Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Praktikum Farmakognosi Ke-Xi Identifikasi Metabolit Sekunder I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI KE-XI

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER I

Disusun oleh:

Nur Wahdina 19.71.020992

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-III FARMASI
2020
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

 Mahasiswa mampu melakukan indentifikasi metabolit sekunder pada simplisia


tumbuhan.

DASAR TEORI
Metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur metabolism lain
yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting peranannya dalam pertumbuhan
suatu tumbuhan. Bagaimanapun itu, metabolit sekunder peranan bagi tumbuhan dalam
jangka waktu yang panjang, seringkali sebagai tujuan pertahanan, serta memberikan
karakteristik yang khas dalam bentuk senyawa warna. Metabolit sekunder juga digunakan
sebagai penanda dan pengatur jalur metabolisme primer. Hormon tumbuhan yang
merupakan metabolit sekunder seringkali digunakan untuk mengatur aktivitas metabolisme
sel dan pertumbuhan suatu tumbuhan. Metabolit sekunder membantu tumbuhan mengelola
sebuah sistem keseimbangan yang rumit denganlingkungan, beradaptasi mengikuti
kebutuhan lingkungan. Warna yang diberikan oleh metabolit sekunder dalam tumbuhan
merupakan contoh yang bagus untuk menjelaskan bagaimana sistem keseimbangan
diterapkan. Melalui warna, tumbuhan dapat menarik serangga untuk membantu proses
penyerbukan dan juga dapat berguna untuk bertahan dari serangan hewan. (Y. Ulung
Aggraito, dkk. 2018)
Metabolisme sekunder menghasilkan sejumlah besar senyawa-senyawa
khusus (kurang lebih 200.000 senyawa) yang secara fungsi tidak memiliki peranan dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan namun diperlukan oleh tumbuhan
untuk bertahan dari keadaan lingkungannya. Metabolisme sekunder terhubung dengan
metabolism primer dalam hal senyawa pembangun dan enzim dalam biosintesis.
Metabolisme primer membentuk seluruh proses fisiologis yang memungkinkan tumbuhan
mengalami pertumbuhan melalui menerjemahkan kode genetik menghasilkan protein,
karbohidrat dan asam amino. Senyawa khusus dari metabolism sekunder sangat penting
untuk berkomunikasi dengan organisme lain secara mutualistic (misalnya penarik organisme
menguntungkan seperti penyerbuk) atau interaksi antagonis (misalnya pencegah terhadap
herbivora dan mikroba patogen). Lebih jauh lagi metabolit sekunder membantu dalam
mengatasi stres abiotik seperti peningkatan radiasi UV walaupun mekanisme fungsinya
masih belum sepenuhnya dipahami. Bagaimanapun, keseimbangan yang baik antara
produk metabolisme primer dan sekunder adalah yang terbaik untuk pertumbuhan dan
perkembangan optimal tumbuhan serta untuk mengatasi secara efektif kondisi lingkungan
yang sering berubah. Senyawa khusus yang terkenal diantaranya alkaloid, polifenol
termasuk flavonoid, dan terpenoid. Manusia menggunakan cukup banyak senyawa ini, atau
tumbuhan dari mana mereka berasal, untuk tujuan pengobatan dan nutrisi. (Y. Ulung
Aggraito, dkk. 2018)
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara
bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak
memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan
dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining
fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu
pereaksi warna. Hal penting agak berperan penting dalam skrining fitokimia adalah
pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel
dalam bentuk basah meliputi pemeriksaan kendungan senyawa alkaloid, flavonoid,
terpenoid/steroid, tanin dan saponin. Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang
menguraikan aspek kimiasuatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencangkup
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah
dan fungsi biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-
macam jenis tanaman. Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen
bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek famakologis lain yang
bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi atau bioassay. Alasan lain melakukan
fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek
yang bermanfaat, yang ditunjukan olek ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan
sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan
dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting dalam semua telah kimia
dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian biologis. (Laia, Moris Ivan. 2019).
Tanin dapat bersifat sebagai antibakteri dan astringen (Kumala & Tulus,
2009). Toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin
dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau
substrat mikroba, dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam
menambah daya toksisitas tanin (Juliantina et al., 2008).
Flavonoid yang terkandung dalam kayu secang berperan sebagai
antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi. Saponin juga
erkandung didalam kayu secang yang berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, dan
meningkatkan kekebalan tubuh (Yusriana et al., 2014). Flavonoidberfungsi sebagai
anti bakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
extraseluler yang menghambat integritas membran sitoplasma sel bakteri (Juliantina et
al., 2008).
Alkaloid memiliki kemampuan antibakteri dengan cara menghambat
pembentukan komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh (Juliantina et al., 2008).Sintesis peptidoglikan
akan terganggu sehingga pembentukan sel tidak sempurna karena tidak
mengandung peptidoglikan dan dinding selnya hanya meliputi membran sel.
Susunan dinding sel bakteri adalah lapisan peptidoglikan (Retnowati et al.,
2011)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat,
pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak. Tanaman jambu biji
(P.Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1m sampai 1.200 m dari permukaan laut.
Jambu biji berbunga sepanjangtahun. Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m,
percabanganbanyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat
kehijauan. Jambu biji (P.GuajavaL.) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk
Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Sri Lanka. Jumlah danjenis tanaman ini
cukup banyak, diperkirakan kini ada sekitar 150 spesies didunia. Tanaman ini
(P.GuajavaL.) mudah dijumpai di seluruh daerah tropis dan subtropis. Seringkali ditanam di
pekarangan rumah. Tanaman inisangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Di
Jawa seringditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah di tepi hutan dan
padang rumput. Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoidyang sangat tinggi,terutama
quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu
biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, antimutagenic, flavonoid, dan alkaloid.
(Satiyarini, Rina Budi, Yuli Yana, Fatimatuzzahra. 2019).
Sistematika dan klasifikasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning
kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%,
seskuiterpen, d-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu, rimpang juga mengandung resin
yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin,
kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan
lain-lain (Azwar, 2010). Minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung methyl
cinamate 48%, cineol 2-30%, kamfer, d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat
pedas). Selain itu juga mengandung sesquiterpene, camphor, galangol, cadinine,
hydrate hexahydro cadalene, dan kristal kuning (Fauzi, 2009) Lengkuas atau laos (Alpinia
galanga, L) termasuk dalam family Zingiberaceae. Ada dua jenis lengkuas, yaitu lengkuas
putih dan merah yang bisa digunakan sebagai bumbu penyedap dan obat. Dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkuas diklasifikasikan sebagai berikut: (Khusnul, Rudy
Hidana, Wini Kusmariani. 2017.)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magniliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/ monokotil)
Sub kelas : Commelinidae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L. Swartz
Kayu secang sering digunakan sebagai pengobatan tradisioal karena
mengandung asam galat, tanin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene,
antibakteri, oscimene, alkaloid, flavonoid, saponin, fenil propana, terpenoid, dan
minyak atsiri (Hidayat etal., 2015). Selain itu, tanaman secang digunakan sebagai
salah satu pigmen alami karena menghasilkan pigmen berwarna merah. Pigmen merah
ini disebut antosianin yang bersifat mudah larut dalam air panas (Karlina et al., 2012).
Pemanfaatan kayu secang ini dengan cara direbus yang bertujuan untuk melarutkan
senyawa tanin dan brasilin yang terkandung didalamnya. Senyawa tanin dan brasilin
merupakan senyawa kompleks dengan ukuran dan bentuk molekul yang memungkinkan
kelarutannya dalam air (Kumala, Tulus, 2009).
Klasifikasi kayu secang menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Sub klas : Aympetalae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan L.
Ketumbar mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida, mineral, asam
lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel hidup (Cristian D et al.,
2013). Kandungan kimia terbesar dar Ketumbar yaitu 1,8% minyak atsiri. Penyulingan
minyak mengandung 65-70 dari linalool (coriandrol), yang tergantung pada sumbernya.
Kandungan lainnya yaitu Monoterpene hidrokarbon α-pinene, β-pinene, limonene, γ-
terpinene, ρ-lymene, borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan Geranylacetate; Hetero-
cyclic compounds–pyrazine, pyridine, thiazole, furan, tetrahydrofuran derivatives;
Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin, coriandrones A-E, glazonoids; Phthalides-
neochidilide, Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan flavonoid. (Rahman, Corina
Primanda. 2017).
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Apiles
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2004)
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN

No Alat Bahan
1. Tabung reaksi Simplisia serbuk daun jambu
2. Pipet volume Simplisia serbuk rimpang lengkuas
3. Pipet tetes Simplisia serbuk kayu secang
4. Rak tabung reaksi Simplisia serbuk ketumbar
5. Spatel Aquadest
6. Asam asetat glacial
7. H2SO4
8. FeCl3
9. Kloroform
10. Pereaksi mayer
11. KI
12. HgCl2
13. Magnesium serbuk
14. HCl pekat

CARA KERJA
Skrining Fitokimia
Saponin

Ditambahkan sebanyak 0,5 mL sampel kedalam 5 ml aquades

kemudian dihomogenkan selama 30 detik

Jika terdapat buih atau busa menunjukan positif mengandung saponin.


Terpenoid

Ditambahkan sampel, asam asetat glacial, dan H2SO4 masing-masing


sebanyak 0,5 mL

kemudian dihomogenkan selama 30 detik

Jika menunjukan perubahan warna pada sampel yang berubah menjadi merah
atau kuning yang menandakan positif mengandung terpenoid.
Tan
in

Dicampurkan 1 mL sampel dan 3 tetes larutan FeCl3 10%

kemudian dihomogenkan selama 30 detik

Jika menunjukan warna yang berubah pada larutan menjadi hitam kebiruan
menandakan positif tannin.
Alk
aloid

Ditambahkan sebanyak 0,5 ml sampel dan 5 tetes kloroform serta pereaksi


mayer yaitu 1g KI di larutkan dalam 20 mL aquades

kemudian ditambahkan lagi dengan 0,271 g HgCl2 hingga larut

Jika menunjukan perubahan warna pada larutan menjadi putih kecoklatan


menandakan positif mengandung alkaloid

Flavonoid

Ditambahkan sampel sebanyak 0,5 mL 0,5 g serbuk Mg dan 5 mL HCL pekat


dengan meneteskan secara bertahap.

kemudian dihomogenkan selama 30 detik

Jika menunjukan perubahan pada larutan menjadi merah atau kuning ada
busa menandakan positif mengandung flavonoid.
BAB III
HASIL PENGAMATAN

No Nama Umum dan Latin Tumbuhan Bagian Tumbuhan yang Berkhasiat Uji Kualitatif Fitokimia
Obat

Flavonoi Alkaloid Terpenoi Tanin Saponin


d d
1. Jambu Biji (Psidii folium) Daun + + + Tidak +
dilakukan

2. Lengkuas (Languatis rhizome) Rimpang + + Tidak +


dilakukan

3. Kayu Secang (Sapan lignum) Kayu + + Tidak + +


dilakukan

4. Ketumbar (Coriandri fructus) Buah + + Tidak + +


dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Metabolit sekunder adalah molekul organik yang tidak memiliki peran secara
langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan. Metabolit sekunder pada tumbuhan
berfungsi spesifik namun tidak bersifat esensial. Metabolit sekunder dapat disintesis oleh
organ-organ tertentu tumbuhan, seperti akar, daun,bunga, buah, dan biji. Bagi tumbuhan
penghasilnya, metabolit sekunder berfungsi sebagai pertahanan terhadap organisme lain,
sebagai atraktan untuk polinator dan hewan penyebar biji, sebagai perlindungan terhadap
sinar UV,dansebagai penyimpanan-N. Metabolit sekunder sangat berguna didalam
kehidupan. Pada bidang farmasi metabolit sekunder digunakan sebagai anti-bakteri, anti-
inflamasi, anti-fungi, dll.

Identifikasi metabolit sekunder dapat dilakukan dengan uji kualitatif fitokimia


saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan masih banyak lagi. pada simplisia Psidii
folium, Languatis rhizome, Sapan lignum, dan Coriandri fructus. Uji metabolit sekunder
dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 0,5 ml sampel kedalam 5 ml aquades,
kemudian dihomogenkan selama 30 detik, jika terdapat buih atau busa menunjukkan positif
mengandung saponin. Uji metabolit sekunder terpenoid dengan cara menambahkan sampel,
asam asetat glacial dan H2SO4 masing-masing sebanyak 0,5 ml, menunjukkan perubahan
warna pada sampel yang berubah menjadi merah atau kuning menandakan positif
mengandung terpenoid. Uji metabolit sekunder tannin dilakukan dengan cara mencampurkan
1 ml sampel dan 3 tetes larutan FeCl 3 10%, menunjukkan warna yang berubah pada larutan
menjadi hitam kebiruan menandakan positif mengandung tanin. Uji metabolit sekunder
alkaloid dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 0,5 ml sampel dan 5 tetes kloroform
serta pereaksi mayer yaitu 1 g Kl dilarutkan dalam 20 ml aquades, kemudian ditambahkan
lagi dengan 0,271 g HgCl2 hingga larut, menunjukkan perubahan warna pada larutan
menjadi putih kecoklatan menandakan positif mengandung alkaloid. Uji metabolit sekunder
flavonoid di lakukan dengan cara Menambahkan sampel sebanyak 0,5 ml 0,5 g serbuk Mg
dan 5 ml HCl pekat yaitu tetes demi setetes, menunjukkan perubahan pada larutan menjadi
merah atau kuning ada busa menandakan positif mengandung flavonoid.
Identifikasi metabolit sekunder bisa dilakukan dengan metode lain yaitu dengan
metode spekrtoskopi inframerah. Radiasi inframerah mengacu pada spektrum elektromagnet
yang berada pada daerah gelombang sinar tampak dan microwave. Batasan panjang
gelombangyang umum digunakan untuk pendeteksian senyawa organik berkisar dari
4000 cm-1sampai 400 cm-1. Posisi pita serapan IR ditentukan dengan menggunakan
satuan cm-1, sedangkan intensitasnya dapat ditentukan dengan satuan transmitan (T)
ataupun absorbans (A).
Hasil uji kualitatif fitokimia daun jambu biji didapatkan hasil metabolit sekunder
yang terdapat pada Psiidium folium adalah saponin, terpenoid, tannin, alkaloid, dan
flavonoid. Hasil uji kualitatif fitokimia rimpang lengkuas didapatkan hasil metabolit
sekunder yang terdapat pada adalah saponin, tannin, flavonoid, dan alkaloid. Hasil uji
kualitatif fitokimia kayu secang didapatkan hasil metabolit sekunder yang terdapat pada
adalah flavonoid, saponin, alkaloid, dan tannin. Hasil uji kualitatif fitokimia buah ketumbar
didapatkan hasil metabolit sekunder yang terdapat pada adalah flavonoid, saponin, alkaloid,
dan tannin.
BAB V
KESIMPULAN

Hasil identifikasi metabolit sekunder dapat dilakukan dengan metode skrining


fitokimia atau dengan metode spektroskopi inframerah. Uji kualitatif fitokimia menggunakan
beberapa pereaksi untuk menentukan berbagai hasil metabolit sekunder. Metabolit sekunder
yang dapat diketahui setelah dilakukan uji fitokimia pada daun jambu biji yaitu saponin,
steroid, terpenoid, tannin, alkaloid, dan flavonoid. Metabolit sekunder yang terdapat pada
rimpang lengkuas adalah saponin, tannin, flavonoid, dan alkaloid. Metabolit sekunder yang
terdapat pada kayu secang adalah flavonoid, saponin, alkaloid, dan tannin. Metabolit sekunder
yang terdapat pada ketumbar adalah flavonoid, saponin, alkaloid, dan tannin.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Rahmatina. 2017. Gambaran Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pegagan (Centella
asiatica.) Pada Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi. Karya Tulis
Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Banjarmasin: Banjarmasin.

Ramadani, Selvi. 2015. Uji Cemaran Mikroba Pada Serbuk Simplisia Obat Tradisional.
Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Moris, Ivan. 2019. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol, Etil Asetat, N-Heksan Bawang-
Bawangan Sebagai Identifikasi Senyawa Bioaktif Dalam Penelitian
Obat Tradisional. Medan. Institut Kesehatan Helvetia.

Rahman, Corina Primanda. 2017. Pengaruh Pemberian Minyak Atsiri Biji Ketumbar
(Coriandum sativum) terhadap Pertumbuhan Candida albicans
(Penelitian Secara In Vitro). Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.

Satiyarini, Rina Budi, Yuli Yana, Fatimatuzzahra. 2019. Penggunaan Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psiidium guajava L.) sebagai Ovisida Keong Mas (Pomacea
canaliculata L.). Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Riskayanti. 2017. Daya Hambat Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumonia. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

M.Husien Dian Saputra. 2014. Pengaruh Perendaman Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psiidium guajava L) terhadap Keawetan Tahu. Riau: Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Khusnul, Rudy Hidana, Wini Kusmariani. 2017. Uji Ekstak Etanol Rimpang Lengkuas
(Alpinia galanga L) terhadap Pertumbuhan Trichophyton rubrum secara
in vitro. Tasikmalaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas
Husada.

Anda mungkin juga menyukai