Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Katarak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KATARAK DI RUANG ASTER

RSU MITRA SIAGA TEGAL

Dosen Pembimbing :

Yessy Pramita Widodo., M. kep

Disusun Oleh :

NAMA : NUR LAELI ATIKA KHASANAH


NIM : C1021071
KELAS : 3B

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi


maha penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami,sehingga dapat menyelesaikan tugas Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Katarak.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing ibu Yessy Pramita Widodo., M. Kep yang telah memberikan
bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
laporan ini, sehingga laporan ini dapat selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk
penyusunan laporan ini, namun saya menyadari bahwa di dalam laporan
yang telah saya susun masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya laporan yang lebih baik lagi. Saya berharap laporan ini dapat
memberikan banyak manfaat.
Slawi, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KATARAK

Katarak merupakan gangguan pada mata yang dapat di tandai dengan


penebalan atau kekeruhan pada lensa mata secara progresif (Anggreny et al.,
2019). Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan mengeruhnya
lensa mata, sehingga membuat penglihatan kabur. Katarak umumnya
berkembang secara perlahan. Awalnya, penderita tidak akan menyadari ada
gangguan penglihatan, karena hanya sebagian kecil lensa mata yang
mengalami katarak. Meski umumnya katarak tidak menyebabkan rasa sakit
pada mata, namun penderita bisa merasakan nyeri pada mata, terutama jika
katarak yang dialami sudah parah, atau penderita memiliki gangguan lain pada
mata (N. A. Gifran, R. Magdalena, 2019)
Klasifikasi katarak (Dini, 2020)

1. Katarak senilis
Katarak senilis sering terjadi di derita usia sekitar 40 tahun ke
atas,lensa mengalami kekeruhan, penebalan,serta penurunan daya
akomodasi, kondisi ini dinamkan 90% dari semua jenis katarak. (Hu et al.,
2020).
2. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan penyakit mata yang langka, yaitu
salah satu penyebab utama gangguan penglihatan pada anak-anak di
seluruh dunia yang dapat diobati. Teknik bedah saat ini, yang
menggabungkan ekstraksi katarak mikroinsisi dan implantasi lensa
intraokular primer (IOL), telah meningkatkan hasil katarak pada masa
kanak – kanak. Komplikasi termasuk kekeruhan kapsul posterior (PCO),
glaukoma aphakic atau pseudophakic, uveitis, perpindahan pupil dan
desentralisasi IOL. Katarak kongenital menunjukkan fenotipe dan genotipe
yang sangat bervariasi, dan dapat dikaitkan dengan mutasi yang berbeda,
berupa genetik, dan faktor risiko lainnya. Katarak kongenital dapat
dikaitkan dengan kelainan perkembangan mata lainnya, termasuk
mikroftalmia, mikrokornea, atau aniridia dan dengan temuan sistemik.
(Khan et al., 2018).
3. Katarak juvenile
Katarak juvenile merupakan peningkatan dari katarak kongenital
yang terlihat di usia diatas satu tahun dan mecapai dibawah lima puluh
tahun katarak juvenile merupakan katarak yang di derita oleh orang muda
pada usia 1– 9 tahun katarak juvenile biasanya merupakan penyulit dari
penyakit sistemik maupun metabolik (Permana et al., 2016)
4. Katarak traumatik
Katarak traumatik merupakan katarak yang disebabkan oleh cedera
yang terjadi dimata seperti trauma perforasi luka tusuk, tembakan ataupun
disebabkan oleh benda tumpul yang dapat terlihat beberapa hari ataupun
beberapa tahu setelah cedera terjadi. (Dini, 2020)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya katarak ada berbagai macam umumnya adalah usia
lanjut (katarak senil), dan kongenital katarak yang didapat adanya akibat
infeksi di masa pertumbuhan janin, gangguan perkembangan dan tentunya
katarak keturunan (genetic) (Dini, 2018). Pada umumnya katarak disebabkan
oleh faktor utama yaitu proses degeneratif atau bertambahnya usia, selain itu
penyakit katarak pun bisa disesabkan oleh beberapa faktor non-degeneratif
diantaranya disebabkan oleh trauma atau cedera pada mata, komplikasi dari
penyakit mata sebelumnya, akibat tindakan pembedahan, adanya gangguan
sistemik atau metabolisme, terpapar sinar radiasi dan sinar ultra violet dalam
waktu yang lama, penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti
kortikosteroid serta dipengaruhi oleh faktor keturunan (Dewi et al., 2017)
C. PATOFISIOLOGI
Katarak kongenital merupakan penyakit mata yang langka, yaitu salah satu
penyebab utama gangguan penglihatan pada anak-anak di seluruh dunia yang
dapat diobati. Teknik bedah saat ini, yang menggabungkan ekstraksi katarak
mikroinsisi dan implantasi lensa intraokular primer (IOL), telah meningkatkan
hasil katarak pada masa kanak – kanak. Komplikasi termasuk kekeruhan
kapsul posterior (PCO), glaukoma aphakic atau pseudophakic, uveitis,
perpindahan pupil dan desentralisasi IOL. Katarak kongenital menunjukkan
fenotipe dan genotipe yang sangat bervariasi, dan dapat dikaitkan dengan
mutasi yang berbeda, berupa genetik, dan faktor risiko lainnya. Katarak
kongenital dapat dikaitkan dengan kelainan perkembangan mata lainnya,
termasuk mikroftalmia, mikrokornea, atau aniridia dan dengan temuan
sistemik. (Khan et al., 2018).
D. PATWAYS

Usia lanjut dan Congenital atau Penyakit metabolic


Cedera mata
proses penuaan bisa diturunkan (misalnya Dm)

Nukleus berubah warna


menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


multiple (zunula)yang memanjang dari badan
silier kesekitar daerah lensa)

Defisiensi
pengetahuan Hilangnya tranparasi lensa KATARAK

Tidak mengenal Perubahan kimia dlm Kurang terpapar


sumber resiko protein lensa terhadap informasi
tentang prosedur
Tindakan
Resiko cidera koagulasi
pembedahan

Gangguan penerimaan Mengabutkan


sensori/Status organ indera pandangan Cemas / Ansietas

Terputusnya protein lensa Prosedur invasive


Menurunnya ketajaman
disertai influx air kedalam pengangkatan
penglihatan
lensa katarak

Gangguan presepsi
Usia meningkat Risiko infeksi
sensori-perseptual
penglihatan
Penurunan enzim Post op
menurun

Nyeri akut
Degenerasi pd lensa
E. MANIFESTASI KLINIS

Diagnosis katarak ditegakkan berdasarkan data subjektif pasien. Pasien


biasanya melaporkan gangguan fungsi akibat penurunan penglihatan, silau dan
kehilangan penglihatan, sedangkan gejala objektifnya adalah berkembangnya
seperti mutiara keabu-abu pada pupil sehingga membuat retina tidak akan
terlihat dengan oftalmoskop, pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih pada akhirnya katarak telah matang pupil akan menjadi
bertambah lebih putih (Basri, 2019). Gejala umum ditandai dengan penglihatan
tidak jelas, sensitif terhadap cahaya atau sinar, dan lensa mata berubah menjadi
keruh/buram, mata sering berair.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Suatu keberhsilan operasi katarak tidak bergantung hanya kepada
seleksi pasien ,namun dipengarui juga oleh pengukuran diagnostik praoperasi
yang menyeluruh. Pengukuran ini meliputi :
1. pengukuran pupil
Mengukur diameter pupil dalam penglihatan skotopik merupakan
parameter penting dalam bedah refraktif. Keluhan visual pascaoperasi
seperti lingkaran cahaya, silau, dan kesulitan mengemudi di malam hari
merupakan keluhan yang berhubungan dengan fungsi visual pada
penglihatan skotopik. Dalam keadaan ini, diameter pupil lebih besar dari
zona fungsional optik, sehingga cahaya tersebar di permukaan. kornea.
2. pengukuran biometri yang akurat
a. Pengukuran Panjang Aksila Bola Mata
b. Anterior chamber depth (ACD)
c. White –to-white corneal diameter (WTW)
d. Ketebalan lensa
3. Keratometri
Alat yang digunakan untuk pengukuran ini disebut pengukur kornea atau
keratometer, yaitu alat diagnostik yang mengukur radius anterior
kelengkungan kornea dalam milimeter dan mengubahnya menjadi dioptri.
Satu kesalahan pengukuran kornea diopter menghasilkan refraksi pasca
operasi yang tidak akurat. Jika permukaan kornea terdistorsi atau tidak
teratur, pengukuran kornea bisa sulit atau bahkan tidak mungkin. Dalam
kasus seperti itu, pengukuran kornea dapat dilakukan dengan mata
sebelahnya atau berdasarkan topografi kornea
4. Topograpi kornea
Topografi kornea memainkan peranan penting dalam melakukan operasi
pembedahan refraktif modern. Pemetaan kornea dapat membantu operator
dalam menemukan kondisi praoperasi berupa astigmatisme ireguler,
keratokonus, dan degenerasi marginal pelusid. Adanya beberapa kondisi ini
dapat meningkatkan risiko glare dan halo pasca operasi, menurunkan
kualitas penglihatan, dan menjadi kontra indikasi relatif pada operasi
pembedahan refraktif. Pengukuran ini penting dilakukan agar dapat
mencapai hasil yang optimal dan mengurangi resiko komplikasi
intraoperasi (Harun et al., 2020)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang tepat pada pasien katarak anak merupakan
tantangan tersendiri bagi dokter mata. Pemeriksaan katarak pediatrik dimulai
diagnosis, evaluasi, intervensi bedah dan perawatan pasca operasi, secara
signifikan berbeda dengan katarakdewasa. Pembedahan adalah satu-satunya
penanganan yang efektif untuk sebagian besar katarak anak. Visus pasca
operasi katarak terdapat berbagai variasi yaitu Sebagian mencapai visus pasca
operasi yang baik, sedangkan yang lain mendapatkan visus yang pasca operasi
yang buruk. Komplikasi pasca operasi katarak anak yaitu ambliopia.
Ambliopia deprivatif merupakan penyebab umum
terjadinya kebutaan monokular dan mengenai 3%-5% seluruh populasi dunia
(Lahira Eriskan & Amiruddin, 2021) Teknik Operasi Katarak :
1. Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah
diputus. Pada katarak ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
Akan tetapi pada tehnik ini tidak boleh dilakukan atau kontra indikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedaha ini yaitu
astigmat, glaucoma, uveitis, endof talmitis dan perdarahan, sekarang jarang
dilakukan. (Prasetya, 2017)
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut. Termasuk
dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan ligasi. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi untuk tejadinya
prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
sitoid macula edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
SICS adalah salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya
digunakan di Negara berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan hasil
visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan volume
yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera
(jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik
mata depan. Dilakukan CCC, hidrodiseksi, hidrideliniasi dan disini nucleus
dikeluarkan dengan manual, korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi
kemudian dipasang IOL in the bag. (Nurjanah et al., 2019)
4. Phacoemulsifikasi
adalah teknik yang paling mutakhir. Hanya diperlukan irisan yang sangat
kecil saja. Dengan menggunakan getaran ultrasonic yang dapat
menghancurkan nukleus lensa. Sebelum itu dengan pisau yang tajam,
kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam
lensa, sekaligus menghancurkan dan menghisap massa lensa keluar. Cara
ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul posterior
lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka sayatan
dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah
sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa
memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan
aktivitas normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak
yang padat. (Mutiarasari & Handayani, 2017).
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan SDKI,SIKI,SLKI diagnose keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien katarak yaitu :
a. Gangguan presepsi sensori b.d gangguan penglohatan d.d penurunan
ketajaman penglihatan
b. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d kurangnya terpapar
informasi mengenai prosedur pembedahan.
c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d ketidaknyamanan
Ketika melakukan aktivitas
I. INTERVENSI KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai