Tugas 7'
Tugas 7'
Tugas 7'
TUGAS 7
Disusun Oleh :
A. Polifenol
Salah satu kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusiaadalah
polifenol.Senyawa yang termasuk kedalampolifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki
struktur dasar berupa fenol.Polifenol adalahkelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan.Zat ini memiliki tanda khas yakni memilikibanyak gugus fenol dalam molekulnya.
Fenol sendiri merupkan struktur yangterbentuk dari benzenatersubtitusi dengan gugus –OH.
Gugus –OH yang terkandungmerupakan aktivator yang kuat dalamreaksi subtitusi aromatik
elektrofilik (Fessenden,1982).
FenolPolifenol dapat diklasifikasikan menjadi beberpa jenis berdasarkan unit
basanya(Wikipedia.com)antara lain Asam Galia, Asam Sinamat, dan Flavon. Selain itu
senyawa-senyawa polifenol jikaberdasarkan komponen penyusun fenolnya dapat dibagi
menjadiFenol, pyrocatechol, pirogallol,resorsinol, floroglucinol, dan hidroquinon.
- Klasifikasi PolifenolBerdasarkan Unit basa.
Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagimenjadi3 kelompok
besar yaitu asam galic, polivenol, Flavon, asam sinamat.
1. Asam Galic
Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3 gugus –OH dan satu
gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis hydrolyzabletannins yang merupakan jenis
tanin yangdapat larut di dalam airmembentuk asam gallic dan asam protocatechuic dan
gula. Contoh jenisini adalah gallotanin (Anonim, 2009).
2. Flavon.
Jenis polifenol ini yang paling banyak terdapat dialam. Contoh senyawa ini
adalahepicatechin dan epigalocatechin, senyawaini terkandung di dalam teh yang
memiliki fungsisebagai antioksidan.epicatechin epigalocatechin
3. Asam sinamat
Senyawa jenis ini memliki struktur umumasam sinamat. Salah satu contoh jenis ini
adalah lignin. Lignin banyak terdapat pada tumbuhan sebagaipenyusun dinding sel.
Senyawa ini berupa polimer yang memiliki struktur kompleks dan beratmolekul lebih
dari 10.000 monomer pada lignin disebut monolignols.
B. Tanin
Tannin merupakan salah satu contoh senyawa polifenol.Tannin terdapat luas dalam
tumbuhan berpembuluh dan terdapat khsus dalam jaringan kayu pada angiospermae.Secara
kimia terdapat dua jenis tannin, yaitu tannin-terkondensasi atau flavolan dan tannin
terhidrolisiskan.
Struktur Proanthocyanidin (golongan tannin)
Tannin mampu membuat lapisan pelindung luka dan ginjal. Kemampuan mengikat ion
besi dengan menghasilkan warna larutan biru kehitaman atau hijau kehitaman menjadi
dasar analisis kualitatif tannin terhidrolisis atau tannin galat (Saifudin dkk., 2011).
Tannin dapat pula dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung yang
bereaksi positif dengan setiap pereaksi fenol baku (Harborne, 1987).
C. Alkaloid
Adalahsuatugolongansenyawa yangtersebarluas hamper
padasemuajenistumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikitsatu atom
nitrogen yang biasanyabersifatbasadanmembentukcincinheterosiklik (Harborne,
1984).
Alkaloid dapatditemukanpadabiji, daun, ranting dankulitkayudaritumbuh-
tumbuhan.Kadar alkaloid daritumbuhandapatmencapai 10-15%.Alkaloid
kebanyakanbersifatracun, tetapiada pula yang sangatbergunadalampengobatan.
Alkaloid merupakansenyawatanpawarna, sering kali bersifat optic aktif,
kebanyakanberbentuk Kristal tetapihanyasedikit yang berupacairan (misalnyanikotin)
padasuhukamar (Sabirin, et al.,1994).
Suatucaramengklasifikasi alkaloid adalahdidasarkanpadajeniscincinheterosiklik
nitrogen yang terikat. Menurutklasifikasiini alkaloid dibedakanmenjadi ;pirolidin,
piperidin, isoquinolin, quinolin, danindol..
D. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun
(Robinson, 1991).
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 – C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan tiga
struktur yaitu: 1,3-diarilpropana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid), 2,2-
diarilpropana (neoflavonoid).
Menurut Markham (1982), flavonoid merupakan senyawa polar karena
mempunyai gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid
cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air.Flavonoid
umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon flavonoid. Uji warna yang
penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan serbuk Mg dan HCl pekat.
Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri kuat
(Harborne,1984).
E. Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini.
Walaupun demikian, secara biosintesis senyawa yang berperan adalah isopentil
pirofosfat, CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang terbentuk dari asetat melalui asam
mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3)-CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat
dalam sel hidup dan berkesinambungan dengan isomernya dimetilalil piropospat,
(CH3)2C=CHCH2OPP.
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid dikelompokan dalam 5 bagian:
Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10 atam karbon.
Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau 15 atom karbon
Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 atom karbon
Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 atom karbon
Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau 40 atom karbon
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan pelarut
ini (Harborne,1987).
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal,
1988).
Menurut Harborne (1984), saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dalam air dan
menghomolisis sel darah merah. Dari segi pemanfaatan, saponin sangat ekonomis
sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid, tetapi saponin kadang-kadang dapat
menyebabkan keracunan pada ternak (Robinson, 1991).
5. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun
1938.KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau
dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam(uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat
aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar inidapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Gandjar,2007).
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam
campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan
efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta
memantau kromatografi kolom, melakukan screeningsampel untuk obat (Gandjar,2007).
Analisa kualitatifdengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku.
Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Analisis
kuantitatifdilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur bercak langsung pada lempeng
dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometry dan cara berikutnya
dalaha dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam
bercak dengan metode analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan
untuk analisis preparatif, sampel yang ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang
besar lalu dikembangkan dan dideteksi dengan cara yang non-dekstruktif. Bercak yang
mengandung analit yang dituju selanjutnya dikerok dan dilakukan analisis lanjutan
(Gandjar,2007).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensi dan resolusinya.Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk
selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsidan partisi
(Gandjar,2007).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-
coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang
berarti juga menentukan nilai Rf.
Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non
polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.Solut-solut
ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase
geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu.
Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia masing-masing akan meningkatkan
solute-solut yang bersifat basa dan asam (Gandjar,2007).
Dalam KLT tedapat factor resistensi (Rf) yang dirumuskan sebagai berikut :
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang
polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf
KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan
adalah mengurangi kepolaran eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu rendah, maka kepolaran
eluen harus ditambah.
Faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah (Stahl,1985) :
a. Ukuran partikel pada adsorben
b. Derajat keaktifan dari lapisan penjerap
c. Ketetapan perbandingan dari eluen
d. Konsentrasi zat yang dipanaskan
e. Kejenuhan chamber
f. Diameter penotol
g. Tehnik percobaan
h. Suhu
i. Keseimbangan
j. Jumlah cuplikan yang digunakan
k. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
l. Pelarut
m. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
n. Dan lain-lain
Cara menggunakan KLT :
1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm.
berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) dibagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat,
dan garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat
di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan
campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh
eluen. Tutuplah chamber.
6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan
akan terlihat
7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset keringkan dan ukur jarak
spot. Jika spot tidah kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot
dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat, asam sulfat pekat dalam alcohol 96%
atau ninhidrin. Berikut ini adalah gambarnya :
7. Polaritas Eluen
n-heksana = 2.0
Heksana adalah sebuah senyawahidro karbonalkana dengan rumus kimia C6H14
(isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk
pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal
dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom
karbon tersebut.Senyawa ini beruwujud cairan tak berwarna. Massa Molar 86.18 g
mol−1 . Densitas 0.6548 g/mL
etil asetat = 6.0
Senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat.Senyawa ini berwujud cairan tak
berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et
mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar
sebagai pelarut, memiliki Mass Molar 88,12 g/mol. Memiliki densitas 0,897 g/cm3
dan titil lebur -83,60C serta titik didih 77,10C (Anonim,2012).
methanol = 30.0
Senyawa organic dengan rumus molekul CH3OH.Metanol berwujud cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).Dengan Massa Molar 32.04 g/mol.
Densitas 0.7918 g/cm³.Titik lebur –97 °C, -142.9 °F (176 K).Titik didih 64.7 °C,
148.4 °F (337.8 K).
semakin tinggi nilai konstanta dielektrik suatu pelarut, maka semakin polar senyawa
pelarut tersebut.
8. Kromatografi Kolom
Dokumentasikan pada UV
254, 365 dan visual
Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Harborne,J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan, Edisi
kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soedira, ITB
Press, Bandung.
Nety Nurazizah, Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
L.) sebagai Anti bakteri Dari Bakteri E.Coli dan Staphylococus Aureus, UIN Malang,
Malang, 2008..
Renata Ayuni, Khasiat Selangit Daun-Daun Ajaib Tumpas Beragam Penyakit, Alaska,
Yogyakarta, 2012. hlm. 130.
Retno AriaNingrum, Pemanfaatan Tumbuhan Jambu biji Sebagai Obat Tradisional, Universitas
Negeri Yogyakarta, Jogjakarta, 2013.
Robinson,T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216,
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.
Stahl, E. 1985.Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB: Bandung.
Septia Anggraini, Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch Glycolate Dan Bahan
Pengisi Manitol, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut diakses 29 april 2018
http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-kolom.html diakses 29 April 2018