PEMBAHASAN Oyisam
PEMBAHASAN Oyisam
PEMBAHASAN Oyisam
TUJUAN
Gambar 4.1: Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik (HHDP).
f. Polifenol
Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandngan kimia yang unk. Kimia bahan
alam yang merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Bahan kimia yang dimaksud
biasanya di gunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang farmasi. Salah
satu kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusia adalah polifenol.
Senyawa yng termasuk kedalam polifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki struktur
dasar berupa fenol. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Fenol sendiri
merupkan struktur yangterbentuk dari benzena tersubtitusi dengan gugus –OH. Gugus–OH
yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik
(Fessenden,1982).
Fenol
Preparasi Sampel
Ekstrak Psidium guajava sebanyak 0.3 gram ditambah 10 mL aquadest panas, diaduk
dan kemudian dibiarkan sampai tercapai temperature ruangan. Kemudian tambahkan 3-4
tetes NaCl 10%, diaduk kemudian disaring. Filtrate kemudian dibagi menjadi 3 bagian dan
disebut larutan IVA, IVB, IVC
Reaksi Uji
Uji Gelatin
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah sedikit larutan gelatin
dan 5 mL NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih menunjukan adanya Tanin.
Uji Ferri Klorida
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVC ditambah beberapa tetes larutan
FeCl3, kemudian di amati perubahan warnanya. Jika terjadi warna hijau kehitaman
menunjukkan adanya Tanin. Jika terjadi warna hijau biru hingga kehitaman menunjukkan
adanya Polifenol
Kromatografi Lapis Tipis
Larutan IVA ditotolkan pada fase diam.
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : Kloroform :Etilasetat : Asamformiat (0.5:9.0:05)
Penampak noda : pereaksi FeCl3
Adanya polifenol ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna hitam pada sampel
h. Pemisahan KLT
Thin Layer Chromatography (TLC)
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase diamnya
(Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca, plastik, aluminium.
Sedangkan fase geraknya (Mobile Phase) berupa cairan atau campuran cairan, biasanya
pelarut organi dan kadangkadang juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat
dibuat dengan membentangkan /meratakan fase diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas
plat/lempeng kaca plastik ataupun aluminium.Digunakan untuk pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rat pada
lempeng kaca. Lempeng yang dilapis dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka
dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari zat
penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara
pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis zat pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion
dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Fase diam
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena strukturnya,
ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat dll. Fasa diam yang digunakan
TLC tidak sama dengan yang digunakan untuk kromatografi kolom, terutama karena ukuran
dan zat yang ditambahkan. Fase diam dijual dengan spesifikasi tertentu, iaitu ukuran
(diameter) dalam mesh atau j^m dan untuk kegunaannya (mis: untuk TLC atau kromatografi
kolom). Beberapa fase diam yang banyak dijual dipasaran.
Silika gel
Silika gel merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Dalam
perdagangan dijual dengan variasi ukuran (diameter) 10-40μm. Makin kecil diameter akan
makin lambat kecepatan alir fase geraknya dengan demikian mempengaruhi kualitas
pemisahan. Luas permukaan silica gel bervariasi dari 300-1000 m2/g. Bersifat higroskopis,
pada kelembaban relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Macam-macam silka gel yang
dijual dipasaran, Silika gel dengan pengikat. Pada umumnya digunakan pengikat gypsum,
(CaSO4 5-15%). Jenis ini diberi nama Silika gel G. Ada juga menggunakan pengikat pati
(starch) dan dikenal Silika gel S, penggunaan pati sebagai pengikat mengganggu penggunaan
asam sulfat sebagai pereaksi penentuan bercak.Silika gel dengan pengikat dan indicator
flouresensi. Jenis silica gel ini sama seperti silika gel diatas dengan tambahan zat
berfluoresensi bila diperiksa dibawah lampu UV A, panjang atau pendek. Sebagai indicator
digunakan timah kadmium sulfida atau mangan-timah silikat. Jenis ini disebut Silika gel GF
atau Silika gel GF254 (berflouresensi pada 254 , גnm). Silika gel tanpa pengikat, dikenal
dengan nama Silika gel H atau Silika gel N. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indicator
flouresensi. Silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif.
Fase gerak
Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik. Dapat digunakan
satu macam pelarut organic saja ataupun campuran. Bilamana fase gerak merupakan
campuran pelarut organik dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi. Pemilihan
pelarut organic ini sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pemisahan.
Pendekatanpolaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan
lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar.
Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase
gerak yang polar.
Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua desimal. hRf
adalah angka Rf dikalikan factor 100 (h),menghasilkan nilai berjangka nol sampai 100, tetapi
karena angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap sebagai petunjuk
saja, harga hRf lah yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu senyawa pada
kromatogram (Stahl, 1985).
Tinjauan Eluen
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Fase gerak bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan
sebagai fase gerak hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan system
pelarut mltikomponen ini harus berupa suatu campuran yang sesederhana mungkin yang
terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian
volume total 10 (Nyiredy, 2002). Pelarut pengembang dikelompokkan ke beberapa golongan
Snyder’s berdasarkan kekuatan pelrutnya. Menurut Stahl (1985) eluen atau fase gerak yang
digunakan dalam KLT dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu untuk pemisahan senyawa
hidrofil dan lipofil. Eluen untuk pemisahan senyawa hidrofil meliputi air, methanol, asam
asetat, etanol, isopropanol, aseton, n-propanol, tert-butanol, fenol, n-butanol, sedangkan
untuk pemisahan senyawa lipofil meliputi etil asetat, eter, kloroform, benzene, toluene,
sikloheksana, dan petroleum eter.
1. Kloroform a.
Sifat fisis
Rumus molekul : CHCl3
Berat molekul : 119,39 g/gmol
Wujud : cairan bening
0
Titik didih : 61,2 C
0
Titik leleh : -63,5 C
3 o
Densitas : 1,489 g/cm , 32 C
o
Suhu kritis : 264 C
Specific gravity :1,489
o
Viskositas : 0,57 cP (20 C)
o o
Kapasitas panas : 0,234 kal/g C, pada 20 C
Tekanan kritis : 53,8 atm
3
Volume kritis : 0,239 m /kmol
Tegangan permukaan : 0,0267 N/m, 25°C
Kapasitas panas : 113,666 kJ/kmol.K, 25°C
Panas penguapan : 29,5 kJ/mol, 61,2°C
Energi Gibbs : -18,663 kkal/mol
Entalpi pembentukan : -32,12 kkal/mol
0
Kelarutan dalam 100 ml bagain air : 0,8 g (25 C)
(Ketta & Cunningham, 1992)
b. Sifat kimia
Kloroform jika bereaksi dengan udara atau cahaya seara perlahan-lahan akan
teroksidasi menjadi senyawa beracun phosgene (karbonil klorida).
Reaksi :
CHCl3 + ½ O2 COCl2 + HCl
Kloroform dapat direduksi dengan bantuan zeng dan asam klorida untuk
membentuk metilen klorida. Jika proses reduksi dilakukan dengan bantuan debu
sebg dan air akan dapat diperoleh metana.
Reaksi :
Zn
CHCl3 + 2H COCl2 + HCl
HCl
Zn
CHCl3 + 6H CH4 + 3 HCl
H2O
Kloroform dapat bereaksi dengan asam nitrat pekat untuk membentuk nitro
kloroform atau kloropikrin.
Reaksi :
CHCl3 + HNO3 CCl2NO2 + H2O
Kloropikrin biasanya digunakan sebagai insektisida.
Kloroform dapat mengalami proses klorinasi dengan klorin jika terkena sinar
matahari dan mengahsilkan karbon tetraklorida.
Reaksi :
CHCl3 + Cl2 CCl4 + HCl
(Kirk and Othmer, 1982)
2. Aseton
a. Sifat-sifat fisika
Rumus molekul : CH3COCH3
Berat molekul : 58,080 kg/kmol
3
Densitas : 785,601 kg/m , 25°C
Viskositas : 0,32 cP, 20°C
Titik didih : 56,29°C
Titik leleh : -94,6°C
Temperatur kritis : 235,05°C
Tekanan kritis : 4.701 kPa
3
Volume kritis : 0,209 m /kmol
Tegangan permukaan : 0,0230 N/m, 25°C
Kapasitas panas : 126,281 kJ/kmol.K, 25°C
Panas penguapan : 29,1 kJ/mol
Entalpi penguapan : 30,836 kJ/mol
Energi Gibbs : -36,47 kkal/mol
Entalpi pembentukan : -59,33 (cair) kkal/mol
Kelarutan (dalam air) : larut dalam berbagai rasio
b. Sifat-sifat kimia
Dengan air akan membentuk suatu 1,1-diol yang disebut gem-diol atau hidrat.
Reaksi ini bolak-balik dan biasanya kesetimbangan terletak pada sisi karbonil.
Reaksi :
Dengan hidrogen sianida dalam kondisi sedikit basa (aseton hidrat) akan
membentuk sianohidrin aseton.
Reaksi :
Dengan amonia dan amina primer akan membentuk imina, suatu senyawa yang
mengandung gugusan C = N. Reaksi ini dapat berjalan dengan baik pada keadaan
asam, dimana pH optimum 3-4.
Reaksi :
Dengan amina sekunder (R2NH akan menghasilkan ion iminium yang bereaksi
lebih lanjut menjadi enamina (vinilamina).
Reaksi :
3. Asam formiat I.
Sifat fisika
Rumus molekul : HCOOH
Berat molekul : 46,03 g/mol
3
Densitas : 785,601 kg/m , 25°C
Viskositas : 1,57 cP, 25°C
Titik didih : 100,8°C (760 mmHg)
Titik leleh : 8,4°C
Spesifik gravity : 1,22647, 20°C
Tegangan permukaan : 37,67 dyne/cm, 22°C
Kapasitas panas : 82,8 joulel/mol.K, 0°C
Panas pembentukan : 3031 kal/mol
Panas penguapan : 104 kal/mol
Panas pembakaran cairan : –60,9 kkal/mol, pada 25°C
Panas pembentukan cairan : –101,52 kkal/mol, pada 25°C
II. Sifat kimia
Asam formiat dapat bercampur sempurna dengan air dan sedikit larut dalam
benzene, karbon tetra klorida, toluene dan tidak larut dalam hidrokarbon alifatik
seperti heptana dan oktana.
Asam formiat dapat melarutkan nilon, poliamida tetapi tidak melarutkan Poli
Vinil Chlorida (PVC).
Campuran Asam formiat dan air membentuk campuran azeotrop (yaitu campuran
larutan yang mempunyai titik didih mendekati titik beku) dengan kandungan
maksimum Asam formiat 77,5 % pada tekanan atmosfer.
Asam formiat akan terdekomposisi menjadi Karbon dioksida dan air pada
temperatur 100 oC atau dalam temperatur kamar bila ditambahkan katalis
Palladium.
Asam formiat terhidrasi oleh Asam sulfat pekat dan menghasilkan Karbon
monoksida dan air.
Tinjauan Indeks Polaritas
Pelarut Indeks Polaritas
Pentana 0
1,1,2-trikorotrifluoroetana 0
Siklopentana 0,1
Heptane 0,1
Heksana 0,1
Iso oktana 0,1
Petroleum eter 0,1
Sikloheksana 0,2
N-butilklorida 1,0
Toluene 2,4
Metal t-butil eter 2,5
O-xylene 2,5
Klorobenzena 2,7
O-diklorobenzena 2,7
Etil eter 2,8
Diklorometana 3,1
Etilen diklorida 3,5
N-butil alcohol 3,9
Isopropyl alcohol 3,9
N-butil asetat 4,0
Isobutil alcohol 4,0
Metal isoamil keton 4,0
N-propoil alcohol 4,0
Tetrahidrofuran 4,0
Kloroform 4,1
Metal isobutyl keton 4,2
Etil asetat 4,4
Metal n-propil keton 4,5
Metal etil keton 4,7
1,4-dioxana 4,8
Aseton 5,1
Methanol 5,1
Piridin 5,3
2-metoksietanol 5,5
Aseetonitrit 5,8
Propilen karbonat 6,1
N-n dimetilformamida 6,4
Dimetil asetamida 6,5
N-metilpirolidin 6,7
dimetilsulfoksida 7,2
III. BAGAN ALIR
A. PREPARASI SAMPEL
0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquadest panas, diaduk dan dibiarkan sampai
temperatur kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, diaduk dan disaring.
B. UJI GELATIN
Larutan IV A digunakan sebagai blanko, larutan IV B ditambah dengan sedikit
larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%.
Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih, tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna
menajdi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
FeCl3 positif, uji gelatin positif tanin (+)
FeCl3 positif, uji gelatin negative polifenol (+)
FeCl3 negatif polifenol (-), tanin (-)
D. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
a. Preparasi Sampel
b. Uji Gelatin
Larutan
Larutan IVB + sedikit Jika terjadi endapan
IVA
larutan gelatin + 5ml putih menunjukkan
sebagai larutan NaCl 10% adanya tanin
blanko
c. Uji Ferri
Klorida
Larutan IVC
Jika terjadi warna hijau kehitaman → adanya tanin
diberi
Jika penambahan Gelatin dan NaCl tidak timbul
beberapa endapan putih, tetapi setelah + dengan larutan
tetes larutan FeCl3 terjadi perubahan warna hijau biru hingga
FeCl3 → hitam → adanya senyawa polifenol
diamati FeCl3 positif, uji gelatin positif → tanin (+)
perubahan FeCl3 positif, uji gelatin negatif → polifenol (+)
warna FeCl3 negatif → polifenol (-), tanin (-)
d. Kromatografi Lapis Tipis
Filtrat di
Larutan
uapkan ad
IVC ad
kering
larutan
dengan
menjadi
metanol.
basa
Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU Press.
Jakarta.
83(1-2), 19-24
Wei, L., Li, Z., and Chen, B., 2000, Clinical study on treatment of infantile rotaviral enteritis
with Psidium guajava L., Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi, 20(12), 893-895
Jakarta.