Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
91 tayangan12 halaman

Jurnal Tugas 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 6

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDA


(Ekstrak Psidium guajava)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK 7

FARMASI C

1. Hijriyatul Amaliyah 201810410311139


2. Bella Dwi Sundari 201810410311134
3. Nabila Rahma Yanti 201810410311135
4. Annisa Berliana Dewi 201810410311137
5. Kartika Sita Wulandari 201810410311138

DOSEN PEMBIMBING
Apt. Siti Rofida, M. Farm.
Apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman hayati di bumi terpusat pada daerah tropis. Indonesia berada
pada wilayah tropis yang dilewati oleh garis equator sehingga memiliki kekayaan alam
lautan maupun daratan.Salah satu spesies yang banyak dijumpai di Indonesia adalah
Psidium guajava L. Psidium guajava L. atau sering biasa kita sebut jambu biji ini
merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Serikat Tengah, lalu penyebaran tanaman
ini meluas ke kawasan Asia Tenggara dan ke wilayah Indonesia melalui Thailand
(Cahyono, 2010). Kandungan beberapa senyawa dalam tanaman jambu biji diantaranya
dalam daunnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai obat herbal. Beberapa
penggunaan daun jambu biji yaitu sebagai antidiare, obat demam berdarah, obat batuk,
obat luka, sariawan dan sebagainya (Agromedia, 2008). Selain itu, daun jambu biji juga
digunakan untuk perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolestrol darah meninggi,
sering buang air kecil, dan sebagai larutan kumur atau sakit gigi (Arianingrum, 2013)
Menurut Farmakope Herbal Ed. II (2017), ekstrak kental daun jambu biji yang
dibuat dari tumbuhan Psidium guajava L., suku Myrtaceae, mengandung Flavonoid total
tidak kurang dari 1,40 %. Flavonoid sendiri meupakan senyawa yang termasuk golongan
alkohol dalam bentuk fenol. S). Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan
pada struktur molekulnya terdapat gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2- meliputi flavon,
flavonol, isoflavon, kateksindan kalkon (Middleton dkk.,2000). merupakan pigmen
tumbuhan dengan warna kuning, dan merah dapat ditemukan pada buah dan sayur.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi
makanan. (Kumalaningsih, 2007).
Senyawa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode pengujian yaitu reaksi
warna yang terdiri dari uji Bate-Smith dan Metcalf dan uji Walster, serta metode
Kromatografi Lapis Tipis. Sehingga pada praktikum ini, akan dilakukan identifikasi
untuk membuktikan adanya senyawa flavonoid pada eksrak Psidium guajava L.

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid dalam tanaman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jambu Biji (psidium guajava L)


Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah anggota keluarg Myrtaceae.Penyebaran
genus tumbuhan Psidium mencakup biasanya lebih dari 150 spesies namun juga Psidium
guajava adalah buah paling penting dari genus ini. Jambu biji diyakini berasal dari daerah
yang membentang didunia.Warna kulit buah yang belum matang sebagian besar
berwarna hijau tua yang berubah menjadi hijau kekuningan, kuning pucat dan kuning
dengan blush on merah pada bahu pada tahap matang tergantung pada kultivar. bentuk
buah matang lunak empuk dan berair dan berwarna putih, merah muda atau salmon-
merah (Singh, 2011). Daun jambu biji biasa digunakan di Bolivia dan Mesir untuk waktu
jangka waktu yang lama untuk mengobati penyakit termasuk batuk dan penyakit paru-
paru. Banyak uji penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji
mempunyai mekanisme kerja spasmolitik yang terutama disebabkan oleh fraksi polifenol
dan disebabkan oleh aglikon quercetin (daun jambu biji merupakan sumber yang kaya
senyawa glikosida quercetin yang akan dihidrolisis oleh cairan gastrointestinal dapat
memberikan aglikon queretin), anti bakteri, anti jamur, anti diare, antidiabetes,
hipoglikemik, dan anti-hiperlipidemia (Metwally et al, 2011).
Tanaman ini termasuk semak atau pohon, dengan tinggi 3 m sampai dengan 10 m,
permukaan kulit batangnya halus berwarna coklat dan mudah mengelupas. Daun jambu
biji memiliki struktur berhadapan, dengan bagian tulang daun menyirip, dan juga
memiliki binti pada daun nya, memiliki bentuk daun nya bundar seperti telur agak sedikit
berbentuk lonjong atau agak bundar sampai dengan meruncing. Panjang helai daunya dari
6 cm sampai dengan 14 cm, lebarnya 3 cm sampai 6 cm. Panjang tangkai daunya 3mm
sampai 7 mm. daun yang muda memiliki rambut sedangkan daun tua memiliki
permukaan atas yang licin. Bunga dari jambu biji ini terdiri dari 1 hingga 3 bunga,
dengan panjang ganggang dari bunganya yaitu 2 cm sampai 4 cm; Panjang kelopak
bunga jambu biji nya biasanya 7mm sampai 10 mm; tajuk bunganya berbentuk bundar
telur danjuga sungsang dengan panjang 1,5 cm sampai 2 cm. buah jambu biji bentuknya
bulat atau bulat telur, kalua matang berwarna kuning dengan Panjang 5 cm sampai 8,5
cm. dagingnya diselimuti biji-biji, dalam buah berwarna kuning atau merah jambu
(Materia Medika,1977).
2.2 Klasifikasi jambu biji (psidium guajava L)

Gambar 1. psidium guajava L


Klasifikasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut (Dalimartha 2000):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
2.3 Morfologi Tanaman Jambu Biji (psidium guajava L)
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu dengan ketinggian 3-10 m
dibawah permukaan laut. Daun jambu biji berdaun tunggal, bertangkai pendek, letak
berhadapan, berambut halus, permukaan atas daun licin. Helaian daun berbentuk bulat
telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau (Gotama 1999). Jambu biji berbunga
sepanjang tahun, dan memiliki percabangan banyak. Batangnya berkayu dan keras,
permukaan kulit batang halus dan licin, berwarna kekuningan dengan bagian dalam
kehijauan. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga,
berwarna putih. Buahnya buah buni, 6 berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau
sampai hijau kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul ditengah,
kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecoklatan (Yuniarsih 1996).
2.4 Kandungan jambu biji (psidium guajava L)
Jambu biji secara kimia dicirikan memiliki kandungan senyawa-senyawa
flavonoid, steroid/triterpenoid, alkaloid, tanin dan saponin. Disamping itu, daun jambu
biji mengandung senyawa-senyawa sejenis, seperti 2,3 heksahidroksidifenoil-glukosa,
skriktinin, isostrikinin, telimagradin, pendukulagin, kasuakritin, kusuariin, kasuarinin dan
stakiurin (Achmad 2010). Daun jambu biji mengandung metabolit sekunder yaitu terdiri
dari tanin, polifenol, flavonoid, monoterpenoid, siskuiterpen, alkaloid, kuinon dan
saponin, vitamin B1, B2, B3, B6 dan vitamin C. Ekstrak daun jambu biji mengandung
beberapa senyawa fenolik, yaitu asam galat, katekin, dan kuersetin (Wu et al. 2009).
2.5 Manfaat Tanaman Jambu Biji (psidium guajava L)
Jambu biji memiliki banyak manfaat. Berdasarkan penelitian Pratomo, buah jambu biji menjadi
salah satu buah terbaik yang termasuk dalam kategori pangan fungsional. Buah ini mengandung
zat aktif antioksidan yang tinggi dalam asam asorbat (bakal vitamin C), karoten (bakal vitamin A)
dan anthocyanin. Vitamin C yang dimiliki jambu biji 6 kali lebih banyak dibandingkan jeruk dan
30 kali lebih banyak dibandingkan pisang (Pratomo, 2008).
Kandungan beberapa senyawa dalam tanaman jambu biji diantaranya dalam daunnya
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai obat herbal. Beberapa penggunaan daun
jambu biji yaitu sebagai antidiare, obat demam berdarah, obat batuk, obat luka, sariawan
dan sebagainya (Agromedia, 2008). Selain itu, daun jambu biji juga digunakan untuk
perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolestrol darah meninggi, sering buang air
kecil, dan sebagai larutan kumur atau sakit gigi (Arianingrum, 2013)
2.6 Ekstrak Jambu Biji
Ekstrak kental daun jambu biji adalah ekstrak yang dibuat dari tumbuhan Psidium
guajava L., suku Myrtaceae, mengandung Flavonoid totaltidak kurang dari 1,40 %
dihitung ebagai kuersetin. ( FI Herbal Ed. II, 2017).
2.7 Golongan Senyawa Flavonoid

Gambar 2. Struktur Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa yang termasuk golongan alkohol dalam bentuk
fenol. S). Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan pada struktur
molekulnya terdapat gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2- meliputi flavon, flavonol,
isoflavon, kateksindan kalkon (Middleton dkk.,2000). Flavonoid berperan dalam
meningkatkan glikogenesis sehingga tidak terjadi penimbunan glukosa dalam darah
(Sudarsono, 2002). Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, dan
merah dapat ditemukan pada buah dan sayur. Senyawa ini berperan penting dalam
menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. (Kumalaningsih, 2007).
Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis,
antimikroba, antivirus. Flavonoid memiliki berbagai bioaktivitas tertentu sebagai
antibakteri, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan.
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi
oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid dapat dijadikan obat
tradisional karena flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor pernafasan, menghambat
aldoreduktase, protein kinase, dan DNA polimerase. Flavonoid terbukti mempunyai efek
biologis antioksidan yang sangat kuat yaitu sebagai antioksidan yang dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang pembentukan produksi nitrit oksida
yang beperan melebarkan pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker
(Winarsi, 2007).
Flavonoid juga berperan dalam inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambat
siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan
resistensi multi-obat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut (Ren et al.
20013). Flavonoid dapat menghambat pertumbuhan proliferasi melalui inhibisi proses
oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker (Agoes 2010). Selain itu, senyawa
chalcone yang merupakan prekursor flavonoid juga diketahui dapat memberikan efek
sitotiksik terhadap sel kanker MCF-7 dengan beberapa mekanisme, yaitu terlihat dalam
induksi apoptosis, blokade siklus sel dengan regulasi faktor siklus sel, inisiasi jalur ligan
fas, mempengarui jalur mitokondria, dan memodulasi golongan protein Bcl-2 (Hsu et al.
2006)
2.8 Metode Identifikasi Senyawa Flavonoid
Senyawa golongan flavonoida dapat diidentifkasi dengan menggunakan metode
pengujian yaitu reaksi warna yang terdiri dari uji Bate-Smith dan Metcalf) dan uji
Walster, serta metode Kromatografi Lapis Tipis.
1. Uji Bate-smith dan Metcalf
Pada uji ini menggunakan penambahan HCl pekat fungsinyayaitu untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya (Robinson, 1995). Pada uji ini akan
menunjukkan warna merah terang yang berarti adanya senyawa Leukoantosianin
2. Uji Wilstater
Pada uji ini dilakukan penambahan HCl pekat dan juka Magnesium. HCl pekat untuk
menghidrolisis. Kemudian ditambahkan Mg sehingga terjadi reduksi antara Mg dan
HCl pekat yang akan menghasilkan warna. Pada uji ini menunjukkan adanya jikaa
warna jingga menunjukkan adanya Lvon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol,
merah tua menunjukkan adanya flavanon.
3. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakam slah satu cara untuk pemisahan
fisikokimia flavonoida. Lapisan pemisah teridiri atas fase diam yang ditempatkan
pada plat. Campuran yang dipisahkan berupa larutan, yang ditotolkan berupa bercak.
Fase diam ini diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi fase gerak, pemisahan
akan terjadi selama perambatan, dan bercak pemisahan dieteksi dengan perekasi yang
lazim untuk senyawa flavonoida. (Stahl, 1985). Dalam KLT tedapat factor resistensi
(Rf) yang dirumuskan sebagai berikut : (Gritter, et al. 1991).
Karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen digambarkan sebagai nilai Rf yang
sebagai dasar digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih rendah berarti mempunyai kepolaran
yang besar, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai
Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu
rendah, maka kepolaran eluen harus ditambah (Stahl, E. 1985).
Adapun senyawa identitas dari jambu biji adalah Kuersetin dengan struktur
kimia sebagai berikut ( FI Herbal,2017) :
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Bagan Alir


a. Preparasi Sampel

Ekstrak 0,3g + 3 ml n-heksana, dikocok ada fase n-heksana tidak berwarna

Residu dilarutkan dalam 20 ml etanol, dibagi menjadi 4 bagian (IIIA, IIIB,


IIIC, dan IIID

b. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf

Larutan IIIA sebagai blanko, IIIB + 0,5 ml HCL pekat, amati perubahan
warna

Panaskan di penangas air, amati perubahan warna

Larutan IIIA sebagai blanko, IIIB + 0,5 ml HCL pekat, amati perubahan
warna

Bandingkan dengan blanko. Bila menjadi warna merah terang atau ungu =
senyawa leukoantosianin
2. Uji Wilstater

IIIA blanko, IIIC + 0,5 ml HCL pekat dan 4 potong mg

Amati perubahan warna, encerkan dengan 2 ml aquadest melewati dinding


tabung + 1 ml butanol dinding tabung

Jingga = flavon

Merah pucat = flavonol

Merah tua = flavanon


3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

IIIA blanko, IIIC + 0,5 ml HCL pekat dan 4 potong mg

Fase diam : IPIS tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)

Fase gerak : kloroform : asam formiat (6 : 6 (Igtt))

Penampak noda : - pereaksi sitrat borat

- Uap ammonia, atau


- Asam sulfat 10%

Kuning intensif = flavonoid

Noda kuning dari uap ammonia, mudah menghilang karena menguap.


Namun, noda kuning dari pereaksi sitrat-borak sifatnya permanen
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja
a. Preparasi Sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam tabung reaksi
sampai fase n-heksan tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol dan dibagi menjadi 4 bagian, masing-
masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
b. Reaksi warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
1) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 ml HCl pekat dan
diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas
air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi.
2) Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan
adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko).
2. Uji Wilstater
3) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4
potong magnesium.
4) Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2 mL air suling
melewati dinding tabung, kemudian ditambah 1 ml butanol secara perlahan-
lahan melewati dinding tabung.
5) 3) Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol,
merah tua manunjukkan adanya flavanon.
c. Kromatografi Lapis Tipis
1. Larutan IIID dan fase n-heksan (3.2.a.1) ditotolkan pada fase diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)
Fase gerak : Kloroform:aseton:asam formiat(6:6:(I gtt))
Penampak noda : - pereaksi sitrat borat atau
- uap amonia atau
- asam sulfat 10%
3. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning intensif.
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang secara perlahan
ketika amonianya menguap meninggalkan noda.
5. Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat sifatnya
permanen.

DAFTAR PUSTAKA

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216,
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.
Kumalaningsih, Sri dan Suprayogi. 2007. Jambu Biji ( Psidium guajava ) Tanaman Berkhasiat Penyedia
Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisaran
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas :Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan.
Yogyakarta : Kanisius, hal. 183
Ahmad, S. A., Hakim, E. H dan Makmur, L, 2010, Ilmu Kimia dan Kegunaan Tumbuh-Tumbuhan Obat
Indonesia, ITB, Bandung.
Cahyono, B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Lily Publisher,
Yogyakarta.
Agromedia, R. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 100, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Gritter, R.J. Bobbit, J.M. and Schwarting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. (Diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata. Edisi II. 107. Bandung. Penerbit ITB)
Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Nanas. h. 140- 145. Jakarta :
Trubus Agriwidya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua,
Jakarta : Direktorat.

Anda mungkin juga menyukai