Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PEMBAHASAN Oyisam

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

I.

TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid dalam tanaman..

II. TINJAUAN PUSTAKA


a. Klasifikasi Jambu Biji
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat,
pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagai
pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-
1.200 m dpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun (Hapsoh, 2011).

Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama Lokal : Jambu Biji
b. Morfologi Tumbuhan Jambu Biji
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya
berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua
licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong,ujung tumpul, pangkal membulat, tepi
rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna
hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna
putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau
kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih
kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil. Keras,
berwarna kuning kecoklatan (Hapsoh, 2011).

c. Manfaat Tumbuhan Jambu Biji


Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. Termasuk familia Myrtaceae, banyak
tumbuh di daerah-daerah di tanah air kita. Penduduk terlalu mementingkan buahnya,
sedangkan daun-daunnya hanya sebagian kecil saja yang memperhatikannya, padahal
mempunyai nilai obat yang baik, terutama untuk menyembuhkan sakit: diare dan astringensia
(Kartasapoetra, 1992).
Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai
buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah
jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti
memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah
dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti
daun, kulit akar maupun akarnya, dan buahnya yang masih muda juga berkhasiat obat untuk
menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang
lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono
B, 2010).
Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah dilakukan penelitian terhadap uji aktivitas
anti oksidannya (Soebagio,et al. 2007) dan uji aktivitasnya sebagai anti bakteri penyebab
diare (Adyana, et al. 2004).
Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi,
antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi demam dan
penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998). Daun jambu biji putih telah terbukti secara
klinis menghambat pertumbuhan rotavirus yang menyebabkan enteritis pada anak-anak dan
menyembuhkan kejang dan penyakit diare akut (Lozoya et al., 2002; Wei et al., 2000).

d. Kandungan Kimia Daun Jambu Biji


Kandungan kimia pada daun jambu biji (Psidium guajava L.) menurut Taiz dan
Zeiger (2002) yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama alkaloid.
Kandungan kimia tersebut merupakan bagian dari sistem pertahanan diri yang berperan
sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh
herbivora. Hasil fitokimia dalam ekstrak daun jambu biji putih adalah senyawa flavonoid,
tanin, triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid (Arya, et al.,2012).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flavonoid yang ditemukan dalam
buah-buahan, sayuran, daun dan biji-bijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan
dalam suplemen minuman atau makanan. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak
ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika
direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama.
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman dan digunakan sebagai energi
dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi, Tanin juga sebagai sumber asam pada
buah. Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat didunia tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang
berasal dari hewan).

e. Senyawa Golongan Tanin


Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan
beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk
menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predator. Beberapa senyawa
seperti alkaloid, triterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawayang dihasilkan
dari metabolisme sekunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanyacincin aromatik dengan satu
atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang
tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik.
Istilah tanin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil. Tanin terdiri dari
sekelompok zat – zat kompleks terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh – tumbuhan,
antara lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah – buahan. Ada beberapa
jenis tumbuh – tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman
pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga yang dihasilkan dari
tumbuh – tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan range besar. Tanin ini disebut juga
asam tanat, galotanin atau asam galotanat.
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol.
Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk
menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin
dapat mengikat alkaloid dan glatin.Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang
tersebar luas pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat
molekul biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003).
Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit
batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun tanaman jambu biji
selain mengandung tanin, juga mengandung zat lainseperti asam ursolat, asam lat, asam
guajaverin, minyak atsiri dan vitamin (Thomas, 1989). Daun-daun jambu biji memiliki
kandungan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9%, minyak atsiri berwarna kehijauan yang
mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral
(Kartasapoetra, 2004).
Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat
pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983). Tanin
merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik
maka semakin besar ukuran molekul tanin.Pada mikroskop, tanin biasanya tampak sebagai
massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat.
Daun jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu obat tradisional yang masih
sering digunakan sampai sekarang. Daun jambu biji sebagai obat tradisional digunakan untuk
pengobatan diare, radang lambung, sariawan, keputihan, kencing manis. Secara alamiah daun
jambu biji yang diketahui berkhasiat dan aman dikonsumsi (Dalimartha, 2001). Salah satu zat
yang terkandung dalam tananaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanin yang dapat
digunakan sebagai obat anti diare. Tanin merupakan senyawa fenolik larut air dengan BM
500-3000, memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki sifat-sifat khusus seperti
presipitasi alkaloid, gelatin, dan protein-protein lain. Tanin banyak tedapat di dalam
tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain itu banyak terdapat pada
bagian daunnya.
Senyawa aktif pada daun yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin. Ekstrak
daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba penyebab diare
(Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia di dalam daun jambu biji
adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer
tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa
polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh
karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida.
Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk
kondensasi, berguna untuk bahan perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin
diharapkan mampu mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi
pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan.
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas
yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin
kondensasi. Tannin hidrolisis diprekursor oleh asam dehydroshikimic sedangkan tannin
kondensasi disintesis dari prekursor flavonoid. Tingginya kandungan tannin dari kalus yang
dihasilkan secara in vitro dapat dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in
vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya komposisi media yang digunakan dan zat
pengatur tumbuh yang diaplikasikan.
Psidium guajava L. diketahui mengandung beberapa bahan aktif antara lain tanin,
flavonoid, guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan asam oksalat,
tetapi hanya komponen khusus seperti flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan alkaloid yang
memiliki efek farmakologi sebagai antidiare terutama pada penyakit diare yang disebabkan
oleh bakteri.Senyawa tanin yang terkandung dalam daun Psidium guajava L. dapat
diperkirakan memiliki jumlah sebanyak 9–12%. Tanin dapat menimbulkan rasa sepat pada
buah dan daun Psidium guajava L. tetapi berfungsi memperlancar sistem pencernaan, dan
sirkulasi darah. Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik yang
mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang.
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10% H 2O. Struktur
kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5 - 10 residu ester galat,
sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengan nama asam
tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1: Struktur kimia tanin


Tanin terkondensasi (condensed tannins) biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi
dapat terkondensasimenghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari
polimerflavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakanpolimer dari flavonoid yang dihubungkan
dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4. Salahsatu contohnya adalah Sorghum procyanidin,
senyawa ini merupakan trimeryang tersusun dari epiccatechin dan catechin.Senyawa ini jika
dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil
berupa floroglusinol.
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis denganmenggunakan asam sulfat
atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin iniadalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari karbohidrat denganasam galat. Selainmembentuk gallotanin, dua
asam galat akan membentuk taninterhidrolisis yang biasa disebut Ellagitanins.Ellagitanin
sederhana disebut jugaester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah
menjadiasam galic jika dilarutkan dalam air.

Gambar 2.1: Tanin Terkondensasi, Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid


yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4.

Gambar 3.1: Tanin Terhidrolisis, Gallotanin prototipe merupakanglukosapentagalloyl(β-1, 2,


3, 4, 6-Pentagalloyl-OD-Glukopyranose). PGGmemiliki5hubunganesteridentikyang
melibatkangugus hidroksialifatikgulainti. PGG memiliki banyak isomer seperti Gallotanin.
Rantai ester poligallol ditemukan di dalam gallotanin terbentuk dari meta-atau para-
depside obligasi, melibatkan hidroksil fenolik dari pada gugus hidroksialifatik. Depside
obligasi lebih mudah dihidrolisis dari pada ikatan ester alifatik. Metanolisis dalam asam
lemah dengan menggunakan metanol dapat menghancurkan depside tetapi tidak estero
bligasi. Dengan demikian poliol inti dengan kelompok galloyl yang teresterisasi dapat
dihasilkan dari campuran kompleks dari esterpoly galloyl oleh metanolisis dengan buffer
asetat. Asam kuatmineral, panas, dan metanol dapat digunakan untuk metanolisis baik
depside dan ester obligasi menghasilkan poliol inti dan metil galat. Hidrolisis dengan asam
kuat dapat mengubah galotanin menjadi asam galat dan poliol inti.
Gambar 3.3: Aceritannin, gallotannin yang ditemukan pada daun maple dan
hamamellitannin adalah gallotannin dari kulit kayu pohon ek.

Gambar 4.1: Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik (HHDP).
f. Polifenol
Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandngan kimia yang unk. Kimia bahan
alam yang merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Bahan kimia yang dimaksud
biasanya di gunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang farmasi. Salah
satu kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusia adalah polifenol.
Senyawa yng termasuk kedalam polifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki struktur
dasar berupa fenol. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Fenol sendiri
merupkan struktur yangterbentuk dari benzena tersubtitusi dengan gugus –OH. Gugus–OH
yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik
(Fessenden,1982).

Fenol

Polifenol dapat diklasifikasikan menjadi beberpa jenis berdasarkan unit


basanya(Wikipedia.com)antara lain Asam Galia, Asam Sinamat, dan Flavon. Selain itu
senyawa-senyawa polifenol jikaberdasarkan komponen penyusun fenolnya dapaat dibagi
menjadiFenol, pyrocatechol, pirogallol,resorsinol, floroglucinol, dan hidroquinon. Jenis-
jenisdiatas akan dibahas dalam makalah ini. Selainitu juga makalah ini juga akan
membahassalah satu contoh senyawa polifenol yang ada didalam teh yang sering kita
konsumsi.Senyawa yang dimaksud antara lain epicatechin dan epigallocatechin.Senyawa ini
akandibahs tentang reaksi oksidasi dan biosintesis dari turunan epigallocatechin yangberupa
senyawa Epigallocatechin gallate (EGCG).Kerena polifenol banyak dimanfaatkan
olehmanusia dan sebagian telah diproduksidengan cara disintesis secara industri sebagai obat.
Itulahsebabnya kita akan membahastentang beberapa contoh dan fungsi-fungsi senyawa
polifen.
g. IDENTIFIKASI SENYAWA

Preparasi Sampel
Ekstrak Psidium guajava sebanyak 0.3 gram ditambah 10 mL aquadest panas, diaduk
dan kemudian dibiarkan sampai tercapai temperature ruangan. Kemudian tambahkan 3-4
tetes NaCl 10%, diaduk kemudian disaring. Filtrate kemudian dibagi menjadi 3 bagian dan
disebut larutan IVA, IVB, IVC
Reaksi Uji
Uji Gelatin
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah sedikit larutan gelatin
dan 5 mL NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih menunjukan adanya Tanin.
Uji Ferri Klorida
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVC ditambah beberapa tetes larutan
FeCl3, kemudian di amati perubahan warnanya. Jika terjadi warna hijau kehitaman
menunjukkan adanya Tanin. Jika terjadi warna hijau biru hingga kehitaman menunjukkan
adanya Polifenol
Kromatografi Lapis Tipis
Larutan IVA ditotolkan pada fase diam.
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : Kloroform :Etilasetat : Asamformiat (0.5:9.0:05)
Penampak noda : pereaksi FeCl3
Adanya polifenol ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna hitam pada sampel
h. Pemisahan KLT
Thin Layer Chromatography (TLC)
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase diamnya
(Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca, plastik, aluminium.
Sedangkan fase geraknya (Mobile Phase) berupa cairan atau campuran cairan, biasanya
pelarut organi dan kadangkadang juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat
dibuat dengan membentangkan /meratakan fase diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas
plat/lempeng kaca plastik ataupun aluminium.Digunakan untuk pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rat pada
lempeng kaca. Lempeng yang dilapis dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka
dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari zat
penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara
pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis zat pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion
dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.

Fase diam
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena strukturnya,
ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat dll. Fasa diam yang digunakan
TLC tidak sama dengan yang digunakan untuk kromatografi kolom, terutama karena ukuran
dan zat yang ditambahkan. Fase diam dijual dengan spesifikasi tertentu, iaitu ukuran
(diameter) dalam mesh atau j^m dan untuk kegunaannya (mis: untuk TLC atau kromatografi
kolom). Beberapa fase diam yang banyak dijual dipasaran.

Silika gel
Silika gel merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Dalam
perdagangan dijual dengan variasi ukuran (diameter) 10-40μm. Makin kecil diameter akan
makin lambat kecepatan alir fase geraknya dengan demikian mempengaruhi kualitas
pemisahan. Luas permukaan silica gel bervariasi dari 300-1000 m2/g. Bersifat higroskopis,
pada kelembaban relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Macam-macam silka gel yang
dijual dipasaran, Silika gel dengan pengikat. Pada umumnya digunakan pengikat gypsum,
(CaSO4 5-15%). Jenis ini diberi nama Silika gel G. Ada juga menggunakan pengikat pati
(starch) dan dikenal Silika gel S, penggunaan pati sebagai pengikat mengganggu penggunaan
asam sulfat sebagai pereaksi penentuan bercak.Silika gel dengan pengikat dan indicator
flouresensi. Jenis silica gel ini sama seperti silika gel diatas dengan tambahan zat
berfluoresensi bila diperiksa dibawah lampu UV A, panjang atau pendek. Sebagai indicator
digunakan timah kadmium sulfida atau mangan-timah silikat. Jenis ini disebut Silika gel GF
atau Silika gel GF254 (berflouresensi pada 254 , ‫ ג‬nm). Silika gel tanpa pengikat, dikenal
dengan nama Silika gel H atau Silika gel N. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indicator
flouresensi. Silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif.

Fase gerak
Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik. Dapat digunakan
satu macam pelarut organic saja ataupun campuran. Bilamana fase gerak merupakan
campuran pelarut organik dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi. Pemilihan
pelarut organic ini sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pemisahan.
Pendekatanpolaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan
lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar.
Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase
gerak yang polar.

Pembuatan plat (lempeng) silica gel


30 Gram fase diam berbentuk serbuk (dengan diameter tertentu dijual dengan merk
dagang tertentu misalnya Silica gel GF 254) dibuat bubur dengan air atau pelarut lain
sejumlah tertentu (lihat tabel 2) diratakan diatas 4-5 lempeng kaca ukuran 20X20 cm, dalam
waktu tidak lebih dari 4 menit. Perataan ini dapat menggunakan alat perata Stahl-Desaga
untuk plat kaca ukuran 20X20 cm, 20X10 cm dengan ketebalan dapat diatur 0,25-2,0 mm.
Bila ukuran plat lebih kecil dapat dibuat dengan mencelupkan ke dalam bubur adsorbent.
Setelah lapisan bubur ini mengering diruangan kemudian dipanaskan di dalam oven pada
100-120°C selama 60 menit, dengan tujuan semua air akan menguap. Proses pengeringan
atau penghilangan air disebut proses mengaktifkan plat kromatografi (fase diam), selanjutnya
didalam rak penyimpan plat-plat ini dimasukkan kedalam dexicator. Sehingga pada waktu
penyimpanan plat-plat tadi tidak menyerap lembab (air) dari udara. Dengan demikian
mekanisme pemisahan komponen (senyawa-senyawa) yang ditahan fase diam adalah
mekanisme absorption.
Penyiapan dan penotolan sampel
Sampel atau cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai (hampir pelarut organik
dapat digunakan dan biasanya dipilih yang mudah menguap), air digunakan hanya bila tidak
dapat dicari pelarut organik yang sesuai. Untuk keperluan analisis kuantitatif sample harus
ditimbang demikian juga pelarut yang digunakan. Kemudian larutan sample disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat untuk menghindari penguapan. Pada umumnya ditotolkan 1-20 μl
larutan yang mengandung 50-100 μg sample tiap bercak untuk kromatografi absorbsi dan 5-
2Qμg sample untuk kromatografi partisi. Penotolan dapat dilakukan dengan gelas kapiler
yang dibuat sendiri atau dengan pipet mikro. Untuk keperluan kuantitatif digunakan
quantitative microsyringe. Kepada plat TLC konvensional (20X20 cm, 5X20 cm, tebal 0,2
mm) sample ditotolkan sebagai bercak.
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram besarnya dinyatakan dengan angka
Rf atau hRf.

Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua desimal. hRf
adalah angka Rf dikalikan factor 100 (h),menghasilkan nilai berjangka nol sampai 100, tetapi
karena angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap sebagai petunjuk
saja, harga hRf lah yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu senyawa pada
kromatogram (Stahl, 1985).

Tinjauan Eluen
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Fase gerak bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan
sebagai fase gerak hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan system
pelarut mltikomponen ini harus berupa suatu campuran yang sesederhana mungkin yang
terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian
volume total 10 (Nyiredy, 2002). Pelarut pengembang dikelompokkan ke beberapa golongan
Snyder’s berdasarkan kekuatan pelrutnya. Menurut Stahl (1985) eluen atau fase gerak yang
digunakan dalam KLT dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu untuk pemisahan senyawa
hidrofil dan lipofil. Eluen untuk pemisahan senyawa hidrofil meliputi air, methanol, asam
asetat, etanol, isopropanol, aseton, n-propanol, tert-butanol, fenol, n-butanol, sedangkan
untuk pemisahan senyawa lipofil meliputi etil asetat, eter, kloroform, benzene, toluene,
sikloheksana, dan petroleum eter.
1. Kloroform a.
Sifat fisis
 Rumus molekul : CHCl3
 Berat molekul : 119,39 g/gmol
 Wujud : cairan bening
0
 Titik didih : 61,2 C
0
 Titik leleh : -63,5 C
3 o
 Densitas : 1,489 g/cm , 32 C
o
 Suhu kritis : 264 C
 Specific gravity :1,489
o
 Viskositas : 0,57 cP (20 C)
o o
 Kapasitas panas : 0,234 kal/g C, pada 20 C
 Tekanan kritis : 53,8 atm
3
 Volume kritis : 0,239 m /kmol
 Tegangan permukaan : 0,0267 N/m, 25°C
 Kapasitas panas : 113,666 kJ/kmol.K, 25°C
 Panas penguapan : 29,5 kJ/mol, 61,2°C
 Energi Gibbs : -18,663 kkal/mol
 Entalpi pembentukan : -32,12 kkal/mol
0
 Kelarutan dalam 100 ml bagain air : 0,8 g (25 C)
(Ketta & Cunningham, 1992)

udara atau cahaya

b. Sifat kimia

Kloroform jika bereaksi dengan udara atau cahaya seara perlahan-lahan akan
teroksidasi menjadi senyawa beracun phosgene (karbonil klorida).
Reaksi :
CHCl3 + ½ O2 COCl2 + HCl

Kloroform dapat direduksi dengan bantuan zeng dan asam klorida untuk
membentuk metilen klorida. Jika proses reduksi dilakukan dengan bantuan debu
sebg dan air akan dapat diperoleh metana.
Reaksi :
Zn
CHCl3 + 2H COCl2 + HCl
HCl
Zn
CHCl3 + 6H CH4 + 3 HCl
H2O


Kloroform dapat bereaksi dengan asam nitrat pekat untuk membentuk nitro
kloroform atau kloropikrin.
Reaksi :
CHCl3 + HNO3 CCl2NO2 + H2O

Kloropikrin biasanya digunakan sebagai insektisida.


Kloroform dapat mengalami proses klorinasi dengan klorin jika terkena sinar
matahari dan mengahsilkan karbon tetraklorida.

Reaksi :
CHCl3 + Cl2 CCl4 + HCl
(Kirk and Othmer, 1982)

2. Aseton
a. Sifat-sifat fisika
 Rumus molekul : CH3COCH3
 Berat molekul : 58,080 kg/kmol
3
 Densitas : 785,601 kg/m , 25°C
 Viskositas : 0,32 cP, 20°C
 Titik didih : 56,29°C
 Titik leleh : -94,6°C
 Temperatur kritis : 235,05°C
 Tekanan kritis : 4.701 kPa
3
 Volume kritis : 0,209 m /kmol
 Tegangan permukaan : 0,0230 N/m, 25°C
 Kapasitas panas : 126,281 kJ/kmol.K, 25°C
 Panas penguapan : 29,1 kJ/mol
 Entalpi penguapan : 30,836 kJ/mol
 Energi Gibbs : -36,47 kkal/mol
 Entalpi pembentukan : -59,33 (cair) kkal/mol
 Kelarutan (dalam air) : larut dalam berbagai rasio
b. Sifat-sifat kimia
 Dengan air akan membentuk suatu 1,1-diol yang disebut gem-diol atau hidrat.
Reaksi ini bolak-balik dan biasanya kesetimbangan terletak pada sisi karbonil.
Reaksi :


Dengan hidrogen sianida dalam kondisi sedikit basa (aseton hidrat) akan
membentuk sianohidrin aseton.
Reaksi :


Dengan amonia dan amina primer akan membentuk imina, suatu senyawa yang
mengandung gugusan C = N. Reaksi ini dapat berjalan dengan baik pada keadaan
asam, dimana pH optimum 3-4.
Reaksi :


Dengan amina sekunder (R2NH akan menghasilkan ion iminium yang bereaksi
lebih lanjut menjadi enamina (vinilamina).
Reaksi :
3. Asam formiat I.
Sifat fisika
 Rumus molekul : HCOOH
 Berat molekul : 46,03 g/mol
3
 Densitas : 785,601 kg/m , 25°C
 Viskositas : 1,57 cP, 25°C
 Titik didih : 100,8°C (760 mmHg)
 Titik leleh : 8,4°C
 Spesifik gravity : 1,22647, 20°C
 Tegangan permukaan : 37,67 dyne/cm, 22°C
 Kapasitas panas : 82,8 joulel/mol.K, 0°C
 Panas pembentukan : 3031 kal/mol
 Panas penguapan : 104 kal/mol
 Panas pembakaran cairan : –60,9 kkal/mol, pada 25°C
 Panas pembentukan cairan : –101,52 kkal/mol, pada 25°C
II. Sifat kimia

Asam formiat dapat bercampur sempurna dengan air dan sedikit larut dalam
benzene, karbon tetra klorida, toluene dan tidak larut dalam hidrokarbon alifatik
seperti heptana dan oktana.

Asam formiat dapat melarutkan nilon, poliamida tetapi tidak melarutkan Poli
Vinil Chlorida (PVC).

Campuran Asam formiat dan air membentuk campuran azeotrop (yaitu campuran
larutan yang mempunyai titik didih mendekati titik beku) dengan kandungan
maksimum Asam formiat 77,5 % pada tekanan atmosfer.

Asam formiat akan terdekomposisi menjadi Karbon dioksida dan air pada
temperatur 100 oC atau dalam temperatur kamar bila ditambahkan katalis
Palladium.

Asam formiat terhidrasi oleh Asam sulfat pekat dan menghasilkan Karbon
monoksida dan air.
Tinjauan Indeks Polaritas
Pelarut Indeks Polaritas
Pentana 0
1,1,2-trikorotrifluoroetana 0
Siklopentana 0,1
Heptane 0,1
Heksana 0,1
Iso oktana 0,1
Petroleum eter 0,1
Sikloheksana 0,2
N-butilklorida 1,0
Toluene 2,4
Metal t-butil eter 2,5
O-xylene 2,5
Klorobenzena 2,7
O-diklorobenzena 2,7
Etil eter 2,8
Diklorometana 3,1
Etilen diklorida 3,5
N-butil alcohol 3,9
Isopropyl alcohol 3,9
N-butil asetat 4,0
Isobutil alcohol 4,0
Metal isoamil keton 4,0
N-propoil alcohol 4,0
Tetrahidrofuran 4,0
Kloroform 4,1
Metal isobutyl keton 4,2
Etil asetat 4,4
Metal n-propil keton 4,5
Metal etil keton 4,7
1,4-dioxana 4,8
Aseton 5,1
Methanol 5,1
Piridin 5,3
2-metoksietanol 5,5
Aseetonitrit 5,8
Propilen karbonat 6,1
N-n dimetilformamida 6,4
Dimetil asetamida 6,5
N-metilpirolidin 6,7
dimetilsulfoksida 7,2
III. BAGAN ALIR

A. PREPARASI SAMPEL

0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquadest panas, diaduk dan dibiarkan sampai
temperatur kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, diaduk dan disaring.

Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing ± 3 ml dan disebut


sebagai larutan IV A, IV B dan IV C.

B. UJI GELATIN
Larutan IV A digunakan sebagai blanko, larutan IV B ditambah dengan sedikit
larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%.

Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin.

C. UJI FERRI KLORIDA


Sebagian larutan IV C diberi beberapa tetes larutan FeCl3 kemudian
diamati terjadinya perubahan warna.

Jika terjadi warna kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih, tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna
menajdi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.

FeCl3 positif, uji gelatin positif tanin (+)

FeCl3 positif, uji gelatin negative polifenol (+)

FeCl3 negatif polifenol (-), tanin (-)
D. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Sebagian larutan IV C digunakan untuk pemeriksaan KLT.


Fase diam: Kiesel Gel 254
Fase gerak: Kloroform-Etil asetat-Asam formiat (0,5 : 9 : 0,5)
Penampak noda: Pereaksi FeCl3

Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel.


IV. SKEMA KERJA

a. Preparasi Sampel

+ 0,3 gram ekstrak Filtrat dibagi tiga


+ 10ml aquadest bagian masing-
panas → diaduk masing ± 3ml,
dan dibiarkan disebut sebagai
sampai temperatur larutan IVA, IVB,
kamar,lalu + 3-4
dan IVC
tetes 10% NaCl →
diaduk dan disaring.

b. Uji Gelatin

Larutan
Larutan IVB + sedikit Jika terjadi endapan
IVA
larutan gelatin + 5ml putih menunjukkan
sebagai larutan NaCl 10% adanya tanin
blanko

c. Uji Ferri
Klorida

Larutan IVC 
Jika terjadi warna hijau kehitaman → adanya tanin
diberi 
Jika penambahan Gelatin dan NaCl tidak timbul
beberapa endapan putih, tetapi setelah + dengan larutan
tetes larutan FeCl3 terjadi perubahan warna hijau biru hingga
FeCl3 → hitam → adanya senyawa polifenol
diamati FeCl3 positif, uji gelatin positif → tanin (+)
perubahan FeCl3 positif, uji gelatin negatif → polifenol (+)
warna FeCl3 negatif → polifenol (-), tanin (-)
d. Kromatografi Lapis Tipis

Filtrat di
Larutan
uapkan ad
IVC ad
kering
larutan
dengan
menjadi
metanol.
basa

Totolkan Masukan plat Jika timbul


pada plat KLT ke dalam warna
KLT chamber yang hitam →
telah jenuh. adanya
Kemudian polifenol
lakukan dalam
pemeriksaan sampel
KLT
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat Dan Makanan.

Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU Press.

Ance Gunarsih Kartasapoetra.1992. Kalkulasi Pengendalian Biaya Produksi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Cahyono, S. B. (2010). Hepatitis B. Yogyakarta: KANISIUS.

Lozoya, X., Reyes-Morales, H., Chavez-Soto, M.A., Martinez-Garcia, M.C., Soto-Gonzales,

Y., and Doubova, S.V., 2002, Intestinal anti-spasmodic effect of a phytodrug of

Psidium guajava folia in the treatment of acute diarrheic disease, J Etnopharmacol.,

83(1-2), 19-24

Wei, L., Li, Z., and Chen, B., 2000, Clinical study on treatment of infantile rotaviral enteritis

with Psidium guajava L., Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi, 20(12), 893-895

Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai