Laporan Fitofarmasi
Laporan Fitofarmasi
Laporan Fitofarmasi
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1. Menentukan parameter-parameter standart ekstrak daun jambu biji
2. Menentukan besarnya kandungan kimia (Quersetin) yang terdapat dalam
ekstrak daun jambu biji
3. Menghasilkan sediaan obat dengan formulasi yang tepat dari bahan aktif
ekstrak etanol jambu biji
1.4. MANFAAT
1. Bagi pemanfaatan IPTEKS
Menambah khasanah pengetahuan di bidang formulais sediaan kapsul
yang menggunakan ekstrak jambu biji (Psidium guajava)
2. Bagi Masyarakat
Menjadi alternatif antidiare alami yang relatif aman dan terjangkau
3. Bagi Mahasiswa
Terarahnya kemampuan, kreativitas, dan keahlian di bidang kefarmasiaan
4. Prospek di masa mendatang
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan daun jambu
biji sebagai fitofarmaka serta memiliki nilai komersial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat asli Indonesia ada tiga yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka. Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal terstandar adalah sediaan
obat yang telah jelas keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya dari simplisia
atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku, sehingga
sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan
khasiatnya. Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang jelas keamanan dan
khasiatnya serta sudah teruji secara praklinis, klinis dan pascaklinis. Bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan
yang berlaku, sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif,
keamanan dan khasiatnya (Anonim, 2004).
2.2. SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan (Anonim, 1979). Berdasarkan hal itu
maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati merupakan
simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman
atau gabungan antara ketiganya, simplisia hewani yaitu simplisia berupa
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Pada umumnya pembuatan
simplisia melalui tahapan-tahapan : pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan
dan pemeriksaan mutu (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair,
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
1. Sistematika tanaman
Divisio : Spermatophyta
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
2. Nama daerah
Sumatera: glime breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak karo),
masiambu (Nias), jambu biawas, jambu biji (Psidium guajava Linn.) ,
jambu batu, jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), jambu
krutuk, jambu krikil (Jawa), jhambu bhender (Madura), Nusa Tenggara:
sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas
(Manado), boyawat (Mongondow), koyawas (Tonsaw), dambu (Gorontalo),
jambu paratugala (Makasar), jambu paratukala (Bugis), jambu (Baree),
kujabas (Roti), biabuto (Buol). Maluku: kayawase (Seram Barat), kujawase
(Seram Selatan), laine hatu, lutu hatu (Ambon), gawaya (Ternate,
Halmahera) (Dalimartha, 2000).
3. Deskripsi tanaman
Tanaman jambu biji merupakan jenis tanaman perdu, tingginya 5-10 meter,
batang berkayu, bulat, kulit kayu licin, mengelupas, bercabang, warna
coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal
membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip,
warna hijau kekuningan. Daun muda berbulu abu-abu, daun bertangkai
pendek. Bunga tunggal di ketiak daun, mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm,
warna putih kekuningan. Bakal buah tenggelam, beruang 4-5, buah buni
bundar, bentuk buah peer atau buah bulat telur, warna putih kekuningan
atau merah muda, panjang 5-8,5 cm (van Steenis, 1947).
4. Distribusi Tanaman
Tanaman jambu biji tumbuh alami di daerah tropis Amerika, dan saat ini
dijumpai diseluruh daerah tropis dan sub tropis. Seringkali ditanam di
pekarangan rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa
pemeliharaan. Terlalu banyak hujan selama musim pembuahan dapat
menyebabkan buah pecah dan busuk, sering ditanam sebagai tanaman buah,
sangat sering hidup alamiah ditepi hutan dan padang rumput (Sudarsono
dkk, 2002).
5. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji antara lain : asam
psidiloat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam guaiavolat,
kuersetin dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002).
2.5. FLAVONOID
2.6. QUERCETIN
Ekstrak etanol daun jambu biji ini didapatkan melalui maserasi yang
merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan
pemanasan dengan 3 suhu tinggi dan sering dipakai untuk mengekstraksi
bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus (Voigt, 1994). Sediaan
infusa hanya dapat menyari zat-zat yang bersifat polar, penyarian dengan cara
ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang, oleh karena itu sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam (Anonim, 1986). Kelemahan lainnya adalah menyebabkan pembengkakan
sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada simplisia. Sedangkan bentuk
sediaan ekstrak selain dapat disimpan lebih lama juga dapat dipakai berulang.
Etanol dapat menyari senyawa-senyawa yang tidak dapat tersari oleh air yaitu
lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil, resin, klorofil,
isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Dari senyawa-senyawa
tersebut ada flavonoid polimetil, jenis flavonoid ini tidak tersari
1. Uji Selektivitas
2. Liniearitas
y = bx + a
3. Presisi
SD =
CV =
4. Akurasi
Xd
.100 5%
Xo
Xd ( S 0,95n I )
.100 1,5%
Xo n
Xd Xi Xo
Dimana :
Xi = Hasil analisis
Dimana :
Dimana :
Cf = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran
3. Bentuk Sediaan
a) Kapsul
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat,
dimana satu macam bahan obat atau lebih dan atau bahan inert
lainnya yang dimasukkan kedaklam cangkang atau wadah kecil
yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada
formulasinya, kapsul dari gelatin biasa lunak dan bisa juga keras.
Cangkang kapsul gelatin keras dibuat dari campuran
gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak
mempunyai rasa. Kapsul gelatin mudah mengalami peruraian oleh
mikrobabila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan
berair. Kapsul gelatin tidak tepat untuk diisi cairan berair, karena
air akan melunakkan gelatin dan menimbulkan kerusakan kapsul.
Tetapi beberapa cairan tertentu atua minyak atsiri yang tidak
mengganggu stabilitas cangkang gelatin, mungkin dapat
dimasukkan dalam cangkang kapsul gelatin, lalu disegel untuk
menjamin penyimpanan cairan tersebut.
Umumnya kapsul gelatin keras dipakai untuk menampung
isi antara sekitar 65 mg – 1 gram bahan serbuk, termasuk bahan
obat dan bahan pengencer lain yang diperlukan. Bila bahan obat
yang diberikan dalam suatu kapsul cukup besar untuk memenuhi
kapsul, bahan pengisi tidak diperlukan. Tapi bila bahan obat yang
dimasukkan belum cukup untuk memenuhi isi kapsul, maka
diperlukan bahan pengisi. Laktosa dan amilum biasanya dipakai
sebagai bahan pengisi dalam pengisian kapsul.
Pada pengisisan kapsul keras perlu diperhatikan, apabila
bahan obat yang tidak berpotensi dimasukkan dalam kapsul, kapsul
pertama yang diisi harus ditimbang ( dengan menggunakan kapsul
kosong yang sama ukurannya diletakkan paa piring timbangan
sebelah kiri untuk menghitung berat cangkang). Untuk membantu
menentukan ukuran kapsul yang tepat dan tingkat tekanan yang
digunakan pada waktu mengisi cangkang kapsul, kapsul-kapsul ini
secara periodic ditimbang untuk mengamati keseragamannya. Bila
obat berpotensi yang diisikan, maka tiap kapsul harus ditimbang
setelah pengisisannya untuk menjamin ketepatannya. Penimbangan
ini akan mencegah terjadinya kesalahan mengisi, kurang tekanan
atau kurang mengisikan obat. Setelah bagian badan kapsul diisi dan
dituttp, maka bagian badan obat diputar sambil ditekan perlahan-
lahan agar menjadi padat sampai keujung tutupnya, sehingga hasil
produksi ini bagus hasilnya.
Untuk keseragaman isi kapsul, yaitu pada tiap 10 kapsul,
keseragaman dosis zat aktifnya terletak antara 85 sampai 110% dari
yang disyaratkan monografinya masing-masing. Bila satu atau
lebih unit dosis berada diluar batas tersenut, maka unit tambahan
harus ditetapkan kadarnya.
Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin
atau alcohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya galatin
bersifat elastic seperti plastik. Kapsul lunak yang kosong dibuat
dan diberi segel dalam keadaan kedap udara ( untuk mencegah
kempis dan saling melekat satu dengan yang lainnya ).
Bahan obat yang telah dimasukkan dalam kapsul ini akan
langsung disegel. Kapsul ini juga sangat cocok bila diisi dengan
bahan obat cair atau larutan obat, begitu juga dengan oabat yang
mudah menguap atau obat yang mudah mencair bila terkena udara.
Zat padat juga dapat dimasukkan dalam kapsul gelatin lunak dalam
bentuk larutan dalam cairan pelarut yang cocok sebagai suspensi
atau sebagai serbuk kering, granul, atau bahan yang bibentuk palet.
Cairan yang mudah berpindah ke cangkang kapsul tidak
dapat dimasukkan kedalam kapsul gelatin lunak. Bahan-bahan ini
termasuk air 5%, senyawa organic yang larut dalam air dengan
berat molekul rendah dan senyawa yang mudah menguap seperti
alcohol keton, asam amino dan ester-ester.
b) Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat
yang biasanya dibuat dengan penambahan farmasetika yang sesuai.
Tablet-tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara
oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat
warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-;apisan dalam berbagai jenis.
Tablet dibuat dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu
tablet dibuat dengan mencetak. Tablet dibuat dengan mengkopresi
menggunakan mesin yang mampu meekan bahan bentuk serbuk
dan granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau
ukuran dan die.
Jenis tablet bermacam-macam diantaranya tablet kompresi
ganda, tablet salut gula, ablet diwarnai coklat, tablet salut selaput,
tablet salut enetrik, tablet sublingual atau bukal, tablet kunyah,
tablet effervescent, tablet triturate, tablet hipodermik, dan tablet
pembagi serta tablet dengan pengelepasan terkendali.
c) Sirup
Sirupadalah sediaan pekat dalam airgula atau pengganti
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
Sirup mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat
obat yang disebut zat pembawa. Sirup dimaksudkan untuk
pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang
ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara
mendadak atau dalam pembuatan formula standard untuk sirup
obat, yaitu sirup yang mengandung bahan teraputik atau bahan
obat.
Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen berikut
disamping air murni dan semua zat obat yang ada : (1) gula,
biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk
memberi rasa manis dan kental, (2) pengawet antimikroba, (3)
pembau, dan (4) pewarna. Juga banyak sirup-sirup, terutama yang
dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus,
pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
e) Tinktur
Penamaan tinktur berasal dari bahasa latin tingere =
membasahi, melembabkan, meendam, mewarnai. Dalam yunani
kuno orang mengartikan bahan penawar sebagai tinktur. Kemudian
setelah Avicenna memberitakan tentang tinktur dalam dalam
kaitannya dengan seni pengobatan, penerapannya ke dalam terapi
diikuti Oleh Paracelcus. Sejak abad XVII mereka dilaporkan dalam
farmakope (Dispensorium des Valerius Cordus 1666). Istilah
tinktur dalam perjalanan kurun waktu tertentu saja mkengalami
beberapa perubahan, terutama penyempitan. Dibawah tinktur
sekarang diartikan orang umumnya ekstrak etanol dari amterial
tumbuhan atau hewan. Beberapa farmakope mencantumkan
jugatumbuhan atau hewan. Beberapa farmakope mencantumkan
juga bahan pengekstraksi lainnya, seperti misalnya eter.
Tinktur umumnya dibuat dengan etanol (70%
volume),yang perbandingan jamu terhadap cairan pengekstraksi
berjumlah umumnya 1: 5 atau 1 : 10. kandungan etanol dari tinktur
berbeda-beda disebabkan oleh kandungan lembab dari jamu.
Pembuatannya berlangsung menurut cara maserasi, perkolasi atau
ekstraksi turbo.
f) Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus
larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
tidak berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain bahan obat dalam
salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10 %.
g) Suspensi
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang
mengandung partkel obat yang terbagi secara halus disebarkan
secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan
yang sangat minimum. Dalam literature lain suspensi didefinisikan
sebagai sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispensi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojong perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
tapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
h) Pil (Pilulae)
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti
kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar
antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil yang beratnya kira-kira 30
mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg
disebut boli.
i) Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat, terdispersi dalam cara pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
3. Avicel
Sinonim : Avicel, cellulose gel, crystallin cellulose,
emcocel, fibrocel, tabulose, vivacel
Rumus senyawa : (C6H10O5)220
BM : 36000
Fungsi : adsorbent, suspending agent, tablet dan kapsul
diluent, tablet disintegrant
Densitas : 1512 – 1668 g/s
Daya alir : 1,41 g/s
Titik didih : 260 – 270oC
Kelarutan : sedikit larut dalam larutan NaOH 5 % w/v,
praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan
banyak pelarut organik
pH : 6-8 untuk 1,2 % w/v dispersi encer
Penggunaan dan batas penggunaan: berfungsi sebagai adsorbent
(20-90%), suspending agent (5-20%), tablet and
capsule diluent (20-90%), dan tablet
disintegrant (5-15%).
Pemirian : Avicel merupakan serbuk kristal hambar terdiri
atas partikel penyerap, pembersih
Microcrystalline cellulose
4. Evaluasi
a) Keseragaman bobot kapsul
Cara untuk kapsul yang berisi obat kering
Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu.
Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang
kapsul. Hitung bobot isi kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang
ditetapkan kolom B.
Cara untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta
Timbang 10 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu.
Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter P.
Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang
seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap
kapsul terhadap bobot rat-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.
b) Kelarutan
Kelarutan normal untuk kapsul, baik kosong atau berisi, tidak
ditentukan oleh USP XX. Tetapi General Servuce Administration, di
Federal Specification #U-C-115b (2/10/58), menentukan batas
kelarutan untuk kapsul kosong sebagai berikut :
i. ketahanan airtidak larut dalam air pada 20 sampai 30C
dalam 15 menit.
ii. Kelarutan dalam asamlarut kurang dari 5 menit dalam
larutan HCl 0,5% (b/b) pada 36 sampai 38C.
c) Waktu Hancur
Kapsul tidak tahan asam lambung
Alat : Tabung gelas panang 80 mm sampai 100 mm,
diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga
31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang
sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang.
Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca,
diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36 dan
38C sebanyak lebih kurang 1000 mL, sedalam tidak kurang dari 15
cm sehingga dapat dinaikturunkan dengan teratur. Kedudukan
kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan
kedudukan terendah mulut keranjang tepat di permukaan air.
Masukkan 5 kapsul ke dalam keranjang, turun-naikkan
keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. kapsul dinyatakan
hancur jika tidak ada bagian kapsul yang tertinggal di atas kasa,
kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan
lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima kapsul
tidak boleh lebih dari 15 menit.
a) Cab-O-Sil (Aerosil)
Floucalibility : 35.52 y
Keamanan:
b) Avicel
BP: Microcrystalline cellulose
JP: Microcrystalline cellulose
PhEur: Cellulosum microcristallinum
USPNF: Microcrystalline cellulose
Sinonim : sel PH; Celex; cellulose gel; Celphere; Ceolus
KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel;
Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Struktur formula
PH : 5,0 – 7,5
BAB III
METODE
3.1 Uji Kandungan Kimia Ekstrak
3.1.1 Pembuatan Profil Kromatogram KLT-Densitometri
a. Alat dan bahan
Alat :
1. densitometer
2. pipet mikro
3. pinset
4. labu ukur
5. timbangan analitik
Bahan :
1. ekstrak daun jambu biji
2. Etanol 70 %
3. HCl 57 %
4. Kloroform
5. Aseton
6. Asam formiat
7. lempeng silika
b. Prosedur Percobaan
Sampel 1
250 mg ekstrak etanol daun jabu biji
Masukkan dalam labu alas bulat
21 mL etanol 70 % dan 0,6 mL HCl 57 %
Sampel 2
250 mg ekstrak daun jambu biji
Masukkan dalam labu ukur 25 ml
Ditambahkan dengan etanol p.a ad tanda
Kocok ad larut
Preparasi sample
ditotolka
nnnnn
Lempeng KLT
Dieluasi
ukur
Panjang dan
lebar noda
hitung
Resolusi
2. Linearitas
1. Pembuatan Larutan Baku Induk
Standar kuersetin
Ditimbang sebanyak 30 mg
300 ppm 600 ppm 900 ppm 1200 ppm 1800 ppm
3. Penentuan Linearitas
Ditimbang 30 mg
standars kuersetin
300 ppm 600 ppm 900 ppm 1200 ppm 1800 ppm
2. Preparasi Sampel
Hasil
hidrolisis
Dimasukkan labu ukur 25 mL, + etanol ad
tanda
Sampel siap dianalisis dengan KLT Densitometri
3. Penentuan Presisi
Ditotolkan Ditotolkan
10µL 2µL
Lempeng KLT
Kadar kuersetin
Dihitung SD dan KV kadar
kuersetin
Presisi
4. Akurasi
30 mg standar kuersetin
homogenkan
300 ppm 600 ppm 900 ppm 1200 ppm 1800 ppm
2. Preparasi sampel
250 mg sampel
Hidrolisis 70 C 30 menit
Labu ukur 25 mL
3. Penentuan Akurasi:
totolkan
Lempeng KLT
Keringkan
densitometri
% recovery
3. 3 Formulasi dan Evaluasi
a. Alat dan Bahan
Alat
Beker glass
Spatula
Mortir
Stamper
Cangkang kapsul kosong
Timbangan analitik
Seperangkat alat KLT-Densitometri
Mikropipet
Bahan
Standar quersetin
Ekstrak quersetin
Cab-o-sil
Avicel
Aseton
Asam formiat
Kloroform
Etanol
HCL 57 %
b. Prosedur Percobaan
Rancangan Formula
per kapsul 25
kapsul
R/ ekstrak daun jambu biji 202,528 mg 5,063 g
Cab - O - Sil 118,483 mg 2,962 g
Avicell 78,989 mg 1,975 g
1. Keseragaman Bobot
Timbang 20 Kapsul
timbang
Standar quersetin
Ditimbang 30 mg
30 mg standar quersetin
dipipet
keterangan :
penotolan 300 ppm : ditotol 2 μl
600 ppm : ditotol 2 μl
900 ppm : ditotol 1 μl larutan 1800 ppm
1200 ppm : ditotol 4 μl larutan 600 ppm
1800 ppm : ditotol 2 μl larutan 900 ppm
2. Preparasi sampel
kapsul
Hasil hidrolisis
Dimasukkan
Dimasukkan labu ukur 5 ml
ditambah Etanol ad tanda
Sampel siap
3. Penetapan kadar
Diketahui :
Panjang gelombang maksimum kuersetin=384 nm
Absorbsi kuersetin= 95
Standart kuersetin X=60,5cm dan Y=46,4cm
H2=47,3 cm
H3=73,1 cm
Jarak standart dengan H2=13,2 cm
Jarak standart dengan H3=12,6 cm
Posisi X saat scan awal=7,6 cm sampai eluasi 7,6
Posisi Y saat scan awal=5,4 cm sampai eluasi 88,8
b) Penentuan Linearitas
Baku induk Standar kurkuminoid :
30 mg / 10 ml x 1000 ppm = 3000 ppm
Pembuatan baku kerja
300 ppm
1 ml / 10ml x 3000 ppm = 300 ppm
Penotolan 2 µl : 300 ppm x 2 µl = 600 ng
600 ppm
2 ml / 10 ml x 3000 ppm = 600 ppm
Penotolan 2 µl : 600 ppm x 2 µl = 1200 ng
900 ppm
3 ml / 10 ml x 3000 ppm = 900 ppm
Penotolan 2 µl : 900 ppm x 2 µl = 1800 ng
1200 ppm
4 ml / 10 ml x 3000 ppm = 1200 ppm
Penotolan 2 µl : 1200 ppm x 2 µl = 2400 ng
1800 ppm
6 ml / 10 ml x 3000 ppm = 1800 ppm
Penotolan 2 µl : 1800 ppm x 2 µl = 3600 ng
Penentuan linearitas
Larutan standar Rf C. standar (µg/2 ml) Area
Larutan stanadar 1 0,56 600 7948,05
Larutan stanadar 2 0,55 1200 13644,35
Larutan stanadar 3 0,57 1800 15469,98
Larutan stanadar 4 0,57 2400 18999,25
Larutan stanadar 5 0,56 3600 18458,79
Persaman regresi linier :
Y = bx + a
Y = 3,371 x + 8432,498
r = 0,8715
c) Penentuan Presisi
Y awal = 30
Y akhir = 48
X1 = 74.6
X2 = 84.7
X3= 94.8
X4 = 104.8
X5 = 114.9
X6= 124.6
X7 =134.6
X8 = 144.8
X9 = 154.8
X10 = 164.7
X11 = 174.5
Regresi Height = 2124 + 0.04195x r = 0.8013
Regresi Area = 8432 + 3.371 x r = 0.87149
Track Rf Area X (µg)
Y = 3.371x + 8432.498
r = 0.87149
Replikasi 2
Y = 3.371x + 8432.498
15221.86 = 3.371x + 8432.498
X = 2014.049 ng
Replikasi 3
Y = 3.371x + 8432.498
18294.79 = 3.371x + 8432.498
X = 2925.625 ng
X rata-rata = 2468.642 ng
Konsentrasi (mg/25mL)
Replikasi 1 =
Replikasi 2 =
Replikasi 3=
% Kadar
Replikasi 1=
Replikasi 2 =
Replikasi 3 =
Rata-rata = 2.469%
Konsentrasi
tiap
Konsentrasi %
Replikasi Area penotolan
(mg/25mL) Kadar
(ng/2µL)
= 0.456 %
CV =
0,456%
= 2,469% = 18.469 %
Perhitungan :
1,548
R1 : 100% 21,582%
6,1725 1
7,05
R2 : 100% 98,292%
6,1725 1
7,063
R3 : 100% 98,473%
6,1725 1
SD
21,582 - 72,782 2 98,292 72,782 2 98,473 72,782 2
3 1
2621,44 650,7601 660,027481
2
1966,113791
44,341
SD
CV
x
44,341
100% 60,923%
72,782
3. Rancangan Formula
a) Formulasi
per kapsul 25 kapsul
R/ ekstrak daun jambu biji 202,528 mg
5,063 g
Cab - O - Sil 118,483 mg
2,962 g
Avicell 78,989 mg 1,975 g
4. Keseragaman Bobot
Bobot Cab - O - Sil = 0,2004
gram
Bobot Avicell = 0,3008
gram
Berat cangkang + campuran Cab - O - Sil dan Avicell = 0,406
gram
Berat campuran = 0,316
gram
Bobot 20 cangkang kapsul = 2,612
gram
Bobot rata - rata cangkang kapsul = 0,1306
gram
Penyesuaian
R/ ekstrak daun jambu biji 202,528 mg
Avicell 82,483 mg
Cab - O - Sil 54,990 mg
No. Berat isi + kapsul Bobot isi % Simpangan
Replikasi 2
9286,39 = 3,371 X + 8432,498
X = 253,305 ng/2 μl
= 0,633 mg/5ml
Replikasi 3
8564,09 = 3,371 X + 8432,498
X = 39,036 ng/2 μl
= 0,098mg/5ml
4.2 PEMBAHASAN
Keseragaman bobot
Penetapan Kadar
1. Ekstrak yang diperoleh dari 250 g serbuk daun jambu biji (Psidium
guajava L.) dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan etanol 96%
sebesar 15,24 gram.
2. Titik kritis analisis adalah pada saat penotolan dan penimbangan, baik
sampel atau standar, selain itu juga kondisi analisis.
3. Panjang gelombang maksimal standard 383 nm dan 381 nm
4. Pola kromatogram sampel adalah identik dengan standar
5. Dari keempat eluen dapat disimpulkan bahwa eluen yang paling
selektif untk memisahkan kuersetin dari ekstrak adalah eluen pertama
yaitu campuran antara kloroform, aseton, asam formiat dengan
perbandingan masing-masing 150:33:17 karena menghasilkan nilai
resolusi terbesar yaitu 5,81.
6. Dari uji linearitas diperoleh persamaan regresi y = 3,371 x + 8432,498
dengan nilai r = 0,8715. Penentuan linearitas kali ini masih kurang
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
7. Hasil uji presisi menunjukkan nilai SD sebesar 0,456 dan CV sebesar
18,469%. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran berulang (replikasi 1, 2
dan 3) menunjukkan perbedaan yang cukup bermakna yang ditunjukkan
dengan nilai CV lebih dari 2%
8. Hasil uji akurasi menunjukkan persen recovery sebesar 72,782%. Nilai
ini tidak masuk dalam rentang % recovery yaitu antara 80%-120%.
9. Kandungan kuersetin rata-rata dalam 250 mg ekstrak jambu biji adalah
4,20625 mg.
10. Dari evaluasi keseragaman bobot kapsul diperoleh hasil simpangan
yang bervariasi mulai dari 0,7214 % hingga 11,3020 %. Dari hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa kapsul untuk uji keseragaman bobot tidak sesuai
dengan persyaratan FI III.
11. Sediaan kapsul diformulasikan untuk meningkatkan jumlah trombosit.
12. Tiap satu kapsul adalah dibutuhkan 202,528mg ekstrak dalam 400 mg
total berat isi kapsul atau setara dengan 5 mg kuersetin.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FITOFARMASI
Dengan Materi :
Ichwan Hadi 052210101040
Pola Kromatogram dan Analisis Kualitatif
Laksmi Diah A. 072210101070
Uji selektifitas, Penentuan Linearitas dan Presisi
Isvadhila 072210101072
Penentuan Akurasi
Devi Dwi R. 072210101073
Formulasi dan Evaluasi (Keseragaman Bobot)
Zulniar M. 072210101074
Penetapan Kadar
Amaratus S.A. 072210101075
Alviera S. 072210101076
Disusun oleh :
Akhmad Novario P. 072210101077
Diajeng Putri K. 072210101078
Crysnanda M. 072210101079
Vintaria Rastika Dewi 072210101080
Nuzulu rohmah 072210101081
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2010