Pengobatan Ruqyah
Pengobatan Ruqyah
Pengobatan Ruqyah
Diposting oleh HeNdRa pada Dec 26, '07 5:19 AM untuk semuanya
DEFINISI: Ruqyah Syar'iyah adalah sebuah terapi syar'i dengan cara pembacaan ayat-ayat suci
Al-Qur'an dan do'a-do'a perlindungan yang bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
yang dilakukan seorang muslim, baik dengan tujuan untuk penjagaan dan perlindungan diri
sendiri atau orang lain dari pengaruh jahat pandangan mata (al-'ain) manusia dan jin, kerasukan,
pengaruh sihir, gangguan kejiwaan, berbagai penyakit fisik dan lain-lain; Maupun dengan tujuan
untuk pengobatan dan penyembuhan bagi orang yang terkena salah satu diantara jenis-jenis
gangguan dan penyakit tersebut.
PENTING: Istilah Ruqyah disertai kata Syar'iyah dimaksudkan bahwa, terapi ini dalam
pelaksanaannya harus murni semurni-murninya sesuai dengan batasan-batasan Syari'ah Islam
yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan hal itu baik dalam kemurnian Aqidah, niat dan
tujuan, muatan dan isi, maupun tata cara pelaksanaan. Jadi harus bersih sebersih-bersihnya dari
unsur-unsur campuran yang tidak berdasar (bid'ah) dan yang melanggar hukum Syara'.
1. Menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hal penjagaan dan
perlindungan diri serta terapi pengobatan penyakit jiwa maupun fisik.
2. Minimnya pembentengan diri dengan wirid - wirid dan dzikir- dzikir syar'i, sehingga banyak
kalangan yang berpeluang terkena pengaruh buruk pandangan mata kedengkian manusia dan
jin. Disamping banyaknya korban kejahatan dunia sihir dan perdukunan.
3. Beragamnya faktor penyebab campur tangan dan gangguan jin di alam manusia melalui
berbagai pintu, antara lain :
a. Pintu kelemahan kondisi psikologis (kejiwaan) seperti : Perasaan takut sekali, sedih sekali,
marah sekali, kelalaian hati dari zikrudllah dan semacamnya
c. Pintu bid'ah dengan segala macam dan tingkatannya yang tersebar di tengah - tengah
masyarakat.
e. Pintu dunia beladiri dan olah kanoragan dengan menggunakan tenaga dalam.
5. Ruqyah syar'iyah merupakan sarana dan faktor yang sangat efektif dalam penjagaan dan
peningkatan kondisi ruhani dan keimanan khususnya bagi aktifis da'wah Islam.
“ Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang
yang mu’min “( Al-Isra : 82 ). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “
Asysyifa “ yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.” Hai manusia , telah
datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari tuhanmu dan sebagai obat penyembuh
jiwa ,sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ” ( Yunus : 57 ).
1. Nabi Isa. As
“ Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani Israil .Katanya : Aku ini datang
kepadamu membawa tanda Mukjizat dari tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat
ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor dengan izin Allah.
Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit sopak dan menghidupkan orang
mati dengan izin Allah “ ( QS.Ali Imran : 49 ).
Menurut para Mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan sopak dengan cara
diusap dengan tangan-Nya mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena sopak dengan
izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.
2. Nabi Musa. As
Sebagai seorang Rasul yang sangat dalam ilmunya dan sanggup melumpuhkan
Fira’un sang raja kafir yang sangat kuat dan menguasai sebagian besar alam, karena
sangat kuasanya sampai –sampai dia mengaku dirinya tuhan dari segala makhluk.” Maka
berkata Fira'un : “ Akulah Tuhan yang maha tinggi “ ( An-Naziat : 24). Nabi Musa tidak
terlepas dari sifat kemanusiannya yang merupakan Sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah
sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah yang
menyembuhkan kemudian ditempelkan pada anggota yang sakit, karena Mukjizatnya
seketika itu sembuh. Dan kedua kalinya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara
spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka
ketika itu sakitnya tidak sembuh .
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada umat-Nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al Qur’an karena
beliau dijadikan sebagai suri tauladan yang baik untuk semua manusia.
Firman Allah :“ Sesungguhnya pada diri Rasul itu ada terdapat suri tauladan
yang baik untuk kamu ,bagi orang-orang yang mengharapkan Rahmat dan hari
kemudian dan yang banyak yang memuja Allah “ ( Al Ahzab : 21) . Kata Imam Ali :“
Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an ”.
1. Ruqyah
Ruqyah atau yang kita kenal dengan jampi–jampi merupakan salah satu cara
pengobatan yang pernah diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad SAW. Ketika
Rasullulloh sakit maka datang Malaikat Jibril mendekati tubuh beliau yang sangat indah
kemudian Jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu
Beliau sembuh.inilah doanya “ BismIlahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri
kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismIlahi arqiika ”. Ada tiga cara yang
dilakukan Nabi dalam Ruqyah:
1. 1. Nafats.
Nafats yaitu membaca ayat Al Qur’an atau doa kemudian ditiupkan pada kedua
telapak tangan kemudian diusapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam satu
riwayat bahwasanya Nabi Muhammmad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-
muawwidzat” yaitu tiga surat Al Qur’an yang diawali dengan kata “ A’udzu ” Yaitu :
surat An Nas, Al Falaq dan Al Ikhlas kemudian ditiupkan pada dua telapak tangannya lalu
diusapkan keseluruh badan.
2. Doa Mukjizat
Banyak do’a-do’a untuk kesembuhan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada umat-Nya.Antara lain :” Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi
laka ila sholaah ” .
Sebagaimana Ayat diatas bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasululloh
menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga shahabat yang sedanga sakit
.Dalam satu riwayat, ada shahabat datang kepada Nabi SAW memberitahukan anaknya
sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh orang itu meminumkan anaknya madu asli sambil
membaca doa.
Ahli Hikmah adalah orang-orang shalih yang diberikan oleh Allah ilmu dan
Karomah sehingga dia tahu rahasia Allah. Para Ahli Hikmah umumnya dijadikan sebagai
Thabib ( Dokter ) atau Paranormal oleh kebanyakan orang karena mereka mendapat
bimbingan langsung dari Allah. ” Allah SWT memberikan Al-Hikmah (kebijaksanaan)
kepada orang yang dikehendaki ”. Barangsiapa yang diberinya Al-Hikmah maka ia
mendapat banyak kebaikkan. Hanya orang-orang yang mau berfikir yang dapat mengambil
pelajaran” ( Al-Baqarah :269 )
1. Ruqyah ( Jampi-jampi )
Ruqyah yang diajarkan malaikat Jibril kepada Nabi dan yang dilakukan oleh Nabi.
Lain dengan ruqyah yang dilakukan oleh Hukama, tetapi doa yang mereka gunakan
pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah
dengan membaca ayat Al Qur’an atau doa kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya
air itu diminum oleh si Pasien. Salah satu contoh bacaan ruqyah Hukama : Membaca Al-
Fatihah untuk Nabi, keluarga, shahabat dan para wali seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani,
kemudian membaca doa untuk kesembuhan .
2. Wafaq
Wafaq ialah ayat Al Qur’an, Asma Allah, zikir atau doa yang ditulis diatas
benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya
oleh para Ahli hikmah. Salah satu contoh : Wafaq untuk orang yang sakit hati (Liver)
ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu diminumkan. Insya Allah sembuh.
(Tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf Ain 6 kali).
Definisi.
An-Nusyroh adalah bentuk mahsdar dari kata “Nasyaro” yang artinya menebarkan. Firman
Allah: ”Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka putus asa, dan Dia tebarkan
RahmatNya, dan Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji” (QS. Asy-Syuara : 28).
Ø Lois Ma’lu : An-Nusyroh adalah Ruqyah yang mengobati orang yang sakit jiwa (gila)
atau sakit-fisik.
Ø Abu Sa’adat : An-Nusyroh adalah bagian dari pengobatan Medis dan Ruqyah yang
mengobati orang yang terkena sentuhan Jin.
Ø Ibnu Jauzi : Annusyroh adalah melepaskan pengaruh sihir pada orang yang terkena
sihir. Tidaklah seorang mampu melepaskan pengaruh sihir melainkan orang yang mengerti
tentang sihir.
Dasar Hukum.
Nabi saw ditanya tentang An-Nusyroh? Beliau menjawab: “ An-Nusyroh adalah perbuatan
Syaitan ”. ( HR. Abu Daud ). Semula Nabi saw melarang mengobati dengan cara An-
Nusyroh karena mengandung unsur syirik dan bersekutu dengan Jin dan Syaitan, tetapi
kemudian beliau membolehkan jika An-Nusyroh dengan menggunakan ayat Al-Qur'an dan
doa.
Berdasarkan definisi diatas dapat kita rangkum An-Nusyroh adalah pengobatan dengan
cara medis dan Ruqyah yang mengobati orang yang terkena pengaruh sihir dan sentuhan
Jin dan Syaitan yang mempengaruhi fisik dan mental. Jadi mengobatan dengan cara An-
Nusyroh ada dua cara:
Pengobatan dengan cara medis dengan menggunakan ilmu kedokteran atau dengan
ramuan yang mengandung obat untuk menyembuhkan penyakit.
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan bagimu. Dan dari perut lebah itu keluar minuman (Madu) yang
bermacam-macam warnanya, didalamnya ada obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran tuhan bagi orang yang
memikirkan” (QS. An-Nahl : 69)
Susu Murni.
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami
memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya berupa susu yang bersih antara
kotoran dan darah yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (QS. An-
Nahl : 66)
Korma adalah salah satu buah yang sering nabi anjurkan untuk mengkonsumsinya
terutama bagi orang yang berbuka puasa, karena korma mengandung zat gula yang baik
untuk pertumbuhan badan, ada korma khusus untuk pengobatan yaitu Korma Ajwa.
Nabi saw bersabda: ”Korma Ajwa adalah obat dari segala penyakit”
2. Pengobatan dengan Cara Ruqyah.
Ruqyah adalah bentuk tunggal dari kata Ruqo artinya jampi-jampi maksudnya jampi-jampi
dengan menggunakan bacaan atau mantra untuk menolak pengaruh sihir dan godaan
Syaitan dan Jin yang mempengaruhi fisik dan mental manusia.
“Tidak ada Ruqyah kecuali untuk melepaskan pengaruh mata (sihir) dan sengatan hewan
berbisa” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Attirmizi) “Dari Auf bin Malik berkata : Kami pernah
me-Ruqyah seorang pada zaman Jahiliyah, kemudian kami bertanya: Wahai Rosullulloh
bagaimana menurut pendapatMu tentang yang demikian? Maka Nabi bersabda: Jelaskan
kepadaKu tentang Ruqyah kalian. Tidaklah mengapa Ruqyah yang tidak ada unsur syirik”
(HR. Muslim)
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al A’rof : 200).
2. Ayat Al-Qur'an.
Pada hakikatnya semua ayat Al-Qur'an dapat dijadikan sebagai pelindung orang-orang
yang beriman dari segala godaan syaitan dan sebagai obat dari segala penyakit akan tetapi
ada beberapa ayat atau surat tertentu yang diajarkan Nabi yang dapat dijadikan sebagai
Ruqyah untuk menangkal penyakit yang disebabkan oleh pengaruh sihir atau godaan
Syaitan dan Jin.
“Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an niscaya kami adakan antara kamu dan antara
orang–orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding (pelindung) yang
tertutup” (QS. Al Isra : 45). ”Dan kami turunkan dari Al-Qur'an itu sebagai Penyembuh dan
Rahmat bagi orang-orang yang Mukmin, dan ia (Al-Qur'an) tidak menambah bagi orang-
orang yang zhalim melainkan kerugian” (QS. Al Isra : 82)
· Al Muawwidzatain (An-Naas dan Al Falaq)
· Al Fatihah
· Al A’raf ayat 54
· Al Jin ayat 3
· Yunus : 81
· Al Anbiya : 70
· Al Furqon : 23
· Al A’rof : 118-119
Banyak sekali doa untuk perlindungan dari syaitan dan kesembuhan penyakit yang ada
didalam Al-Qur'an atau yang diajarkan oleh Nabi, disini kami ungkapkan beberapa doa
yang diajarkan oleh Nabi:
Tata-cara Me-Ruqyah.
”Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh
dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla” (HR. Muslim). Firman Allah : ”Jikalau Allah menimpakan
bahaya (penyakit) kepadamu maka tidak ada yang dapat menghalanginya selain Dia dan
jikalau Allah menghendaki kebaikan untukmu maka tidak ada yang dapat menghalangiNya,
kebaikan itu diberikan olehNya kepada orang yang dikehendaki dari hamba-hambaNya.
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yunus: 107)
Tidaklah semua orang dapat disembuhkan dengan Ruqyah Al-Qur'an atau doa-doa yang
diajarkan oleh Nabi, apabila jiwanya tidak diisi dengan ke-yaqin-nan dan penuh pasrah
kepada Allah serta tidak menyimpang dari ketentuan Ruqyah.
> Dibacakan dan ditiupkan pada kedua telapak tangan kemudian diusapkan pada anggota
badan mulai dari kepala, muka, bagian depan badan dada dan seterusnya.
“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw apabila berbaring ditempat tidur maka Ia
gabungkan kedua telapak tanganNya, kemudian ditiupkan pada keduanya sambil membaca
“Al Muawwidzat” (Al Ikhlas, Al Falaq dan Annas) lalu beliau mengusapkan kedua telapak
tangan mulai dari bagian kepala, bagian muka dan bagian depan badan hingga tubuh
yang dapat dijangkau . Beliau kerjakan tiga kali. A’isyah berkata: ”Tatkala aku merasa sakit
maka beliau menyuruh aku mengerjakan seperti ini” (HR. Bukhari-Muslim)
> Dibacakan pada ibu jari kemudian ditempelkan pada bumi lalu ibu jari diletakkan pada
anggota tubuh yang sakit.
“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw apabila ada seorang merasa tubuhnya ada
yang sakit maka beliau meletakkan ibu jariNya pada tanah kemudian diangkatnya sambil
membacakan doa: ”BismIlahi turbatu ardhinaa Biriiqoti ba’dhinaa Yusqoobihi saqiimunaa Bi-
izni robbinaa” (HR. Bukhari dan Muslim)
> Mengusapkan tangan pada anggota yang sakit sambil membaca Ruqyah.
“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw pernah mendoakan salah satu kelarganya yang
sakit dengan meletakkan tangan kanannaya (pada tubuh yang sakit) sambil membaca:
”Allahumma robbannaas Azhibil baas Isyfi antasysyafii Laa syifaa-a illaa syifaauka Syifaa-
an laa yugoodiru saqoman” (HR. Bukhari dan Muslim)
> Dibacakan Ruqyah pada bejana yang berisi air dan ditiupkan ke-dalamnya kemudian
menyuruh penderita untuk meminumnya atau mandi dengan air tersebut.
“Hadits dari A’isyah, Ia pernah membawa air zamzam kemudian ia memberitahu (kepada
para shahabat) bahwasanya Rosululloh saw membacakan doa pada air zamzam yang ada
dalam bejana dari kulit lalu beliau menuangkan air itu pada gelas dan meminumkannya
kepada orang-orang yang sakit” (HR. Muslim).
“Dan Allah menurunkan kepadamu air hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan
hujan itu menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan Syaitan dan untuk menguatkan
hatimu dan mempertaguh dengannya telapak kakimu (pendirianmu) “ (QS. Al Anfal : 11)
Didalam Islam bersuci ada dua bagian: pertama bersuci yang bersifat lahiriyah yaitu bersuci
badan dari hadats dan najis dengan air muthlak dan kedua bersuci yang bersifat bathiniyah
yaitu menjauhkan diri dari sifat-sifat yang buruk yang disebabkan oleh pengaruh Syaitan.
· Membaca Basmalah
· Membaca doa.
· “Allahumma inni as-aluka ilman nafi’an warizqon wasi’an wasyifa’an min kulli
da’in”
· Setelah minum kemudian air diusapkan pada kepala, muka dan dada tiga kali.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah telah
menurunkan pula obatnya, baik obat yang telah diketahui oleh orang maupun yang belum
diketahuinya, kecuali mati” (HR. Al-Hakim) “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah karena
sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali telah diturunkan pula
obatnya, selain penyakit yang satu yaitu penyakit tua (pikun) “ (HR. Ahmad, Ibnu Hibban
dan Al-Hakim).
“Maka pertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai keahlian jika kamu tidak
mengetahui” (QS. An-Nahl : 43) “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya(propesinya) “ (QS. Al Isra : 84). Nabi saw bersabda: ”Obat segala kesulitan
adalah bertanya (konsultasi)
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 195). Nabi
saw bersabda: ”Apabila sesuatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya”
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan obat untuk penyembuhanmu pada hal-hal
yang diharamkan atasmu” (HR. Aththabrani). Meskipun berobat itu diperintahkan agama
tetapi penggunaan obat dibatasi pada hal-hal yang halal. Jadi tidak dibenarkan menjadikan
sesuatu yang haram menjadi obat, seperti berobat dengan meminum darah atau minuman
keras atau berobat dengan memakan makanan yang diharamkan Allah. ”Sesungguhnya
Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut nama selain Allah” (QS. Al Baqarah : 173)
I. Penyakit Fisik.
· Sebab-sebab dari dalam ialah kelainan-kelainan dari tubuh sendiri yang pada
umumnya tidak diketahui dengan jelas apa sebabnya.
· Sebab-sebab dari luar ialah segala sebab yang asalnya dari luar. Hal ini dapat
dibedakan menjadi enam macam:
· Sebab Mekanis, seperti luka terkena benda tajam atau tumpul, kena tembak
atau terjatuh.
· Sebab Fisik, seperti terkena api atau benda panas, terkena aliran listrik, disambar
petir
· Sebab jasad Renik atau Makro, seperti bakteri, virus, serangga atau cacing-
cacing.
Mengobati penyakit fisik lebih dominan menggunakan medis atau ilmu kedokteran tetapi
tidak menjamin untuk sembuh maka solusinya banyak pasien yang datang untuk berobat
Atternatif seperti Terapi, Reflexsiologi, Ruqyah atau lainnya
· Sihir perceraian
· Sihir guna-guna
· Sihir Hipnotis
· Sihir gila
· Sihir lesu
· Sihir penyakit
· Sihir pendarahan
· Sihir menghalangi sesuatu ( Rejeki, tamu, keinginan beribadah, dll. )
firliana putri
Mon, 05 Jun 2006 03:07:58 -0700
Jam menunjukkan pukul 23.00. Tapi mata belum juga bisa terpejamkan. Setelah menyaksikan
adegan istimewa yang disuguhkan Allah Swt di dinding kamar saya, bagaimana upaya seekor
cicak menyambut rizkinya. Tiba-tiba tanpa sengaja pikiran saya melayang jauh ke masa lampau.
Waktu itu bertepatan dengan hari ke sebelas bulan ramadhan.
Sosok ibu kami, pada masanya, beliau tidak pernah merasakan bagaimana menjadi seorang
murid. Beliau tidak pernah sekolah. Walaupun hanya setingkat sekolah dasar. Tetapi cara-cara
beliau mendidik dan memberi pelajaran kepada kami, sungguh sangat mengesankan dan
membuat kami selalu kagum pada beliau. Diantara sekian banyak pelajaran kehidupan yang
kami terima, ada satu hal yang terus saya ingat, apabila pikiran terbayang pada beliau.
Pada sore hari yang cerah, saya mau mengambil buah jambu yang ada di halaman rumah kami.
Buah jambu itu tampak sudah matang dan begitu menggairahkan. Perlu diketahui bahwa pohon
jambu yang kami tanam di depan rumah kami adalah buah 'jambu jepang', istilah orang
kampung. Pohon itu sangat langka pada saat itu.
Di kampung tempat kami tinggal hanya ada satu pohon itu saja. Sehingga semua orang yang
melihatnya kepingin sekali merasakan bagaimana rasa buah `jambu jepang' tersebut. Pohon itu
kalau berbuah juga tidak terlalu banyak. Kadang-kadang satu pohon hanya ada satu atau dua
buah saja yang masak. Perlu diketahui pula bahwa buahnya sangat kecil hanya sebesar buah
kelengkeng saja. Tetapi baunya harum dan rasanya manis.
Pada hari itu, buah jambu yang masak ada dua buah. Ketika sore itu saya mau mengambil buah
yang sudah ranum, ibu melarangnya. Sehingga saya agak kecewa karenanya.
Kata saya : '..mengapa bu, saya tidak boleh mengambil buah tersebut? Kan itu milik kita. Kalau
tidak cepat diambil nanti kan membusuk?"
Jawab ibu : "Nak, kita kan sudah pernah makan buah tersebut. Walaupun dengan menunggu
dalam waktu yang cukup lama. Dan memang kadang-kadang kita hanya bisa makan satu atau
duah buah saja yang sedang masak. Tetapi tetangga depan rumah kita itu, belum pernah
mencicipinya. Kemarin ibu lihat anaknya pingin sekali mengambil jambu itu. Karena itu janganlah
diambil. Berikan buah jambu itu kepada mereka. Agar hatinya senang...
Kembali mata saya berkaca-kaca, mengingat peristiwa sederhana itu. Sebuah peristiwa yang
mungkin setiap orang akan pernah menjumpainya dalam keluarganya masing-masing. Atau
dalam lingkungan lainnya, dengan model yang berbeda.
"Dahulukanlah orang lain... ! Begitulah kira-kira inti pelajaran istimewa yang saya terima dari
beliau Mengenang peristiwa itu, saya jadi teringat sebuah riwayat yang menceritakan tentang
seorang sahabat yang oleh rasulullah disuruh menjamu tamunya. Ceritanya, di rumah sahabat
tersebut tidak terdapat sesuatu makanan, kecuali makanan milik anaknya. Karena sang pemilik
rumah ingin lebih mengutamakan tamunya dari pada keluarganya, ia memberikan makanan milik
anaknya tersebut kepada tamunya dengan cara yang sangat luar biasa.
Yaitu ketika waktu makan bersama tamunya, sang pemilik rumah pura-pura makan juga,
padahal piringnya kosong. Mengapa pura-pura? Supaya sang tamu tidak mengetahui kalau
pemilik rumah sebenarnya tidak ikut makan. Untuk maksud itu, maka lampu di dalam rumahnya
dipadamkan. Pura-pura kehabisan minyak. Setelah suasana menjadi gelap, maka mereka
'makan' bersama-sama. Sang tamu makan sungguhan, sang pemilik rumah makan pura-pura,
padahal perutnya sangatlah laparnya.
Peristiwa itu begitu luar biasanya, sehingga turunlah ayat Al-Qur'an surat Al-Hasyr (59) : 9,
sebagai penghargaan terhadap peristiwa tersebut.
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan
mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Kalaulah sampai Allah Swt, menurunkan sebuah ayat lantaran peristiwa tersebut, sungguh
betapa hebatnya kejadian itu sehingga perlu diabadikan dalam kitab suci akhir zaman ini. Agar
bisa dicontoh dan diteladani oleh umat manusia.
Demikian pula banyak pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Rasulullah saw, agar kita selalu
berbuat baik kepada orang lain, serta memiliki sifat murah hati terhadap orang lain.
Anas bin Malik ra, berkata, bahwa rasulullah saw itu, tidak pernah diminta kecuali selalu
memberi. Pernah datang seorang lelaki kepada Rasulullah untuk meminta, maka beliau
memberikan kambing-kambing yang banyak yang berada diantara dua gunung, kambing
sadaqah. Maka lelaki itu pulang dan ia berkata kepada kaumnya...
Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian semua! Sesungguhnya Muhammad itu amat pemurah. Ia
memberi dengan pemberian yang sangat banyak, tidak pernah takut melarat...
Jam dinding tepat menunjukkan pukul 02.30. Tanpa terasa saya terbangun dari tidur. Saya
dikagetkan oleh dengungan suara seekor nyamuk yang mau hinggap di tubuh.
Secara reflek tangan saya bergerak. Dan 'plak'. Seketika matilah nyamuk tersebut oleh kedua
tangan saya yang menepuknya.
Setelah terbangun dari gangguan nyamuk tadi, saya menuju kamar mandi, mengambil air
wudhu dan kembali ke kamar tidur. Berikutnya saya mengambil sajadah, dan saya 'terperangkap'
dalam khusyu'nya tahajud malam.
Selesai melakukan shalat, dzikir yang cukup panjang mewarnai malam itu. Ditengah basahnya
lidah menyebut asma Allah, tiba-tiba saya teringat akan nyamuk yang saya bunuh tadi. Dan tak
tertahankan lagi, mata basah oleh penyesalan yang mendalam.
Rasa salah yang begitu besar, telah menyelinap di hati yang paling dalam. Saat itu diri ini
merasa berdosa, sebab telah membunuh seekor nyamuk yang telah berjasa besar. Nyamuk
itulah justru yang telah membangunkan saya dari tidur lelap agar bisa tahajud malam. Agar bisa
mendekati Sang Khaliq. Agar bisa mencintai Sang pengasih. Tetapi 'pahlawan' itu terbunuh
dalam 'tugas mulia'nya ketika membangunkan manusia dari kekhilafannya. Maka bertambah
berderailah air mata penyesalan, disela-sela dzikir asmaul husna.
Keesokan harinya, ketika saya berusaha mengulang untuk merekonstruksi kejadian malam itu,
tidak sebutir air matapun yang menetes. Mengapa? sebab suasana sudah berubah. Saya
termenung memikirkan kejadian semalam itu.
Pertanyaan yang selalu muncul adalah mengapa pada malam itu, saya bisa menangisi seekor
nyamuk? Padahal ia membawa penyakit, padahal gigitannya mendatangkan rasa sakit. Apa yang
menyebabkan saya menjadi menyesal setelah membunuh nyamuk itu?
Pertanyaan demi pertanyaan, muncul di benak saya. Manakah yang benar? Apakah yang
terbunuh malam itu, ia adalah seekor binatang jahat yang akan mendatangkan kerugian karena
gigitan atau penyakit yang dibawanya, ataukah justru ia adalah seekor binatang kecil sebagai
sosok pahlawan yang rela mati demi kepentingan seorang manusia agar bisa bertemu dengan
Tuhannya.
Yang jelas, suasana malam hari yang hening akan menyebabkan seseorang bisa berfikir
dengan begitu jernihnya tanpa dipengaruhi oleh dunia yang penuh dengan tipu daya.
Sungguh sangat masuk akal kalau Rasulullah saw, menganjurkan kita agar sering bangun di
sepertiga malam terakhir, agar kita mendapatkan suatu anugerah yang luar biasa. Bahkan dalam
bulan ramadhan ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan....
Tetapi memang sungguh berbeda, calon penghuni neraka, dan calon penghuni surga. Ada
sebagian orang yang menggunakan waktu malamnya untuk mendekatkan diri pada Ilahi. Dia
bangun tengah malam, diambilnya air wudhu' untuk mensucikan dirinya, setelah itu ia asyik
tenggelam dalam shalat tahajudnya. Kenikmatan yang didapatnya tak dapat diutarakan dengan
kata-kata....
Sementara, di tempat lain banyak juga orang-orang yang menggunakan waktu malamnya yang
sangat berharga itu, untuk melakukan perbuatan maksiat yang dilarang oleh Penciptanya.
Padahal semua fasilitas untuk berbuat maksiat itu adalah didapat karena kasih sayang
Tuhannya.
Apakah kesehatannya, apakah rezekinya, atau kesempatannya, atau umurnya. Semua yang
dipakai untuk pergi menuju tempat 'terlarang' itu berasal dari Tuhan sang Penciptanya.
Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah, Manakah yang lebih pintar?
Apakah orang-orang yang menggunakan waktu malamnya untuk menuju keridhaan Allah,
dengan melakukan dzikrullah,
Ataukah orang-orang yang menggunakan waktu malamnya untuk menuju tempat atau
melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Dan kita pun tinggal memilih, berada pada golongan manakah diri kita? Kata Allah Swt, dalam
Surat
Al-Hasyr : 20
"(sungguh), Tiada sama penghuni neraka dengan penghuni syurga. Penghuni syurga itu adalah
orang-orang yang beruntung..."
TAHAJUD CINTA
Sebelum memejamkan mata untuk tidur dalam rangka mengakhiri aktifitas 'dua puluh empat
jam' ini, mari kita melihat dan merenungkan suasana tahajud kita masing-masing.
Apakah tahajud kita sebagai tahajudnya seorang hamba yang mencintai penciptanya, ataukah
sekedar tahajud tanpa makna. Yang melakukan shalat hanya sekedarnya, setelah itu selesai dan
bangga, karena sudah melaksanakan sebuah 'ritual' shalat tahajud. Untuk mengetahui hal itu,
marilah kita mencoba mengukur diri masing-masing.
1. Tentang niat,
Apakah yang melatarbelakangi kita bangun malam?
Apakah kita shalat tahajud karena terpaksa. Mungkin dikarenakan saudara kita, anak kita, istri /
suami kita, atau ada orang dekat kita, yang bangun malam melakukan shalat tahajud. Dan kita
pun ikut bangun malam lalu kita lakukan shalat tahajud itu.
Ataukah tiba-tiba kita ingin ke kamar mandi, lalu kita sekalian mengambil air wudhu' dan kitapun
melaksanakan shalat tahajud.
Atau kita sebelum tidur sudah berdo'a kepada Allah, agar Allah membangunkan diri kita untuk
melakukan shalat tahajud.
Apapun yang menyebabkan kita bangun malam, dan kita lanjutkan dengan shalat tahajud, maka
semuanya merupakan perilaku istimewa di hadapan Allah. Karena kita melakukan sesuatu yang
memang istimewa.
Kalau kita hitung, pada saat di sepertiga malam menjelang pagi, sekitar jam tiga malam wib,
kira-kira ada berapa orang yang bangun untuk melakukan shalat tahajud? Misalnya di sebuah
kota? Atau di sebuah kampung? Sungguh amatlah sedikitnya!
Tetapi marilah kita melihat diri kita masing-masing! Dimanakah posisi kita? Apa yang
menyebabkan kita melakukan shalat tahajud? Apakah demi kecintaan kita kepada Allah Swt,
sehingga kita begitu rindunya ingin bertemu denganNya, ketika semua orang lelap dalam
tidurnya? Ataukah karena alasan lainnya? Setiap posisi itu tentu mempunyai nilai yang berbeda...
2. Tentang pakaian,
Setelah kita melakukan wudhu' di waktu malam yang cukup dingin itu, ketika kita mengambil
pakaian untuk melakukan shalat, apakah kita mengenakan pakaian yang seadanya saja, ataukah
pakaian tidur saja. Ataukah kita mengenakan pakaian yang bagus, yang bersih, dan yang Allah
menyenanginya.
Ketika suatu saat kita shalat tahajud, dan waktu itu pakaian yang kita kenakan adalah pakaian
yang seadanya saja, maka bandingkanlah dengan ketika kita pergi ke masjid untuk melakukan
shalat jum'at. Begitu indah pakaian kita, begitu harum tubuh kita...
Untuk siapa pakaian kita yang bagus dan indah itu? Kalau untuk Allah Swt, mengapa ketika
shalat tahajud sendirian saat tidak ada orang yang melihatnya, kita justru mengenakan pakaian
yang tidak indah? Seorang yang mencintai sesuatu, tentu ia akan memberikan yang terbaik buat
si Dia...
Apakah bacaan kita begitu `mesra' saat kita bertemu dengan Dzat yang kita cintai, ataukah
bacaan kita terburu-buru agar shalat cepat selesai?
Apakah gerakan shalat kita begitu sempurna layaknya seorang prajurit yang sedang berada di
hadapan komandannya, ataukah gerakan kita semaunya saja?
Setelah kita mengembara mulai saat bangun pagi, selanjutnya melakukan perjalanan seharian
di luar rumah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah untuk tidur lagi, begitu seringnya kita bertemu
dengan Allah Swt dalam berbagai macam peristiwa. Maka harapan kita tentulah saat ini kita telah
menjadi seorang hamba yang begitu dekat dengan Allah Swt. Kecintaan dan kerinduan kepada
Allah Swt akan tercermin dalam tahajud kita.
Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud kerinduan, bukan tahajud paksaan. Tahajud cinta
seorang hamba adalah tahajud yang mencerminkan jiwa yang tenang, dan hati yang tentram,..
Itulah saat ending yang paling indah dalam hidup kita selama dua puluh empat jam setiap hari.
Kalaulah ending hidup setiap hari, kita disuruh Rasul untuk dekat dengan Allah dalam tahajud,
maka demikian pula dengan ending hidup seluruhnya, kitapun harus berupaya untuk dekat
dengan Allah Swt.
Orang yang berhasil dalam hidupnya, adalah mereka yang pada akhir hayatnya dipanggil oleh
Allah Swt, dengan panggilan yang sangat mesra :
"yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah,irji’i ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyyah, fad khulli fii
tibaadii wad khulii jannatii.."
Inilah tanda cinta yang sebenar-benarnya cinta...
RAHASIA DZIKIR
Ada sebuah kejadian yang sangat unik, dan terus akan saya ingat untuk selamanya. Sebuah
pelajaran istimewa dan sangat berharga, yang kejadian semacam itu, hanya bisa saya jumpai
dalam literatur diskusi-diskusi lama. Tetapi saat itu saya betul-betul menjumpai dan sekaligus
merasakan dalam kehidupan nyata.
Pada hari itu, ada seseorang yang menemui saya. Saya agak heran karena saya tidak begitu
kenal dengan laki-laki yang masih muda tersebut. Ia memakai pakaian yang menunjukkan
sebagai seorang muslim. Setelah berbincang-bincang sebentar, saya mulai bisa menyimpulkan
bahwa ternyata ia adalah seorang kiai muda, yang cukup disegani didaerahnya. Di samping itu,
ia juga seorang da'i yang sering memberikan petuah di masyarakat sekitarnya.
Setelah beberapa saat kami terlibat dalam pembicaraan perkenalan, tiba-tiba ia mengajukan
pertanyaan, apakah saya masih punya seorang ayah? Saya jawab, oh iya, saya punya ayah.
Dimana beliau sekarang? "tanya lelaki itu. Beliau ada di rumah, tetapi beliau saat ini agak
sakit."Jawab saya.
Lelaki muda itu melanjutkan, saya ingin sekali bertemu dengan ayah anda, apakah bisa saya
bertemu dengan beliau? Kalau memang itu keinginan bapak, nanti kita bersama-sama menemui
ayah saya..." jawab saya.
Akhirnya, sekitar pukul empat sore saya bersama dengan orang itu menuju rumah, untuk
menemui ayah yang memang sedang sakit. Sesampai di rumah, langsung saja ia saya antar ke
kamar ayah, dimana saat itu ayah sedang berbaring atau bahkan lagi tidur.
Kami menunggu di sebelah pembaringannya, tidak berani mengganggu. Saya lihat orang itu
sesekali nampak berdo'a sambil berjongkok di dekat kaki ayah saya yang sedang tertidur. Saya
tidak tahu apa yang dido'akan oleh orang tersebut. Apakah ia mendo'akan agar ayah saya lekas
sembuh atau do'a yang lain.
Selang beberapa saat, tiba-tiba ayah saya membuka mata, beliau memandang ke arah saya,
dan juga ke wajah orang tersebut yang masih berjongkok di dekat kaki ayah saya.
Tiba-tiba ayah saya berkata perlahan kepada saya :''..nak, tolong ambilkan segelas air putih...
"saya bergegas ke belakang sambil bertanya kepada ayah. Apakah ayah lagi haus. Atau ingin
minum obat... ?" Oh, tidak. Ini kan ada tamu, ia ke sini mau mencari ilmu...," jawab ayah saya.
Saya heran dengan perkataan ayah.
Setelah saya ambilkan segelas air putih, oleh beliau air di gelas itu diberi do'a, dan diberikan
lagi ke saya, sambil beliau berkata チ E..berikan air putih ini kepadanya, kasihan, ia lagi
haus....Tolong, sampaikan kepadanya, bahwa dzikir itu letaknya di hati. Bukan di mulut, bahkan
mata berkedip itu dzikir, apabila hatinya ingat kepada Allah Swt. Setelah berkata begitu, ayah
saya langsung tidur lagi, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu...チ E
Di kamar itu begitu sunyi, sehingga sangat jelasnya suara ayah saya. Saya tidak tahu
bagaimana perasaan orang itu mendengarkan dialog kami. Yang jelas ia tidak beranjak dari
tempatnya. Ia tetap berjongkok sambil menundukkan kepala.
Setelah saya menerima segelas air putih itu, saya berikan air itu kepada orang tersebut, dan ia
meminumnya sambil terus berjongkok. Saya lihat di sudut kelopak matanya ada setitik air mata,
yang dicobanya untuk tidak jatuh.
Setelah beberapa saat kami dalam kebisuan, ayah juga tidur dengan nyenyaknya. Sementara
kami juga tidak berani mengganggunya. Cukup lama kami menunggu. Tetapi ayah tetap tidak
bangun. Nampaknya beliau tertidur dengan begitu nyenyaknya. Setelah agak lama, orang itupun
mohon diri untuk pulang, sambil berkata kepada saya pelajaran yang saya cari sejak dulu, baru
ini saya mendapat ilmu yang sangat berarti bagi hidup saya. Tadi adalah pelajaran rahasia yang
tidak setiap orang bisa menangkapnya. Saya akui bahwa saya sering melakukan dzikir tetapi
rupanya yang saya lakukan itu salah. Saya berdzikir hanya sebatas mulut saja..."
Terima kasih, tolong sampaikan kepada beliau, saya tidak berani pamit, takut mengganggu
beliau yang saat ini sedang asyik berdzikir dalam tidurnya..."
Orang itu bangkit dan bergeser perlahan dari tempatnya, ia sangat takut mengganggu ayah
yang lagi tidur. Dan ia pun mengucap salam, sambil berjalan pulang...
Sungguh, saya masih terkesima dengan kejadian istimewa itu. Semoga apa yang disampaikan
ayah saya, meskipun hanya satu kalimat, akan menjadikan ilmu yang bermanfaat fid dunyaa wal
aakhirat... Amiin ya rabbal
===================================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
“Ganjaran yang disediakan di sisi Alloh untuk orang yang mati syahid: Diampuni dosa-dosanya
sejak tetes pertama darahnya; diperlihatkan tempatnya di surga dan dijauhkan dari siksa kubur;
diamankan dari guncangan yang dahsyat; diletakkan di atas kepalanya mahkota dari permata
yaqut yang lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya; dinikahkan dengan 72
bidadari; memberikan syafaat bagi 70 orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At Turmudzi – hadis
hasan, dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).
Di antara sekian ganjaran yang Alloh swt janjikan bagi kaum beriman adalah mendapatkan
bidadari surga (huurun ‘ien). Banyak ayat dan hadits yang melukiskan sosok bidadari.
”Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik” (QS. Ar Rahmaan:
70). Bidadari-bidadari tersebut sangat baik akhlaknya dan sangat cantik wajahnya. Mereka selalu
sopan terhadap suaminya.
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya
(QS. Ash Shaaffaat: 48). “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.”
(QS. Ar Rahmaan: 72). Mereka menundukkan pandangannya dari melihat pria selain suaminya
dan mereka menundukkan kakinya dari keluar rumah.
Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya pergi di jalan Alloh pada pagi hari atau sore hari adalah
lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh busur panah salah seorang dari kalian di surga
lebih baik daripada dunia dan seisinya. Kalau seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia
menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi aroma yang harum semerbak.
Sungguh kerudung seorang wanita surga lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR Bukhari).