Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sukun juga dikenal sebagai tanaman tradisional yang kaya akan pati. Genus
Artocarpus (Moraceae) terdiri dari sekitar 50 spesies dan didistribusikan
secara luas di daerah tropis dan daerah subtropics (Timotius, 2014).Nama
generik dari spesies berasal dari kata yunani ‘artosi’ (roti) dan ‘karpos’
(buah) dan buah-buahan dimakan biasa disebut sukun (Jones, 2011). Sinonim
dari Artocarpus altilis adalah Artocarpus communis dan incies Artocarpus.
Pada dasarnya spesies Artocarpus terdiri dari senyawa fenolik yang meliputi
flavonoid. Ekstrak Artocarpus dan metabolit dari daun batang, batang, buah
dan kulit kayu mengandung banyak senyawa biologis aktif yang
menguntungkan dan senyawa ini digunakan dalam berbagai kegiatan biologis
termasuk antibakteri, antitubercular, antivirus, anti jamur, antiplatelet,
antiartritik, tirosinase hambat sitotoksisitas (Jagtap dan Bapat, 2014).
Buah sukun merupakan sumber karbohidrat dan memiliki kadar lemak yang
rendah. Buah sukun dapat dimakan pada semua tahap pertumbuhan.
Meskipun sukun kaya karbohidrat, tetapi dapat diganti sebagai tepung dalam
banyak produk seperti makanan ringan, kue-kue dan roti .
Atocarpus communis merupakan tanaman yang cocok untuk daerah panas,
lembab, tropis dataran rendah. Hujan merupakan faktor yang berperan
5
6
2.1.2.2 Daun
Daunnya tebal dan kasar denganwarna hijau gelap pada sisi
dosal, yang sering muncul menjadi mengkilap dan memiliki
pelepah yang tinggi. Daun bervariasi dalam ukuran dan
bentuk bahkan pada pohon yang sama. Mahkota berbentuk
kerucut ketika daun-daun muda mulai tumbuh dan menjadi
bulat serta tidak teratur ketika daun lebih tua.
2.1.2.3 Bunga
Pohon sukun banyak memiliki bunga yang kecil. Bunga
sukun adalah monoecious yang berarti betina dan jantan,
bunga tumbuh pada tanaman yang sama berbentuk paku
dengan diameter 5 cm dan panjang 4,5 cm pada bunga jantan
sedangkan bunga betina yang berbentuk elips, berwarna
hijau, berukuran panjang sekitar 6,35 cm. Bunga mengalami
proses penyerbukan dengan serbuk sari kecil disebarkan oleh
angin dan serangga. Setelah bunga jantan dan bunga betina
menyatu hingga berkembang menjadi buah berdaging dan
dapat dimakan.
2.1.2.4 Buah
Buah adalah bagian yang spesifik dari tumbuhan sukun.
Dalam buah, bagian tengah mengandung banyak getah.
Kebanyakan buah berbentuk bulat, oval, dan lonjong dengan
ukuran panjang mulai 9-20 cm hingga lebih dari 30 cm dan
berat sekitar 0,25-6 kg. Buah yang matang memiliki kulit
kuning atau kuning kecoklatan dengan tekstur yang lembut
dan rasa yang manis.
2.2 Simplisia
Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia simplisia adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat yang belum mengalami perubahan proses
apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan. Menurut penjelasan Gunawan dan Mulyani (2004) bahwa
9
simplisia istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan alam yang berupa
dalam wujud aslinya atau xsebelum mengalami perubahan bentuk.
2.2.1 Jenis simplisia
2.2.1.1 Simplisia Nabati
Simpisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya.
2.2.1.2 Simplisia Hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yag
berguna yang dihasilkan oleh hewan.
2.2.1.3 Simplisia Mineral
Adalah simplisia yang berupa bahan pelican atau mineral yang
belum di olah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia.
2.3 Tablet
2.3.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk
tujuan pengobatan lokal maupun sistemik (Anief 2013)
Kriteria sediaan tablet adalah stabil secara fisika san kimia: secara
ekonomi dapat menghasilkan sediaan yang dapat menjamin agar
setiap sediaan mengandung obat dalam jumlah yang benar,
penerimaan oleh pasien (ukuran, bentuk, rasa, warna dan lain
sebagainya) dan untuk mendorong pasien menggunakan obat sesuai
dengan aturan pemakaian obat (Goeswinagoes, 2008).
b. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, tetapi
dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna
yang diabsorpsikan pada amlumunium hidroksida yang
tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan
pemanis.
c. Tablet Triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa
berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk
memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan.
d. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari
bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air,
harus steril dan larut lebih dahulu sebelum digunakan
untuk injeksi hipodermik.
e. Tablet Sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan
tablet di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara
langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau
jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat.
f. Tablet Bukal
Tablet ini digunakan dengan cara meletakkan tablet di
antara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara
langsung melalui mukosa mulut.
g. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah dimulut
sebelum ditelan dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari
tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
12
laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Tablet ini
sering dipergunakan untuk pengobatan secara berulang
(repeat action).
d. Tablet Salut Enterik
Tablet salut enterik (enteric-coated tablet) atau tablet
lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak
aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa
lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet
melewati lambung.
e. Tablet Lepas Lambat
Tablet lepas lambat (sustained-release tablet) atau tablet
dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa
sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu
tertentu setelah obat diberikan.
2.3.2.4 Berdasarkan Cara Pemakaian
a. Tablet Biasa atau Tablet Telan
Tablet ini dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, pecah di lambung.
b. Tablet Kunyah(cheweble tablet)
Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah
dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak
pahit.
c. Tablet Isap(lozenges, trochisi, pastiles)
Merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma
dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahan-lahan dalam mulut.
d. Tablet Larut (effervescent tablet)
14
g. Reaksi Enzimatik
21
e. CTM
24
2.3 Granul
2.3.1 Pengertian Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih
kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi partikel tunggal
yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 2-12,
walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang
ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya.
Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk yang
diinginkan atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan
adonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang
ayakan yang sesuai dengan ukuran granula yang ingin dihasilkan.
Sehingga partikel yang lebih besar berbentuk dan mengering oleh
pengaruh udara atau dibawah panas (sesuai dengan sifat obat yang
memungkinkan) sambul bergerak diatas nampan pengering untuk
menghindari perekatan granul. Granul mengalir baik dibanding
dengan serbuk. Untuk tujuan perbandingan perhatikan sifat aliran gula
waktu dituangkan antara yang berbentuk gumpalan dan serbuk.
Karena kekhususan ini pembuatan granul biasanya dilakukan diwaktu
campuran serbuk akan dikempa menjadi tablet (Ansel, 2005).
Keterangan:
I = Indeks Kompresibilitas (%).
V0 = Volume granul sebelum dimampatkan (ml).
V = volume granul setelah dimampatkan (ml).
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aultin, 1988, FI IV 1995)
𝑎−𝑏
F= 𝑎
× 100%
Uji ini penting untuk kontrol variasi dari lot ke lot, sehingga
dapat menjamin mutu tablet. Cara kerja alat uji waktu hancur
tablet adalah sebagai berikut: masukkan 5 tablet ke dalam
keranjang, turun naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap
menit. Tablet dikatakan hancur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal di atas kaca, kecualai fragmen dari zat
penyalut atau dinyatakan lain (waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut gula dan bersalut selaput) (Syamsuni, 2007)
2.4.2.5 Permasalahan Selama Proses Pembuatan Tablet
Pada proses pengembangan formulasi yang biasa dan pada
pembuatan tablet-tablet secara rutin, terjadi bermacam-
macam permasalahan. Kadang-kadang sumber permasalahan
adalah formulasi, peralatan pencetakan, atau kombinasi
kedua permasalahan tersebut, diantaranya adalah (Ansel,
2005):
a. Capping dan Laminasi
Capping adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan
sebagian atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau
bawah dari mahkota teblet (corwn) dari bagian utamanya.
Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih
lapisan-lapisan yang berbeda.
b. Pengelupasan dan Penempelan
Pengelupasan adalah istilah untuk menerangkan
permukaan bahan dari suatu tablet yang menempel pada
dan dipisahkan dari permukaan tablet oleh punch.
34