Uji Protein Dan Lemak
Uji Protein Dan Lemak
Uji Protein Dan Lemak
ACARA 4
UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA BAHAN MAKANAN
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti
pertama atau utama. Protein merupakan makromolekul yang menyusun
lebih dari separuh bagian dari sel. Protein menentukan ukuran dan
struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta
sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel (Fatchiyah,
2011). Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai
peptida dengan berbagai panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-
10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida)
(Gandy, 2014). Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen
yang diyakini sebagai faktor penting untuk fungsi tubuh, sehingga
tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein (Muchtadi, 2010). Tiap
jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan distribusi jenis asam
amino penyusunnya. Berdasarkan susunan atomnya, protein
mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-23% atom oksigen (O), 12-
19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen (H), dan 0,2-0,3% atom
sulfur (S) (Estiasih, 2016).
Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus
kehidupan manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh
untuk mengganti dan memlihara sel tubuh yang rusak, reproduksi,
mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh.
Protein memiliki berat molekul yang sangat besar sehingga bila
protein dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal.
Protein dapat dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan
menghasilkan campuran asam-asam amino (Winarno, 2004). Sebagian
besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk dispersi
koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membran
semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada
pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam
pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzena (Yazid, 2006).
Menurut Winarno (2004), klasifikasi protein berdasarkan struktur
susunan molekul adalah sebagai berikut:
a. Protein Fibriler atau Skleroprotein
Protein ini berbentuk serabut, tidak larut dalam pelarut-
pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol.
Berat molekulnya yang besar belum dapat ditentukan dengan pasti
dan sukar dimurnikan. Susunan molekulnya terdiri dari rantai
molekul yang panjang sejajar dengan rantai utama, tidak
membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat
kembali pada keadaan semula. Kegunaan protein ini terutama
hanya untuk membentuk struktur bahan dan jaringan. Contoh
protein fibriler adalah kolagen yang terdapat pada tulang
rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada
gumpalan darah.
b. Protein Globuler atau Sferoprotein
Protein ini berbentuk bola, banyak terdapat pada bahan
pangan seperti susu, telur, dan daging. Protein ini larut dalam
larutan
garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam, dan basa jika
dibandingkan dengan protein fibriler. Protein ini mudah
terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah yang diikuti
dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang
dialami oleh enzim dan hormon.
a. Protein sederhana
Protein sederhana tersusun oleh asam amino saja, oleh karena
itu pada hidrolisisnya hanya diperoleh asam-asam amino
penyusunnya saja. Contoh protein ini antara lain, albumin,
globulin, histon, dan prolamin.
b. Protein Majemuk
Protein ini tersusun oleh protein sederhana dan zat lain yang
bukan protein. Zat lain yang bukan protein disebut radikal
protestik. Yang termasuk dalam protein ini adalah:
(1) Phosprotein dengan radikal prostetik asam phostat.
(2) Nukleoprotein dengan radikal prostetik asam nukleat.
(3) Mukoprotein dengan radikal prostetik karbohidrat.
2. Mekanisme dan Fungsi Uji Kualititif Untuk Protein
a. Uji Biuret
Pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH
dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada reaksi ini positif
untuk zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida. Reaksi
ini negatif untuk asam amino yang tidak mempunyai ikatan peptida
atau yang hanya mengandung 1 ikatan peptida. Sampel akan
berwarna ungu jika reaksi positif (Suprapta, 2014). Reagen biuret
yang mengandung Ion Cu2+ dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet
(Putra, 2013). Warna yang terjadi tergantung dari panjangnya
ikatan peptida. Bila panjang warnanya ungu dan bila pendek
warnanya merah muda (Sumardjo, 2008). Berikut adalah reaksi uji
biuret:
(Putra, 2013).
b. Uji Xantoprotein
Protein yang mengandung residu asam amino dengan
radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung
asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam
nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada
pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi
kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambah
dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi
inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini
dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera
menjadi kuning karena terjadinya proses nitrasi ini benzena pada
asam amino penyusun kulit (Sumardjo, 2008).
c. Uji Millon Nasse
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein,
akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi
merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna (Sumardjo, 2008).
d. Reaksi Hopkins Cole
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan
dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium
dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam
sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di
bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin
ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. (Sumardjo, 2008).
e. Reaksi Reduksi Sulfur
Reaksi ini dapat berfungsi guna mengetahui asam amino yang
mengandung unsur S. Reaksi positif dengan terjadinya warna
hitam dari PbS setelah protein ditambah alkali garam dan
dipanaskan, alkali berguna untuk melepas S organik menjadi
anorganik. Reaksi positif untuk protein yang mengandung asam
amino dengan atom S, misalnya sistein dan metionin (Sumardjo,
2008).
3. Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi
asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta
sterol (Ganong, 2008). Lipid adalah senyawa organik yang terdapat
dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan memegang peranan penting
dalam struktur dan fungsi sel. Lipid memiliki arti lain sebagai
kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil (-
COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air,
tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon
tetraklorida, dan lain sebagainya (Baraas, 2006).
Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi
lipid dalam tiga golongan besar, yakni:
1) Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai
alkohol, contohnya: lemak atau gliserida dan lilin (waxes).
2) Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan, contohnya: fosfolipid.
3) Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses
hidrolisis lipid, contohnya: asam lemak, gliserol, dan sterol.
C. ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum uji protein dan lemak pada bahan
makanan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas beker
50 ml dan 100 ml merk pyrex, pengaduk gelas, corong merk herma,
erlenmeyer 100 ml merk pyrex, bunsen, penjepit kertas, mortar dan alu.
D. BAHAN
Bahan yang digunakan pada praktikum uji protein dan lemak pada bahan
makanan adalah air, albumin, NaOH 6M, NaOH, HNO3 65%, telur,
tembaga (II) sulfat 1%, susu, kertas saring, minyak, etanol, kloroform,
eter, roti, kacang, teh, dan cotton buds.
E. CARA KERJA
a) Cara kerja uji biuret pada albumin:
1. Albumin dan air dimasukkan pada tabung reaksi yang berbeda.
2. NaOH ditambahkan ke masing-masing tabung reaksi dengan
volume yang sama.
3. 1ml tembaga (II) sulfat ditambahkan pada masing-masing tabung
reaksi.
4. Tiap reaksi digojog, kemudian diamati perubahan warna yang
terjadi.
b) Cara kerja uji biuret pada susu:
1. Susu dan air dimasukkan pada tabung reaksi yang berbeda.
2. NaOH ditambahkan ke masing-masing tabung reaksi dengan
volume yang sama.
3. Tembaga (II) sulfat dimasukkan pada masing-masing tabung
reaksi.
4. Tiap tabung reaksi digojog, kemudian diamati perubahan warna
yang terjadi.
c) Cara kerja uji xanthoprotein:
1. Air dan putih telur dimasukkan dalam gelas beker 100 ml dan
diaduk hingga homogen.
2. Larutan putih telur disaring menggunakan kertas saring, maka
didapatkan protein solution.
3. Protein solution dimasukkan ke tabung reaksi.
4. 1 ml HNO3 65% dimasukkan ke protein solution.
5. Tabung reaksi dipanaskan dan diamati perubahan warna yang
terjadi.
6. NaOH 6M dimasukkan ke tabung reaksi dan diamati perubahan
warna yang terjadi.
d) Cara kerja uji kelarutan lipid:
1. Air, etanol, eter, dan kloroform dimasukkan dalam tabung reaksi
yang berbeda sebanyak 3 ml.
2. Minyak ditambahkan ke setiap tabung reaksi sebanyak 1 ml.
3. Tabung reaksi digojog dan diamati perubahan yang terjadi.
e) Cara kerja Grease Spot Test
1. Minyak, roti, kacang, dan teh disiapkan.
2. Roti dan kacang dihaluskan menggunakan mortar dan alu dan
diberi sedikit air.
3. Masing-masing sari bahan (roti, kacang, minyak, dan teh)
dioleskan pada kertas saring menggunakan cotton buds.
4. Kertas saring dikeringkan dan diamati perubahan yang terjadi.
Gambar 1. Hasil uji biuret pada Gambar 2. Hasil uji biuret pada susu.
albumin.
Gambar 3. Hasil uji xantoprotein pada putih telur
setelah ditambah NaOH 6M.
Tabel 2. Hasil uji lemak bahan makanan
No. Uji Bahan Bahan Hasil Keterangan
1. Uji kelarutan Aquades Minyak dan Tidak larut
aquades terpisah
Etanol Minyak larut Larut sebagian
sebagian
Eter Minyak dan eter Larut
bercampur
Kloroform Minyak dan Larut
kloroform
bercampur
2. Grease spot Minyak sayur Kertas (+) mengandung
test (GST) transparan lemak
Roti Kertas tidak (-) tidak
transparan mengandung lemak
Kacang Kertas (+) mengandung
transparan lemak
Air teh Kertas tidak (-) Tidak
transparan mengandung lemak
Uji lemak pada praktikum ini adalah uji kelarutan dan uji Grease
spot test atau uji noda. Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui sampel
makanan dapat larut atau tidak (sifat kepolaran lipid) pada beberapa
pelarut yang digunakan yaitu air, eter, etanol, dan kloroform. Sedangkan
Grease spot test bertujuan untuk mengetahui sampel makanan
mengandung lemak atau tidak.
Uji kelarutan menggunakan minyak sebagai bahan terlarut dan air,
eter, etanol, kloroform sebagai pelarut. Berdasarkan tabel 1, yang pertama
minyak dimasukkan dalam air menghasilkan hasil yang negatif karena
keduanya terpisah dan minyak tidak dapat larut dalam air. Pelarut kedua
yaitu etanol, minyak dan etanol menghasilkan minyak larut sebagian di
dalam etanol. Pelarut berikutnya adalah eter dan kloroform, menghasilkan
hasil positif dimana minyak bercampur dan larut dalam kedua pelarut
tersebut.
Minyak dan air tidak bisa menyatu dan tidak larut karena air
bersifat polar dan minyak nonpolar. Hal ini terjadi disebabkan atom O atau
N pada minyak tidak berikatan kuat dengan air (H2O). Hasil uji kelarutan
minyak pada eter dan kloroform membuktikan bahwa minyak
mengandung lemak yang bersifat larut dalam pelarut nonpolar. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Poedjiaji (2006) yaitu lemak larut dalam
pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena.
Senyawa nonpolar dapat larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar sebab
keduanya memiliki momen dipol sehingga keduanya dapat bereaksi satu
sama lain. Namun saat minyak ditambahkan pada etanol, minyak hanya
larut sebagian. Etanol merupakan senyawa polar, dan dapat diketahui
minyak hanya dapat larut dalam nonpolar. Minyak tersebut dapat larut
sebagian dalam etanol dikarenakan pada etanol terdapat bagian yang polar
dan nonpolar. Bagian nonpolar tersebut dimiliki oleh ikatan kovalen pada
alkil, sehingga minyak dapat larut sebagian. Kesimpulannya yaitu minyak
yang digunakan mengandung lipid berupa lemak yang bersifat nonpolar.
Eter dan kloroform bersifat nonpolar karena dapat melarutkan minyak,
sedangkan air dan etanol bukan nonpolar karena tidak dapat melarutkan
minyak dengan baik.
Uji lemak berikutnya adalah uji GST (Grease Spot Test) yang
menggunakan sampel minyak sayur, kacang, roti, dan air teh. Pengujian ini
dilakukan dengan cara mengoleskan sampel makanan pada kertas saring.
Adapun hasil yang didapat adalah minyak sayur menghasilkan warna
transparan, sampel roti menghasilkan kertas saring tidak berubah menjadi
transparan, kacang menghasilkan kertas saring menjadi transparan, dan air
teh tidak membuat kertas saring menjadi transparan. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa sampel yang menyebabkan kertas saring menjadi
transparan mengandung lipid. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Herlina (2002) yaitu sampel yang mengandung lipid jika diusapkan
dengan kertas saring akan menimbulkan bercak minyak pada kertas saring.
Kertas saring menjadi transparan oleh minyak sayur dan kacang
disebabkan oleh sebagian lemak memiliki titik didih tinggi, sehingga
mereka tidak mudah menguap. Berbeda halnya dengan air yang mudah
menguap pada suhu kamar. Saat cairan sampel dioleskan pada kertas
saring, sampel yang mengandung lemak akan memecah cahaya dan
meninggalkan noda pada kertas saring. Hal ini menyebabkan cahaya dapat
berpindah dari sisi satu ke sisi lain sampai akhirnya menimbulkan
“transparan” pada kertas saring yang mengandung lemak. Cairan pada roti
dan air teh tidak menyebabkan kertas saring menjadi transparan karena
cairan menguap terlebih dahulu ketika dikeringkan. Jadi, pada uji GST
terbukti sampel yang mengandung lemak adalah yang menyebabkan kertas
saring menjadi transparan yaitu minyak sayur dan kacang. Sedangkan roti
dan air teh tidak mengandung lemak.
Gambar 4. Hasil uji kelarutan minyak Gambar 5. Hasil uji Grease Spot
Test
pada beberapa pelarut. pada minyak sayur.
Gambar 6. Hasil uji Grease Spot Test
pada roti, kacang, dan air teh.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum uji protein dan uji lemak adalah
sebagai berikut:
1. Hasil uji biuret pada albumin yaitu positif mengandung ikatan peptida
(adanya protein) disertai dengan warna albumin berubah menjadi
ungu.
2. Hasil uji biuret pada sampel susu yaitu positif mengandung protein dan
warna susu berubah menjadi ungu.
3. Hasil uji xantoprotein pada putih telur yaitu positif mengandung
protein dan warna berubah menjadi jingga.
4. Hasil uji kelarutan yaitu:
Ketika minyak dicampurkan dalam air minyak tidak larut dan
keduanya terpisah.
Ketika minyak dicampurkan dalam etanol minyak larut sebagian
Ketika minyak dicampurkan dalam eter minyak bercampur dengan
eter dan larut seluruhnya.
Ketika minyak dicampurkan dalam kloroform minyak bercampur
dengan kloroform dan larut seluruhnya.
5. Hasil uji Grease Spot Test pada sampel minyak sayur yaitu kertas
saring berubah menjadi trasnparan yang berarti minyak sayur
mengandung lemak. Sedangkan hasil uji Grease Spot Test pada sampel
roti yaitu kertas saring tidak berubah menjadi transparan yang artinya
roti tidak mengandung lemak.
6. Sampel yang mengandung lemak setelah dilakukan uji Grease spot
test yaitu minyak sayur dan kacang.
DAFTAR PUSTAKA
Soeharto. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Kolesterol, Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudarmanto. 2003. Asam Lemak Tak Jenuh Ganda. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Suprapta, K.A. 2014. Identifikasi Asam Amino Pada Albumin Telur Dan Sampel
Unknown. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.