Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Aspek Geomorf

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mutiara Handayani

Npm : 1853034010

Kelas : Genap/B

Mata Kuliah : Geomorfologi

Dosen Pengampu : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si.

KETERKAITAN DARI 4 ASPEK GEOMORFOLOGI

Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan
proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami
kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan
dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan
menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling.

Proses Geomorfik yang bekerja pada masa geologi juga bekerja sekarang. The
present is the key to the past, struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang
dominan dalam evolusi bentuk lahan. Proses Geomorfologi meninggalkan bekas
tertentu pada bentuk lahan dan setiap proses geomorfologi yang bekerja
meninggalkan karakteristik tertentu pada masing-masing perkembangannya.

Selama sejarah perkembangan Geografi, dikenal dua objek kajian utama, yaitu:
Geografi Fisik, yang mendasarkan pada objek bentang alami (natural landscape)
dengan penekanan pada bentuk lahan (landform), dan Geografi Sosial, yang
mendasarkan kepada objek bentang budaya (cultural landscape). Dalam
geomorfologi, dikaji 3 pendekatan yang diantaranya adalah pendekatan keruangan,
kompleks wilayah dan pendekatan ekologi serta 4 aspek geomorfologi. 4 aspek
geomorfologi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Aspek Morfologi
Aspek morfologi ini menyangkut 2 aspek yaitu aspek morfografi dan
morfometri. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dalam mengkaji analisis
geomorfologi.
a. Morfografi : Merupakan susunan dari objek alami yang ada di
permukaan bumi , sesuai dengan proses pembentukannya. Secara lebih
jelas bahwa aspek morfografi dipandang sebagai suatu pemerian tentang
komposisi bentuk yang mengisi di daerah bersangkutan seperti teras
sungai, kipas alluvial, dataran banjir, kerucut gunung api, perbukitan,
antiklinal dan lainnya. Morfografi merupakan suatu susunan dari objek
alami yang ada di permukaan bumi sesuai dengan pembentukannya.
b. Morfometri : Merupakan aspek pemeri dari bentuk lahan secara
kuantitatif seperti kemiringan lereng, ketinggian tempat, beda tinggi,
bentuk lereng dan tingkat percabangan sungai. Mencangkup data
kauntitaif yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan cara
pengukuran maupun dari data peta topografi, citra foto dan non foto.

2. Aspek Morfogenesa (Morfogenetic Aspect)


Morfogenesa merupakan asal usul pembentukan bentuk lahan dan
perkembangannya. Proses ini dapat dibedakan berdasarkna tenaga
geomorfologi pembentuk bentuk lahan. Menurut Vestapen dan Van Zuidam
(1985) membagi proses menjadi proses fluvial, marin, eolin, glasial, volkanis,
solusional, dan proses tektonis. Proses tersebut menghasilkan bentuk lahan
yang mengukir konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda satu sama
lain di beberapa tempat di permukaan bumi. Perbedaan tersebut dapat berupa
umur, materi, relief atau topografi dan struktur geologi . Vestapen ,
membedakan bentuk lahan atas dasar genesa bentuk lahan tersebut.

3. Aspek Morfokronologi
Morfokronologi merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi
sebagai hasil proses geomorfologis. Adanya perbedaan urutan secara alami
menyebabkan terjadinya perbedaan urutan umur bentuk lahan dari yang paling
awal hingga yang paling akhir, masing-maisng paling tua dan paling muda.
umur bentuk lahan dapat dinyatakan secara relative dan absolut, dalam
kaitannya dengan umur bentuk lahan dapat dilihat pula terjadinya proses
pelapukan, pembentukan tanah dan erosi serta sedimentasi, sehingga
menentukan pula terhadap potensi suatu lahan yang selanjutnya menentukan
terhadap pemanfaatannya.

4. Aspek Morfoasosiasi
Morfoasosiasi merupakan kaitan antara bentuk lahan yang satu dengan bentuk
lahan yang lain, dalam susunan keruangan atau sebarannya di permukaan
bumi. Aspek ini sangat penting dalam geomorfologi, karena bentuk lahan
yang ada di permukaan bumi pembentukannya sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain topografi, batuan, proses, iklim (tempratur dna
curah hujan, kelembapan) vegetasi, organisme dan waktu. Adanya beberapa
faktor tersebut, maka keberadaan bentuk lahan penyusun permukaan bumi ini
ditemukan adanya kaitan antara bentuk lahan yang satu dengan yang lainnya.

Bentuk lahan merupakan adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan


berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi,
paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentuk lahan antara lain adalah
bukit dan lembah. Bentuk lahan dikaji secara kuantitatif maupun kualitatif
(morfometri) dimana tujuannya mendiskripsikan relief bumi. Bentuk lahan
konstruksional misalnya gunung api, patahan, lipatan, dataran, plato, dome
dan pegunungan kompleks.

Pada proses terbentuknya bentuk lahan, sangat dipengaruhi oleh proses


pelapukan dan proses erosi pada jenis batuan yang berbeda, bergantung pada
kondisi iklim, alam dan struktur batuan penyusunnya serta lama terjadinya
proses morfogenesis. Bentuk lahan merefleksikan jenis batuan dan kepekaan
jenis batuan terhadap erosi dan pelapukan. Para fisiograf mendefinisikan
bentuk lahan adalah berbagai kenampakan (multitudinous features).

Dalam ke 4 aspek geomorfologi, aspek ini menghasilkan bermacam-macam


klasifikasi bentuk lahan, menurut Vestappen (1983) adam10 bentuk lahan
berdasarkan proses genesisnya, yaitu:
1. Bentuk Lahan Asal Struktural
Terbentuk karena adanya tenaga endogen yang mendorong lempeng
samudra menunjam lempeng benua. Bentuk lahan struktural terbentuk
karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa
pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat
konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan
muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. Pada awalnya struktural
antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal
nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat
dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan dari
penyebaran reliefnya.
2. Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Terbentuk oleh hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari
bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi)
maupun yang membeku dalam permukaan bumi (instrusi).

3. Bentuk Lahan Asal Denudasi


Terbentuk oleh proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi
akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating)
dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung
menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

4. Bentuk Lahan Asal Fluvial


Terbentuk karena proses yang terjadi di alam fisika atau kimia yang
mengakibatkan adanya bentuk perubahan pada permukaan bumi,
disebabkan oleh aksi air permukaan baik yang mengalir atau tidak.

5. Bentuk Lahan Asal Marine


Dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing curam, pantai
berpasir, pantai berkarnag maupun berlumpur. Proses marine memiliki
pengaruh yang sangat aktif pada daeha pesisir sepanjang pantai.

6. Bentuk Lahan Asal Glasial


Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini,
kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal
glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu
bentang alam.

7. Bentuk Lahan Asal Aeolin


Terjadi karena bentukan asal proses angin dan gabungan pelapukan
dengan aliran air . Dimana dalam proses terjadinya melalui pengikisan,
pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti
halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah
pasir yang halus dan memiliki kemampuan untuk mengikis, mengangkut,
dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu.
8. Bentuk Lahan Asal Solusional
Bentuk lahan ini dihasilkan oleh pelarutan batuan, banyak terdapat pada
daerah kapur (karst).

9. Bentuk Lahan Asal Organik


Bentuk lahan ini dihasilkan oleh aktivitas organisme, contohnya adalah
terumbu karang dan pantai bakau.

10. Bentuk Lahan Asal Antropogenik


Bentuk lahan ini dihasilkan oleh aktivitas manusia, contohnya kota dan
pelabuhan. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja
dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk
lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak
sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada
DAFTAR REFRENSI

http://rizkihidayat09.wordpress.com
http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-fluvial.html
Diakses pada Sabtu, 2 Mei 2020 pukul 22:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai