22.12 Kulih
22.12 Kulih
22.12 Kulih
PENDAHULUAN
1
jenis (heterogen). Untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi pada kawasan
tersebut maka dapat dilakukan analisis vegetasi, mahasiswa dapat
membedakan semai, pancang, tiang dan pohon dengan kriteria-kriteria.
Disamping itu kita juga akan membuat profil pohon yang nantinya akan
digambar di kertas milimeter blok. Di dalam kawasan hutan kita jga harus
mengetahui suhu di dalam hutan, yang mana dilakukan pengukuran suhu
kering dan basah untuk dihitung kelembabannya. Disamping itu lapisan
horizon tanah juga perlu di amati agar mahasiswa dapat membedakan lapisan-
lsapisannya dan mengetahui ciri-ciri. Pengujian lebih lanjut data tersebut akan
dicatat di tally sheet dan diolah menggunakan rumus-rumus.
2
BAB II
KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK
3
Berdasarkan Peta Tanah Eksplorasi LPT Tahun 1978 dengan skala 1 :
100.000 pada KHDTK Bukit Suligi, terdapat jenis tanah Podsolik Merah
Kuning dengan bahan induk batuan dan Fisigrafi Instusi, jumlah curahrata-
rata 2.280 mm/tahun, suhu rata-rata maksimum 33°C dan minimum 21°C,
kelembaban udara relatif berkisar antara 83-86%, sedangkan angin umumnya
bertiup dari arah Barat dengan kecepatan 20-30 km/jam.
KHDTK Bukit Suligi sebagai hulu-hulu Sungai Saiyus, Merpati, dan
Poimbaran yang mengalir kearah Timur dan merupakan hulu anak Sungai
Tapung Kiri serta hulu anak Sungai Sei Asam.
4
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK YANG DILAKSANAKAN (HASIL)
Arah Jalur
a
b c
bc
c
Gambar 1.Desain petak ukur
Keterangan :
1) Petak contoh semai (2 m x 2 m)
2) Petak contoh pancang (5 m x 5 m)
3) Petak contoh tiang (10 m x 10 m)
4) Petak contoh pohon (20 x 20 m)
5
c Mengidentifikasi jenis dan jumlah pohon serta mengukur diameter
(DBH) dan tinggi (Tinggi Total (TT) dan Tinggi Bebas Cabang (TBC))
untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan untuk tingkat tumbuhan
bawah, semai dan pancang hanya mengidentifikasi jenis dan jumlahnya
saja. Data hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet. Dalam kegiatan
survei ini digunakan kriteria pertumbuhan sbb:
1) Semai (Seedling) adalah permudaan mulai kecambah sampai tinggi
1,5 m
2) Pancang (Sapling) adalah permudaan yang tingginya > 1,5 m dan
berdiameter < 10 cm
3) Tiang (Pole) adalah pohon-pohon muda yang berdiameter mulai 10
cm sampai diameter < 20 cm
4) Pohon adalah pohon dewasa berdiameter > 20 cm
d Melakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh dengan rumus :
Jumla h suatu individu
1) Kerapatan=
Luas conto h
Kerapatan suatu jenis
2) Ka rapatanrelatif ( KR )= x 100 %
Kerapatan seluru h jenis
Jumla h luasbidang dasar suatu jenis
3) Dominansi=
Luas petak conto h
Dominansi suatu jenis
4) Dominansi relatif ( DR )= x 100 %
Dominansi seluru h jenis
Jumla h plot ditemukannya suatu jenis
5) Frekuensi=
Jumla h seluru h plot
Frekuensi suatu jenis
6) F rekuensi relatif ( FR ) = x 100 %
Frekuensi seluru h jenis
7) Indeks Nilai Penting / INP
( Importance Value Index ) = Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif
+ Frekuensi Relatif
e Setelah dilakukan perhitungan terhadap data tersebut maka dilakukan
penggambaran diagram profil dari tingkat pohon (diagram pohon
terlampir).
6
3.1.4 Hasil
3.1.4.1Tingkat Semai (2 x 2 m)
Hasil praktek untuk tingkat semai pada lima petak pengamatan
ditemukan 10 jenis tingkat semai. Berikut hasil analisis vegetasinya :
Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
semai
Σ
Luas KR INP
No Nama Jenis Nama Latin Ind K F FR %
(ha) % (%)
v
Garcinia
1 Kandis 1 0,002 500
syzygifolia 5 0,2 7,142 12,142
Syzygium
2 Kelat 2 0,002 1000
palembanica 10 0,4 14,285 24,285
Macaranga
3 Macaranga 1 0,002 500
gigantea 5 0,2 7,142 12,142
Mallotus
4 Malotus 3 0,002 1500
paniculatus 15 0,4 14,285 29,285
5 Medang Litsea garcia 3 0,002 1500 15 0,4 14,285 29,285
6 Meliaceae Melia azadarach 1 0,002 500 5 0,2 7,142 12,142
Quercus
7 Mempening 1 0,002 500
argentata 5 0,2 7,142 12,142
Ixonanthes
8 Pagar-pagar 3 0,002 1500
reticulate 15 0,4 14,285 29,285
Gonystylos
9 Ramin 1 0,002 500
bancanus 5 0,2 7,142 12,142
Gironiera
10 Silup 4 0,002 2000
nervosa 20 0,2 7,142 27,142
JUMLAH 10000 100 2,8 100 200 %
7
No. Nama Jenis Σ Indiv (ni/N) ln (ni/N) -((ni/N) ln (ni/N))
JUMLAH 20 2,1547
8
anisophylla
10 Lalan Santiria laevigata 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
11 Medang Litsea garcia 2 0,0125 160 6,667 0,4 7,692 14,358
Quercus
12 Mempening 2 0,0125 160 6,667 0,2 3,846 10,512
argentata
Hopea
13 Merawan 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
mengarawan
Ixonanthes
14 Pagar-Pagar 1 0,0125 80 3,333 0,2 3,846 7,179
reticulate
Ochanostakhys
15 Petatal 3 0,0125 240 10 0,4 7,692 17,692
amentaceae
Rambutan Nephelium
16 3 0,0125 240 10 0,6 11,538 21,538
Hutan lappaceum
Gironiera
17 Silup 3 0,0125 240 10 0,4 7,692 17,692
nervosa
18 Sindur Sindora sindur 2 0,0125 160 6,6667 0,4 7,692 14,358
JUMLAH 2400 100% 5,2 100% 200 %
9
Rambutan Nephelium
16 3 0,1 -2,3025 0,2302
Hutan lappaceum
17 Silup Gironiera nervosa 3 0,1 -2,3025 0,2302
18 Sindur Sindora sindur 2 0,0667 -2,7080 0,1805
JUMLAH 30 2,7769
Tabel 5. Hasil pengolahan data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
tiang.
N Nama Nama DR INP
LBDS Σ Luas K KR% F FR% D
o Jenis Latin % %
Parashore 0,5 21,9
1
Balau a sp 0,03 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 7 5 48,744
Syzygium 0,2 10,2
2
Kelat sp 0,01 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 7 7 37,066
Litsea 0,8 32,4
3
Medang garcia 0,04 3 0,05 60 42,85 0,8 50 4 8 125,34
Meranti shorea 0,5 19,7
4
Bunga parvifolia 0,03 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 1 0 46,494
Gironiera 0,4 15,5
5
Silup nervosa 0,02 1 0,05 20 14,28 0,2 12,5 0 7 42,357
2,5
JUMLAH 0,1292 7 140 100 1,6 100 100 300
8
10
3.1.4.4 Tingkat Pohon (20 x 20 m)
Hasil praktek untuk tingkat pohon pada lima petak
pengamatan ditemukan 14 jenis tingkat pohon. Berikut hasil
analisis vegetasinya :
Tabel 7. Hasil pengolahan data Anveg dan Indek Nilai Penting ( INP ) tingkat
pohon.
Nama Luas KR FR DR
No Nama Latin LBDS Σ K F D INP
Jenis (ha) % % %
1 Balau Parashorea sp 0,242 3 0,2 15 7,5 0,4 6,90 1,21 7,32 21,72
Syzygium
2 Kelat 0,162 3 0,2 15 7,5 0,4 6,90 0,81 4,92 19,32
achneocarpum
Kelat Syzygium
3 0,292 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 1,46 8,86 14,81
merah palembanica
Dialum
4 Kuranji 0,108 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,54 3,26 9,21
indium
17, 17,2 15,1
5 Medang Litsea garcia 0,501 7 0,2 35 1 2,50 49,92
5 4 8
Mendar Myristica
6 0,109 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,54 3,30 11,74
ahan nears
Meranti Shorea
7 0,035 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,17 1,05 7,00
bunga parfivolia
Meranti 10,3
8 Shorea canica 0,275 4 0,2 20 10 0,6 1,37 8,33 28,68
kunyit 4
Meranti Shorea
9 0,187 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,93 5,67 14,12
lempung leprosula
Meranti
10 Shorea sp 0,110 2 0,2 10 5 0,4 6,90 0,55 3,34 15,23
merah
Meranti Shorea
11 0,066 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,33 2,00 7,95
pirang maroctera
Parartho Pararthocarpu 11,6
12 0,385 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 1,92 17,62
carpus s triandus 7
Ochanostakhy 17, 13,7 13,8
13 Petatal 0,456 7 0,2 35 0,8 2,27 45,10
s amentaceae 5 9 1
Ramin Gonystylos
14 0,066 1 0,2 5 2,5 0,2 3,45 0,33 2,00 7,95
bukit bancanus
Shorea
15 Shorea laevis 0,187 2 0,2 10 5 0,4 6,90 0,93 5,67 17,57
laevis
11
16 Tampui Baccaurea 0,120 2 0,2 10 5 0,2 3,45 0,59 3,63 12,08
JUMLAH 3,299 40 200 100 5,8 100 16,5 100, 300
12
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum horizon tanah adalah cangkul,
pita meter, kamera, soil tester, penggaris. Bahan yang diperlukan adalah
tanah, tally sheet.
3.2.3 Metode Praktikum
Adapun metode pengambilan data adalah dengan cara :
a. Menentukan lokasi yang tepat (di lahan yang miring) agar
memudahkan saat menggali tanah
b. Tanah digali menggunakan alat penggali seperti cangkul sedalam 20
-30 cm, kemudian amati susunan horison yang tampak.
c. Lakukan langkah pertama pada tempat sama, untuk kedalaman 40-60
cm, demikian seterusnya hingga kedalaman total 1 meter.
d. Kemudian amati susunan horison tanah dari mulai kedalaman 0-160
cm dan tentukan jenis horison yang tampak pada tanah yang digali.
e. Amati ciri-ciri yang tampak pada lapisan horizon
3.2.4 Hasil
Tabel 9. Hasil pengamatan Horizon Tanah
No Horison Kedalaman (cm) Ciri – Ciri Yang Nampak
1. Tanah bewarna hitam
1. O 10 cm 2. Tanah bercampur dengan serasah
3. Terdapat banyak akar serabut
1. Warna tanah hitam kecoklatan
2. Tanah tersebut tidak bercampur dengan
2. A 10-25 cm
serasah
3. Terdapat sedikit akar
1. Warna tanah adalah kuning
3. B 25-55 cm
2. Terdapat banyaknya akar basah
13
Alat yang digunakan dalam praktikum pH tanah adalah soil tester, cangkul,
meteran. Bahan yang diperlukan adalah tanah dan tally sheet.
3.3.3 Metode Praktikum
Metode pengambilan data adalah dengan cara :
a. Menentukan lokasi pengukuran pH tanah (lokasi sama dengan
pengamatan horizon tanah)
b. Pada tanah yang telah digali di amati setiap horizonnya
c. Lakukan pengambilan pH tanah menggunakan soil tester pada setiap
horizon, yaitu dengan cara menancapkan alat tersebut ke lapisan
horizon, diamkan beberapa menit dan kemudian dibaca
3.3.4 Hasil
Pengukuran pH tanah dilakukan di plot 1 Analisis vegetasi pada lahan
yang miring.Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 10.
14
3.4.2 Hasil
Dalam kegiatan pengamatan satwa liar di Kawasan Hutan Dengan
tujuan Khusus, ditemukan beberapa jenis satwa liar seperti pada tabel
dibawah ini :
15
Tabel 11. Hasil Pengamatan Satwa Liar di Sekitar Lingkungan KHDTK Bukit
Suligi
Pertemuan
Jejak Satwa
N Nama Jenis Langsung Waktu
Habitat Ket
o Satwa Dew Ana Dew Rupa Pertemuan
Anak
asa k asa Jejak
Monyet ekor
1 panjang 05.45 Pohon
Atap aula
2 Burung hantu 05.49 Silara
Burung
3 kutilang 05.58 pohon
Sekitaran
4 Kalelawar 06.02 aula
Pohon
Monyet ekor sekitar
5 panjang 06.11 kantin
6 Merbah 06.01 pohon aula
Pohon
pinggir
7 Tupai 06.17 jurang
8 Beruang 11.00 Plot 1
16
3.5 Pengukuran Suhu
3.5.1 Waktu dan Metode Praktikum
Pengukuran derajat suhu ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 30
April 2019, pengkuran suhu dilaksanakan di areal dalam hutan. Waktu
pengukuran suhu dilakukan berurutan sesuai dengan petunjuk dari tally sheet.
Alat yang digunakan adalah 2 termometer, tali, ranting. Sedangkan bahana
yang digunakan adalah kapas, air, dan objek.
Cara pengukuran suhu adalah dengan menyiapkan 2 buah termometer,
yaitu termometer kering dan basah, diberi tali pada ujung agar mudah
digantung, pada termometer basah diberi kapas yang yang diberi air
kemudian lengketkan atau ditempel pada pangkal termometer diikat
menggunakan karet atau tali. Gantungkan termometer tersebut pada ranting
pohon. Diamkan termometer tersebut dan baca skala di akhir praktikum.
3.5.2 Hasil
Tabel 12. Pengamatan suhu pada hutan KHDTK Bukit Suligi
Kelembapan 95%
17
tinggi total, tinggi bebas cabang, diameter pada tingkat pohonnya saja. Cara
mengukur diamater yaitu meilitkan alat phiband ke batang pohon setinggi
dada (1,3 m). Pengikuran tinggi menggunakan hagameter, ditentukan daulu
jarak ukur menggunakan meteran kemudian cocokkan pada alat hagameter
di ujung alat. Bidik ujung pohon dan pangkal pohon kemudian di
jumlahkan. Untuk masing-masing pohonnya ditinjau tajuk dari bawah,
diukur panjang tajuk dari masing masing pohon, yaitu dari sebelah kiri,
kanan, depan san belakang pohon (panjang tajuk). Tulis data ke dalam tally
sheet. Kemudian gambar profil pohon ke milimeter block dengan skala
1:100. Gambar tampak dari atas dan dari samping.
3.6.2 Hasil
Berikut table hasil pelaksanaan praktek profil pohon ;
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
Jenis yang mendominasi berdasarkan nilai INP pada setiap tingkat
pertumbuhan vegetasi pada plot pengamatan, diketahui bahwa :
a Berdasarkan hasil praktikum pada tingkat semai kami mendapat 10 jenis
tanaman dengan jumlah yang berbeda-beda. Untuk menghitung
kerapatan kita harus menghitung jumlah individu disetiap jenis yang
kemudian dibagi dengan luas petak contoh (2 x 2 x 5 / 10000) yaitu 0,002
ha. Nilai tertinggi kerapatan yaitu pada jenis silup karena berjumlah 4.
Untuk menghitung nilai kerapatan relatif yaitu hasil nilai kerapatan dari
masing-masing jenis dibagi jumlah kerapan seluruh yang dikali 100%.
Untuk menghitung nilai frekuensi kita harus mengitung jumlah
ditemukannya jenis di masing-masing plot kemudian dibagi jumlah
seluruh plot. Untuk menghitung nilai frekuensi relatif yaitu nilai
frekuensi disetiap jenis yang dibagi total frekuensi dikali 100%. Untuk
menghitung INP kita menjumlahkan nilai KR dan FR di setiap jenisnya.
Pada Tingkat Semai vegetasi yang dominan dilakukan dengan
menghitung besaran Nilai Indeks Penting (INP) beberapa jenis vegetasi
yang ditemui pada petak ukur. Berdasarkan pada Tabel 1. diketahui
bahwa terdapat 3 jenis yang mendominasi yaitu Malolotis, Medang dan
Pagar-pagar karena memiliki nilai INP tinggi dan memiliki nilai yang
sama yaitu 29,285%. Sedangkan INP terendah yaitu pada 5 jenis yaitu
kandis, macaranga, meliacea, mempening, dan ramin karena diakibatkan
jumlah individunya adalah 1 dan mengakibatkan nilai INP juga rendah
yaitu 12,142%.
b Pada tingkat pancang kami mendapat 18 jenis tanaman dengan
kriterianya dan dengan jumlah yang berbeda. Berdasarkan tabel 3.
Diketahui bahwa jenis rambutan hutan merupakan jenis dominan karena
memiliki nilai INP tertinggi yaitu 21,538%. Sedangkan jenis dengan nilai
INP terendah terdapat pada 10 jenis yaitu balam, banitan, jambu-jambu,
kedondong, kelat, kelat merah, kenari, lalan, merawan, dan pagar-pagar
dengan nilai INP 7,179%, ini diakibatkan karena jumlah individu 1
sehingga menyebabkan nilai kerapatan dan frekuensi juga sedikit.
20
c Pada tingkat tiang diukur di dalam petak ukur 10 x 10 m, data yang
diambil adalah diameter, TBC, TT, dan mengidentifikasi jenisnya. Untuk
mengukur diameter kami menggunakan phiband, sedangkan dalam
pengukuran tinggi kami menggunakan hagameter. Data-data yang telah
diperoleh kemudian diolah untuk dicari kerapatan, kerapatan relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, INP, dan
keberagaman jenis. Untuk menghitung nilai dominansi kita harus
1 2
menghitung jumlah LBDS terlebih dahulu, yaitu LBDS= π r , yang
4
kemudian dibagi dengan luas petak contoh (10 x 10 x 5 / 10000) yaitu
0,05 ha. Nilai Dominansi diperoleh dari jumlah LBDS dari setiap jenis
yang kemudian dibagi Jumlah LBDS total dikalikan 100%. Pada tingkat
tiang kami menemukan 5 jenis tiang. Berdasarkan tabel 5, diketahui
bahwa jenis medang merupakan dominan karena memiliki nilai INP yang
besar yaitu 125,34% dengan jumlah individu sebanyak 3, yang
mengguguli kelima jenis tersebut. Sedangkan nilai INP terendah terdapat
4 jenis karena memiliki jumlah individu yang relatif sedikit yaitu1 (balau,
kelat, meranti bunga, silup).
d Pada tingkat pohon ditemukan 16 jenis yang berbeda-beda. Berdasarkan
tabel 7, bahwa jenis medang merupakan dominan karena memiliki nilai
INP yang besar yaitu 49,92% dengan jumlah individu 7 buah. Sedangkan
nilai INP terendah terdapat pada meranti bunga yaitu 7%, dikarenakan
jumlah individu yaitu 1.
Nilai keragaman jenis yang paling tinggi adalah pada tingkat
pancang yaitu 2,776, sedangkan urutan kedua yaitu pada ttingkat pohon
yaitu 2,531, pada urutan ketiga adalah pada tingkat semai yaitu 2,154, dan
keragaman jenis terendah adalah pada tingkat tiang yaitu 1,475.
21
tanah. Yang mana tanah adalah bagian terpenting dalam makhluk hidup
sebagai tempat tinggal, maupun tempat tumbuhnya berbagai macam jenis
tumbuhan. Yang mana horizon tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah
yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan berbeda dengan
lapisan-lapisannya.
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan horizon tanah kami
menemukan 3 horizon tanah yang telah kami gali yaitu horizon O, A, dan B.
Ketiga horizon tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Pada horizon O
memiliki kedalaman 10 cm, pada tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu tanah
bewarna hitam (agak gelap). Biasanya bagian horizon O merupakan tanah top
soil yang sangat baik untuk nutrisi. Ciri-ciri horizon O lainnya adalah tanah
bercampur dengan serasah, yang mana tanah ini terletak paling atas sehingga
jika di dalam hutan terdapat banyak seresah, sehingga menyebabkan bagian
tersebut tanah menjadi subur. Ciri horizon O lainnya adalah terdapat banyak
akar serabut.
22
lainnya adalah terdapat sedikit akar dan biasanya mulai nampak akar
tunggang, dengan jarak yang berjauhan.
Pada horizon B berada di kedalaman 25-55 cm, yang mana memiliki
ciri-ciri yaitu warna tanah yang kuning artinya tanah tersebut lebih terang
dibanding dengan warna horizon sebelumnya. Dan ciri horizon ini adalah
terdapat banyak akar basah, yang mana biasanya pada lapisan ini akar
tersebut akan menyerap air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan batasan lapisan tanah
mengalami perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1985)
yang menyatakan bahwa tiap profil mengalami perbedaan.Hal ini bergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti waktu, lokasi dan faktor
pembentuknya.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah,dibedakan atas dua
golongan yaitu faktor pembentuk tanah secara pasif dan aktif. Faktor
pembentuk tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber
massa yang meliputi bahan induk,topografi dan waktu atau umur. Sedangkan
faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi
yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup
(Hanafiah,2009).
23
Gambar 3. Pengukuran pH tanah menggunakan soil tester
24
4.4 Pengamatan Satwa Liar
Pada praktikum pengamatan satwa liar dilakukan di sekitar kawasan
KHDTK Bukit Suligi yaitu pada Selasa, 30 April 2019 dari pukul 05.30 s/d
selesai. Pengamatan satwa liar dilakukan agar mahasiswa dapat meninjau
secara langsung maupun tidak langsung jenis satwa-satwa yang berada di
sekitar kawasan. Pengamatan satwa tersebut bisa dalam bentuk jejak,
penglihatan secara langsung yang dibantu teropong, maupun dari bunyi atau
suara satwa liar tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan satwa liar yang kami temukan adalah 8
satwa, yang mana kami menemukan satwa tersebut di tempat yang berbeda-
beda dan kami menemukannya paling banyak pada pagi hari. Penemuan
satwa monyet ekor panjang, kami kami menemukannya secara langsung pada
pagi hari bahwa monyet tersebut sedang memanjat di atas pohon bersama
gerombolannya dan monyet tersebut mengeluarkan suara khasnya. Penemuan
satwaa burung hantu kami menemukannya di atas atap bangunan kelas
KHDTK Bukit Suligi yang mana kami mendengar suara burung tersebut,
sebagian besar burung hantu banyak tinggal di atas atap bangunan tersebut.
Penemuan burung kutilang kami melakukan pengamatan secara langsung,
burung tersebut memiliki populasi yang lumayan banyak dan burung tersebur
mengeluarkan siulan dan bunyi khas, burung tersebut beterbangan dan
tinggal di atas pohon. Penemuan kelelawar yang mana kami melihat secara
langsung sedang beterbangan di sekitar bangunan KHDTK Bukit Suligi di
pagi hari, kelelawar tersebut masih anakan. Penemuan merbah ditemukan di
pohon, yang mana burung tersebut mengeluarkan suara. Penemuan tupai
ditemukan di dekat jurang yang mana tupai tersebut sedang berlari di atas
pohon. Penemuan jejak beruang ditemukan secara tidak langsung karena
kami hanya melihat bekas cakaran pada pohon di lokasi praktek di plot
analisis vegetasi.
Seiring bertambahnya jumlah populasi manusia maka bertambah
kehilangan kawasan hutan atau habitat bagi satwa liar sehingga satwa tersebut
semakin sedikit dan kesulitan dalam mencari makanannya. Penurunan jenis
satwa juga disebabkan oleh perburuan liar oleh manusia, yang mana hasil
25
perburuan tersebut biasanya akan dijual oleh mereka. Keberadaan satwa
sangat penting di ekosistem hutan agar terjaga dan seimbangnya ekosistem
tersebut. Agar satwa tersebut dapat hidup secara baik dan tumbuh secara
alamiah di hutan untuk menyeimbangkan ekosistem hutan.
26
dengan skala tertentu dan teknik menggambar yang sesuai dengan data.
Untuk pengambilan data di lapangan kita harus mengetahui letak posisi
pohon tersebut dimana, maka kita menggunakan prinsip x dan y, yang mana x
horizontal dan y adalah vertikal, cara penentuan dapat dibantu menggunakan
meteran. Pada pengukuran tajuk juga diperlukan meteran untuk mengetui
panjang tajuk depan, belakang, kanan dan kiri.
Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan bahwasanya jenis
meranti lempung dan meranti kunyit memiliki data tinggi yang tertinggi yaitu
26 m. Sedangkan tinggi pohon terendah yaitu pada pohon tampui. Panjang
tajuk pada masing-masing pohon memiliki ukuran yang berbeda-beda dan
bentuk yang berbeda-beda tergantung jenis pohon tersebut. Panjang tajuk dari
depan, belakang, kanan, dan kiri akan berbeda panjangnya karena pohon tidak
terkena rata oleh cahaya matahari sehingga menyebabkan tidak sama.
Setelah data dilapangan di ambil maka akan dibuat profil sketsa profil
pohon pada kertas milimeterblok. Sebelum menggambar alangkah baiknya
menentukan skala terleih dahulu, skala yang digunakan adalah 1 : 100. Yang
mana skala gambaran stratifikasi vegetasi dan penutupan kanopi vegetasi
hutan. Profil dibuat untuk menggambarkan struktur dan keanekaragaman
vegetasi di suatu ekosistem.
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pratikum pengenalan
Ekosistem Hutan adalah :
a Pada tingkat semai dan pancang dilakukan perhitungan seperti kerapatan,
kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, INP, dan keragaman jenis
dari masing-masing individu. Nilai INP yang mendekati 200% adalah
sangat baik.
b Pada tingkat tiang dan pohon dilakukan perhitungan seperti kerapatan,
kerapatan relatif, frekuensi, frekensi relatif, dominansi, dominansi relatif,
INP, dan keragaman jenis. Yang membedakan perhitngan dengan tingkat
semai dan pancang adalah dominansi dan dominansi relatif, ini
dikarenakan karena pada tingkat tiang dan pohon dapat dihitung LBDS,
sedangkan pada tingkat semai dan pancang tidak ada dominansi karena
kita tidak mengambil data diameter tanaman tersebut dan hanya
menghitung umlahnya. Nilai INP yang mendekati 300% adalah sangat
baik.
c Pengamatan lapisan horizon tanah adalah 3 lapisan yaitu horizon O, A
dan B, yang mana lapisan tersebut memilik ciri-ciri yang berbeda-beda.
Pengukuran pH tanah dilakukan menggunakan soil tester agar mahasiswa
dapat mengetahui nilai pH tanah di setiap lapisan horizon.
d Untuk pengamatan satwa liat dapat ditinjau secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung dapat d tinjau dengan mata telanjang
atau menggunakan alat teropong. Untuk penemuan tidak langsung yaitu
dengan melikat jejak satwa tersebut.
e Pada pengukuran suhu pada kawasan hutan di perlukan pengukuran suhu
kering dan suhu basah, pengukuran dilakukan menggunakan termometer,
yang mana akan dihitung nilai kelembaban (RH).
f Pada pembuatan profil pohon akan digambar di kertas milimeterblok.
Yang sebelumnya mahasiswa melakukan pengambilan data di plot 1.
28
Data yang di ambil seperti TBC, TT, diameter, panjang tajuk depan,
belakang, kanan dan kiri. Penggambaran profil pohon harus
memperhatikan skala yang digunakan dan metode cara penggambaran
profil pohon tersebut.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis, adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilaksanakan kegiatan praktek, disiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam praktek, sehingga tidak ada kendala dalam pelaksanaan
praktek.
2. Petunjuk dan intruksi dari dosen, Instruktur Dari KHDTK Bukit Suligi
hendaknya di inplementasikan dilapangan, sehingga tidak ada kegiatan
praktek yang menyimpang dari teori dan prosedur memasuki Hutan
KHDTK Bukit Suligi di larang merusak, menebang tumbuhan,
membuang sampah plastik.
3. Kerjasama universitas lancang kuning dan balai KHDTK Bukit Suligi
hendaknya lebih di tingkatan di masa yang akan datang, demi kemajuan
pendidikan dan keutuhan KHDTK Bukit Suligi
29