KELOMPOK
KELOMPOK
KELOMPOK
Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh
1. Makkatul Hikmah (P27820117062)
2. Faizatus Sholihah (P27820117072)
3. Intan Trianggriwarni (P27820117077)
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul“Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Herpes”
Adapun Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dengan
mencari sumber di beberapa media, bimbingan bapak/ibu dosen dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................1
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian.........................................................................................2
2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................6
2.3 Intervensi Kesehatan..........................................................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................10
Daftar Pustaka
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum.
Diperkirakan bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit
ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular
infeksi ini daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat kelamin atau
anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi ini adalah penyakit
menular disebabkan oleh penularan virus Herpes Simplex Virus (HSV). Virus
ini akan ditularkan selama hubungan intim atau selama kontakan antara dua
alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes membuktikan bahwa penyakit ini
terutama mulut mempengaruhi organ dan alat kelamin HSV 1 mempengaruhi
bibir berupa lepuh dan luka dingin. Sedangkan HSV 2 menginfeksi alat
kelamin manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan herpes
simpleks dan zoster?
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan herpes
simpleks dan zoster?
4
2.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Identitas Pasien
a. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja
dan dewasa muda. jenis kelamin dapat terjadi pada pria dan wanita.
Pekerjaan beresiko tinggi pada penjajak seks komersial. Sementara untuk
herpes zoster seirng terjadi pada anak usia di atas 10 tahun atau kelompok
dewasa)
b. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan pada herpes zoster
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke
rumah sakit atau tempat pelayanan ke- sehatan lain adalah nyeri pada
daerah terdapatnya vesikel ber- kelompok.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang
mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh
atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit
herpes simplek maupun zoster atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
Pola-Pola Kesehatan
a. Persepsi terhadap kesehatan
5
Penderita herpes tidak begitu memperhatikan kesehatan tetapi klien juga
tidak melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatanya. Jika
klien sakit biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak
sembuh pasien baru pergi ke dokter terdekat
b. Pola nutrisi metabolic
Pada penderita herpes nafsu makannya terganggu karena jika makan
penderita herpes merasa mual.
c. Pola eliminasi
Pada penderita herpes kebiasan yang terjadi :
BAB : encer dan nyeri pada daerah genetalis
BAK : nyeri saat BAK
d. Pola istirahat tidur
Pada pola istirahat penderita herpes terjadi gangguan susah tidur
dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal yang dideritanya
e. Pola aktivitas dan latihan
Penderita herpes simpleks yang masihh ringan mungkin masi mampu
melakukan aktifitas sendiri namun penderita yang cukup berat mereka
akan merasa nyeri sehingga aktivitasnya akan terganggu
f. Pola peran dan hubungan
Hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang menular dan membuatnya menarik diri akan penyakit
yang diderita
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Harga diri : Terganggu
2) Ideal diri : Terganggu
3) Identitas diri : Terganggu
4) Gambaran diri : Terganggu
5) Peran diri : Tidak terganggu
h. Pola Sensori dan Kognitif
1) Status mental sadar
2) Kemampuan interaksi,penderita herpes terganggu karena penyakitnya
yang menular
6
3) Pendengaran penderita herpes baik
4) Penglihatan penderita herpes agak berkurang karena penyakit herpes
simplex yang menyerang mata
i. Pola reproduksi seksual
Penderita herpes merasa terganggu dengan pola seksual reproduksinya.
Karena penderita herpes mengalami penyakit yang menyerang genital
j. Koping Stress dan Toleransi Stress
klien dengan penyakit herpes memungkinkan terjadinya stress tinggi
dikarenakan penyakit ini terjadi pada kulit dan menyebabkan perubahan
pada bagian tubuh. Mungkin saja pasien menjadi malu dan hal tersebut
memicu stress. Koping stress tiap individu berbeda-beda tergantung
bagaimana klien mengendalikan stressnya
Pengkajian fisik
a. Tekanan Darah Meningkat
b. Nadi Meningkat
c. Pernafasan Meningkat
d. Suhu tubuh
e. Kulit
Kelembaban kulit, bersih, turgor, tidak terdapat pitting edema, warna
kulit, tidak ada hiperpigmentasi. Pada herpes zoster Pada inspeksi kulit
ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai dengan alur dermstom (ini
tanda yang khas pada herpes zoster karena virus ini berdiam di ganglion
posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis). Vesikel ini berisi
cairan jernih yang kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat
menjadi pustula dan krusta. Kadang ditemukan vesikel berisi nanah dan
darah yang disebut herpes zoster hemoragik. Apabila yang terserang
adalah ganglion kranialis, dapat ditemukan adanya kelainan motorik.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas, misalnya
kelainan pada wajah karena gangguan pada nerous trigeminmus nervus
fasialis, dan oligus.
f. Kepala
Bentuk kepala,kebersihan, berbau, terdapat lesi, warna rambut
g. Mata
Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi gerak mata simetris
dan mampu mengikuti pergerakan.
7
h. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung..
i. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen
tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
j. Mulut
Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
stomatitis dan gigi. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang
membentuk gelembung yang berisi cairan.
k. Inguinal-genetalia-anus
Wanita : daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi.
Pria : daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang
penis, uretra, dan daerah anus. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi.
Pemeriksaan Diagnostik
Infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) dapat ditegakkan dengan cara isolasi
virus pada kultur jaringan. Keberhasilan kultur jaringan bergantung pada
operator, dan pemeriksaan kultur dapat menghasilkan hasil vang positif dalam
48 jam setelan inokulasi.
a. Tzanck Smcar
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-cosin, giemsa’s,wright’s,
tuloidine blue ataupun papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop
cahaya akan dijumpai multinuulcated giant cells
b. Direct Fluorescent Assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel. Hasil pemeriksaan cepat.
Membutuhkan mikroskop fluorescense. Tes ini dapat menemukan antigen
virus simplek virus pemeriksan ini dapat membedakan antar virus herpes
simplek dengan virus varisela zoster.
8
c. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif. dengan
metode ini dapat menguunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk kusta dapat juga digunakan
sebagai preparat
d. EIA enzim imunoassay
EIA untuk antibodi biasnya merupakan pemeriksaan tidak langsung yang
bergantung pada pemakaian konjugat enzim antibodi anti igG dan igM
manusia. Prosedur EIA yang populer adalah inkubasi larutan spesimen
pasien dengan antigen agen infeksiun yang diletakkan ke suatu fase padat
(plastik, tabung, baki mikroliter)
e. Tes serologik igM dan igG tipe spesifik
IgM baru dapat dideteksi 4 – 7 hari infeksi mencapai puncak setelah 2 -4
minggu. Dan menetap selama 2 – 3 bulan, bahkan sampai 9 bulan
sedangkan igG baru dapat dideteksi setelah 2 – 3 minggu infeksi,
mencapai puncak setelah 4-6 minggu dan menetap lama bahkan dapat
seumur hidup. Antibodi igM dan igG hanya memberi gambaran keadaan
infeksi akut atau kronik dari penyakit herpes genitalia.
Pada herpes zoster pada pemeriksaan Sitologi (64% zanck smear positif)
adanya sel raksasa yang multiokuler dan okantolitik
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis (inflamasi)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Defisit pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur kulit
genitalia sekunder
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis
(inflamasi)
Tujuan dan kriteria hasil
9
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
kriteria hasil :
a. keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Menarik diri menurun
e. Frekuensi nadi membaik
f. Pola napas membaik
g. Tekanan darah membaik
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Jelaskan strategi meredakan nyeri
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi
distraksi dan relaksasi)
e. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi
membaik dengan kriteria hasil :
a. suhu tubuh membaik (36,50C-37,50C)
b. Suhu kulit membaik
c. Kulit merah menurun
Intervensi :
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor haluskan urine
d. Sediakan lingkungan yang dingin
e. Berikan cairan oral
f. Basahi dan kipasi permukaan tubub
g. Anjurkan tirah baring
10
h. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra Vena, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil :
a. Perilaku gelisah menurun
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
c. Pola tidur membaik
d. konsentrasi meningkat
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda ansietas
b. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Defisit pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
Kriteria hasil :
a. klien dapat berperilaku sesuai anjuran
b. Klien dapat berperilaku sesuai dengan pengetahuan
c. Persepsi yang keliru terhadap masalah
Intervensi :
a. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
b. Sediakan materi dan media pendidikan kedehatan
c. Jelaskan faktor risiko yanh dapat mempengaruhi kesehatan
d. Ajarkan perilku hidup bersih dan sehat
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur kulit
genitalia sekunder
Kriteria Hasil :
a. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
11
b. Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain menurun
c. Hubungan sosial meningkat
Intervensi :
a. Identifikaso perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi soasial
b. Monitor frekuensi pernyataan krtitis terhadap diri sendiru
c. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
d. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi cita tubuh penyakit
herpes pada genitalia
e. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu virus Herpes Simpleks tipe 1
dan 2. dimana akibat yang ditimbulkan berupa luka pada kulit, rasa nyeri, panas,
dan lepuhan seperti luka terbakar. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari kontak langsung, memperkecil kemungkinan terjadinya penularan
secara tidak langsung, tidak memakai benda bersama-sama dengan penderita
herpes, dan menghindari faktor pencetus. Upaya pengobatan yang dilakukan
yaitu dengan mengkonsumsi obat kumur anestetik, mengkonsumsi vitamin C.
3.2 Saran
Meskipun sampai saat ini belum diketahui adanya penyakit yang
disebabkan oleh virus Herpes, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap
virus Herpes, mengingat virus ini sangat cepat menular, menyebabkan kematian,
dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi virus
Herpes..
ii
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif & Sari, Kumala.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen.Jakarta:Salemba Medika
Rahariyani,Lutfia D.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen.Jakarta:EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik.Jakarta:Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus
PPNI
iii