LP Dan Resume Igd Bedah
LP Dan Resume Igd Bedah
LP Dan Resume Igd Bedah
- Verbal (V)
Orientasi baik :5
Jawaban kacau :4
Berkata tidak sesuai : 4
Hanya mengerang :2
Tidak ada suara :1
2. Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
a. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera
setempat.
b. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan
terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.
Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :
- Lokasi
- Kekuatan
- Fraktur infeksi/ kompresi
- Rotasi
- Delarasi dan deselarasi
Mekanisme cedera kepala
- Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur
kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
- Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
- Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau
gangguan integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh
kekuatan pada tengkorak.
3. Patofisiologi
Berat ringannya daerah otak yang mengalami cedera akibat trauma
kapitis bergantung pada :
a. Besar dan kekuatan benturan
b. Arah dan tempat benturan
c. Sifat dan keadaan kepala sewaktu menerima benturan
Sehubungan dengan pelbagai aspek benturan tersebut maka dapat
mengakibatkan lesi otak berupa :
a. Lesi bentur (Coup)
b. Lesi antara (akibat pergeseran tulang, dasar tengkorak yang
menonjol/falx dengan otak, peregangan dan robeknya pembuluh
darah dan lain-lain = lesi media)
c. Lesi kontra (counter coup) Lesi benturan otak menimbulkan
beberapa kejadian berupa :
- Gangguan neurotransmitter sehingga terjadi blok depolarisasi
pada sistem ARAS (Ascending Reticular Activating System
yang bermula dari brain stem)
- Retensi cairan dan elektrolit pada hari pertama kejadian
- Peninggian tekanan intra kranial ( + edema serebri)
- Perdarahan petechiae parenchym ataupun perdarahan besar
- Kerusakan otak primer berupa cedera pada akson yang bisa
merupakan peregangan ataupun sampai robeknya akson di
substansia alba yang bisa meluas secara difus ke hemisfer
sampai ke batang otak
- Kerusakan otak sekunder akibat proses desak ruang yang
meninggi dan komplikasi sistemik hipotensi, hipoksemia dan
asidosis
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3
kategori utama ( Hoffman, dkk, 1996):
a. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea,
vomitus
b. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian
dan berfikir kompleks
c. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas
Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :
a. Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.
b. Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkn lenyap.
d. Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan
peningkatan TIK.
e. Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
f. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara
dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
5. Komplikasi
a. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior
dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari
tulang temporal.
b. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam
pertama dini, minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
c. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada
rangkai hipofisis meyulitkan penghentian sekresi hormone
antidiupetik.
6. Pemeriksaan penunjang
- CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan
ukuran ventrikel pergeseran cairan otak.
- MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.
- Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan
trauma.
- EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
- Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur
pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema
dan adanya frakmen tulang).
- BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek
dan batang otak..
- PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas
metabolisme pada otak.
- Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan
subaractinoid.
- Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang
berpengaruh dalam peningkatan TIK.
- GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi
atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.
- Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.
- Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder dapat disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotensi maupun hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Turner, 2000).
Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada penderita cedera kepala
(Turner, 2000). Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :
a. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
b. Stabilisasi vertebra servikalis pada semua kasus trauma
c. Berikan oksigenasi
d. Awasi tekanan darah
e. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovolemik atau neurogenik
f. Atasi shock
g. Awasi kemungkinan munculnya kejang
b. Sekunder survey
- Kepala : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, bentuk rambut ikal, tidak
ada masa, tidak nyeri pada saat di tekan.
- Wajah : bentuk wajah bulat, warna kulit coklat, tidak ada lesi, pucat pada
wajah, tidak nyeri pada saat di tekan.
- Mata : bentuk mata bulat, warna mata hitam, konjungtiva tampak pucat, bulu
mata lentik, bulu alis tebal merata.
- Hidung : bentuk hidung mancung, kedua lubang hidung simetris, tidak ada
lesi/benjolan, tidak nyeri pada saat di tekan.
- Mulut : bibir kering, gigi lengkap dan rata, tidak sariwan, lidah bersih tidak
kotor
- Dada : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdengar suara ronkhi
- Tangan : jari tangan lengkap, warna kulit coklat, bentuk kedua tangan simetris,
tidak ada lesi
- Kaki : jari-jari kaki lengkap, tidak ada lesi, bentuk kaki simetris
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
di tetapkan .Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan,mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
dan menilai data yang baru (NOC edisi kelima 2013- NIC edisi keenam 2013), tahap-
tahap dalam pelaksanaan :
a. Tahap persiapan
Review rencana tindakan keperawatan.
Analisa pengetahuan dan ketrampilan yang di perlukan.
Mempersiapkan peralatan yang di perlukan (waktu,tenaga ,alat).
Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Memperhatikan hak-hak pasien.
b. Tahap pelaksanaan
Berfokus pada klien
Berorientasi pada tujuan dan criteria hasil
Memperhatikan keamanan fisik dan psikologi klien.
Kompoten
c. Tahap sesudah pelaksanaan
Menilai keberhasilan tindakan .
Mendokumentasi tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang
telah dilakukan sebagai berikut :
a. Apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
b. Apakah masalah yang ada telah teratasi
c. Apakah perlu pengkajian kembali
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengkajian Primer
1. Identitas
a. No Register : 906750 Diagnosa Medis : TBI
b. Nama :Tn “ M ”
c. Jenis Kelamin :laki-laki
d. Tanggal Lahir :07-08-1975/ 44 thn
e. Pekerjaan : wiraswasta
f. Status Perkawinan : menikah
g. Triage :emergency
h. Keluhan Utama : penurunan kesadaran
i. Mekanisme Cedera : klien jatuh dari motor karena menabrak seekor anjing
dan di temukan oleh warga tergeletak di jalan. Klien mengalami penurunan
kesadaran sejak 29 jam yang lalu sebelum masuk RS setelah kecelakaan
tersebut. Riwatan muntah tidak ada, riwayan kejang tidak ada.
2. AIRWAY
a. Jalan Nafas : paten
b. Obstruksi : tidak terdapat putum
c. Suara Nafas : wheezing
d. Retraksi otot dada : ada
e. RR 30X/i
3. BREATHING
a. Gerakan dada : simetris
b. Pola napas : tachypnea
c. Retraksi otot dad : ada
d. respirasi : 30x/menit
4. CIRCULATION
a. Nadi : teraba (98x/i)
b. Sianosis :tidak ada
c. CRT : <2
5. DISABILITY
a. Keadaan Umum : lemah
b. GCS : E2V4M4
c. Pupil : isokor
d. Reflex cahaya : ada
6. EXPOSURE
a. Deformitas : tidak ada
b. Contusio : tidak ada
c. Abrasi : tidak ada
d. Penetrasi : tidak ada
e. Laserasi : ada
f. Edema : tidak ada
g. Keluhan Lain : tidak ada
7. Masalah Keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral)
B. `Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit saat ini :
Saat ini klien dirawat d IGD bedah rs wahidin sudirohusodo dengan
keluhan penurunan kesadaran GCS (E2V4M4)
TD : 190/90
N : 108X/I
P : 30 X/I
S : 36,7
b. Alergi : tidak ada
c. Medikasi : ceftasidime 1gr/12 jam/IV, omeprazole 40mg/8 jam/IV, ketorolac
30mg/8 jam/IV.
d. Riwayat Penyakit Sebelumya :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien belumpernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya, dan klien tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
CP. IA
KLASIFIKASI
ANALISA DATA
Rangsangan simpatis
Tahanan vaskuler
sistemik
Peningkatan tekanan
pembuluh darah
pulmonal
tekanan hidrostatik
difusi o2 terhambat
hipoksia jaringan
gangguan perfusi
jaringan serebral
TD : 190/90 tulang
N : 108X/I
P : 30 X/I Nyeri akut
S : 36,7
- Skala nyeri 3
( BPS )
Factor resiko Penurunan kesadaran Resiko jatuh
- Penurunan tingkat
kesadaran
- Perubahan fungsi Resiko jatuh
kognitif
- Kekuatan otot
menurun
DO
Resiko jatuh 25
( resiko sedang)
Klien tampak
gelisah
Terpasang restrain
di kedua
ekstremitas atas
CP II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TGL DITEMUKAN TGL TERATASI
KEPERAWATAN
1 Pola napas tidak efektif 06 januari 2020
2 Gangguan perfusi jaringan
06 januari 2020
cerebral
3 Nyeri akut 06 januari 2020
4 Resiko jatuh
06 januari 2020
5 Resiko infeksi
06 januari 2020
CP III
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O KRITERIA HASIL
1. Pola napas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas
tidak keperawatan 1x8 jam, 2. Auskultasi bunyi napas
efektif diharapkan dangguan 3. Monitor saturasi oksigen
perfusi jaringan cerebral 4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
dapat teratasi secara kondisi pasien
maksimal dengan kriteria Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
hasil : 5. Pasang o2 sesuai kebutuhan
- Klien tidak
sesak napas lagi
- Tidak ada suara
napas tambahan
- Jumlah
pernapasan
dalam rentang
nornam (16-24
x/I )
5 Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. monitor tanda dan gejala infeksi local dan
infeksi keperawatan 1x8 jam, sitemik terapiutik
diharapkan dangguan 2. jelaskan tanda dan gejala infeksi
perfusi jaringan cerebral 3. pertahankan teknik aseptic pada pasien
dapat teratasi secara beresiko tinggi
maksimal dengan kriteria 4. kolaborasi pemberian antibiotic jika perlu
hasil :
- integritas kulit dan
jaringan
- kntrol resiko
CP IV DAN CP V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI