Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut (Depkes RI 1995). Shriner et al.
(1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan
pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like
dissolve like”.
1963). Pada buah atau sayuran, pigmen antosianin umumnya terletak pada sel-sel
dekat permukaan (Markakis, 1982). Buah ruruhi berbentuk bulat dan memiliki
warna merah yang terang ketika masih muda dan merah gelap setelah matang.
terbentuk pada buah dan sayuran. Antosianin merupakan senyawa fenol yang
dikombinasikan dengan asam seperti asam klorida, asam asetat, asam format,
asam aksorbat atau dengan asam. Penggunaan alkohol, etanol maupun metanol
selama ini paling banyak digunakan dalam proses ekstraksi pigmen antosianin
(Hidayat, 2006).
larutan pengekstrak HCl dalam etanol (Gao and Mazza, 1996). HCl dalam etanol
antosianin keluar dari sel. Pigmen antosianin dapat larut dalam etanol karena
Antosianin ini diketahui dapat diabsorbsi dalam bentuk molekul utuh dalam
2
Ekstrak buah ruruhi yang optimal diformulasikan menjadi sedian gel
mosturiser. Gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi
oleh suatu cairan (Ansel, 2008). Sediaan gel dipilih karena mudah mengering,
membentuk lapisan film yang mudah dicuci dan memberikan rasa dingin di kulit
(Panjaitan EN, A., dkk, 2012) dan sediaan gel mempunyai beberapa keuntungan
lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori (Maulina dan Nining, 2015).
pelarut yang optimal untuk ekstraksi antosianin buah ruruhi dan pemanfaatan
sediaan gel .
B. Rumusan Masalah
dihasilkan?
C. Tujuan Penelitian
3
2. Untuk mengetahui karakteristik sediaan gel ekstraks buah ruruhi yang
dihasilkan?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi baru yaitu ekstrak dari buah ruruhi
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bahwa ekstrak buah ruruhi ternyata
farmasi Universitas Halu Oleo dan kepada masyarakat tentang etnobotani dari
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Ruruhi
yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Keberadaan buah
ini sudah terbilang langka maka sebagian dari kita masih merasa asing dengan
buah yang bulat-bulat kecil warna ungu sampai merah ini. Namun selain tumbuh
liar dihutan, pohon buah ruruhi ini juga ada yang dibudidayakan di pekarangan
ketinggian 200-1800 m dpl. Pohon, tinggi 8-20 m dengan garis tengah batang
Perbungaan memalai, bunga dengan panjang kelopak 4-6 mm, benang sari
banyak, panjang 5 – 13 cm. Buah bulat, berwarna merah sampai ungu gelap,
2. Taksonomi Ruruhi
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
5
Ordo : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
(Gambar 1 : Buah Ruruhi (Syzygium polycephalum (Miq.) Merr & L.M Perry)
(Dokumentasi pribadi, 2017)
Nama ruruhi berasal dari bahasa Tolaki. Selain itu, tanaman ini juga
gohok, kepa (Betawi), kupa, kupa beunyeur (Sunda), gowok , gowak , kupa ,
6
a. Buah duwet atau jamlang (Syzygium cuminiL) sendiri mengandung minyak
atsiri, damar, asam galat, dan glikosida, sedangkan biji buah duwet atau
samak, asam galat, gula, minyak atsiri dan minyak lemak. Dari sumber lain
juga dikatakan bahwa duwet atau jamblang mengandung minyak atsri, fenol
yang berwarna. Kulit duwet atau jamblang sendiri berwarna ungu, ini
merah, ungu, violet dan biru pada bunga, buah, daun dan sayur. Buah duwet
b. Kandungan kimia dalam 100 g buah jambu air (Syzygium semarangense Burm
.F. Alst) adalah 0,60 g protein, 0,20 g lemak, 11,80 mg karbohidrat, 7,5 mg
Sedangkan menurut penelitian Ariviani (2010) dalam 100 g daging buah salam
mengandung 58 mg antosianin.
d. Menurut penelitian Santoni, dkk (2013) dalam 100 g buah pucuk merah
B. Ekstraksi
bahan aktif baik pada tanaman maupun hewan dengan menggunakan pelarut
7
selektif sesuai standar prosedur ekstraksi. Standarisasi proses ekstraksi bertujuan
untuk memurnikan zat aktif dari zat lain dengan menggunakan pelarut tertentu
(Hastari, 2012). Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses ekstraksi sehingga
bahan berkhasiat yang akan ditarik dapat tersari sempurna (Ma’mun, 2006).
ukuran partikel dan gerakan partikel. Pelarut yang digunakan harus dapat
Ekstraksi mengikuti prinsip “like dissolves like” yang berarti bahwa senyawa
polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan begitupun sebaliknya
(Sudjadi,1988).
merendam serbuk sampel dalam pelarut selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari
sampel yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam pelarut.
1. Cara Dingin
8
membutuhkan peralatan khusus sehingga dapat diterapkan pada semua
tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000). Selama maserasi dilakukan proses
bahan ekstraksi yang lebih cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya
2. Cara Panas
didihnya,selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
9
b. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum
15-20 menit di penangas air dapat berupa bejana infus tercelup dengan
d. Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 30
menit.
C. Skrining Fitokimia
upaya mengungkap potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia dapat
D. Antosianin
1. Definisi Antosianin
biru yang tersebar luas pada tanaman, dan antosianin tergolong pigmen yang
benzopiran. Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya dua cincin
menghasilkan warna birum ungu, violet, magenta dan kuning. Pigmen ini larut
dalam air yang terdapat pada bunga, buah dan daun tumbuhan. Antosianin terdapt
10
dalam vakuloa sel bagian tanaman (Moss BW, 2002). Antosianin memiliki sistem
2. Stabilitas Antosianin
perubahan pH. Sifat asam akan menyebabkan warna antosianin menjadi merah,
lain, jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga mempengaruhi warna antosianin.
Gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna cenderung biru dan relatif
tidak stabil sedangkan, gugus metoksi yang dominan menyebabkan warna merah
dan relatif lebih stabil (Putri., dkk, 2015). Antosianin lebih stabil pada suhu
rendah daripada pada suhu tinggi. Hal ini terbukti dari % retensi pigmen dimana
% retensi pigmen pada suhu rendah lebih besar daripada % retensi pigmen pada
antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi, artinya semakin tinggi
11
pH yang diberikan semakin tidak stabil kadar antosianinnya atau semakin tinggi
penting dalam quality control. Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung
dan B akan berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna
alami dari sumber nabati maupun hewani, memiliki tingkat stabilitas warna yang
lebih rendah. Oleh karena itu, berbagai teknologi untuk meningkatkan stabilitas
zat pewarna alami di dalam bahan pangan telah banyak dilakukan. Secara umum
stabilitas antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : struktur dan
aglikon delpinidin kurang stabil dari makanan yang kaya akan petunidin atau
12
aglikon malvidin. Faktor pH ternyata tidak hanya mempengaruhi warna
b. Suhu
dimana kalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali menjadi kation
c. Cahaya
Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam
sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat gelap dan suhu dingin. Secara
dapat dilihat pada jus anggur dan red wine. Pada winemetilasi diglikosida yang
terasilasi dan metilasi monoglikosida. Antosianin juga tidak stabil ketika terkena
sinar tampak dan ultraviolet dan inti lain dari radiasi ion. Dekomposisi sebagian
13
3. Metode Analisis Antosianin
A x BM x FP x 1000
Konsentrasi antosianin ( mg L-1 ) = ( ε x 1)
E. Antioksidan
1. Deskripsi Antioksidan
menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel tubuh (Ali, 2013). Antioksidan
pemberian antioksidan tersebut proses tua dihambat atau paling tidak “tidak
sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik
mulai dibatasi. Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan
bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari.
Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain dapat berupa golongan flavonoid.
14
ini, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi
radikah bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Zuhra, 2008).
antioksidan, terutama golongan fenolat bersifat dapat menguap dalam suhu kamar,
penguapan akibat degradasi molekul, terutama pada suhu yang tinggi (Ketaren,
1986).
2. Klasifikasi Antioksidan
pemutus rantai memiliki dua jalur reaksi. Jalur pertama merupakan jalur transfer
15
F. Pelarut Ekstraksi
1. Etil Asetat
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Jika Selain dari penggunaannya sebagai
pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk meningkatkan
bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna sebagai bahan baku kimia
polar dan nonpolar. Hal ini berarti pelarut etil asetat mampu menarik komponen
senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak. pelarut etil asetat. Etil asetat
senyawa baik polar maupun nonpolar dapat tertarik ke dalam pelarut (Artini,
2013).
2. Etanol
zat warna (Neliyanti dan Norra, 2014). Etanol sebagai pelarut dalam mengekstrak
karena antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik
total antosianin yang lebih tinggi, dimana pelarut etanol memiliki tingkat
kepolaran yang relatif sama dengan polaritas pigmen antosianin (Moulana, 2012).
16
3. Air
lainnya, sehingga komponen yang bersifat polar seperti karbohidrat ikut terekstrak
dan menyebabkan total fenol per berat sampel menjadi rendah (Septiani dan Ari,
2012)
masyarakat secara empirik pelarut air sering digunakan dalam ekstraksi (Amin
4. Metanol
melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat menarik
alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Salamah, 2015). Ekstraksi
antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis solven, seperti air, etanol,
metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan metanol yang
diasamkan dengan HCl (Hambali., dkk, 2014). Metanol yang ditambah dengan
karena sifatnya yang polar dan asam. Antosianin adalah senyawa polar yang lebih
G. Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semi padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik kecil atau molekul organik
besar dan saling diresapi cairan. Sediaan farmasi dalam bentuk gel banyak
digunakan dalam kosmetik. Gel disukai karena kandungan airnya cukup besar,
17
sehingga nyaman dan terasa dingin pada kulit, mudah dioleskan, tidak berminyak,
mudah dicuci, lebih jernih, elegan, elastis, daya lekat tinggi namun tidak
a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
diharapkan.
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
18
H. Uraian Bahan
a. Karbomer
Bahan pembentuk gel yang banyak digunakan dalam bidang farmasi dan
merupakan polimer sintetik dengan berat molekul tinggi dari asam akrilat
dalam air dan gliserin dan setelah netralisasi dalam etanol (95%).
Carbomers tidak larut tetapi hanya membengkak sampai tingkat yang luar
biasa. Karbomer tidak sesuai dengan fenol, polimer kationik, asam kuat,
b. Trietanolamin (TEA)
berupa cairan kental yang sangat higroskopis dengan bau amoniak ringan,
jernih, tidak berwarna, sampai kuning pucat. TEA telah digunakan secara
luas dalam sediaan topikal sebagai alkalizing agent dan emulsifiying agent
mineral untuk membentuk garam dan ester kristal dan juga dapat bereaksi
19
c. Metil paraben
dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai hasil dari
sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan dan juga bereaksi dengan berbagai
dan jamur daripada melawan bakteri. Mereka juga lebih aktif melawan
adalah larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam
eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
20
d. Propilen glikol
Propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut dan bahan pembawa
cairan jernih kental, tidak berwarna, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Propilen glikol dapat bercampur dengan etanol, gliserin, dan air, serta
esensial. Pada suhu rendah, propilen glikol tetap stabil dalam wadah
tertutup rapat, tetapi pada suhu tinggi dan di tempat terbuka akat
21
I. Kerangka Konsep
Buah Ruruhi
Maserasi
Termodifikasi
Ekstrak Rendemen
Variabel Terikat
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan Juli 2018 di
B. Jenis Penelitian
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu buah ruruhi, etanol 96%,
Etil asetat (teknis), air (teknis), HCl (teknis), Metanol (teknis), Buffer potassium
(sigma) dan vit C (p.a), kertas saring, carbomer, propilen glikol, metil paraben.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, botol coklat, gelas kimia
stirer (stirer bar), pipet tetes, tabung reaksi (pyrex), Erlenmeyer (pyrex), spatula,
E. Variabel Penelitian
23
F. Definisi Operasional
1. Buah Ruruhi (Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & L.M. Perry) adalah
polycephalum (Miq.) Merr. & L.M. Perry) adalah buah dari tanaman yang
L.M. Perry) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pelarut
termodifikas (pelarut etanol, pelarut air, metanol dan pelarut etil asetat
pembuatan sediaan gel untuk mendapatkan gel yang terbaik dengan uji
orgaloptis (bau, warna dan bentuk sediaan) homogenitas, pH, daya sebar,
24
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Buah yang digunakan adalah buah yang telah masak yang ditandai dengan
warna merah gelap pada kulit buah. Selanjutkan dilakukan sortasi atau
pemilihan. Buah ruruhi yang masih baik selanjutnya dicuci pada air yang
mengalir hingga diperkiran kotoran (tanah, debu dan sebagainya) sudah hilang.
2. Ekstraksi
digunakan adala pelarut etanol, pelarut air, pelarut metanol dan pelarut etil
asetat yang diasamkan dengan HCl 1%. Penambahan HCl bertujuan untuk
memberikan suasana asam karena antosianin bersifat lebih stabil pda pH asam.
tersebut
Sejumlah 0,1 gram ekstrak ditimbang dalam krus porselen bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah
25
dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang
2000).
Sejumlah 0,2 gram ekstrak ditimbang dengan seksama dalam krus yang
dalam desikator, serta ditimbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL air-
residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Dihitung kadar
dalam persen senyawa yang larut dalam air terhadap berat ekstrak awal
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100
26
filtrat hingga kering dalam cawan penguap yang telah ditera, residu
dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam
persen senyawa yang larut dalam etanol 95% terhadap ekstrak awal (Depkes
RI, 2000).
4. Uji Fitokimia
terdapat dalam suatu simplisia (Harborne, 1987). Untuk menghasilkan ekstrak dari
buah ruruhi, maka dilakukan uji fitokimia yang terdiri atas flavonoid, alkoloid,
a. Flavonoid
Pada uji senyawa flavonoid yaitu 1 gram sampel dimasukan kedalam tabung
reaksi. Ditambahkan pada sampel berupa serbuk Magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml
amil alkohol (campuran HCL 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama)
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol
b. Alkoloid
ml HCl 2 N dan dipanaskan pada penangas air sampai bening, setelah bening
adanya alkaloid
27
c. Triterpenoid
CH3 COOH dan 1 tetes H2SO4. Sampel dikocok dan diamati perubahan yang
d. Tanin
e. Saponin
ml aquades lalu dikocok kuat selama 30 detik dan terbentuk busa permanen
lebih dari 10 menit dengan penambahan 2 tetes HCl 2 N. Maka menunjukan uji
5. Antosianin Total
28
b. Penentapan Kadar Antosianin Total
Keterangan:
A : Nilai absorbansi
koefisien ekstingsi molar sebesar 26.900 L cm-1 dan berat molekul sebesar
449.2.
A x BM x FP x 1000
Konsentrasi antosianin ( mg L-1 ) = ( ε x 1)
dimana:
29
A = absorbansi
FP = faktor pengenceran
dan diencerkan hingga tanda tera. Kocok sampai homogen sehingga dapat
ppm, dikocok hingga homogen dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 30
Ekstrak buah ruruhi ditimbang 5 mg dalam beaker glass, lalu ditambahkan 40-
ukur 100 mL. Kemudian ditambahkan etanol 96% hingga tanda tera dan
30
100 mg/L. Selanjutnya, dari 100 mL larutan induk tersebut dibuat lima seri
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Diukur serapannya pada panjang
f. Penghitungan
31
Nilai persentasi hambatan (%) dan konsentrasi ekstrak (µg/mL) diplot masing-
radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah
mengganti y = 50.
Formula Gel ekstrak buah ruruhi mengikuti formula Supomo dkk, (2016)
yang dimodifikasi:
2 Karbomer 1,5 %
3 TEA 3%
4 Propilenglikol 15%
5 Metilparaben 0,1%
6 Akuades Ad 100%
elektrik di atas penangas air. Kemudian ditambahakan TEA sebagai penetral basis
dan diaduk hingga membentuk massa gel bening. Larutan metilparaben dan
propilenglikol dimasukan dalam massa gel dan terus diaduk hingga homogen.
Ekstrak yang sudah dilarutkan dengan etanol kemudian dimasukan dalam massa
32
gel sambil diaduk. Kemudian sisa air ditambahkan sambil diaduk hingga gel
homogen.
a. Uji Organoleptis
bau, warna, dan bentuk sediaan (Paye et al, 2001). Memiliki beberapa
persyaratan yaitu : memiliki warna seperti zat aktif, memiliki aroma khas getah
b. Uji Homogenitas
dengan perubahan warna yang terjadi pada pH stick indicator. Uji ini untuk
mengetahui pH gel yang sesuai yaitu kisaran 4,5-6,5 dimana bila gel terlalu
basa akan mengakibatkan kulit menjadi mudah kering dan bila terlalu asam
c. Uji Perubahan pH
Sampel 0,25 gram diletakkan diantara 2 gelas obyek, kemudian ditekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas obyek,
kemudian pasang gelas obyek pada alat test (tali). Alat uji diberi beban 80
33
gram dan kemudian dicatat waktu pelepasan gel dari gelas obyek (Miranti,
2009).
Sediaan sebanyak masing-masing 0,5 gram dan kaca tak berskala ditimbang.
Gel diletakan di tengah kaca berskala dan ditimpa kaca tak berskala selama 1
menit. Dihitung diameter luas sebaran dengan ditambahkan beban mulai dari 0
gram hingga 500 gram dan masing-masing didiamkan terlebih dahulu 1 menit
34
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.A., Milala, M.A., and Gulani, I.A., 2015. Antimicrobial Effect of Crude
Bromelain Extracted From Pineapple Fruit (Ananas Comosus (linn.)
Merr.) Advances in Biochemistry, 3, 1-4.
Brand-Williams, W., Cuvelier M.E., dan Berset C. 1995, Use of a Free Radical
Method to Evaluate Antioxidant Activity,Food Sci Tecnol,28(1).
Depkes RI., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Diktorat
Jenderal POM, Jakarta.
Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Depkes
RI, Jakarta.
35
Hambali, M., Febrilia, M., dan Fitriadi, N., 2014, Ekstraksi Antosianin Dari Ubi
Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Dan Lama Waktu Ekstraksi,
Teknik Kimia, 2(2).
Irnawati, Wa Ode Sitti, Z., dan Arifah., 2017, Anthoycanin Total and Antioxidant
Activity of Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) Fruits, PHARMACON
Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol 6(3).
Kotan, Yoalistailus dan Kusriani, Herni, 2014. Kajian Pustaka Antosianin Dari
Buah Duwet atau jamblang. KTI Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
Moeksin, R., dan Stevanus, R.HP., 2009, Pengaruh Kondisi, Perlakuan dan Berat
Sampel Terhadap Ekstraksi Antosianin Dari Kelopak Bunga Rosela
dengan Pelarut Aquadest dan Etanol, Jurnal Teknik Kimia, Vol 16(4).
Moulana, R., Juanda., Syafirah, R., dan Ria, R., 2012, Efektivitas Penggunaan
Jenis Pelarut dan Asam Dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin
Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L), Jurnal Teknologi dan
Industri Pertanian Indonesia, Vol 4(3).
Neliyanti., dan Nora, I., 2014, Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami Dari
Buah Lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin), JKK, Vol 3(2).
Moss BW. 2002. The Chemistry of Food Colour. Didalam : D.B MacDaugall (ed)
Colour in food : Improving Quality. Washingtong : CRC Press.
Panjaitan EN, A., dkk, 2012. Formulasi gel dari ekstrak rimpang jahe merah
(Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology.
(1): 9-20
Putri., dkk, 2015. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh
Blanching dan Jenis Bahan Pengestrak. Jurnal Teknologi Pertanian 4(1) :
13-24.
Rowe,, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q., 2009, Handbook Of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition, Pharmaceutical Press, Chicago, London.
Sadeli. R.A, 2016, Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Dpph Ekstrak
Bomelain Buah Nanas, Skripsi
36
Sadiyah, Esti, RachmawatidanKodir, Reza, Abdul, 2012. Studi Awal Kandungan
Antosianin Pada Buah Cantigi Ungu (Vaccinium Varingiaef Folium (BL.)
MIQ) yang Berpotensi Sebagai Suplemen Antioksidan.Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi Andalas.ISSN. 3(1): 95-100
Suzery, M., Sri, L., dan Bambang, C., 2010, Penentuan Total Antosianin Dari
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) dengan Metode Maserasi
dan Sokhletasi, Jurnal Sains & Matematika, Vol 18(1).
Tukiran, Andika, P. W., Ela, N., Ayu, S., dan Nurul, H., 2016, Analisis Awal
Fitokimia pada Ekstrak Metanol Kulit BatangTumbuhan Syzygium
(Myrtaceae), Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Workshop 2016,
ISBN: 978-602-0951-12-6.
37