Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas TSF 11

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Buku Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak (BPOM, 2012)

Simplisia Segar

Sortasi basah merupakan proses penyiapan simplisia segar yang akan dibuat ekstrak
meliputi tahapan sebagai berikut:

sortasi basah : Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
lainnya. Misalnya simplisia yang dibuat dari akar suatu tumbuhan obat harus bebas
dari bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
maupun organ tumbuhan lain.

Pencucian : Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya


yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, seperti air
dari mata air, sumur, atau air ledeng. Pencucian bahan simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut dalam air, hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena
air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Serta
cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia.

Penirisan : Penirisan dilakukan untuk mengurangi jumlah air bilasan yang masih
menempel pada simplisia dan agar pengotor yang masih terdapat dalam air bilasan
cucian ikut terbuang.

Perajangan : Perajangan diperlukan untuk memperluas permukaan bahan sehingga


mempermudah proses ektraksi. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan
mesin perajang dengan ketebalan yang sesuai (hingga ketebalan 3 mm atau lebih).
Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan
dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya
kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang
digunakan sebaiknya terbuat dari stainless steel.

Simplisia Kering
Penyiapan simplisia kering dapat dilakukan dari bahan segar yang telah melalui
proses tersebut diatas atau dari bahan kering yang diperoleh dari pemasok.

Pengeringan

Proses pengeringan yang baik dapat dilakukan dengan cara dioven dengan
suhu tidak lebih dari 60°C Pengeringan di bawah sinar matahari tidak
langsung
misalnya dengan menggunakan tenda surya dengan aliran udara yang
diatur dan pada area yang terbebas dari kontaminasi.

Sortasi Kering

Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing,


dan simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya. Sortasi kering ini juga
dilakukan untuk memilih simplisia kering yang bermutu baik.

Pencucian Simplisia Kering

Jika simplisia diperoleh dari pemasok dalam keadaan kering dan dianggap
masih kotor maka dilakukan pencucian dan pengeringan kembali.

Penyerbukan

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk


simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia
dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini
dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal sebagai
berikut:

(1) Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan
efisien. Namun, makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi
peralatan untuk tahapan filtrasi.

(2) Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan


interaksi dengan benda keras (logam dll), maka akan timbul panas (kalori)
yang dapat berpengaruh pada senyawa kandungan.
B. Buku Pedoman Budidaya, Panen, Pascapanen Tanaman Obat (Kemenkes, 2015)

1. Pengumpulan Bahan

a. Waktu Panen : Waktu yang tepat untuk panen tanaman obat disesuaikan dengan
kadar kandungan senyawa aktif, bagian tanaman yang akan dipanen, kondisi
iklim untuk menghindari fermentasi, pertumbuhan jamur, atau pembusukan
bahan, dan jumlah biomasa,

b. Bahan yang Dipanen Identitas tanaman harus jelas agar tidak tercampur dengan
tanaman lain yang tidak diinginkan. Tanaman yang akan dipanen dipilih yang
utuh dan sehat. Tanaman yang terinfeksi jamur atau serangga tidak dipanen
karena produk organisme tersebut dapat mengubah profil kandungan kimia
bahan bahkan menghasilkan racun.

c. Teknik Panen
1). Kulit batang (cortex): dari batang utama atau cabang, dikelupas dengan
ukuran panjang dan lebar tertentu. Untuk bahan yang mengandung minyak
atsiri atau senyawa fenol sebaiknya digunakan alat pengelupas bukan
logam. Contoh: Burmani cortex (k lit kayu manis).
2) Batang (caulis): dari cabang tanaman dipotong sepanjang ± 50 cm. Contoh:
Tinospora eaulis (Batang brotowali).
3) Kayu (lignum): dari batang atau cabang, dikelupas kulitnya dan dipotong
sepanjang ± 50 em. Contoh: Sappan lignum (kayu secang).
4) Daun (folium): dipilih daun yang tua sebelum menguning, dipetik secara
manual (dipetik satu per satu dengan tangan), Contoh: Blumea folium (daun
sembung),
5) Bunga (flos): dari kuneup bunga atau bunga yang telah mekar atau mahkota
bunga, dipetik secara manual. Contoh: Jasminum flos (bunga melati), a
6) Pucuk (shoot): pucuk daun yang masih muda beserta bunganya (tanaman
yang berbunga di ujung) dipetik dengan tangan, Contoh: Timus folium
(pucuk daun timi
7) Akar (radix): diambil dari bag ian batang di bawah tanah, dipotong dengan
ukuran 5- 10 cm dari pangkal batang agar tanaman tidak mati. Contoh:
Rouvolfia serpentina radix (akarpule pandak)
8) Rimpang (rhizoma): digali atau dicabut dan dibuang akarnya. Contoh :
Curcuma rhizoma (rimpang temulawak)
9) Buah (fructus): dipilih yang tua hampir masak atau telah masak, dipetik
dengan tangan atau gunting. Contoh: Morinda fructus (mengkudu)
10) Biji (semen): dipilih buah yang tua/masak, dikupas kulit buahnya,
dikeluarkan bijinya. Contoh: Colae semen (biji kola)
11) Herba: tanaman dipotong pada pangkal batang (2-10 cm) dan dibersihkan
dan kotoran yang menempel. Contoh: Stevia herba (stevia)
12) Umbi dan umbi lapis (bulbus): tanaman dicabut, umbi dipisahkan dari daun
dan akar kemudian dibersihkan. Contoh : Alium cepa bulbus (bawang
merah)
13) Kulit buah (pericarpium): buah yang sudah masak dipetik dan dikupas kulit
buahnya sedangkan biji dan isi buah dibuang. Contoh: Graniti pericarpium
(kulit buah delima)
d. Alat-alat Panen
1). Alat dan wadah yang digunakan untuk panen tanaman obat harus bersih dan
bebas dari sisa tanaman yang dipanen sebelumnya.
2). Jika wadah yang digunakan berupa plastik harus dipastikan memiliki
sirkulasi udara yang baik sehingga kelembaban di dalam wadah terjaga.
3). Ketika wadah tidak digunakan, dijaga agar tetap kering dan diletakkan
dalam ruang yang bersih, terhindar dari serangga, burung dan binatang lain.
e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Panen
1). Hasil panen berupa daun dan bunga yang lebih rapuh atau mudah
membusuk harus ditangani dengan hati-hati.
3). Kerusakan yang tidak semestinya harus dihindari agar tanaman yang
dipotong dapattumbuh kembali.
4). Kerusakan mekanis bahan yang dipanen harus dihindari untuk mencegah
perubahan kualitas bahan.
5). Gulma atau tanaman beracun yang mungkin mencampuri bahan simplisia
dan mengurangi kemurniannya harus dibuang.
6). Masing-masing jenis tanaman yang dipanen harus dimasukkan ke dalam
wadah terpisah.
2. Sortasi Basah

Sortasi basah dimaksudkan untu k memisahkan kotoran atau bahan asing serta
bag ian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran yang
dimaksud dapat berupa tanah, kerikil, rumput!gulma, tanaman lain yang mirip,
bahan yang telah busuk/rusak, serta bagian tanaman lain yang memang harus
dipisahkan dan dibuang

Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang


melekat pada bahan simplisia. Dilakukan dengan menggunakan air bersih (standar
air minum), bisa air sumber, air sumur atau air PAM. Khusus untuk bahan yang
mengandung senyawa aktif mudah larut dalam air; pencucian dilakukan secepat
mung kin (tidak direndam). Bahan simplisia berupa akar, umbi, batang, atau buah
dan biji dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi mikroba
awal, karena sebagianjumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan
simplsia dan dengan pencucian saja belum mampu membebaskan mikroba
tersebut. Bahan yang telah dikupas dengan cara yang tepat dan bersih
kemungkinan tidak perlu dicuci lagi.

Penirisan : Penirisan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan


kandungan air di permukaan bahan dan dilakukan sesegera mung kin sehabis
pencucian. Selama penirisan bahan dibolak-balik untuk mempercepat penguapan,
dilakukan di tempat teduh dengan aliran udara cukup agar terhindar dari
fermentasi dan pembusukan. Setelah air yang menempel di permukaan bahan
menetes atau menguap, bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang sesuai.

Pengubahan Bentuk : Pengubahan bentuk dimaksudkan untuk memperbaiki


penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas (terutama keseragaman ukuran)
serta membuat agar lebih praktis dan tahan lebih lama dalam penyimpanan.
Pengubahan bentuk dilakukan dengan hati-hati dengan pertimbangan tepat karena
perlakuan yang salah justru berakibat turunnya kualitas simplisia yang diperoleh.

Pengeringan
Terdapat dua macam pengeringan

Panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeri ngkan bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu dan biji serta bagian yang
mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Kelebihan Pengeringan ini yaitu mudah
dan murah, sedangkan kelemahannya yaitu keeepatan pengeringan sangattergantung
dengan cuaca.

Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara
ini dilakukan untuk mengeringkan bag ian tanaman yang lunak seperti bunga, daun
dan bagian tanaman yang mengandung senyawa aktif mudah menguap

Sortasi Kering : untuk memisahkan bahan-bahan asing dan simplisia yang belum
kering seutuhnya. Kegiatan sortasi kering dilakukan untuk menjamin simplisia
benar-benar bebas dari bahan asing. Kegiatan ini dilakukan secara manual,
simplisia yang telah bersih dari bahan asing kadang untuk tujuan tertentu

Pengemasan dan Penyimpanan

Pengemasan : melindungi (proteksi) simplisia saat pengangkutan, distribusi, dan


penyimpanan dari gangguan luar seperti suhu, kelembaban, cahaya, pencemaran
mikroba serta gangguan berbagai jenis serangga. Bahan pen gemas harus kedap air
dan udara serta dapat melindungi isinya terhadap berbagai gangguan dari luar. Un

Penyimpanan : Perlu diperhatikan wadah dan gudang penyimpanan simplisia;


temperatur, intensitas cahaya, kelembaban dan sebagainya. Demikian pula tentang
waktu (lama) simpan setiap jenis bahan berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi
mutu simplisia. Cara penyimpanan simplisia sejenis harus memenuhi kaidah "first in
first out" artinya simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu.
Buku cara pembuatan simplisia (Depkes, 1985)
1. Tahapan pembuatan
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pernbentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut Mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk
secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh
pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mulamula terbentuk dalam akar.
Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau.
Pada tahun kedua batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada
daun kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I dalam
pucuk tanaman pada saat tanai an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman
berbualz dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh lain, tanaman Mentha piperita
muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya. Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi
pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada Cinnamornunz
camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian
tanaman yang dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di
samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam
sehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari.
Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan
stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen schagai berikut :
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung (Parkia
rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula
pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelumbuah pecah secara alami dan biji
terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering dihubungkan
dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti
perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita n~oscllata). Perubahan warna,
misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah, misalnya mentimun
(Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada saat
tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu
penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik.
Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih
yang telah membuka sempuma dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima
sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna.
Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat
tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan,
sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang
musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat umbi
mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti misalnya
bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada musim
kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalani keadaan ini rimpang
dalam keadaan besar maksimum.
Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam
ha1 ini ketrampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur
dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk
memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan
bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan
sebagainya.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada
bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur
atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang
mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier
(1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal; jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya
42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua
mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus, ,2licroc occ,rts, Bacillrts,Streptococcus, Enterobacter dan
Esclzericl~ia. Pada siinplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan ku.
kulit luarya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Sebagai
contoh suatu alat yang disebut RASINGKO (perajang singkong) yang dapat digunakan untuk
merajang singkong atau bahan lainnya sampai ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat
digunakan untuk merajang bahan simplisia yang berasal dari akar, utnbi, rimpang dan lain-
lain.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. sehingga
mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia
sepcrti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan scjcnis lainnya dihindari perajangan
yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebeluln perajangan diperlukan
untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik - akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan
reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-
proses metabolisme. Yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum
bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses
stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan
pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan mengaliri uap
panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung
bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan sudah
dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari
10%.
Untuk pembuatan simplisia tertentu proses enzimatik ini justru dikehendaki setelah
pemetikan (pengumpulan). Dalam ha1 ini, sebelum proses pengeringan bagian tanaman
dibiarkan dalam suhu dan kelembaban tertentu agar reaksi enzimatik dapat berlangsung. Cara
lain dapat pula dilakukan dengan pengeringan perlahan-lahan agar reaksi enzimatik masih
berlangsung selama proses pengeringan. Proses enzimatik disini masih diperlukan karena
senyawa aktif yang dikehendaki masih dalam ikatan kompleks dan baru dipecah dari ikatan
kompleksnya serta dibebaskan oleh enzim tertentu dalam suatu reaksi enzimatik setelah
tanaman itu mati. Contoh simplisia ini ialah vanili, buah kola dan sebagainya. Pada jenis
bahan simplisia tertentu, setelah panen langsung dikeringkan. Proses ini dilakukan pada
bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang mudah menguap. Penundaan proses
pengeringan untuk bahan simplisia ini akan menurunkan kadar senyawa aktif tersebut dan
berarti menurunkan mutu simplisia. Meskipun banyak bahan simplisia yang masih dapat
ditunda pengeringannya, akan tetapi prinsipnya pengeringan sebaiknya dilakukan segera
setelah pengumpulan kecuali kalau dikehendaki lain seperti diperlukannya tahap fermentasi
seperti di atas.
Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalani bagian tanaman yang dikeringkan,
dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bafian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung
senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak
dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan
dengan cara membiarkan balian yang telah dipotongpotong di itdara terbuka di atas tampah
tampah. Tanpa kondisi yang terkontrol seperti suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan
cara ini kecepatan pengcringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini
hanya baik dilakukan di daerah yang irdaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak
turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktit pengeringan
sehingga memberi kesempatan pada kapang atail mikroba lainnya untltk tutnbuh sebelum
simplisia tcrsebut kering. F'IDC (Food Tecl~nology Developnient Center – IPB) telah
merancang dan membuat suatu alat pengering dengan rnenggunakan sinar matahari, sinar
matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu.
Panas ini kemildian dialirkan kc atas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di
atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah
digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula
digunakan untuk mengeringkan simplisia.
b. Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini
terutama digunakan untk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan
sebagainya dan mengandilng senyawa aktif mudah menguap. Pada kedita cara tersebut,
tempat pengeringan mempunyai dasar berlubang-lubang seperti anyaman bambu, kain
kasa.dan sebagainya. Umumnya dasar tenipat pengeringan tersebut bukan dari logam karena
logam akan bereaksi dan merusak senyawa aktif tertentu. Letak pengering juga diatur
sehingga memungkinkan terjadinya aliran udara dari atas ke bawah atau sebaliknya. Ini
berarti bahwa bahan simplisia yang dikeringkan harus dimamparkan setipis mungkin di atas
ternpat pengeringan dan di bawah tempat pengering diberi jarak tertentu dengan lantai atau
dengan pengering di bawahnya sehingga mengurangi terjadinya sirkulasi udara.
2. Pengeringan buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat
diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin
pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti
lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan
atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak
pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis
dan murah. dengan hasil yang cukup baik. Cara yang lain misalnya dengan menempatkan
bahan-bahan yang akan dikeringkan di atas pita atau ban berjalan dan melewatkannya melalui
suatu lorong atau ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya.
FTDC telah Inerancang dan membuat suatu alat pengering yang disebut RINSALI '80
(pengering suhu terkendali) yang dapat digunakan untuk mengeringkan simplisia dengan
suhu maksimum 65°C. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan
akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita
membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untukpenjemuran dengan sinar matahari sehingga
diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 1 2%, dengan menggunakan suatu alat
pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8
jam. Daya tahan suatu simplisia selama pepyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia,
kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam
penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 870, sedangkan simplisia lainnya
rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untitk kernudian disinlpan. Seperti
halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara niekanik. Pada
simplisia bentuk rimpang. sering jurnlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar
dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah
lain yang tertinggal harus dibuang sebelum silnplisia dibungkus.
g. Pengepakan dan Penyilnpanan
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam,
antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada
simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi
oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada
bentuk simplisia, misalnya, yang selnula cair dapat berubah menjadi kental atau padat,
berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh
reaksi kimia intern,
misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara
perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama makin mengecil
(kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar agar, bila disimpan dalam
wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau
mencair (lumer).
6. Pengotoran : Pengotoran pada silnplisia dapat disebabkan olch berbagai sumber, misalnya
debu atau pasir. ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah). dan
fragmen wadah (karung goni).
7. Serangga: Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik
oleh bentuk ulatnya maupim oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran
serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur. bekas kepompong,
anyaman benang bungkus kepompong. bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang.
Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tctapi juga akan merusak
susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mcngeluarkan toksin
yang dapat mengganggu keseliatan.
h. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembeliannya dari
pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku
Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi
terakhir. Apabila untuk simplisia yang bersangkutan terdapat paparannya dalam salah satu
atau ketiga buku tersebut, maka simplisia tadi harus memenuhi persyaratan yang disebutkan
pada paparannya. Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra
Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia bersangkutan
memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang bersangkutan. Agar selalu
diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap, seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap
simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang dan digunakan sebagai
simplisia ,pembanding. Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu perlu
dilakukan pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang
bersangkutan. Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan Secara khusus untuk menjaga
mutunya, dan tiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila kedapatan
kemunduran mutu perlu diganti dengan simplisia pembanding yang baru.Pengambilan contoh
untuk keperluan pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara uji petik sehingga contoh
tersebut dapat mewakili keseluruhan simplisia yang diperiksa mutunya. Secara umum
simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringannya kurang, ditumbuhi kapang,
mengandung lendir, sudah berubah warna atau baunya, berserangga atau termakan serangga,
harus ditolak penerimaannya.
Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik,
makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa jenis simplisia tertentu ada
yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi. Pemeriksaan organoleptik dan
makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia pemeriksa kemurnian dan
mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia.
Ada kalanya diperlukan alat optik berupa alat kaca pembesar atau alat ukur sebagai alatbantu.
Bagi pemeriksa yang berpengalaman, dalam waktu singkat seringkali dapat dilakukan
pengujian mutu simplisia dengan cara organoleptik dan makroskopik dengan hasil yang
mantap dan memuaskan, dan ada kalanya bahkan sampai menetapkan derajat atau kelas mutu
simplisia yang diperiksa.Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati ciri-ciri
anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia, dan pemeriksaan untuk
menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktifnya. Sebelum disortir, sebaiknya simplisia
diayak dan atau ditampi dulu untuk membuang debulpasir yang terikut padanya. Besar
kecilnya lubang ayakan disesuaikan dengan ukuran simplisia, misalnya ayakan untuk jinten
hitam dan ayakan untuk kulit kina harus berbeda. Untuk memisah-misahkan bahan organik
asing, sortasi dilakukan dengan tangan. Untuk memilih simplisia sesuai dengan besar
kecilnya ukuran, atau menurut besar kecilnya bongkah, sortasi dilakukan dengan mesin. Cara
mencegah kerusakan simplisia pada penyimpanan, terutama adalah memperhatikan dan
menjaga kekeringannya. Untuk itu pembungkusan dan pewadahan simplisia harus
disesuaikan dengan sifat-sifat fisika dan kimia simplisia masing-masing. Simplisia yang
dapat menyerap uap air udara dibungkus atau dimasukkan dalam wadah rapat, jika perlu
dalam wadah yang diberi kapur tohor untuk bahan pengering. Simplisia yang pada waktu
penerimaan belum cukup bersih dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup kering,
dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai, baru disimpan dalam gudang
simplisia. apabila dipandang perlu simplisia yang akan disimpan dalam gudang untuk waktu
yang lama disemprot lebih dulu dengan bahan pencegah serangga yang mudah menguap dan
tidak meninggalkan sisa tinggal. Ada jenis-jenis simplisia yang sudah diawetkan sejak proses
pembuatan, misalnya dicelupkan ke dalam air mendidih, direndam air kapur, dimasak dengan
gula dan sebagainya. Ada jenis-jenis simplisia yang disimpan dengan wadah berisi zat
penyerapan air dan zat menyerap oksigen.

Anda mungkin juga menyukai