Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

22.12 Kulih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) merupakan mata kuliah yang
wajib diikuti/ dilaksanakan oleh mahasiswa semester IV Universitas Lancang
Kuning. Dalam Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan Mahasiswa dapat
mempelajari hutan secara menyuluruh diantaranya : teknik analisis vegetasi,
pengamatan satwa liar,horizon tanah, reaksi tanah. Dalam kegiatan praktek
PEH yang dilaksanakan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Bukit Suligi, mahasiswa kehutanan dibina untuk saling bekerja sama baik
dilapangan maupun dalam mengolah data laporan agar kegiatan tersebut
dapat terlaksana dengan baik dan terlaksana dengan cepat.
Istilah Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti
tempat tinggal atau rumah tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti
ilmu. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk
hidup dalam habitatnya atau ilmu tempat tinggal makhluk hidup
(Indriyanto,2006).
Ekologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dimana hubungan timbal balik
itu merupakan kenyataan yang telah terbukti sebagai respon organisme dalam
cara-caranya berhubungan dengan organisme lain maupun dengan semua
komponen lingkungannya. Hubungan timbal balik atau yang dikenal dalam
pengetahuan ekologi sebagai interaksi antara organisme dengan
lingkungannya sesungguhnya merupakan hubungan yang sangat erat dan
kompleks, sehingga ekologi disebut juga sebagai biologi lingkungan (Odum,
1993).
Pada praktikum pengenalan ekosistem hutan mahasiswa harus
melakukan kegiatan-kegiatan yang telah disampaikan pembimbing lapangan
dan berdasarkan buku panduan. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus
Bukit Suligi merupakan hutan alam, yang di dalamnya terdapat banyak jenis
vegetasi maupun satwa liar yang terbentuk secara alamiah dan lebih dari 1

1
jenis (heterogen). Untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi pada kawasan
tersebut maka dapat dilakukan analisis vegetasi, mahasiswa dapat
membedakan semai, pancang, tiang dan pohon dengan kriteria-kriteria.
Disamping itu kita juga akan membuat profil pohon yang nantinya akan
digambar di kertas milimeter blok. Di dalam kawasan hutan kita jga harus
mengetahui suhu di dalam hutan, yang mana dilakukan pengukuran suhu
kering dan basah untuk dihitung kelembabannya. Disamping itu lapisan
horizon tanah juga perlu di amati agar mahasiswa dapat membedakan lapisan-
lsapisannya dan mengetahui ciri-ciri. Pengujian lebih lanjut data tersebut akan
dicatat di tally sheet dan diolah menggunakan rumus-rumus.

1.2 Tujuan kegiatan PEH


Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) bertujuan untuk:
a Mengetahui teknik analisis vegetasi, cara pengolahan data analisis
vegetasi, dan menggambar profil pohon pada plot di Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus Bukit Suligi
b Mengenali satwa liar yang ada di sekitar Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus Bukit Suligi
c Mengetahui susunan profil atau horizon yang membentuk tanah di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Bukit Suligi
d Mengetahui pH tanah di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Bukit
Suligi

1.3 Waktu dan Tempat


Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) dilaksanakan di Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Bukit Suligi, yang terletak di
Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kegiatan praktek
ini dilaksanakan selama 3 hari, yaitu tanggal 29 April s/d 01 Mei 2019.

2
BAB II
KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK

2.1 Gambaran Umum


Hutan Lindung Bukit Suligi sesuai dengan SK Menteri Kehutanan
No.101/Kpts-II/1983 tanggal 26 Desember 1983 di tunjuk menjadi Hutan
Diklat Bukit Suligi dengan tujuan menjadi prasarana pendukung kegiatan
pendidikan dan pelatihan Kehutanan dan memfungsikannya untuk
kesejahteraan masyarakat serta mencegah degradasi Lingkungan, Luas Hutan
Diklat Bukit Suligi pada awalnya adalah 1.950 ha wewenang pengelolaan
Hutan Diklat Bukit Suligi oleh Balai Latihan Kehutanan Pekanbaru yang
dilaksanakan oleh instalasi Hutan Diklat. Selanjutnya dengan Rekomendasi
dari Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Riau N0. 522.12/BP/8634 tanggal 22
Maret 1984 diadakan Daerah Penyangga sekitar 0,5 s/d 1 km disekeliling
Hutan Lindung Suligi termasuk kawasan Hutan Diklat.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.
729/MENHUT-1/2009, Hutan Diklat Bukit Suligi ditetapkan menjadi
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dengan luas kawasan
2.183 ha.

2.2 Lokasi dan Aksesibilitas


KHDTK Bukit Suligi dengan Luas 2.183 ha yang terletak di
Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. KHDTK Bukit
Suligi pada bagian Utara berbatasan dengan alahan dan eprumahan
Transmigrasi, sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung Bukit Suligi,
sedangkan Timur berbatasan dengan PIR Sei Tapung dan Hutan Lindung
Bukit Suligi sedangkan bagian Selatan berbatasan dengan PIR Sei Siasam.
KHDTK Diklat Bukit Suligi secara Geografis Koordinatnya terletak
diantara 0°32', 0°37' Lintang Utara dan 100°35' Bujur Timur, terletak di
ketinggian 100-250 mdpl. Topografi di wilayah ini sebagia besar
bergelombang ringan sampai datar. Kemiringan berkisar antara 0-27° (0-15°).

3
Berdasarkan Peta Tanah Eksplorasi LPT Tahun 1978 dengan skala 1 :
100.000 pada KHDTK Bukit Suligi, terdapat jenis tanah Podsolik Merah
Kuning dengan bahan induk batuan dan Fisigrafi Instusi, jumlah curahrata-
rata 2.280 mm/tahun, suhu rata-rata maksimum 33°C dan minimum 21°C,
kelembaban udara relatif berkisar antara 83-86%, sedangkan angin umumnya
bertiup dari arah Barat dengan kecepatan 20-30 km/jam.
KHDTK Bukit Suligi sebagai hulu-hulu Sungai Saiyus, Merpati, dan
Poimbaran yang mengalir kearah Timur dan merupakan hulu anak Sungai
Tapung Kiri serta hulu anak Sungai Sei Asam.

2.3 Keanekaragaman Flora


Hutan Pendidikan Bukit Suligi, sebelum terjadinya perambahan
merupakan Hutan Tropis Basah Dataran Rendah. Vegetasi Hutan didominasi
oleh jenis-jenis: Shorea spp (Meranti), Dipterocarpus spp (Keruing), dan
Anisoptera spp (Mersawa).

2.4 Keanekaragaman Fauna

Seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau


Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Macan Dahan (Neofelis nebulosa),
Beruang Madu (Helarcos malayanus), Rusa (Cervus unicolor), kijang
(Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus javanicus), Babi Hutan (Sus sp),
Bajing (Callosciurus sp), Kera (Macaca Fascicularis sp), Burung Rangkok
(Sulalarcas caster), Burung Hantu, Kadal, Burung Raja Udang, Burung
Gereja, Burung Kutilang, Burung Pelatuk.

4
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK YANG DILAKSANAKAN (HASIL)

3.1 Analisis Vegetasi


3.1.1 Waktu
Kegiatan analisis vegetasi ini dilakukan pada hari Selasa, 30 April
2019 dimulai pada pukul 09.00 sampai selesai, bertempat di Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Bukit Suligi.
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi adalah parang,
patok, meteran, phiband, hagameter, kompas, alat tulis. Sedangkan bahan
yang diperlukan adalah tally sheet, tali, dan kawasan hutan.
3.1.3 Metode Praktek
Kegiatan analisis vegetasi ini di Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Bukit Suligi dengan metode praktek sebagai berikut:
a Pembuatan regu kerja yang beranggotakan 14 orang yang sebelumnya
sudah dibagikan tugas perorangannya.
b Membuat unit contoh dilapangan dengan kombinasi antara metode jalur
dan garis berpetak berukuran 20 x 100 m seperti desain Gambar 1.

Arah Jalur
a
b c
bc
c
Gambar 1.Desain petak ukur
Keterangan :
1) Petak contoh semai (2 m x 2 m)
2) Petak contoh pancang (5 m x 5 m)
3) Petak contoh tiang (10 m x 10 m)
4) Petak contoh pohon (20 x 20 m)

5
c Mengidentifikasi jenis dan jumlah pohon serta mengukur diameter
(DBH) dan tinggi (Tinggi Total (TT) dan Tinggi Bebas Cabang (TBC))
untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan untuk tingkat tumbuhan
bawah, semai dan pancang hanya mengidentifikasi jenis dan jumlahnya
saja. Data hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet. Dalam kegiatan
survei ini digunakan kriteria pertumbuhan sbb:
1) Semai (Seedling) adalah permudaan mulai kecambah sampai tinggi
1,5 m
2) Pancang (Sapling) adalah permudaan yang tingginya > 1,5 m dan
berdiameter < 10 cm
3) Tiang (Pole) adalah pohon-pohon muda yang berdiameter mulai 10
cm sampai diameter < 20 cm
4) Pohon adalah pohon dewasa berdiameter > 20 cm
d Melakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh dengan rumus :
Jumla h suatu individu
1) Kerapatan=
Luas conto h
Kerapatan suatu jenis
2) Ka rapatanrelatif ( KR )= x 100 %
Kerapatan seluru h jenis
Jumla h luasbidang dasar suatu jenis
3) Dominansi=
Luas petak conto h
Dominansi suatu jenis
4) Dominansi relatif ( DR )= x 100 %
Dominansi seluru h jenis
Jumla h plot ditemukannya suatu jenis
5) Frekuensi=
Jumla h seluru h plot
Frekuensi suatu jenis
6) F rekuensi relatif ( FR ) = x 100 %
Frekuensi seluru h jenis
7) Indeks Nilai Penting / INP
( Importance Value Index ) = Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif
+ Frekuensi Relatif
e Setelah dilakukan perhitungan terhadap data tersebut maka dilakukan
penggambaran diagram profil dari tingkat pohon (diagram pohon
terlampir).

6
3.1.4 Hasil
3.1.4.1Tingkat Semai (2 x 2 m)
Hasil praktek untuk tingkat semai pada lima petak pengamatan
ditemukan 10 jenis tingkat semai. Berikut hasil analisis vegetasinya :

Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
semai
Σ
Luas KR INP
No Nama Jenis Nama Latin Ind K F FR %
(ha) % (%)
v
Garcinia
1 Kandis 1 0,002 500
syzygifolia 5 0,2 7,142 12,142
Syzygium
2 Kelat 2 0,002 1000
palembanica 10 0,4 14,285 24,285
Macaranga
3 Macaranga 1 0,002 500
gigantea 5 0,2 7,142 12,142
Mallotus
4 Malotus 3 0,002 1500
paniculatus 15 0,4 14,285 29,285
5 Medang Litsea garcia 3 0,002 1500 15 0,4 14,285 29,285
6 Meliaceae Melia azadarach 1 0,002 500 5 0,2 7,142 12,142
Quercus
7 Mempening 1 0,002 500
argentata 5 0,2 7,142 12,142
Ixonanthes
8 Pagar-pagar 3 0,002 1500
reticulate 15 0,4 14,285 29,285
Gonystylos
9 Ramin 1 0,002 500
bancanus 5 0,2 7,142 12,142
Gironiera
10 Silup 4 0,002 2000
nervosa 20 0,2 7,142 27,142
JUMLAH 10000 100 2,8 100 200 %

Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Keanekaragaman Jenis tingkat semai.

7
No. Nama Jenis Σ Indiv (ni/N) ln (ni/N) -((ni/N) ln (ni/N))

1 Garcinia syzygifolia 1 0,05 -2,9957 0,1497


Syzygium
2
2 palembanica 0,1 -2,3025 0,2302
3 Macaranga gigantea 1 0,05 -2,9957 0,1497
4 Mallotus paniculatus 3 0,15 -1,8971 0,2845
5 Litsea garcia 3 0,15 -1,8971 0,2845
6 Melia azadarach 1 0,05 -2,9957 0,1497
7 Quercus argentata 1 0,05 -2,9957 0,1497
8 Ixonanthes reticulate 3 0,15 -1,8971 0,2845
9 Gonystylos bancanus 1 0,05 -2,9957 0,1497
10 Gironiera nervosa 4 0,2 -1,6094 0,3218

JUMLAH 20 2,1547

3.1.4.2 Tingkat Pancang (5 x 5 m)


Hasil praktek untuk tingkat pancang pada lima petak
pengamatan ditemukan 18 jenis tingkat pancang. Berikut hasil
analisis vegetasinya :
Tabel 3. Hasil pengolahan data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
pancang
Σ
N Luas
Nama Jenis Nama Latin Ind K KR % F FR% INP %
o (ha)
v
1 Balam Maducha ovata 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
Xylopia
2 Banitan 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
malayana
Jambu-
3 Eugenia sp 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
jambu
4 Kedondong Spondias dulcis 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
Syzygium
5 Kelat 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
achneocarpum
Syzygium
6 Kelat Merah 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
palembanica
Canarium
7 Kenari 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
aspermum
8 Keranji Dialum indium 2 0,0125 160 6,667 0,4 7,692 14,358
9 Kopi-Kopi Radia 3 0,0125 240 10 0,4 7,692 17,692

8
anisophylla
10 Lalan Santiria laevigata 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
11 Medang Litsea garcia 2 0,0125 160 6,667 0,4 7,692 14,358
Quercus
12 Mempening 2 0,0125 160 6,667 0,2 3,846 10,512
argentata
Hopea
13 Merawan 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
mengarawan
Ixonanthes
14 Pagar-Pagar 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
reticulate
Ochanostakhys
15 Petatal 3 0,0125 240 10 0,4 7,692 17,692
amentaceae
Rambutan Nephelium
16 3 0,0125 240 10 0,6 11,538 21,538
Hutan lappaceum
Gironiera
17 Silup 3 0,0125 240 10 0,4 7,692 17,692
nervosa
18 Sindur Sindora sindur 2 0,0125 160 6,6667 0,4 7,692 14,358
JUMLAH 2400 100% 5,2 100% 200 %

Tabel 4. Hasil Pengolahan Data Keanekaragaman Jenis tingkat pancang


Σ
No. Nama Jenis Nama Latin (ni/N) ln (ni/N) -((ni/N) ln (ni/N))
Indv
1 Balam Maducha ovata 1 0,0333 -3,4011 0,1133
2 Banitan Xylopia malayana 1 0,0333 -3,4011 0,1133
3 Jambu-jambu Eugenia sp 1 0,0333 -3,4011 0,1133
4 Kedondong Spondias dulcis 1 0,0333 -3,4011 0,1133
Syzygium
5 Kelat 1 0,0333 -3,4011 0,1133
achneocarpum
Syzygium
6 Kelat Merah 1 0,0333 -3,4011 0,1133
palembanica
Canarium
7 Kenari 1 0,0333 -3,4011 0,1133
aspermum
8 Keranji Dialum indium 2 0,0667 -2,7080 0,1805
9 Kopi-Kopi Radia anisophylla 3 0,1 -2,3025 0,2302
10 Lalan Santiria laevigata 1 0,0333 -3,4011 0,1133
11 Medang Litsea garcia 2 0,0667 -2,7080 0,1805
12 Mempening Quercus argentata 2 0,0667 -2,7080 0,1805
13 Merawan Hopea mengarawan 1 0,0333 -3,4011 0,1133
Ixonanthes
14 Pagar-Pagar 1 0,0333 -3,4011 0,1133
reticulate
Ochanostakhys
15 Petatal 3 0,1 -2,3025 0,2302
amentaceae

9
Rambutan Nephelium
16 3 0,1 -2,3025 0,2302
Hutan lappaceum
17 Silup Gironiera nervosa 3 0,1 -2,3025 0,2302
18 Sindur Sindora sindur 2 0,0667 -2,7080 0,1805
JUMLAH 30 2,7769

3.1.4.3 Tingkat Tiang (10 x 10 m)


Hasil praktek untuk tingkat tiang pada lima petak
pengamatan ditemukan 5 jenis tingkat tiang. Berikut hasil analisis
vegetasinya

Tabel 5. Hasil pengolahan data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
tiang.
N Nama Nama DR INP
LBDS Σ Luas K KR% F FR% D
o Jenis Latin % %
Parashore 0,5 21,9
1
Balau a sp 0,03 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 7 5 48,744
Syzygium 0,2 10,2
2
Kelat sp 0,01 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 7 7 37,066
Litsea 0,8 32,4
3
Medang garcia 0,04 3 0,05 60 42,85 0,8 50 4 8 125,34
Meranti shorea 0,5 19,7
4
Bunga parvifolia 0,03 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 1 0 46,494
Gironiera 0,4 15,5
5
Silup nervosa 0,02 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 0 7 42,357
2,5
JUMLAH 0,1292 7 140 100 1,6 100 100 300
8

Tabel 6. Hasil Pengolahan Data Keanekaragaman Jenis tingkat tiang


N Σ
Nama Jenis Nama Latin (ni/N) ln (ni/N) -((ni/N) ln (ni/N))
o Indv
1 Balau Parashorea sp 1 0,1428 -1,9459 0,2779
2 Kelat Syzygium sp 1 0,1428 -1,9459 0,2779
3 Medang Litsea garcia 3 0,4285 -0,8472 0,36312
Meranti
4 Shorea parvifolia
Bunga 1 0,1428 -1,9459 0,2779
5 Silup Gironiera nervosa 1 0,1428 -1,9459 0,2779
JUMLAH 7 1,47507

10
3.1.4.4 Tingkat Pohon (20 x 20 m)
Hasil praktek untuk tingkat pohon pada lima petak
pengamatan ditemukan 14 jenis tingkat pohon. Berikut hasil
analisis vegetasinya :

Tabel 7. Hasil pengolahan data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
pohon.
Nama Luas KR FR DR
No Nama Latin LBDS Σ K F D INP
Jenis (ha) % % %
1 Balau Parashorea sp 0,242 3 0,2 15 7,5 0,4 6,90 1,21 7,32 21,72
Syzygium
2 Kelat 0,162 3 0,2 15 7,5 0,4 6,90 0,81 4,92 19,32
achneocarpum
Kelat Syzygium
3 0,292 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 1,46 8,86 14,81
merah palembanica
Dialum
4 Kuranji 0,108 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,54 3,26 9,21
indium
17, 17,2 15,1
5 Medang Litsea garcia 0,501 7 0,2 35 1 2,50 49,92
5 4 8
Mendar Myristica
6 0,109 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,54 3,30 11,74
ahan nears
Meranti Shorea
7 0,035 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,17 1,05 7,00
bunga parfivolia
Meranti 10,3
8 Shorea canica 0,275 4 0,2 20 10 0,6 1,37 8,33 28,68
kunyit 4
Meranti Shorea
9 0,187 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,93 5,67 14,12
lempung leprosula
Meranti
10 Shorea sp 0,110 2 0,2 10 5 0,4 6,90 0,55 3,34 15,23
merah
Meranti Shorea
11 0,066 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,33 2,00 7,95
pirang maroctera
Parartho Pararthocarpu 11,6
12 0,385 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 1,92 17,62
carpus s triandus 7
Ochanostakhy 17, 13,7 13,8
13 Petatal 0,456 7 0,2 35 0,8 2,27 45,10
s amentaceae 5 9 1
Ramin Gonystylos
14 0,066 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,33 2,00 7,95
bukit bancanus
Shorea
15 Shorea laevis 0,187 2 0,2 10 5 0,4 6,90 0,93 5,67 17,57
laevis

11
16 Tampui Baccaurea 0,120 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,59 3,63 12,08
JUMLAH 3,299 40 200 100 5,8 100 16,5 100, 300

Tabel 8. Hasil Pengolahan Data Keanekaragaman Jenis tingkat pohon


N
Nama Jenis Nama Latin (ni/N) ln (ni/N) -((ni/N) ln (ni/N))
o Σ
1 Balau Parashorea sp 3 0,075 -2,590267 0,194270
Syzygium
2 Kelat
achneocarpum 3 0,075 -2,590267 0,194270
Syzygium
3 Kelat merah
palembanica 1 0,025 -3,688879 0,092221
4 Kuranji Dialum indium 1 0,025 -3,688879 0,092221
5 Medang Litsea garcia 7 0,175 -1,742969 0,305019
6 Mendarahan Myristica nears 2 0,05 -2,995732 0,149786
7 Meranti bunga Shorea parfivolia 1 0,025 -3,688879 0,092221
8 Meranti kunyit Shorea canica 4 0,1 -2,302585 0,230258
Meranti
9
lempung Shorea leprosula 2 0,05 -2,995732 0,149786
10 Meranti merah Shorea sp 2 0,05 -2,995732 0,149786
11 Meranti pirang Shorea maroctera 1 0,025 -3,688879 0,092221
Pararthocarpus
12 Pararthocarpus
triandus 1 0,025 -3,688879 0,092221
Ochanostakhys
13 Petatal
amentaceae 7 0,175 -1,742969 0,305019
Gonystylos
14 Ramin bukit
bancanus 1 0,025 -3,688879 0,092221
15 Shorea laevis Shorea laevis 2 0,05 -2,995732 0,149786
16 Tampui Baccaurea 2 0,05 -2,995732 0,149786
Jumlah 40   2,531102

3.2 Pengamatan Horizon Tanah


3.2.1 Waktu
Kegiatan pengamatan horizon tanah ini dilakukan pada hari
Selasa, 30 April 2019 pada pukul 09.00 WIB, dilakukan di jalur
pengamatan praktek analisis vegetasi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus Bukit Suligi atau tepatnya di plot 1 analisis vegetasi
3.2.2 Alat dan Bahan

12
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum horizon tanah adalah cangkul,
pita meter, kamera, soil tester, penggaris. Bahan yang diperlukan adalah
tanah, tally sheet.
3.2.3 Metode Praktikum
Adapun metode pengambilan data adalah dengan cara :
a. Menentukan lokasi yang tepat (di lahan yang miring) agar
memudahkan saat menggali tanah
b. Tanah digali menggunakan alat penggali seperti cangkul sedalam 20
-30 cm, kemudian amati susunan horison yang tampak.
c. Lakukan langkah pertama pada tempat sama, untuk kedalaman 40-60
cm, demikian seterusnya hingga kedalaman total 1 meter.
d. Kemudian amati susunan horison tanah dari mulai kedalaman 0-160
cm dan tentukan jenis horison yang tampak pada tanah yang digali.
e. Amati ciri-ciri yang tampak pada lapisan horizon

3.2.4 Hasil
Tabel 9. Hasil pengamatan Horizon Tanah
No Horison Kedalaman (cm) Ciri – Ciri Yang Nampak
1.      Tanah bewarna hitam
1. O 10 cm 2.      Tanah bercampur dengan serasah
3.      Terdapat banyak akar serabut
1.      Warna tanah hitam kecoklatan
2.      Tanah tersebut tidak bercampur dengan
2. A 10-25 cm
serasah
3.      Terdapat sedikit akar
1.      Warna tanah adalah kuning
3. B 25-55 cm
2.      Terdapat banyaknya akar basah

3.3 Pengukuran pH Tanah


3.3.1 Waktu
Kegiatan pengambilan contoh tanah ini dilakukan pada hari Selasa,
30 April 2019 bersamaan dengan pengamatan horizon tanah,
3.3.2 Alat dan Bahan

13
Alat yang digunakan dalam praktikum pH tanah adalah soil tester, cangkul,
meteran. Bahan yang diperlukan adalah tanah dan tally sheet.
3.3.3 Metode Praktikum
Metode pengambilan data adalah dengan cara :
a. Menentukan lokasi pengukuran pH tanah (lokasi sama dengan
pengamatan horizon tanah)
b. Pada tanah yang telah digali di amati setiap horizonnya
c. Lakukan pengambilan pH tanah menggunakan soil tester pada setiap
horizon, yaitu dengan cara menancapkan alat tersebut ke lapisan
horizon, diamkan beberapa menit dan kemudian dibaca
3.3.4 Hasil
Pengukuran pH tanah dilakukan di plot 1 Analisis vegetasi pada lahan
yang miring.Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil pengukuran pH tanah


Kedalaman
No Jenis Tanah Lokasi pengambilan pH
(cm)

Hutan Bukit Suligi


1 O 10 5
(Plot 1)

Hutan Bukit Suligi


A 10-22 6
(Plot 1)
2
Hutan Suligi
3 B (Plot 1) 22-50 6,9

3.4 Pengamatan Satwa Liar


3.4.1 Waktu dan Metode Praktikum
Kegiatan pengamatan satwaliar ini dilakukan pada hari Selasa, pukul
5:00 Wib pagi sampai 21.00 Wib malam, tanggal 30 April 2019 bertempatan
di Lingkungan KHDTK Bukit Suligi dan areal analisis vegetasi.
Pengamatan satwa liar dilakukan dengan metode secara langsung dan tidak
langsung.

14
3.4.2 Hasil
Dalam kegiatan pengamatan satwa liar di Kawasan Hutan Dengan
tujuan Khusus, ditemukan beberapa jenis satwa liar seperti pada tabel
dibawah ini :

15
Tabel 11. Hasil Pengamatan Satwa Liar di Sekitar Lingkungan KHDTK Bukit
Suligi

Pertemuan
Jejak Satwa
N Nama Jenis Langsung Waktu
Habitat Ket
o Satwa Dew Ana Dew Rupa Pertemuan
Anak
asa k asa Jejak
  Monyet ekor 
1 panjang        05.45  Pohon  
   Atap aula
2 Burung hantu       05.49 Silara  
   Burung  
3 kutilang       05.58 pohon  
 Sekitaran
4  Kalelawar        06.02 aula  
Pohon
Monyet ekor  sekitar
5 panjang         06.11 kantin  

6 Merbah         06.01 pohon aula  
Pohon
 pinggir
7 Tupai         06.17 jurang  
8 Beruang          11.00 Plot 1  

16
3.5 Pengukuran Suhu
3.5.1 Waktu dan Metode Praktikum
Pengukuran derajat suhu ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 30
April 2019, pengkuran suhu dilaksanakan di areal dalam hutan. Waktu
pengukuran suhu dilakukan berurutan sesuai dengan petunjuk dari tally sheet.
Alat yang digunakan adalah 2 termometer, tali, ranting. Sedangkan bahana
yang digunakan adalah kapas, air, dan objek.
Cara pengukuran suhu adalah dengan menyiapkan 2 buah termometer,
yaitu termometer kering dan basah, diberi tali pada ujung agar mudah
digantung, pada termometer basah diberi kapas yang yang diberi air
kemudian lengketkan atau ditempel pada pangkal termometer diikat
menggunakan karet atau tali. Gantungkan termometer tersebut pada ranting
pohon. Diamkan termometer tersebut dan baca skala di akhir praktikum.

3.5.2 Hasil
Tabel 12. Pengamatan suhu pada hutan KHDTK Bukit Suligi

No Waktu Pengamatan Suhu Kering Suhu basah

1 09.30 - 12.00 WIB 28° 27°

Kelembapan 95%

3.6 Profil Pohon


3.6.1 Waktu dan Metode Praktikum
Kegiatan profil ini dilakukan pada hari Selasa, bertempat di jalur
analisis vegetasi, pada hari Selasa, 30 April 2019, di KHDTK Bukit Suligi.
Pengukuran profil pohon dilaksanakan dengan mengukur diameter, tinggi
pohon yang terbagi menjadi dua yaitu tinggi bebas cabang dan tinggi total,
posisi pohon dengan proyeksi x dan y, serta lebar tajuk baik belakang-depan
maupun kanan-kiri.
Metode praktikum profil pohon adalah dengan menentukan plot
yang akan digunakan (plot analisis vegetasi). Pada plot tersebut diukur

17
tinggi total, tinggi bebas cabang, diameter pada tingkat pohonnya saja. Cara
mengukur diamater yaitu meilitkan alat phiband ke batang pohon setinggi
dada (1,3 m). Pengikuran tinggi menggunakan hagameter, ditentukan daulu
jarak ukur menggunakan meteran kemudian cocokkan pada alat hagameter
di ujung alat. Bidik ujung pohon dan pangkal pohon kemudian di
jumlahkan. Untuk masing-masing pohonnya ditinjau tajuk dari bawah,
diukur panjang tajuk dari masing masing pohon, yaitu dari sebelah kiri,
kanan, depan san belakang pohon (panjang tajuk). Tulis data ke dalam tally
sheet. Kemudian gambar profil pohon ke milimeter block dengan skala
1:100. Gambar tampak dari atas dan dari samping.

3.6.2 Hasil
Berikut table hasil pelaksanaan praktek profil pohon ;

Tabel 13. Data profil pohon pada plot 1


Posisi Tinggi
Proyeksi Tajuk
N DB Pohon Pohon
Nama Jenis Nama Latin
o H T TB Depa Belakan Kir
X Y Kanan
T C n g i
Meranti Shorea 1
1 Lempung leprosula 35 3 2 25 19 4 5 4 5
Meranti 1
2 Kunyit Shorea canica 21 1 3 23 14 4 3 3 4
Meranti Shorea 1
3 Lempung leprosula 34 2 9 26 18 2 3 2 3
1
4 Medang Litsea garcia 27 10 7 21 12 3 4 5 4
Meranti 1
5 Kunyit Shorea canica 31 10 7 26 17 5 3 4 4
Pararthocarp Pararthocarp
6 us triandus us triandus 70 19 7 23 15 4 5 6 5
Baccaurrea
7 Tampui macrocarpa 25 12 3 14 8 5 3 3 4
Ochanostakhy
8 Petatal s amentaceae 31 9 1 16 9 4 3 3 5
Baccaurrea
9 Tampui macrocarpa 30 2 1 19 14 4 3 3 2
Meranti Shorea
10 Bunga parfivolia 21 2 2 16 11 4 3 4 2
Meranti Shorea
11 Pirang maroctera 29 5 5 20 17 3 4 5 2

18
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Vegetasi


Pada praktikum analisis vegetasi kami melakukan praktikum di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Bukit Suligi. Dimana analisis
vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada suatu
kondisi hutan yang luas, kegiatan anlisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling sehingga cukup ditempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut.
Pada analisis vegetasi ini kami membuat plot ukur yang berukuran 20
x 100 m, yang terdiri dari 5 plot yakni 20 x 20 m. Pada 1 plot akan dibagi lagi
menjadi beberapa petak-petak yaitu 2 x 2 m untuk ukuran semai, 5 x 5 m
untuk ukuran pancang, 10 x 10 m untuk ukuran tiang, dan 20 x 20 m untuk
ukuran pohon.
Pada pengambilan data semai (anakan pohon) yang tingginya kurang
dari 150 cm hanya mengidentifikasi jumlah dan jenis semai yang ada. Pada
tingkat pancang data yang di ambil juga sama yaitu jumlah dan jenis pancang
yang ada (tinggi lebih dari 1,5 m dan diameter kurang dari 10 cm). Pada
tingkat semai dan pancang akan yang telah diidentifikasi, maka akan
dilakukan perhitungan seperti Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi,
Frekuensi Relatif,INP, dan Keberagaman Jenis.
Pada tingkat tiang data yang diambil mulai dari diameter, tinggi bebas
cabang, dan tinggi total pohon, dan kita juga mengidentifikasi jenisnya,
begitu pula pada tingkat pohon. Cara membedakan di antara keduaya adalah
pada tingkat tiang diameter 10 s/d 19 cm, sedangkan pada tingkat pohon
diameternya lebih dari 20 cm. Data yang akan dihitung adalah nilai
Kerapatan, Kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi,
dominansi relatif, INP, dan jenis keberagaman.

19
Jenis yang mendominasi berdasarkan nilai INP pada setiap tingkat
pertumbuhan vegetasi pada plot pengamatan, diketahui bahwa :
a Berdasarkan hasil praktikum pada tingkat semai kami mendapat 10 jenis
tanaman dengan jumlah yang berbeda-beda. Untuk menghitung
kerapatan kita harus menghitung jumlah individu disetiap jenis yang
kemudian dibagi dengan luas petak contoh (2 x 2 x 5 / 10000) yaitu 0,002
ha. Nilai tertinggi kerapatan yaitu pada jenis silup karena berjumlah 4.
Untuk menghitung nilai kerapatan relatif yaitu hasil nilai kerapatan dari
masing-masing jenis dibagi jumlah kerapan seluruh yang dikali 100%.
Untuk menghitung nilai frekuensi kita harus mengitung jumlah
ditemukannya jenis di masing-masing plot kemudian dibagi jumlah
seluruh plot. Untuk menghitung nilai frekuensi relatif yaitu nilai
frekuensi disetiap jenis yang dibagi total frekuensi dikali 100%. Untuk
menghitung INP kita menjumlahkan nilai KR dan FR di setiap jenisnya.
Pada Tingkat Semai vegetasi yang dominan dilakukan dengan
menghitung besaran Nilai Indeks Penting (INP) beberapa jenis vegetasi
yang ditemui pada petak ukur. Berdasarkan pada Tabel 1. diketahui
bahwa terdapat 3 jenis yang mendominasi yaitu Malolotis, Medang dan
Pagar-pagar karena memiliki nilai INP tinggi dan memiliki nilai yang
sama yaitu 29,285%. Sedangkan INP terendah yaitu pada 5 jenis yaitu
kandis, macaranga, meliacea, mempening, dan ramin karena diakibatkan
jumlah individunya adalah 1 dan mengakibatkan nilai INP juga rendah
yaitu 12,142%.
b Pada tingkat pancang kami mendapat 18 jenis tanaman dengan
kriterianya dan dengan jumlah yang berbeda. Berdasarkan tabel 3.
Diketahui bahwa jenis rambutan hutan merupakan jenis dominan karena
memiliki nilai INP tertinggi yaitu 21,538%. Sedangkan jenis dengan nilai
INP terendah terdapat pada 10 jenis yaitu balam, banitan, jambu-jambu,
kedondong, kelat, kelat merah, kenari, lalan, merawan, dan pagar-pagar
dengan nilai INP 7,179%, ini diakibatkan karena jumlah individu 1
sehingga menyebabkan nilai kerapatan dan frekuensi juga sedikit.

20
c Pada tingkat tiang diukur di dalam petak ukur 10 x 10 m, data yang
diambil adalah diameter, TBC, TT, dan mengidentifikasi jenisnya. Untuk
mengukur diameter kami menggunakan phiband, sedangkan dalam
pengukuran tinggi kami menggunakan hagameter. Data-data yang telah
diperoleh kemudian diolah untuk dicari kerapatan, kerapatan relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, INP, dan
keberagaman jenis. Untuk menghitung nilai dominansi kita harus

1 2
menghitung jumlah LBDS terlebih dahulu, yaitu LBDS= π r , yang
4
kemudian dibagi dengan luas petak contoh (10 x 10 x 5 / 10000) yaitu
0,05 ha. Nilai Dominansi diperoleh dari jumlah LBDS dari setiap jenis
yang kemudian dibagi Jumlah LBDS total dikalikan 100%. Pada tingkat
tiang kami menemukan 5 jenis tiang. Berdasarkan tabel 5, diketahui
bahwa jenis medang merupakan dominan karena memiliki nilai INP yang
besar yaitu 125,34% dengan jumlah individu sebanyak 3, yang
mengguguli kelima jenis tersebut. Sedangkan nilai INP terendah terdapat
4 jenis karena memiliki jumlah individu yang relatif sedikit yaitu1 (balau,
kelat, meranti bunga, silup).
d Pada tingkat pohon ditemukan 16 jenis yang berbeda-beda. Berdasarkan
tabel 7, bahwa jenis medang merupakan dominan karena memiliki nilai
INP yang besar yaitu 49,92% dengan jumlah individu 7 buah. Sedangkan
nilai INP terendah terdapat pada meranti bunga yaitu 7%, dikarenakan
jumlah individu yaitu 1.
Nilai keragaman jenis yang paling tinggi adalah pada tingkat
pancang yaitu 2,776, sedangkan urutan kedua yaitu pada ttingkat pohon
yaitu 2,531, pada urutan ketiga adalah pada tingkat semai yaitu 2,154, dan
keragaman jenis terendah adalah pada tingkat tiang yaitu 1,475.

4.2 Pengamatan Horizon Tanah


Pengamatan horizon tanah dilakukan di Plot 1 analisis vegetasi pada
lahan miring. Kegiatan ini dilakukan agar mahasiswa dapat membedakan
lapisan horizonnya serta dapat membedakan ciri-ciri pada setiap horizon pada

21
tanah. Yang mana tanah adalah bagian terpenting dalam makhluk hidup
sebagai tempat tinggal, maupun tempat tumbuhnya berbagai macam jenis
tumbuhan. Yang mana horizon tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah
yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan berbeda dengan
lapisan-lapisannya.
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan horizon tanah kami
menemukan 3 horizon tanah yang telah kami gali yaitu horizon O, A, dan B.
Ketiga horizon tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Pada horizon O
memiliki kedalaman 10 cm, pada tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu tanah
bewarna hitam (agak gelap). Biasanya bagian horizon O merupakan tanah top
soil yang sangat baik untuk nutrisi. Ciri-ciri horizon O lainnya adalah tanah
bercampur dengan serasah, yang mana tanah ini terletak paling atas sehingga
jika di dalam hutan terdapat banyak seresah, sehingga menyebabkan bagian
tersebut tanah menjadi subur. Ciri horizon O lainnya adalah terdapat banyak
akar serabut.

Gambar 2. Lapisan horizon tanah

Pada horizon A memiliki kedalaman 10-25 cm, yang memiliki ciri-ciri


yaitu warna tanah hitam kecoklatan, yang mana pada warna ini hampir
menyerupai horizon , akan tetapi pada horizon A warna tanah agak sedikit
terang. Ciri horizon A lainnya adalah tanah tersebut tidak bercampur dengan
serasah, karena serasah hanya ada di horizon O (permukaan tanah. Ciri

22
lainnya adalah terdapat sedikit akar dan biasanya mulai nampak akar
tunggang, dengan jarak yang berjauhan.
Pada horizon B berada di kedalaman 25-55 cm, yang mana memiliki
ciri-ciri yaitu warna tanah yang kuning artinya tanah tersebut lebih terang
dibanding dengan warna horizon sebelumnya. Dan ciri horizon ini adalah
terdapat banyak akar basah, yang mana biasanya pada lapisan ini akar
tersebut akan menyerap air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan batasan lapisan tanah
mengalami perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1985)
yang menyatakan bahwa tiap profil mengalami perbedaan.Hal ini bergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti waktu, lokasi dan faktor
pembentuknya.
            Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah,dibedakan atas dua
golongan yaitu faktor pembentuk tanah secara pasif dan aktif.  Faktor
pembentuk tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber
massa yang meliputi bahan induk,topografi dan waktu atau umur. Sedangkan
faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi
yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup
(Hanafiah,2009).

4.3 Pengukuran pH Tanah


Pada praktikum pH tanah dilakukan di kawasan KHDTK Bukit suligi
yng lebih tepatnya di plot 1, dan juga meruapakan tanah yang sama pada
praktikum pengamatan lapisan horizon. Yang mana kita harus mengukur pH
tanah tersebut di masing-masing lapisan horizon menggunakan soil tester.
Cara pengaplikasian benda ini adalah dengan meancapkan alat tersebut ke
horizon tanah, dan diamkan beberapa menit kemudian dibaca pH tanah
tersebut.

23
Gambar 3. Pengukuran pH tanah menggunakan soil tester

Berdasarkan hasil praktikum bahwa pada horizon O (bagian atas) pada


kedalaman 10 cm memiliki nilai pH 5, artinya tanah tersebut dalam keadaan
asam, karena pH kurang dari 7. Pada horizon A dikedalaman 10-22 cm
memiliki nilai pH 6 artinya tanah tersebut juga asam. Pada horizon B di
kedalaman 22-50 cm memiliki nilai pH 6,9 yang artinya tanah tersebut
hampir mendekati netral. Dari ketiga horizon tersebut bahwa lapisan horizon
O memiliki tanah yang asam dikarenakan nilai pH yang relatif rendah,
sedangkan nilai pH tertinggi adalah pada lapisan B sehingga tanah tersebut
mendekati netral. Nilai pH tanah pada masing-masing horizonnya akan
berbeda-bed , karena pada setiap horizonnya memiliki bahan atau kandungan
yang berbeda-beda.

Nilai pH tanah di alam berbeda-beda pada setiap lokasi. Nilai pH


tanah ditentukan oleh beberapa faktor, seperti :
a. Kondisi musim setiap tahunnya.
b. Cara bercocok tanam.
c. Cara pengambilan sampel tanah.
d. Kandungan air pada saat pengambilan sampel.
e. Metode pengukuran pH yang diguanakan.

24
4.4 Pengamatan Satwa Liar
Pada praktikum pengamatan satwa liar dilakukan di sekitar kawasan
KHDTK Bukit Suligi yaitu pada Selasa, 30 April 2019 dari pukul 05.30 s/d
selesai. Pengamatan satwa liar dilakukan agar mahasiswa dapat meninjau
secara langsung maupun tidak langsung jenis satwa-satwa yang berada di
sekitar kawasan. Pengamatan satwa tersebut bisa dalam bentuk jejak,
penglihatan secara langsung yang dibantu teropong, maupun dari bunyi atau
suara satwa liar tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan satwa liar yang kami temukan adalah 8
satwa, yang mana kami menemukan satwa tersebut di tempat yang berbeda-
beda dan kami menemukannya paling banyak pada pagi hari. Penemuan
satwa monyet ekor panjang, kami kami menemukannya secara langsung pada
pagi hari bahwa monyet tersebut sedang memanjat di atas pohon bersama
gerombolannya dan monyet tersebut mengeluarkan suara khasnya. Penemuan
satwaa burung hantu kami menemukannya di atas atap bangunan kelas
KHDTK Bukit Suligi yang mana kami mendengar suara burung tersebut,
sebagian besar burung hantu banyak tinggal di atas atap bangunan tersebut.
Penemuan burung kutilang kami melakukan pengamatan secara langsung,
burung tersebut memiliki populasi yang lumayan banyak dan burung tersebur
mengeluarkan siulan dan bunyi khas, burung tersebut beterbangan dan
tinggal di atas pohon. Penemuan kelelawar yang mana kami melihat secara
langsung sedang beterbangan di sekitar bangunan KHDTK Bukit Suligi di
pagi hari, kelelawar tersebut masih anakan. Penemuan merbah ditemukan di
pohon, yang mana burung tersebut mengeluarkan suara. Penemuan tupai
ditemukan di dekat jurang yang mana tupai tersebut sedang berlari di atas
pohon. Penemuan jejak beruang ditemukan secara tidak langsung karena
kami hanya melihat bekas cakaran pada pohon di lokasi praktek di plot
analisis vegetasi.
Seiring bertambahnya jumlah populasi manusia maka bertambah
kehilangan kawasan hutan atau habitat bagi satwa liar sehingga satwa tersebut
semakin sedikit dan kesulitan dalam mencari makanannya. Penurunan jenis
satwa juga disebabkan oleh perburuan liar oleh manusia, yang mana hasil

25
perburuan tersebut biasanya akan dijual oleh mereka. Keberadaan satwa
sangat penting di ekosistem hutan agar terjaga dan seimbangnya ekosistem
tersebut. Agar satwa tersebut dapat hidup secara baik dan tumbuh secara
alamiah di hutan untuk menyeimbangkan ekosistem hutan.

4.5 Pengukuran Suhu


Pada praktikum pengukuran suhu dilakukan di lokasi praktek kawasan
hutan KHDTK Bukit Suligi di plot 1 analisis vegetasi, yang mana kami akan
mengukur suhu kering dan suhu basah menggunakan termometer air raksa.
Termometer tersebut akan digantung di ranting-ranting pohon. Pengukuran
suhu basah menggunakan termometer yang diberi kapas basah. Pengukuran
suhu dilakukan agar mahasiswa mangetahui jumlah suhu dan tahu cara
menghitung nilai RH (kelembaban) menggunakan tabel bola basah dan bola
kering.
Pengukuran suhu dilakukan pada pukul 09.00 hingga jam 12,
termometer tersebut akan didiamkan dan akan dibaca di akhir praktek.besar
suhu pada termometer kering adalah 28°C sedangkan pada termometer basah
adalah 27°C. cara menghitung nilai RH adalah dengan mengetahui selisih
bola kering dan basah, setelah itu baca di tabel bola kering dan dilihat juga
hasil selisih tersebut. Maka diperoleh nilai RH adalah 95 %, yang artinya
kelembaban udara cukup tinggi.
Suhu pada pagi hari akan berbeda pada siang hari maupun di sore hari.
Suhu pada pagi hari biasanya rendah sehingga menyebabkan nilai
kelembaban juga tinggi. Suhu pada siang hari biasanya akan tinggi dan
menyebabkan nilai kelembabanjuga menurun. Dan suhu pada sore hari akan
turun lagi.

4.6 Profil Pohon


Pengambilan data profil pohon dilakukan pada plot 1 analisis vegetasi,
yang mana kita harus mengambil data tingkat pohon mulai dari tinggi bebas
cabang, maupun tinggi total, diameter pohon, panjang tajuk kanan, atas,
bawah, kiri. Yang nantinya akan dibuat gambar di kertas milimeter blok

26
dengan skala tertentu dan teknik menggambar yang sesuai dengan data.
Untuk pengambilan data di lapangan kita harus mengetahui letak posisi
pohon tersebut dimana, maka kita menggunakan prinsip x dan y, yang mana x
horizontal dan y adalah vertikal, cara penentuan dapat dibantu menggunakan
meteran. Pada pengukuran tajuk juga diperlukan meteran untuk mengetui
panjang tajuk depan, belakang, kanan dan kiri.
Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan bahwasanya jenis
meranti lempung dan meranti kunyit memiliki data tinggi yang tertinggi yaitu
26 m. Sedangkan tinggi pohon terendah yaitu pada pohon tampui. Panjang
tajuk pada masing-masing pohon memiliki ukuran yang berbeda-beda dan
bentuk yang berbeda-beda tergantung jenis pohon tersebut. Panjang tajuk dari
depan, belakang, kanan, dan kiri akan berbeda panjangnya karena pohon tidak
terkena rata oleh cahaya matahari sehingga menyebabkan tidak sama.
Setelah data dilapangan di ambil maka akan dibuat profil sketsa profil
pohon pada kertas milimeterblok. Sebelum menggambar alangkah baiknya
menentukan skala terleih dahulu, skala yang digunakan adalah 1 : 100. Yang
mana skala gambaran stratifikasi vegetasi dan penutupan kanopi vegetasi
hutan. Profil dibuat untuk menggambarkan struktur dan keanekaragaman
vegetasi di suatu ekosistem.

27
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pratikum pengenalan
Ekosistem Hutan adalah :
a Pada tingkat semai dan pancang dilakukan perhitungan seperti kerapatan,
kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, INP, dan keragaman jenis
dari masing-masing individu. Nilai INP yang mendekati 200% adalah
sangat baik.
b Pada tingkat tiang dan pohon dilakukan perhitungan seperti kerapatan,
kerapatan relatif, frekuensi, frekensi relatif, dominansi, dominansi relatif,
INP, dan keragaman jenis. Yang membedakan perhitngan dengan tingkat
semai dan pancang adalah dominansi dan dominansi relatif, ini
dikarenakan karena pada tingkat tiang dan pohon dapat dihitung LBDS,
sedangkan pada tingkat semai dan pancang tidak ada dominansi karena
kita tidak mengambil data diameter tanaman tersebut dan hanya
menghitung umlahnya. Nilai INP yang mendekati 300% adalah sangat
baik.
c Pengamatan lapisan horizon tanah adalah 3 lapisan yaitu horizon O, A
dan B, yang mana lapisan tersebut memilik ciri-ciri yang berbeda-beda.
Pengukuran pH tanah dilakukan menggunakan soil tester agar mahasiswa
dapat mengetahui nilai pH tanah di setiap lapisan horizon.
d Untuk pengamatan satwa liat dapat ditinjau secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung dapat d tinjau dengan mata telanjang
atau menggunakan alat teropong. Untuk penemuan tidak langsung yaitu
dengan melikat jejak satwa tersebut.
e Pada pengukuran suhu pada kawasan hutan di perlukan pengukuran suhu
kering dan suhu basah, pengukuran dilakukan menggunakan termometer,
yang mana akan dihitung nilai kelembaban (RH).
f Pada pembuatan profil pohon akan digambar di kertas milimeterblok.
Yang sebelumnya mahasiswa melakukan pengambilan data di plot 1.

28
Data yang di ambil seperti TBC, TT, diameter, panjang tajuk depan,
belakang, kanan dan kiri. Penggambaran profil pohon harus
memperhatikan skala yang digunakan dan metode cara penggambaran
profil pohon tersebut.

5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis, adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilaksanakan kegiatan praktek, disiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam praktek, sehingga tidak ada kendala dalam pelaksanaan
praktek.
2. Petunjuk dan intruksi dari dosen, Instruktur Dari KHDTK Bukit Suligi
hendaknya di inplementasikan dilapangan, sehingga tidak ada kegiatan
praktek yang menyimpang dari teori dan prosedur memasuki Hutan
KHDTK Bukit Suligi di larang merusak, menebang tumbuhan,
membuang sampah plastik.
3. Kerjasama universitas lancang kuning dan balai KHDTK Bukit Suligi
hendaknya lebih di tingkatan di masa yang akan datang, demi kemajuan
pendidikan dan keutuhan KHDTK Bukit Suligi

29

Anda mungkin juga menyukai