Manajemen Laktasi (Kelompok 3)
Manajemen Laktasi (Kelompok 3)
Manajemen Laktasi (Kelompok 3)
MAKALAH
Disusun Oleh:
S1 – Keperawatan
2020
I. Manajemen Laktasi
A. Pengertian Manajemen Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai
bayi mengisap dan menelan (Prasetyono, 2009, p.61). Manajemen laktasi merupakan
segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam
menyusui bayinya.
C. Komponen ASI
ASI memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh bayi seperti :
1. Protein. Protein yang mengandung asam amino esensial, taurin yang tinggi untuk
pertumbuhan mata.
2. Karbohidrat
3. Lemak sebagai sumber kalori, vitamin yang larut, dan asam lemak yang esensial
4. Mineral
5. ASI mengandung mineral yang lengkap sampai umur 6 bulan
6. Air. Sebanyak 88% dari ASI terdiri dari air yang berfungsi untuk meredakan rasa
haus untuk melarutkan zat-zat yang ada di dalamnya
7. Vitamin. Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya vitamin A, D, C
8. Kalori. Sebanyak 90% dari karbohidrat dan lemak, 10% dari protein
D. Manfaat ASI
1. Melindungi bayi dari kuman
Saluran cerna bayi mulai dihuni oleh bakteri beberapa jam setelah lahir.
Pemberian ASI eksklusif membuat saluran cerna bayi dihuni oleh bakteri baik.
ASI juga mengandung protein yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi kuman
sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit
seperti radang paru-paru serta mempercepat proses penyembuhan.
2. Menyediakan nutrisi lengkap
ASI mampu memenuhi 100% kebutuhan bayi akan nutrisi sangat lengkap
sampai bayi berusia 6 bulan. Kandungan dalam ASI meliputi air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, sel-sel darah putih, enzim, dan asam amino.
Selain tidak memerlukan tambahan makanan, kandungan ASI tersebut juga
bermanfaat untuk mencegah anak terkena penyakit asma, obesitas, diabetes,
hingga penyakit kardiovaskular saat dewasa.
E. Keberhasilan Menyusui
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan
pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :
1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam
pertama (inisiasi dini) karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam
pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks
menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan
operasi caesar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu
telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah
lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit
kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya.
Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin
(bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi. Tidak
ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan
karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan
lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting,
serta meningkatkan risiko infeksi.
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
melepaskan puting dengan sendirinya.
F. Keterampilan Menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai
keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara
efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan
bayi pada payudara yang tepat.
Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi
mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui
dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara
dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu
(sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan
puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke
payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi).
Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri
langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga
hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding areola bagian atas. Bibir
bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu
terlipat di bawah bibir atas bayi.
2. Bayi gelisah
a. Bayi gelisah karena dia tidak nyaman seperti terbangun dari tidur, lapar, atau
karana mengompol. Jika langsung diberikan susu mereka tidak akan fokus,
maka itu bayi harus ditenangkan terlebih dahulu seperti menggendongnya,
kontak kulit ke kulit dan lain sebagainya.
b. Gelisah selama diberi makan mungkin bisa karna memar caranya dengan
mengganti posisi bayi.
c. Gelisah karena disuction secara berlebihan atau diintubasi saat lahir dapat
menunjukan penolakan oral cara menenangkannya dengan memberikan
pelukan atau menggendong sebelum menyusui.
d. Gelisah karena kurang menghisap puting susunya karena kurang dalam, ibu
harus meyanggah payudara dengan baik sehingga puting susu dalam keadaan
posisi yang sama.
4. Bayi prematur
Neonates yang lahir pada 34 hingga 36 minggu gestasi dikategorikan bayi
premature akhir. Bayi ini beresiko mempunyai masalah menyusui karena
cadangan energi yang rendah dan kebutuhan energi yang tinggi. Bayi ini
cenderung mengantuk dan mudah lelah saat menyusui serta menghisap yang
lemah faktor ini yang menyebabkan kurangnya asupan susu.
Solusinya kontak kulit kekulit dan menggunakan teknik menangkap (dibawah
lengan atau ala sepakbola) untuk menyusui dan menghindari fleksi pada kepala.
Suplementasi diperlukan yaitu asi yang diperas.
6. Memeras dan menyimpan ASI (dengan plastik atau gelas kedap udara)
Memeras dan menyimpan ASI bertujuan untuk mendapatkan ASI yang
nantinya diberikan pada bayinya.
a. Memeras dengan tangan
Setelah mencuci tangan , ibu meletakkan satu tangan pada payudaranya di
tepi areola dengan jempol diatas dan jari-jari dibawah, ia meneakan terhadap
dinding dada dan dengan lembut menekan payudaradengab menggeser jempol
dan jari-jari ke depan kea rah putting susu gerakan dilakukan berulang hingga
memutar tangannya untuk meraih seluruh bagian payudara.
b. Memeras secara mekanik dengan pompa
Direkomendasikan apabila setelah suplai susu berjalan dengan lancar.
Saat pagi hari atau saat bayi menyusui. Jenis jenis pompa:
Flange bentuk pipa yang diletakkan di atas puting susu
Pompa tangan
Pompa elektrik
Pompa elektrik ganda dengan pemutar sendiri
7. Peyimpanan ASI
Dipilih dalam peyimpanan yang jangka lama harus memiliki sisi yang keras,
seperti plastik keras atau gelas dengan penutup kedap udara. Untuk peyimpanan
jangka pendek (<72 jam), kantong plastik yang dirancang untuk meyimpan ASI
dapat aman digunakan.
Untuk bayi sehat ASI yang baru diperas dapat disimpan dengan aman pada
temperatur ruang hingga 8 jam, dan dapat aman dimasukan ke dalam kulkas
hingga 5 hari. Susu dapat dibekukan hingga 6 bulan di dalam freezer dan hingga
12 bulan bila sangat beku. Pedoman peyimpanan untuk bayi yang dirawat dirumah
sakit lebih ketat. Ketika asi disimpan, tempat penampungannya harus diberi
tanggal.
ASI beku dicairkan dengan meletakkan tempat penampung dalam kulkas
untuk mencairkan perlahan atau pada air hangat untuk mencairkan lebih cepat.
ASI tidak dapat dibekukan kembali dan harus digunakan dalam 24 jam. Setelah
mencair tempat penampung perlu dikocok untuk mencampur lapisan yang
terpisah.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang mana sasaran utamanya merupakan
orang yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit
tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah
sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk :
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berpusat pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya cacat, kematian, serta usaha
rehabilitasi. Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk
mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang
dan diagnosis sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem
reproduksi dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta
melakukan terapi-terapi untuk mengurangi kecacatan akibat masalah tersebut.
Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi. contoh: rehabilitasi pada penderita-penderita
kanker ovarium, kanker payudara dan lain sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memulihkan keadaanya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu.
Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, terkadang malu untuk
kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka
sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
dibutuhkan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan
kesehatan pada masyarakat.
2. Senam aerobik
Senam ini cukup populer di masyarakat dengan peserta para remaja wanita
dan ibu-ibu muda. Bukan hanya wanita, para pria juga sangat disarankan untuk
mengikutinya agar kesuburannya juga meningkat.
3. Senam Yoga
Yoga sangat baik untuk meningkatkan kesuburan organ reproduksi karena
yoga dipusatkan pada perut, pinggang, panggul, dan tulang belakang. Saat
melakukan setiap gerakan yoga dengan baik, aliran darah yang masuk ke dalam
organ reproduksi juga akan meningkat. Akibatnya, terjadinya ovulasi lebih
terstimulasi dan rahim menjadi lebih kondusif untuk dijadikan sebagai tempat
konsepsi.
B. Kegel exercise
Senam kegel adalah senam yang dilakukan untuk memperkuat otot- otot dasar
panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat
otot-otot saluran kemih dan otot-otot vagina. Otot-otot dasar panggul atau otot PC
(PuboCoccygeal Muscle) merupakan otot yang melekat pada tulang-tulang panggul
seperti ayunan dan berperan menggerakkan organ-organ dalam panggul yaitu rahim,
kandung kemih, dan usus. Nama senam ini diambil dari penemunya Arnold Kegel,
seorang dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di Los Angeles sekitar
tahun 1950-an. Dalam perkembangannya, senam Kegel tidak hanya dilakukan oleh
wanita, namun juga pria.
Kegel exercise merupakan satu seri latihan untuk membangun kembali kekuatan
otot dasar panggul. Terjadinya kelemahan otot dasar panggul pada wanita pasca
partus bisa dilatih untuk dikuatkan kembali dengan metode Kegel. Latihan otot dasar
panggul harus dimulai sesegera mungkin setelah persalinan untuk mencegah
hilangnya kendali kortikal pada otot-otot perineum pasca partus normal atau
pervaginam (Pangkahila, 2005).
Tujuan kegel exercise adalah untuk meningkatkan tonus dan fungsi otot dasar
panggul pada pasien hamil dan setelah melahirkan yang tidak mampu mengontrol
keluarnya urinae (biasanya inkontinensia urinae tipe stres). Hal ini bisa terjadi sebagai
akibat dari menahan beban janin dalam kandungan, dan akibat dorongan kepala bayi
saat proses kelahiran melalui vagina. Kerusakan otot dasar panggul ini bisa
mengakibatkan terjadinya prolap dengan derajat keparahan tergantung bagian mana
dari otot pubokoksigeus yang lebih lemah. Kemudian bisa menurunkan kualitas
hubungan seksual ketika wanita tersebut sampai pada fase orgasme karena otot
pubokoksigeus tidak bisa berkontraksi secara maksimal (Pangkahila, 2005)
Proses kehamilan dan proses persalinan dapat menjadi beban yang berat bagi otot-
otot dasar panggul, untuk itu wanita perlu melatih otot-otot PC-nya dengan
melakukan senam Kegel (Kegel’s exercise). Pada kehamilan, persalinan dan nifas,
senam kegel bermanfaat untuk:
a) Membantu mengatasi ketidaknyamanan pada kehamilan
b) Mencegah robeknya perineum (meningkatkan elastisitas perineum)
c) Mengurangi kemungkinan masalah urinasi seperti inkontinensia paska persalinan
d) Mengurangi resiko terkena hemoroids (ambein)
e) Mempermudah proses persalinan (otot kuat dan terkendali)
f) Mempercepat pemulihan otot-otot dasar panggul setelah melahirkan.
C. Nutrisi
Gizi ibu hamil harus diperhatikan sedemikian rupa. Selama trimester kedua dan
ketiga dari kehamilan, ibu hamil harus mengonsumsi 300 kkal/hari lebih banyak
daripada yang dimakan sebelum kehamilan. Hal ini penting untuk memperoleh
kenaikan berat badan yang adekuat, kebutuhan protein dianjurkan 60 g/hari.
Kebutuhan kalsium 1200 mg/hari dan zat besi yang diperlukan 30 mg/hari. Vitamin
yang perlu diperhatikan adalah asam folat, vitamin C, dan vitamin D. Vitamin ini
didapat dari buah-buahan, sari buah, sayur-sayuran hijau, dan susu.
Saat hamil, calon ibu akan sering merasakan mual muntah, terutama pada saat
trimester pertama kehamilan. Untuk mengatasinya dianjurkan:
a) Makanlah dalam porsi kecil tapi sering. Lapar akan memperburuk mual.
b) Hindari cairan 1-2 jam sebelum dan sesudah makan
c) Makanlah makanan yang tidak berlemak dan terbuat dari tepung (biskuit tanpa
gula, roti panggang, nasi, atau kentang) sebelum bangkit dari tidur pada pagi hari,
dan selama mual. Sebab makanan ini mudah dicerna dan tidak menyebabkan
mual. Makanan berempah dan pedas cenderung memperburuk mual
d) Kurangi kontak dengan makanan yang berbau keras. Hindari memasak makanan
yang berbau merangsang selama mual, usahakan ventilasi yang cukup di dapur,
dan gunakan penutup panci selama masak
e) Bila saat makan terjadi serangan mual, maka lakukan teknik pernapasan dengan
cara: duduk/tidur rileks, memejamkan mata, tarik napas panjang perlahan, tahan
2-3 detik, kemudian hembuskan perlahan-lahan sambil mulut membentuk huruf
“O”
D. Manajemen stress
Kehamilan dapat menimbulkan stress bagi ibu hamil. Sumber stress pada
kehamilan berasal dari faktor internal dan eksternal. Dari internal, ibu hamil pada
umumnya akan merasakan berbagai macam perubahan fisik yang tidak
menyenangkan, seperti perubahan postur tubuh, bertambahnya besarnya perut, dan
timbulnya perasaan menjadi jelek. Faktor eksternal yang dapat berpengaruh adalah
respon lingkungan dalam hal ini suami, keluarga, dan sahabat. Untuk
mengelola stress pada ibu hamil dapat dilakukan beberapa hal berikut, yaitu:
1. Tetaplah tenang dalam segala situasi
2. Bila dalam keadaan berjalan, maka berhentilah dan duduk dengan nyaman
3. Bila dalam keadaan duduk, maka berbaringlah dengan rileks
4. Pejamkan mata, kemudian lakukan teknis pernapasan: hirup napas melalui hidung
pelan-pelan, tahan 2-3 detik, keluarkan melalui mulut sambil membentuk huruf
“O”
5. Rileksasikan seluruh anggota badan
6. Berpikirlah positif. Berpikirlah akan kesenangan-kesenangan saat bayi telah lahir
(tawa dan tangisnya yang akan menghiasi hidup ibu)
7. Berdoalah kepada Tuhan dan percayalah Dia kan memberikan yang terbaik
Daftar Pustaka
Heru Suwardianto, Rimawati. 2020. Manajemen Laktasi dan Tata Laksana Tersedak Pada
Anak. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.
Sosilowati, Dwi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak: Promosi Kesehatan. Jakarta : BPPSDMK
KEMENKES RI
Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem reproduksi manusia. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2020 dari https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit-Pada-Sistem-Reproduksi-
Manusia
https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Kesehatan/Umum/Manajemen-Stress-
Nutrisi-dan-Aktivitas-untuk-Meningkatkan-Kesehatan-Ibu-Hamil