Itp
Itp
Itp
K, DIC, Thrombosis
ITP
Klasifikasi
Kelainan vascular
- Kongenital
Teleangietaksis herediter (pelebaran pembuluh darah)
- Didapat
Purpura simpleks, purpura senilis, purpura anafilaktoid (Henoch schonlene purpura, autoimun),
Scurvy (def. vitamin C)
Kelainan trombosit
- Trombositopenia
ITP
- Trombopati
VWD, didapat (aspirin)
Kelainan koagulasi
- Kongenital
Hemofilia
- Didapat
DIC, def. vitamin K
5. M3 manifestasi klinis
Perdarahan merupakan manifestasi klinis yang paling sering. Perdarahan dapat terjadi
pada mukokutaneus seperti rongga mulut dan kulit. Perdarahan kulit dapat berupa purpura
tanpa penyebab yang jelas, pada mukosa dapat berupa mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan
saluran gastrointestinal. Perdarahan intrakranial dan saluran cerna sangat jarang namun sangat
berbahaya. Perdarahan intrakranial memiliki insidens kurang dari 0,2% dan terjadi pada jumlah
trombosit kurang dari 10.000/µL
Keluhan lain yang sering diabaikan adalah kelelahan (fatigue). Gejala ini bisa terjadi pada
pasien ITP dengan trombosit di bawah 10.000/ µL, perdarahan, serta terapi steroid. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa rasa lelah dapat dipengaruhi oleh meningkatnya sitokin
inflamasi seperti IL-2 dan IFN-Ύ
6. M3 penegakan diagnosis
Diagnosis melalui beberapa pemeriksaan dasar seperti anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan darah tepi, dan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Anamnesis untuk riwayat
keluarga, riwayat perdarahan, riwayat penyakit sebelumnya, serta penggunaan obatobatan.
Pemeriksaan fisik lengkap terutama pada bagian-bagian tubuh yang sering mengalami
perdarahan seperti mukokutan dan persendian; namun pada sebagian besar pasien ITP tidak
didapati kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada pasien ITP juga perlu dicari adanya limfadenopati
atau splenomegali untuk menyingkirkan keganasan seperti gangguan limfoproliferatif Pada
pasien dewasa perlu dilakukan pemeriksaan HCV dan HIV untuk menyingkirkan kemungkinan
ITP sekunder
Pemeriksaan laboratorium apusan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang
sangat penting. ITP ditandai dengan menurunnya jumlah trombosit terisolasi kurang dari
100.000/µL. Menurut American Society of Hematology, pemeriksaan sumsum tulang belakang
tidak perlu karena pemeriksaan apusan darah tepi yang cermat sudah dapat menegakkan
diagnosis ITP. Pada pemeriksaan sumsum tulang belakang, dapat ditemukan jumlah
megakariosit meningkat atau normal, dapat terjadi peningkatan jumlah megakariosit imatur
7. M3 tatalaksana
Lini pertama IVIG dosis tunggal atau steroid jangka pendek dengan dosis 0,8-1 g/KgBB
dosis tungga atau 2 g/KgBB terbagi dalam 2-5 hari. IVIG hanya diberikan apabila trombosit perlu
dinaikkan dengan ceoat dan dalam keadaan yang mengancam jiwa. Metil prednisolone dosis 2
mg/KgBB/hari atau 60 mg/m2/hari maksimal 80 mg/hari selama 14 hari dilanjutkan dengan
tappering off dan dihentikan selama 1 minggu berikutnya. Kortikosteroid dapat juga diberikan
dengan dosis tinggi yaitu metilprednisolon 4 mg/kg per hari (maksimal 180 mg/hari) dibagi 3
dosis selama 7 hari, dilanjutkan 50% dosis pada minggu kedua, dan tappering off pada minggu
ketiga. Kortikosteroid parenteral diberikan metilprednisolon sebanyak 15-30 mg/kg IV (maksimal
1 g/hari) selama 30-60 menit selama 3 hari. munosupresi, insufisiensi adrenal.3 Imunoglobulin
anti-D tidak dianjurkan oleh anak dengan penurunan hemoglobin akibat perdarahan atau
adanya hemolisis autoimun. Pemberian imunoglobulin anti-D hanya digunakan sebagai lini
pertama Rh-positif, yang tidak displenektomi. Dosis imunoglobulin anti-D adalah 50-75 µg/kg
dosis tunggal. Efek samping yang utama pada pemberian imunoglobulin anti-D adalah hemolisis.
VWD
1. M3 pengertian dan klasifikasi
Penyakit von Willebrand (vWD) adalah kelainan perdarahan bawaan autosomal yang
disebabkan oleh defisiensi atau kelainan von Willebrand Faktor (vWF). vWF adalah glikoprotein
multimerik besar yang memediasi adhesi platelet di lokasi cedera pembuluh darah. Itu juga
melindungi faktor VIII dari degradasi proteolitik dalam sirkulasi.
Klasifikasi dari vWF adalah berdasar kualitas dan kuantitas dari vWF. Dengan klasifikasi
ini, vWD akan terbagi
menjadi 3, yaitu tipe 1
defisiensi vWF parsial, tipe
2 defisiensi vWF
lengkap, tipe 2 masalah
kulitatif bagi pada vWF
2. M3 epidemiologi, etiologi, dan faktor risiko
Epidemiologi
Prevalensi dari vWD adalah sekita 1 per 100 orang. Namun, mayoritas dari penderita
vWD tidak akan menunjukkan gejala atau asimptomatik. Gejala pada vWD biasanya terjadi
pada satu per 10.000 orang. Wanita lebih sering terdeteksi menderita vWD dikarenakan
menstruasi. vWD lebih sering muncul pada orang dengan golongan darah O. prevalensi pada
anak adalah 0,8-1,3%. Gejala tersering dari vWD adalah perdarahan mukokuran dan
pascapembedahan.
Etiologi
Penyakit von Willebrand disebabkan oleh mutasi pada gen VWF, yaitu gen memberi
instruksi pada tubuh untuk memproduksi faktor von Willebrand. Mutasi gen VWF dapat
mengurangi jumlah faktor von Willebrand, atau menyebabkan gangguan pada fungsi faktor
von Willebrand. Dapat pula disebabkan karena autoimun, limfoproliferatif, keganasan, obat
(siprofloksasin), gamopati monoklonal
Faktor risiko
Adanya paparan terhadap radiasi, bahan kimia, dll. Adanya Riwayat keluarga yang
mengalami vWD
5. M3 manifestasi klinis
Gejala paling sering adalah perdarahan gusi, hematuri, epistaksis, darah dalam feses, udah
memar, dan menorrhagia.
6. M3 diagnosis
Anamnesis
Riwayat keluarga
Riwayat penggunaan obat
Riwayat penyakit pasien
Pemeriksaan fisik
Gejala perdarahan
Pemeriksaan lab
Pemanjangan BT, penurunan kadar vWF dalam plasma, penurunan faktor 8, PT normal, aPTT
normal atau sedikit meningkat
7. M3 tatalaksana
Desmopresin (DDAVP) IV untuk meningkatkan vWF, dengan kontraindikasi pasien vWD tipe 2B
karena stimulasi pengeluaran vWF dapat menigkatkan agregasi trombosit sehingga
meningkatkan trombositopenia dan menyebabkan thrombus. Dosis DDAVP adalah 0,3 mg/KgBB
IV diencerkan 30-50 ml saline dalam 10-20 menit
Cryopresipitat (faktor VIII dan II) dosis 50U/Kg tiap 12 jam
Antihistamin dan steroid unuk mencegah reaksi anafilaktoid autoimun
Hemofilia
Faktor risiko
7. M3 tatalaksana
Terapi supportif berupa hindari luka, kortikosteroid untuk menghilangakn respon
inflamasi saat perdarahan, analgetic untuk menghilangkan rasa nyeri. Untuk replacement
teraphy dapat diberikan DDAVPuntuk meningkatkan kadar faktor VIII dengan dosis 0,3 mg/KgBB
dilarutkan dalam 30-50 ml saline dalam 15-20 menit. Kemudian dapat diberikan prothrombin
complex concentrate (PCC) yang berisi faktor II, VII, IX, dan X. namun pcc dapat menyebabkan
thrombosis paraadoksial dan koagulasi intravena. Dapat pula diberikan cryopresipitat untuk
faktor VIII, II, dan vWF.
8. M3 prognosis dan komplikasi
Prognosis dari hemofilia adalah baik apabila di terapi dengan tepat. Sebagian besar
pasie dapat hidup dengan normal. Komplikasi dari hemofilia adalah arthropati hemofilia akibat
penumpukan darah di sendi yang menyebabkan rusaknya fungsi sendi. Sendi yang biasa
mengalami peradangan adalah lutut, pergelangan kaki, dan siku
Defisiensi vitamin K
5. M3 Manifestasi klinis
Pada anak yang tidak melakukan profilaks vitamin K saat lahir, maka akan dapat
mengalami perdarahan umbilicus, GIT (melena), perdasarahn mukokutan, dan intracranial
6. M3 penegakan diagnosis
Anamnesis
Anamnesis berupa onset perdarahan, lokasi perdarahan, profilaks vitamin K saat lahir,
Riwayat obat ibu saat mengandung
Pemeriksaan fisik
Ditemukan pucat akibat perdarahan, terjadi peningkatan intracranial, nadi nafas akan
mengompensasi kehilangan darah sehingga kerja meningkat, kesadaran dapat apatis
Pemeriksaan lab
Ditemukan Hb turun, Ht turun, trombosit normal, leukosit normal, PTP memanjang, aPTT
memanjang, pada assay, Ditemukan penurunan fakotr II, VII, IX, X
7. M3 tatalaksana
Injeksi vitamin K 1mg IM selama 3 hari berturut-turut, trasnfusi FFP (semua faktor koagulasi) 10-
15 ml/KgBB selama 3 hari berturut-turut, Transfusi PRC apabila Hb rendah, tatalaksana kejang
akibat peningkatan tekanan ntrakranial dengan mannitol 0,5-1 g/KgBB/kali. Untuk profilaks,
injeksi vitamin K 1mg IM pada bayi baru lahir
8. M3 prognosis, komplikasi
DIC
1. M3 pengertian dan klasifikasi penyakit hemostasis
DIC adalah suatu sindroma yang dida[at yang ditandai oleh aktivasi koagulasi
intravascular secara luas yang muncul dari berbagai sebab yang berbeda. DIC bisa dimulai dan
akan menyebabkan kerusakan mikrovaskular, dan apabila cukup berat dapat menyebabkan
disfungsi organ. DIC merupakan sindroma klinikopatologi yang didapat ditandai dengan aktivasi
system koagulasi yang mengakibatkan deposit fibrin di mikrovaskular sehingga menebabkan
gangguan pasokan darah ke organ dan juga ditandai dengan perdarahn akibat konsumsi
trombosit dan faktor koagulasi
Klasifikasi dari DIC dapat dibagi berdasarkan onset of time nya dan juga luas
penyakitnya. Pada onset waktu, dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronik. Pada akut, biasanya
akibat trauma luas, dapat terjadi syok, peningkatan PT dan aPTT dan penuruna fibrinogen.
Namun, pada kronik biasanya PT dan aPTT bervariasi karena tibuh dapat atau telah melakukan
kompensasi dan fibrinogen juga bervariasi
Etiologi
- Infeksi virus (herpes, rubella, cacar, hepatitis, CMV, DHF), bakteri (meningcoccemia,
septikemia bakteri gram negative), jamur (histoplasmosis, aspergilosis), dan protozoa
(malaria, kala-azar, trypanosomiasis)
- Komplikasi obstetric seperti solution plasneta, septic chorioamnionitis, emboli caitan
amnion, fetus mortius, eklamsia)
- Neoplasma seperti Ca prostat, pancreas, mammae, paru, dan ovarium
- Gangguan system hemopoetik seperti LMA M3, hemolisis intravaskuler
- Gangguan vaskuler seperti aneurisma, koartasio aorta, gagal jantung kongesti, demboli
paru
- Jejas yang massif
Faktor risiko
Orang yang melakukan transfusi, menderita keganasan, ibu hail, gangguan hati, terkena zat
toksik, dan orang yang melakukan transplantasi organ