Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

03 - Modul Inti Persoalan Pajak Dan Sistem Pemungutan Pajak

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

INTI PERSOALAN
PAJAK DAN SISTEM
PEMUNGUTAN
PAJAK

Modul Standar untuk digunakan dalam


Perkuliahan di Universitas Widyatama

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi 01410003 Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA

03 Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..


Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.
Hafied Noor Bagja, S.H., M.Kn.
Radhi Abdul H.R.,SE.,M.M.,Ak.,CA.,BKP.,CSRA.
Yoga Tantular Rachman, S.E., M.Si.

Abstract Kompetensi
Materi ini tentang Inti Persoalan Mahasiswa dapat menjelaskan dan
Pajak memahami tentang Inti Persoalan
dan Sistem Pemungutan Pajak dan Sistem Pemu-ngutan Pajak
Pajak (Self Assessment (Self Assessment System, Official
System, Official Assessment Assessment System, With Holding)
System, With Holding)
Inti Persoalan Pajak dan Sistem Pemungutan Pajak

PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1
Januari 1984. Undang-Undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir
kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak
Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek
pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib
Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama
satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak
apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Undang-Undang PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang
terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.

SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK


Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam Tahun Pajak.
Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
3. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension,
perse-kutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:
a) Subjek Pajak orang pribadi, yaitu:
 Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, atau

‘20 Perpajakan 1
2 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
b) Subjek Pajak Badan, yaitu:
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah; dan
 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
c) Subjek Pajak warisan, yaitu:
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:
a) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia; dan
b) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak. Subjek pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat
didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang
pribadi maupun badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau menerima dan/atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang telah memenuhi kewajiban subjektifnya dan objektif.

Perbedaan Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri, antara lain adalah:
Wajib Pajak dalam negeri Wajib Pajak luar negeri
Dikenakan pajak atas penghasilan baik yang Dikenakan pajak hanya atas penghasilan

‘20 Perpajakan 1
3 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
diterima atau diperoleh dari Indonesia dan yang berasal dari sumber penghasilan di
dari luar Indonesia. Indonesia.
Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
netto. bruto.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif Tarif pajak yang digunakan adalah tarif
umum (Tarif UU PPh pasal 17). sepadan (tarif UU PPh pasal 26)
Wajib menyampaikan SPT. Tidak wajib menyampaikan SPT.

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF


Untuk lebih memperjelas pengertian, kapan mulai dan berakhirnya sebagai subjek pajak
dalam negeri maupun subjek pajak luar negeri, berikut ini diberikan tabel mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif.
MULAI BERAKHIR
Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi:
Pribadi:  Saat meninggal.
 Saat dilahirkan.  Saat meninggalkan Indonesia Untuk
 Saat berada di Indonesia atau bertempat selama-lamanya.
tinggal di Indonesia
Subjek Pajak Luar Negeri melalui BUT: Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:
 Saat menjalankan usaha atau melakukan  Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di Indonesia. melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia
Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui
BUT: BUT:
 Saat menerima atau memperoleh  Saat tidak lagi menerima atau
penghasilan dari Indonesia. memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Warisan Belum Terbagi: Warisan Belum Terbagi:
 Saat timbulnya warisan yang belum  Saat warisan telah selesai dibagikan.
terbagi.

TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK


Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:
1. Kantor perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
 Bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
 Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal blik.
3. Organisasi Internasional, dengan syarat:

‘20 Perpajakan 1
4 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 Indonesia menjadi anggota oraganisasi tersebut.
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota.
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat :
 Bukan warga Negara Indonesia.
 Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.

OBJEK PAJAK
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indnesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjungan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada peseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau


anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;
d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hiba, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

‘20 Perpajakan 1
5 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penmbangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembgian sisa hasil usaha kopersi;
8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
tetapkan dengan peraturan pemerintah;
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14) Premi asuransi;
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan Surplus Bank Indonesia.

Penghasilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:


1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan
sebagainya.
2) Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
3) Penghasilan dari modal atau penggunaan harta seperti sewa, bunga, dividen, royalti,
keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan, dan sebagainya.
4) Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah
satu dari tiga kelompok penghasilan diatas, seperti:
a) Keuntungan karena pembebasan utang;
b) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
c) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

‘20 Perpajakan 1
6 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
d) Hadiah undian.
Bagi wajib pajak dalam negeri, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan bagi wajib pajak luar negeri,
yang menjadi objek pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah; dan harta
hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan peraturan menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan;
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atua jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara
final atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit);
5. Pembayaran dari peusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;dan
b. Bagi perseroan terbatas badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor;

‘20 Perpajakan 1
7 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
menteri keuangan baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada angka 7, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan menteri
keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil menengah,atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri
keuangan;dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan;
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan;dan
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara jaminan social
kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan.

‘20 Perpajakan 1
8 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Self Assessment System

‘20 Perpajakan 1
9 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka
Diana Sari, 2013, Konsep Dasar Perpajakan, Bandung, Refika Aditama
Oyok Abunyamin, 2015, Perpajakan, Bandung, Mega Rancage Press
Siti Resmi, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta, Salemba Empat

‘20 Perpajakan 1
10 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai