Analisa Makro Nutrien, Asam Oksalat Dan Indeks Glikemik Pada Umbi Walur
Analisa Makro Nutrien, Asam Oksalat Dan Indeks Glikemik Pada Umbi Walur
Analisa Makro Nutrien, Asam Oksalat Dan Indeks Glikemik Pada Umbi Walur
2, 2012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstract. Recently, the research to find alternative sources of carbohydrates as a replacement for rice has been
developed. Walur is one of the carbohydrate sources that can be explored because it can be grown in any area with out
special treatment. However, walur has limitation for direct consumption, because it contains calcium oxalate. The
purposes of this study were to determine the chemical character (macronutrient content), calculate glycemic index and get
the proper washing techniques to elimin ate calcium oxalate of walur. Macro nutrients content studied in this research
include carbohydrates, fats, protein, star chand crude fiber. Analysis of macronutrients has been chemically done, while
the glycemic index was measured by in vivo using glucose as a standard. Elimination of calcium oxalate was conducted
by washing the fresh walur tubers using a solution of0.01NHCl-NaOH, 5% NaCl, and solution of lemon-lime. The
content of oxalate before and after washing was analyzed by permanganometry method. The results showed that walur
containing 4.34 ±0.07% of reducingsugar,3.24 ± 0.06 % of not-reducing sugar, 11.27±0.40 % of crude fiber,0.03±1.05 %
of starchand0.57±0.01 % of protein. Qualitative analysis of fatty acids showed that hexade canoicacid, octade
cadienoicacid, and the acide icosatetranoic were detected in high concentrations. The glycemic index valueof walur was
relative lylow, about of 16.9. In addition, washing technique using a solution of lemon-lime was the most excellent
technique and can reduce the oxalate content up to61.82%.Fromthis research, it can be concluded that walur can be used
as food substitute esrice after washing treatment using lemon-lime solution to remove the calcium oxalate content.
1
Analysis of Macronutrien Content, Glycemic Index of Amorphophallus Campanulatus (Roxb.) and Calcium Oxalate
Elimination(Endang Lukitaningsih, dkk)
Metode Penelitian
1. Preparasi sampel
Umbi walur yang masih segar dikupas dan
dicuci kemudian diiris dengan ketebalan 1 mm.
Irisan dikeringkan pada lemari pengering pada
suhu 50oC hingga kering dan irisan dapat
dipatahkan. Irisan ini diserbuk dengan mesin
Gambar 1. Umbi Walur (kiri) dan tanaman Walur penyerbuk.
(kanan), merupakan tanaman lokal
Indonesia yang prospektif sebagai bahan 2. Analisis makro nutrien
pangan pengganti beras a. Analisis gula mereduksi dan tidak mereduksi
mengacu pada AOAC 1995 [16].
Dalam penelitian ini, dilakukan karakterisasi sifat Persiapan: ditimbang 5,675 g tepung umbi
kimia umbi walur, penetapan nilai indeks walur dan ditambah 5 mL etanol dan 50,0
glisemiknya, dan eliminasi kadar kalsium oksalat mL larutan bufer asetat dalam erlenmeyer.
dengan berbagai teknik pencucian. Campuran digojog hingga terjadi suspensi.
Segera ditambahkan natrium tungstat lalu
digojog. Campuran kemudian disaring.
II. METODOLOGI
Analisis gula mereduksi:Sebanyak 5,0 filtrat
Bahan ditempatkan dalam tabung reaksi, ditambah
10 mL kalium ferrisianida dan dipanaskan di
atas penangas air mendidih selama 20 menit.
Umbi walur (Amorphophallus campanulatus
Larutan didinginkan dan dipindah dalam
(Roxb.) Bl.ex Decne forma sylvestris Back.) yang
Erlenmeyer. Tabung dibilas dengan 25 mL
diperoleh dari desa Triwidadi, Pajangan, Bantul
garam asetat lalu dituangke Erlenmeyer.
pada bulan Mei 2011.Asam klorida 37%, natrium
Larutan ditambah 1,0 mL indikator kanji-
hidroksida, natrium klorida, asam sulfat 96%,
iodida kemudian dititrasi dengan larutan
kalium ferrisianida, natrium karbonat, kalium
natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna biru
klorida, kanji, natrium tiosulfat pentahidrat, natrium
hilang. Dilakukan juga titrasi blanko.
tetraborat dihidrat, asam asetat glasial, natrium
asetat anhidrat, tembaga (II) sulfat pentahidrat,
Analisis gula tidak mereduksi:Sebanyak 5,0
kalium natrium tartrat tetrahidrat, kalium sulfat,
filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi dan
metanol, bovine serum albumin, dinatrium oksalat,
dipanaskan di atas penangas air mendidih
kalsium oksalat, dapar fosfat pH 7,5 (p.a., Merck,
selama 15 menit. Larutan didinginkan dan
Germany), seng sulfat heptahidrat, natrium tungstat
dipindah dalam Erlenmeyer. Tabung dibilas
anhidrat (p.a., Analar, England), kalium iodida
dengan 25 mL garam asetat dan ditambahkan
(p.a., Kimia Farma, Indonesia), etil asetat, eter,
10,0 mL kalium ferrisianida ke dalam
petroleum eter, etanol 96% (teknis, PT. General
Erlenmeyer. Larutan ditambah 1,0 mL
Labora, Indonesia), GOD-PAP kit assay (Diasys,
indikator kanji-iodida kemudian dititrasi
Germany), hewan uji tikus putih jantan galur
dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N
Wistar, jeruk nipis, dan kapur sirih.
hingga warna biru hilang.
Alat
b. Analisis pati mengacu pada AOAC 1970
[16]
Instrumen spektrofotometer (Hitachi U-2900,
Ditimbang 2 g serbuk sampel, dimasukkan
Japan), mikroskop (Gxmicroscope L301, United
dalam Erlenmeyer 250 mL. Ditambah 50
Kingdom), furnace (Bibby Stuart, United
mL air dan diaduk selama 1 jam. Suspensi
Kingdom), neraca analitik (Boeco, Germany), oven
disaring dengan kertas saring dan dicuci
(Memmert, England), instrumen GC-MS
dengan air sampai volume filtrat 250 mL.
(Shimadzu QP2010S, Japan), magnetic stirrer-hot
Residu dicuci 5 kali dengan 10 mL eter. Eter
plate (Thermolyne Cimarec, United Kingdom),
dibiarkan menguap dari residu. Endapan
sentrifugator (Digisystem Lab Instrument, Taiwan),
dicuci lagi dengan 150 mL alkohol 50%.
kompor listrik (Robusta, Germany), lemari
Residu dipindahkan secara kuantitatif dari
pengering, mesin penyerbuk (Tiger, Indonesia),
kertas saring saring ke dalam Erlenmeyer
blender (Vento, USA), serta alat-alat gelas.
dengan pencucian 200 mL air dan
ditambahkan 20 mL asam klorida 25%.
Direlfluks dengan pendingin balik selama
2,5 jam. Setelah dingin, dinetralkan dengan
natrium hidroksida 45%. Selanjutnya
40 4 960 0,04
ditambah air hingga volume 500 mL
kemudian disaring. Sebanyak 5 mL filtrat 50 4 950 0,05
ditambah 10 mL kalium ferrisianida dalam Pembacaan sampel: sampel ditambah reagen
tabung reaksi dan dipanaskan di atas biuret sebanyak 4 mL kemudian ditambah
penangas selama 20 menit lalu didinginkan. dapat fosfat hingga volume 5 mL. Larutan
Larutan dituang dalam iodine flask dan kemudian dibaca absorbansinya pada
tabung reaksi dicuci dengan 25 mL larutan panjang gelombang 550 nm.
garam asetat. Larutan ditambah 1,0 mL
indikator kanji-iodida lalu segera dititrasi e. Analisis kualitatif komposisi asam lemak
dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N. Ditimbang 25 g serbuk umbi dan
ditempatkan dalam Erlenmeyer kemudian
c. Analisis serat kasarmengacu pada AOAC ditambahkan 50 mL petroleum eter.
1999 [18] Maserasi dilakukan selama semalaman
Ditimbang serbuk sampel sebanyak 10 g. kemudian disaring. Maserat disimpan dan
Serbuk disoxhletasi hingga pelarut yang ampas dimaserasi kembali hingga maserat
bersirkulasi jernih.Serbuk ditambah 200 mL jernih. Seluruh maserat dicampur kemudian
asam sulfat 1,25% dan direfluks selama satu diuapkan hingga kurang lebih 10 mL.
jam. Campuran disaring dan endapan Maserat disentrifugasi kemudian diuapkan
dinetralkan dengan air panas. Endapan netral hingga kental. Ekstrak kental ini
ditambah 200 mL 1,25% natrium hidroksida diinjeksikan pada instrument GC-MS
dan direfluks selama 1 jam. Campuran Shimadzu QP2010S dengan kondisi :
disaring dan endapan dicuci menggunakan Kolom : RXi-5MS
air panas lalu kalium sulfat 10% hingga Gas pembawa : Helium
filtrat yang menetes jernih, lalu 15 mL Pengionan : EI 70 eV
etanol 96%. Endapan yang tersaring Suhu kolom : 100oC selama 5 menit
dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot pertama dan naik
konstan. perlahan hingga 305oC
Kandungan gula
Penetapan kandungan gula dilakukan
menggunakan metode titrimetri sesuai AOAC
(1995). Metode ini berdasarkan sifat
mereduksi dari gula yang dapat mereduksi
kalium ferrisianida menjadi kalium
ferrosianida. Sisa kalium ferrisianida yang
tidak bereaksi dengan gula mereduksi,
mengoksidasi kalium iodida menjadi iodin.
Iodin yang terbentuk ini dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N.
Jumlah iodin yang terbentuk ekuivalen
dengan sisa kalium ferrisianida, sehingga sisa
kalium ferrisianidasetara dengan larutan
natrium thiosulfat 0,1 N yang digunakan
dalam titrasi.
Kandungan pati
Pati dalam serbuk walur dianalisis dengan
metode AOAC 1970 dimana awalnya serbuk
dihidrolisis terlebih dahulu menggunakan
asam dan dinetralkan dengan basa. Kemudian
sejumlah larutan hasil hidrolisis ditetapkan
kadar glukosanya secara titrimetri. Kadar pati
diperoleh dengan mengkonversi berat glukosa
ke berat pati dengan mengalikan faktor
konversi sebesar 0,9. Kadar pati dari serbuk
walur diperoleh sebesar 1,05% ± 0,03. Harga
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
kadar pati dalam umbi suweg dan uwi yang
memiliki kandungan pati masing-masing 3,34
± 5,6% dan 15,60 ± 0,01 % [20].
Tabel II. Komposisi Kimia dari Umbi Walur Kristal kalsium oksalat ditemukan dalam getah
No. Komposisi kimia Kadar (%) umbi walur berbentuk single raphide (jarum
1 Gula mereduksi 4,34 ± 0,07 (bk) tunggal) dengan ukuran bervariasi, dari kecil
2 Gula tidak mereduksi 3,24 ± 0,06 (bk) hingga yang besar dan nampak jelas di bawah
3 Pati 1,05 ± 0,03 (bk) mikroskop, serta berbentuk jarum berkelompok
4 Serat kasar 11,27 ± 0,40 (bk) (raphides) dari raphide ukuran kecil. Adanya
5 Protein 0,57 ± 0,01 (bk) kristal kalsium ini yang menyebabkan rasa
Keterangan: bb=berat basah, bk=berat kering gatal di kulit dan menjadi kendala bila umbi
walur langsung dikonsumsi. Oleh karena itu
dilakukan upaya eliminasi kristal kalsium
oksalat sebelum umbi diolah dan dikonsumsi.
Telah dilakukan tiga metode untuk eliminasi
Pengukuran Indeks glisemik
ini, yaitu pencucian menggunakan HCl
Pengukuran ingeks glisemik dikerjakan dengan
dilanjutkan penetralan dengan NaOH dan air;
mengukur kadar gula dalam darah hewan
pencucian menggunakan NaCl dan terakhir
percobaan pada rentang waktu tertentu, setelah
metode pencucian dengan perasan jeruk nipis
pemberian sampel (umbi walur). Hasil pengukuran
dilanjtkan penetralan dengan air kapur sirih
glukosa darah terlihat pada gambar 3. Selanjutnya
dan air. Efektifitas eliminasi kristal kalsium
AUC dari grafik hubungan antara waktu (sumbu X)
oksalat dapat dilihat pada Tabel IV berikut.
dan kadar glukosa (sumbu Y) dari hewan percobaan
setelah pemberian sampel umbi walur dibandingkan
Tabel IV. Kadar kalsium oksalat dalam sampel dan
dengan AUC dari hewan dengan pemberian
penurunannya setelah pencucian
glukosa standar. Hasil pengukuran kadar glukosa
dan perhitungan indeks glisemik dapat dilihat pada
Rata-rata Penurunan Tabel V.
kadar kalsium kalsium
Sampel
oksalat oksalat Tabel V. Kadar Glukosa Darah dan Indeks
(%) (%)
Glisemik dari Glukosa dan Serbuk
Umbi walur awal
35,69 ± 0,34a - Walur
Eliminasi dengan
HCl 0,01 N- 23,50 ± 0,30b 34,16 Kadar glukosa darah
NaOH 0,01 N pada jam ke-
Nama (mg/dL) AUC IG
Eliminasi dengan
NaCl 5 % 20,32 ± 1,10c 43,07 0 1 2
Eliminasi dengan Glukosa 72,6 108,3 126,3 207,75 100,0
jeruk nipis-kapur 13,72 ± 0,12d 61,82
Walur 18,3 23,3 5,5 35,2 16,9
sirih
Ket: Kadar dengan superscript yang berbeda
berarti terdapat perbedaan yang
bermakna (p<0,01)
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Fakultas 7. E. Marliana, 2011, Karakterisasi dan Pengaruh
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM NaCl terhadap kandungan Oksalat dalam
yang telah mendanai penelitian ini melalui kegiatan Pembuatan Tepung Talasbanten, Skripsi,
Hibah Penelitian Berkualitas Prima Tahun Fakultas teknologi Pertanian Institut Pertanian
Anggaran 2012. Bogor.
REFERENSI
8. S.C. Noonan, dan G.P. Savage, 1999, Oxalate
1. Deptan, 2012, Pemerintah Apresiasi Program Content of Food and Its Effect on Humans, Asia
One Day No Rice di Depok, Pacific J ClinNutr, 8(1):64-74.
http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=96
0; , 8 Mei 2012 9. G.P. Savage, L.Vanhanen, S.M. Mason, dan
A.B. Ross, 2000, Effect of Cooking on The
2. E. H. Purnomo, R. Anggraeni, P.Hariyadi, F. Soluble and Insoluble Oxalate Content of Some
Kusnandar, dan Risfaheri, 2011, Reduksi New Zealand food, J Food Compos Anal,
Oksalat pada Umbi Walur (Amorphophallus 13:201-206.
campanulantus var.Sylvesteris) dan Aplikasi
Pati Walur pada Cookies dan Mie, Makalah 10. O.Onayemi, dan N.C. Nwigwe. 1987. Effect of
Semnas PATPI 2011, 5-11, Sulawesi Utara. Processing on the Oxalate Content of Cocoyam.
Lebens-WissTechnol, 20(6): 293 – 295.
3. D. Das, S.Mondas, S.K. Roy, D. Maiti, B.
Bhunia, T.K. Maiti, dan S.S. Islam, 2009, 11. W. Kurdi, 2002. Reduksi Kalsium Oksalat pada
Isolation and Characterization of a Talas Bogor (Colocasiaes culenta( L.) Schott.)
Heteropolysac charide From the Corm of sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Keripik
Amorphophallus campanulatus, Carbohydr Res, Talas. Skripsi. Iinstitut Pertanian Bogor, Bogor.
14; 344(18):2581-2585.
12. A. Prabowo, 2010. Frekuensi Penggunaan
Larutan Garam secara Berulang pada Proses
Penurunan Kandungan Kalsium Oksalat Chips 19. L. Kristiani, 2012, Analisis Kandungan Makro
Porang. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang. nutrien, Glisemik Indeks dan Efek Sito
13. B. Campbell, 2010, Glycemic Load vs. protektif, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
glycemic index, diambil dari www.nsca-lift.org, Gadjah Mada
diakses pada Februari 2012
20. R. B. Ardiani, 2012, Analisis Kandungan Makro
14. A.L. Jenkins, 2007, The Glycemic Index: nutrient dan indeks glikemik dalam Suweg
Looking Back 25 years, Cereal Food World, (Amorphophallus campanulatus) dan Upaya
March-April 2007, 52(2):50-53. Eliminasi Getah Gatal yang Mengandung
Kalsium Oksalat (Ca-Oksalat)
15. A. E. Buykens, Y. Kellerhoff, S.Hanh, A.
Kroke, danT. Remer, 2006, Urinary C-Peptide 21. A.R. Angumeenal, dan D.Venkappayya, 2005,
Excretion in Free-living Healthy Children is Bioconversion of Amorphophallus
Related to Dietary Carbohydrate Intake but Not campanulatus to Citric Acid by Aspergillus
to The Dietary Glycemic Index, J Nutr, Niger-Effect of Metal Ion to Fermentatio,
136(7):1828-33. Modelling Studies, and Correlation of
Theoretical and Experimental Parameters,
16. AOAC, 1995, Officials Methods of Analysis of Indian J Biotechnol, 4:246-250.
the Association of Official Analytical Chemist,
Association of Official Analytical Chemist, 22. N. Harijati, S.Widyarti, dan R.Azrianingsih,
2011, Effect of Dietary Amorphophallus sp
Washington D.C.
From East Java on LDL-C Rats (Rattus
novergicus Wistar Strain), J Trop Life Science,
17. AOAC, 1970, Officials Methods of Analysis of 1(2):50-54.
the Association of Official Analytical Chemist,
Association of Official Analytical Chemist, 23. AACC, 2001, Fiber Definiton, dalam DeVris, J.,
Washington D.C. 2011, Global Fiber Definitions and Methode,
http://www.ars.usda.gov, 9 Mei 2012.
18. AOAC, 1999, Officials Methods of Analysis of
24. K.L. Penninston, S.Y. Nakada, R.P. Holmes,
the Association of Official Analytical Chemist,
and D.G. Assimos, 2008, Quantitative
Association of Official Analytical Chemist,
Assessment of Citric Acid in Lemon Juice,
Washington D.C.
Lime Juice and Commercially-Available Fruit
Juice Product, J. Endourol, 22(3): 567-570