Mukjizat (Arab
Mukjizat (Arab
Mukjizat (Arab
para nabi dan rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan keabsahan risalahnya.[1]
Etimologi Sunting
Kata mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata ‘ajaza (lemah). Dalam
aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan
untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus
melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan
kehadiran seorang nabi atau rasul. Rasul di dalam menyampaikan ajarannya sering kali mendapatkan
pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan sering
kali dianggap sebagai tipu daya (sihir).[2][3][4] Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran
kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para
nabi dan rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat.
Para ulama menyebutkan banyak perbedaan antara nabi dan rasul, di antaranya:
Seorang rasul sudah pasti seorang nabi, tapi seorang nabi belum tentu seorang rasul.
Nabi sebatas menerima wahyu tanpa keharusan untuk mendakwahkannya, sedangkan seorang rasul
wajib mendakwahkannya kepada kaumnya.
Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian, "Rasul lebih utama daripada nabi berdasarkan
ijma’, karena rasul diistimewakan dengan risalah, yang mana (jenjang) ini lebih ringgi daripada jenjang
kenabian".[1]
Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.
"Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul
datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya."
— [Qur'an Al-Mu’minun:044]
"Dulu Bani Israil diurus (dipimpin) oleh banyak nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, maka digantikan
oleh nabi setelahnya." — HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
Para rasul diutus dengan membawa syari’at/hukum baru, sedangkan nabi hanya mengikuti hukum dan
aturan dari rasul sebelumnya.
"Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang."
— [Qur'an Al-Ma’idah:048]
"...dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu diharamkan untuk kalian."
"Dihalalkan untukku ghonimah dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid (tempat sholat) dan alat
bersuci (tayammum)." — HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir
Seluruh rasul diselamatkan dari percobaan pembunuhan dari umatnya, tetapi sebagian para nabi pernah
dibunuh oleh umatnya. Ibnu Katsir berkata bahwa, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari
sahabat Abu Ubaidah, ia mengatakan bahwa umat Yahudi pernah membunuh 43 nabi sekaligus di pagi
hari, kemudian ada sekelompok orang shalih yang menentang pembunuhan tersebut, tetapi di sore
harinya sekelompok orang shalih tersebut dibunuh mereka pula.
— [Qur'an Al-Baqarah:061]
"Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
— [Qur'an Al-Baqarah:091]
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang
memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil maka
gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih."