MAKALAH BBLR Kelompok8
MAKALAH BBLR Kelompok8
MAKALAH BBLR Kelompok8
“S” DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD KRMT WONGSONEGORO KOTA SEMARANG
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama
dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko
kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR
lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong
tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka
terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa
Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine
Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat
(PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu,
plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya
mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada
awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh
kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya
hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry,
2014) .
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan
menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan infeksi.
Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus
atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan
neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha
menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu
menurunka angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya
pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan
pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR.
Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian BBLR di RSU Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berat badan lahir rendah (BBLR) ?
7. Apa saja yang harus dikaji pada asuhan keperawatan kepada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) ?
C. Tujuan Penelitian
4. Untuk memahami patofisiologi atau pathway berat badan lahir rendah (BBLR)
7. Untuk mengetahuu hal-hal yang dikaji pada asuhan keperawatan kepada bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR)
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan IMT umur ibu dan paritas
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
a. Untuk masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk mencegah berat
badan lahir rendah.
b. Untuk institusi
Dapat memberikan informasi pada institusi tentang hubungan IMT umur ibu dan paritas
dengan kejadian BBRL
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 2015).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2016).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)(Pudjiadi,
dkk., 2010)
2. Klasifikasi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
2) Ibu
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
b. Faktor janin
c. Faktor plasenta
d. Faktor lingkungan
4. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan
seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
5. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah dapat
dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5
hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna
bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau
lebih cepat bertambah coklat
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur
6. Prognosa
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat
bayi , makin tinggi angka kematian ) , asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan
pernapasan , perdarahan interafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental
fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan persalinan dan pos natal (pengaturan suhun
lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan,
asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain )
7. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5 menit,0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10
normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,Tumor
kandungan,Kista,Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau),
BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan
dan megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut
tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke
5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Perawatan
1 Pola nafas tidak Tujuan: 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa
efektif Kebutuhan O2 bayi terlentang dengan nyaman dan
berhubungan terpenuhi alas yang data, mengantisipasi
dengan Kriteria: kepala lurus, dan flexi leher yang
maturitas pusat 1. Pernafasan normal leher sedikit dapat
pernafasan, 40-60 kali permenit. tengadah/ekstensi mengurangi
keterbatasan 2. Pernafasan teratur. dengan kelancaran jalan
perkembangan 3. Tidak cyanosis. meletakkan bantal nafas.
otot, penurunan 4. Wajah dan seluruh atau selimut diatas
energi/kelelaha tubuh Berwarna bahu bayi
n, kemerahan (pink sehingga bahu
ketidakseimban variable). terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan 2. untuk menjamin
gan metabolik. 5. Gas darah normal
nafas, mulut, pertukaran gas
PH = 7,35 – 7,45
hidung bila perlu. yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
3. Observasi gejala 3. Deteksi dini
PO2 = 50 – 90
kardinal dan adanya kelainan.
mmHg
tanda-tanda
cyanosis tiap 4
jam
4. Kolaborasi dengan 4. Mencegah
team medis dalam terjadinya
pemberian O2 dan hipoglikemia
pemeriksaan kadar
gas darah arteri
2. Thermoregulasi Tujuan 1. Letakkan bayi 1. Mengurangi
tidak efektif Tidak terjadi hipotermia terlentang diatas kehilangan panas
berhubungan Kriteria pemancar panas pada suhu
dengan kontrol 1. Suhu tubuh 36,5 – (infant warmer) lingkungan
suhu yang 37,5°C sehingga
imatur dan 2. Akral hangat meletakkan bayi
penurunan 3. Warna seluruh menjadi hangat
2. Singkirkan kain 2. Mencegah
lemak tubuh tubuh kemerahan
yang sudah kehilangan tubuh
subkutan.
dipakai untuk melalui konduksi.
mengeringkan
tubuh, letakkan
bayi diatas tubuh,
letakkan bayi
diatas handuk /
kain yang kering
dan hangat.
3. Observasi suhu 3. Perubahan suhu
bayi tiap 6 jam. tubuh bayi dapat
menentukan
tingkat hipotermia
4. Kolaborasi 4. Mencegah
dengan team terjadinya
medis untuk hipoglikemia
pemberian Infus
Glukosa 5% bila
ASI tidak
mungkin
diberikan.
3. Gangguan Tujuan:Kebutuhan 1. Lakukan observasi 1. Deteksi adanya
kebutuhan nutrisi terpenuhi BAB dan BAK kelainan pada
nutrisi : kurang Kriteria jumlah dan eliminasi bayi dan
dari kebutuhan 1. Bayi dapat minum frekuensi serta segera mendapat
tubuh pespeen / personde konsistensi. tindakan /
berhubungan dengan baik. perawatan yang
dengan ketidak 2. Berat badan tidak tepat.
2. Monitor turgor 2. Menentukan
mampuan turun lebih dari
dan mukosa derajat dehidrasi
mencerna nutrisi 10%.
mulut. dari turgor dan
karena 3. Retensi tidak ada.
mukosa mulut.
imaturitas.
3. Monitor intake 3. Mengetahui
dan out put. keseimbangan
cairan tubuh
(balance)
4. Beri ASI/PASI 4. Kebutuhan nutrisi
sesuai kebutuhan. terpenuhi secara
adekuat.
5. Lakukan control 5. Penambahan dan
berat badan setiap penurunan berat
hari. badan dapat di
monito
6. Lakukan control 6. Penambahan dan
berat badan setiap penurunan berat
hari. badan dapat di
monitor
4. Resiko infeksi Tujuan: 1. Lakukan teknik 1. Pada bayi baru
berhubungan Selama perawatan tidak aseptik dan lahir daya tahan
dengan pertaha terjadi komplikasi antiseptik dalam tubuhnya kurang /
nan imunologis (infeksi) memberikan rendah.
yang kurang. Kriteria asuhan
1. Tidak ada tanda- keperawatan
2. Cuci tangan 2. Mencegah
tanda infeksi.
sebelum dan penyebaran
2. Tidak ada
sesudah infeksi
gangguan fungsi
melakukan nosokomial.
tubuh. tindakan.
3. Pakai baju khusus/ 3. Mencegah
short waktu masuk masuknya bakteri
ruang isolasi dari baju petugas
(kamar bayi) ke bayi
4. Lakukan 4. Mencegah
perawatan tali terjadinya infeksi
pusat dengan dan memper-
triple dye 2 kali cepat pengeringan
sehari. tali pusat karena
mengan-dung anti
biotik, anti jamur,
desinfektan.
5. Jaga kebersihan 5. Mengurangi
(badan, pakaian) media untuk
dan lingkungan pertumbuhan
bayi. kuman.
6. Observasi tanda- 6. Deteksi dini
tanda infeksi dan adanya kelainan
gejala kardinal
7. Hindarkan bayi 7. Mencegah
kontak dengan terjadinya
sakit. penularan infeksi.
8. Kolaborasi dengan 8. Mencegah infeksi
team medis untuk dari pneumonia
pemberian
antibiotik.
9. Siapkan 9. Sebagai
pemeriksaan pemeriksaan
laboratorat sesuai penunjang
advis dokter yaitu
pemeriksaan DL,
CRP.
4. Pathway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By. Ny. S
TTL : Semarang, 9 September 2020
Jenis kelamin : Laki Laki
Nama ayah : Tn. S
Umur : 48 th
Nama ibu : Ny. S
Umur : 31 th
Agama : Islam
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Suku kebangsaan : Jawa, Indonesia
Alamat : Semarang
Diagnose medis : BBLR
No RM : xxxxx
2. Keluhan utama
Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 1975 gram.
3. Keluhan lain
Pertambahan berat badan bayi lambat, lemah dan tidak bisa menetek.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirawat di inkubator, tangisan lemah, gerak agak lemah, bibir kering, tidak ada
kejang.
5. Riwayat kelahiran dan persalinan
a. Antenatal
Ny. S menyatakan kehamilan pertama, G1P0A2, usia 31 tahun, klien periksa ANC
kurang lebih 5 kali di bidan. Klien juga tidak merokok, makan teratur dan ibu PEB
mempunyai riwayat bayi triplet
b. Intranatal
Ny. S menyatakan, pada hari Senin tanggal 8 september 2020 ia merasakan
ketuban rembes, namun belum ada tanda persalinan. Ia kemudian memeriksakan
diri ke RSUD KRMT Wongsonegoro, kemudian rawat inap hingga hari Sabtu dan
diijinkan pulang. Pada Hari Rabu , jam 08.00 WIB Ny.S datang lagi dengan
keluhan yang sama. Jam 17.55 WIB melahirkan secara Sectio Caesaria, usia
kehamilan 35 minggu 4 hari, kurang bulan, ada penyulit persalinan karena Ny.S
hamil triplet bayi 2 meninggal didalam rahim dan tinggal hidup 1, komplikasi
persalinan KPD 4 hari, ketuban habis.
c. Postnatal
Bayi lahir langsung menangis, oprasi Sectio Caesaria, air ketuban habis. APGAR
score 3/6/8. Tidak ada trauma saat lahir. Klien mendapat Vit K, imunisasi HB 0
dan salep mata chlorampenikol.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.S mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan anak dengan
berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada riwayat hipertensi, diabetes,
ginjal, jantung.
7. Keadaan kesehatan saat ini
a. Status Nutrisi dan cairan
Bayi mendapat diit ASI 10cc sonde. Klien terpasang Inf D10%4tmp.
b. Aktivitas istirahat
Bayi tampak cukup aktif, banyak tidur dan menangis pelan.
c. Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi di dalam inkubator secara sponge bath setiap pagi hari dan
perawatan tali pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta
sudah b.a.k terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi.
d. Eliminasi
Setelah lahir bayi BAK dan belum BAB. Klien dilakukan lavemen NaCl
setelah 2 hari tidak BAB. Feses mekonium jumlah sedikit.
8. Keadaan psikologis orang tua
Ny. S menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan anaknya cepat
pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk taat instrusi dokter dan
perawat, agar anaknya cepat pulang. Bayi sangat diinginkan dan seluruh keluarga
mendukung kesehatan bayi. Ibu bayi tampak lelah dan mengeluh ASI keluar sedikit.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :Gerak cukup aktif,menangis pelan, banyak tidur
b. Tanda vital:
N : 122x/menit
RR :52x/menit
S :36,4oC
c. Antropometri
BB : 1975 gr
PB : 48 cm
LK : 29 cm
LD : 25 cm
Lila (kiri) : 7 cm
d. Reflek
Bayi memiliki reflek moro yang baik, reflek menggenggam baik dan refleks
menghisap lemah
e. Kepala / Leher
Fontanel lunak, tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah simetris.
f. Mata
Terdapat dischart pada mata, sclera tidak ikterik.
g. Mulut
Mulut terlihat kotor dan kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato
schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi untuk mengetahui residu ASI.
h. THT
1) Telinga
Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak ada cairan
abnormal
2) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
i. Respirasi
Bentuk toraks simetris. Diameter anteroposterior :lateral 1:1. Terlihat
menggunakan alat bantuan pernafasan. Terdapat retraksi dada derajat 1 (ringan).
Respirasi 52 kali per menit teratur. Tangisan keras.
j. Kardiovaskuler
HR 122x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak terdapat sianosis.
k. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu berupa lendir dan ASI
0,5-2 cc.
l. Ekstremitas
1) Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin dan pucat
2) Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin dan pucat
m. Umbilikus
Tali pusat bayi berwarna hitam pada bagian ujung, namun berwarna kuning
keputihan pada bagian lainnya. Tali pusat belum lepas. Tidak tampak tanda-tanda
infeksi pada tali pusat bayi.
n. Integumen
Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit cukup.
10. Terapi
a. Termoregulasi dengan inkubator suhu 34oC
b. Inf D10% 4tmp
c. Dopamin 5 meq
d. Aminosteril 2gr
e. Oksigenasi 1lt
11. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin tanggal 8 september 2013
Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
HB 16,8 14 – 24 g/dl
Hematokrit 49,10 44 – 64 %
Leukosit 5,5 4 - 10,5 103/uL
Trombosit 87 150 – 450 103/uL
Bill 4,0 0,25-1.0 Mg/dL
Direk 0,81
Natrium 136 135-145 mmol/L
Kalium 4,20 3,5-5,0 mmol/L
Calsium 1,30 6,7-10.7 mmol/L
b. Pemeriksaan GDS tanggal 9 September 2020 jam 18.00 WIB
GDS :91 mg/dl
B. ANALISIS DATA
No Data Masalah Penyebab
1 Ds: - Pola nafas tidak Imaturitas pusat
Do: efektif pernafasan
Tampak sesak nafas px dada terdapat
retraksi dada derajat 1 (ringan),
pernafasan klien tidak menggunakan
caping hidung, tidak terdapat sianosis
pada tubuh klien, tidak ada whezzing.
Klien nampak diberikan oksigenasi 1lt,
N: 122x/menit
RR:52x/menit
2 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Bayi terpasang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi
- Bayi tidak dapat menetek ibu nutrien
- BB 1975 gram
- Terpasang Inf D10% 4tpmdi
tangan kanan
- Diit ASI 10cc sonde
- Bibir tampak kering
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada By. Ny. S dengan dx medis
BBLR didapatkan 2 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
Dari kedua diagnosis keperawatan di atas semua teratasi sebagian :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient karena klien masih
mendapat nutrisi melalui OGT
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,
ketidakefektifan pola nafas dikarena klien masih terpasang oksigenasi 1lt
B. Saran
Untuk Keluarga Klien
1. Diharapkan selalu menaati program pengobatan yang ada
2. Diharakan mampu kooperatif terhadap semua instruksi dari para tenaga kesehatan
Daftar Pustaka
Garna, Heri.dkk. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Markum. 2018. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas
UI, Jakarta.
Proverawati, Atikah, SKM MPh dan Cahyo Ismawati S, S Berat Badan lahir Rendah DLkpi :
Asuhan pada BBLR. Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2014. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan
Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2012. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC