Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pel Kep Jiwa PD Situasi Bencana Kel 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA

PADA SITUASI BENCANA

DOSEN PEMBIMBING :

NS. NOFRIDA SASWATI, M.KEP

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ELI SUSANTI

MELDA KARTIKA SARI

PEBRI INKA LESTARI

YULIA RAHMAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
“PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA”, Pada mata
kuliah Keperawatan Jiwa I.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas
petunjuk dan risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang
telah membantu kami memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Kami dapat
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Jambi, 07 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1............................................................................................................................
Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2............................................................................................................................
Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3............................................................................................................................
Tujuan................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bencana............................................................................................... 2

2.2. Fase – Fase Bencana......................................................................................... 3

2.3. Permasalahan Dalam Penanggulangan Bencana.............................................. 3

2.4. Kelompok Rentan Bencana.............................................................................. 4

2.5 Paradigma Penanggulangan Bencana................................................................ 4

2.6. Pengurangan Resiko Bencana........................................................................... 5

2.7. Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana.............................. 5

2.8 Jenis Kegiatan Siaga Bencana........................................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 8

3.2 Saran.................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alammemakan jiwa yang
jumlahnya tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap dalam
memperkirakan bencana alam yang datang tiba-tiba. Profesi keperawatan bersifat luwes
dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian
asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga
tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang
sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi
kondisi seperti ini. (Keliat, Farida Jusumawati. 2010)
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat
dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
Aspek psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya fisik :
kehilangan barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga sosial : kehilangan
aktivitas, kehilangan ikatan kekeluargaan dan lain sebagainya. Mengingat dampak
psikologis bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka yang mengalami dampak besar
namun jumlah profesional kesehatan mental terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater
sedikit). Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan
merupakan proses yang relatif panjang. Sehinnga perlu dirancang sebuah strategi
penanganan bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan
menggunakan suatu system teknologi modern.(Iyus,Yosep.2013)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pentingnya peran mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap bencana?
b. Bagaimana bentuk kegiatan yang bisa dilakukan?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui peran penting mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam
situasi tanggap bencana.
b. Untuk mengetahui bentuk peran dan kegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa
dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana

Definisi bencana menurut (Iyus, Yosep. 2013) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Dalam setiap
bencana yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan jiwa, baik dalam kasus bencana
alam, misalnya gempa bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang diakibatkan
oleh manusia, misalnya perang atau kekerasan interpersonal. Kebutuhan langsung dari
populasi yang terkena bencana alam seringkali merupakan kebutuhan fisik :
perlindungan, air, makanan dan pelayanan kesehatandasar. Namun, perlu diingat bahwa
semua orang yang mengalami dan hidup dalam situasi yang tidak menentu akan
menderita trauma. Banyak permasalahan migran dan orang-orang terlantar lainnya,
berhubungan dengan konsekuensi dari bencana itu sendiri. Disinilah pentingnya pokok
masalah kesehatan jiwa transkultural bersama-sama dengan masalah fisik bagi korban
bencana.

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap


kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat. Stress pasca
trauma (posttraumatic stress disorder (PTSD)) merupakan kelainan psikologis yang
umum diteliti setelah terjadinya bencana. PTSD dicirikan dengan adanya gangguan
ingatan secara permanen terkait kejadiantraumatik, perilaku menghindar dari rangsangan
terkait trauma dan mengalami gangguan meningkat terus-menerus. Angka kejadian
PSTD pada korban yang mengalami bencana langsung yang selamat ≤ 30% - 40%.
Pengamatan pada 262 korban tsunami di Aceh menunjukkan bahwa 83,6% mengalami
tekanan emosi berat dan 77,1% menunjukkan gejala depresi. Bencana dapat didefinisikan
sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Jenis – jenis bencana:

a. Bencana alam (Natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,


genangan, gempa bumi, gunung meletus, dan lain sebagainya.

2
b. Bencana ulah manusia (Man-made disaster), yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan, sabotase,
dan lain sebagainya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas :

a. Bencana lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran zat kimia, dan lainnya.
b. Bencana regional, bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor seperti alam, banjir, letusan
gunung dan lainnya.
(Iyus, Yosep. 2013)

2.2 Fase – Fase Bencana

Menurut (Keliat, Farida Kusumawati. 2010), ada 3 fase yang dapat menyebabkan
terjadinya bencana, yaitu :

a. Fase preimpact, merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan masyarakat.
b. Fase impact, merupakan fase terjadinya klimaksbencana. Inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup. Fase impact ini terus berlanjut
hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
c. Fase postimpact, merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat. Tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal. Secara umum, pada fase ini para korban akan mengalami tahap respons
fisiologis, mulai dari penolakan (denial), marah (angry), tawar menawar (bargaing),
depresi (depression), hingga penerimaan (acceptance).

2.3 Permasalahan Dalam Penanggulangan Bencana

Secara umum masyarakat di Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah


memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :

a. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.


b. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA.
c. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan.

3
d. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.

2.4 Kelompok Rentan Bencana

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu. Kerentanan terbagi atas :

a. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi


ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarajat yang tinggal
didaerah rawan gempa.
b. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat daklam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
c. Kerentanan sosial, kondisi sosial masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, dan
pengetahuan tentang bencana.
d. Kerentanan lingkungan, keadaan sekitar masyarakat tinggal, misalnya masyarakat
yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana
tanah longsor.
(Iyus, Yosep. 2013)

2.5 Paradigma Penanggulangan Bencana

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigma dari


konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan dan
korban harus segera mendapatkan pertolongan, ke paradigma pendekatan holistic, yakni
menampakkan bencana dalam tata rangka managerial yang dikenali dari bahaya,
kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini, dipersepsikan bahwa bencana
merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana
dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi
rawan bencana serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan
penanganan bencana. (Iyus, Yosep. 2013)

4
2.6 Pengurangan Resiko Bencana

Tahapan penyelengaraan penanggulangan bencana menurut (Iyus, Yosep. 2013)


meliputi:

a. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan


bencana, pengurangan resiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan pelatihan serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana (Kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).
b. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan
sumber daya, penentuan status keadaan darurat, penyelamatan dan evaluasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan kesehatan.
c. Pasca bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah
bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, sosial, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan
kesehatan).

2.7 Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit saja, tetapi pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut
memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan saja, melainkan
memiliki kemampuan tanggap bencana juga sangat dibutuhkan saat keadaan darurat. Hal
ini diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak
melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu
dibandingkan dengan mahasiswa keperawatan, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

2.8 Jenis Kegiatan Siaga Bencana

Kegiatan penanganan siaga bencana berbeda dibandingkan pertolongan medis


dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting.

5
Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam
situasi tanggap bencana :

a. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik


Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka, kerusakan fasilitas pribadi dan
umum, yang akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para
relawan. Hal urgen yang paling dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan
dari tenaga kesehatan. Mahasiswa keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik
berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional lainnya,
secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan
bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka,dan lainnya sesuai
dengan profesi keperawatan.
b. Pemberian bantuan
Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makanan, obat-obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan
tersebut bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi
bencana dengan mendirikan posko bantuan. Selain itu, hal yang harus difokuskan
dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan oleh para korban pada saat itu, sehingga tidak akan ada lagi para
korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang
menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
c. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam,
ketakutan dan kehilangan berat. Apabila trauma ini berkelanjutan, akan
mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal yang
dibutuhkan dalam penanganan situasi ini adalah pemulihan kesehatan mental yang
dapat dilakukan oleh mahasiswa keperawatan.
d. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena bencana biasanya akan menjadi
terkantung-kantung tidak jelas akibat memburuknya keadaan pasca bencana, akibat
kehilangan harta benda yang mereka miliki, sehingga banyak diantara mereka yang

6
salah arah dalam menentukan kehidupan selanjutnya. Cara agar membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa
keperawatan dapat melakukan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instalasi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang tersebut.
Sehingga diharapkan masyarakat disekitar daerah tersebut akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan diatas diperlukan beberapa hal yang harus dimiliki
oleh seseorang mahasiswa keperawatan, diantaranya :
a. Mahasiswa keperawatan harus memiliki skill keperawatan yang baik
Sebagai mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pertolongan dalam
penanganan bencana, harus mempunyai skill dalam keperawatan, dengan bekal
tersebut mahasiswa akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
b. Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dan setiap elemen masyarakat
termasuk mahasiswa keperawatan, kepedeulian tersebut tercermin dari rasa empati
dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga
dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu meringkankan beban
penderitaan korban bencana.
c. Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segala hal yang
terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang
secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan
sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia-sia. Dalam melakukan tindakan di
daerah bencana, mahasiswa keperawatan dituntut untuk mampu memiliki kesiapan
dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.
(Keliat, Farida Kusumawati. 2010)

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap


kesehatan fisik maupunpsikologis pada korban bencana yang selamat. Menurut Barbara
Santamaria ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana, yaitu fase pre impact, fase
impact dan fase post impact. Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada
instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan
juga dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Untuk mewujudkan tindakan diatas,
perlu diadakannya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seseorang mahasiswa
keperawatan, diantaranya mahasiswa keperwatan harus memiliki skill keperawatan yang
baik, mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, mahasiswa
keperawatan harus memahami managemen siaga bencana.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, mahasiswa keperawatan diharapkan bisa


turut andil dalam melakukan kegiatan tanggap bencana, tidak hanya dituntut mampu
memiliki kemampuan intelektual namun harus memiliki jiwa kemanusiaan melalui aksi
siaga bencana.

8
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Iyus Yosep. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung : EGC

Depkes RI. 2014. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai