan menjadi busuk serta akan menimbulkan peradangan yang
menjalar ke usus buntu.
7. Tukak lambung
Keadaan dimana dinding lambung terluka. Gangguan ini disebabkan karena
terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka ini bisa juga muncul pada
dinding duodenum (usus kecil) serta esophagus (kerongkongan).

ii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi
ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi
molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan yang secara
umum terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar.
Organ-organ pencernaan memiliki fungsinya masing-masing dalam hal melakukan kerja
dalam sistem pencernaan. Organ-organ pencernaan memiliki kapasitas dalam bekerja yang
berbeda-beda dan tentunya harus dijaga kestabilannya agar tidak menyebabkan kerusakan ,
sehingga organ-organ tidak berfungsi semestinya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Hall,JE. Guyton and Hall.2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Philadephia;Elsevier. Ed.12

Lauralee,Sherwood.2019.Fisiologi Manusia.Jakarta;EGC Ed.9

Puspita,Egha Chandra.2014. Pengaruh Pemberian Metanil Yellow Peroral Dosis Bertingkat


Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histopatologi Duodenum Mencit BALB/C. Diakses
Melalui http://eprints.undip.ac.id/44612/ pada tanggal 3 Maret 2020.

Runtulalu, D.2015.Media Interaktif Pembelajaran Sistem Pencernaan. Diakses Melalui

https://publication.petra.ac.id pada 3 Maret 2020 pukul 10.24 WIB

Sloane,Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta; EGC

Universitas Negeri Yogyakarta.2020.Sistem Pencernaan. Diakses melalui https://staff.uny.ac.id

pada 3 Maret 2020.

ii

Anda mungkin juga menyukai