Bab I-Vii Fix
Bab I-Vii Fix
Bab I-Vii Fix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) saat ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian
di dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016 menunjukkan,
70 persen dari total kematian di dunia yaitu sekitar 425 orang dan lebih dari setengah
diabetes adalah diabetes tipe 2, sedangkan kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah.
kasus Diabetes Melitus di dunia dari tahun 2017 terjadi peningkatan kasus Diabetes
Melitus menjadi 425 juta kasus, tingkat prevalensi global penderita diabetes melitus
di Asia Tenggara pada tahun 2017 adalah sebesar 8,5%. Diperkirakan akan
mengalami peningkatan menjadi 11,1% pada tahun 2045 dimana Indonesia berada di
urutan ke-6 setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Mexico dengan jumlah
penderita diabetes melitus sebesar 10,3 juta penderita (IDF, 2017). Hasil Riset
prevalensi diabetes melitus adalah 2,0%. meningkat dari 1,5% pada tahun 2013
menjadi 2,0% pada tahun 2018. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan hasil
pengukuran gula darah pada penduduk umur ≥15 tahun yang bertempat tinggal di
1
2
Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 3,4%. Provinsi
Sedangkan provinsi Kepulauan Riau sendiri menempati posisi ke-21 dengan jumlah
hampir 0,95% dari jumlah penduduk provinsi Kepri yang saat ini hampir 2 juta
penduduk yaitu hampir 600 jiwa lebih. Hal ini disebabkan selain dari gaya hidup
dengan pola makan penduduk kepri yang suka mengkonsumsi makanan yang manis-
manis, dan faktor yang mendukung lainnya adalah stres, disebabkan oleh pengaruh
dari perubahan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk Kepri yang semakin hari
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2017
terjadi peningkatan pasien Diabetes Mellitus sebanyak 11.725 jiwa, tahun 2018
prevalensi angka kejadian diabetes mellitus sebanyak 37.488 Jiwa dan tahun 2019
sebanyak 42.789 jiwa. Data dari RSUD Raja Ahmad Tabib didapatkan diabetes
mellitus berada di sepuluh besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit
Umum Daerah Raja Ahmad Tabib tahun ada tahun 2017 sebesar 155 orang 2018
sebesar 174 orang dan pada tahun 2019 sebesar 204 orang (Rekam Medis RSUD
Raja Ahmad Tabib, 2019). Data dari poli klinik penyakit dalam “RSUD Raja Ahmad
Tabib” di peroleh data pada bulan Januari sampai Juni 2020 terdapat sekitar 274
pasien yang datang untuk kontrol dengan rerata satu bulan terakhir sebesar 64 pasien
pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus adalah Edukasi, Terapi gizi
medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis. Tujuan dari 4 pilar tersebut
ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap pada tingkat normal (tidak
penatalaksanaan maka kadar gula darahnya tidak terkontrol dan akan terjadi
komplikasi misalnya Stroke, Gagal ginjal, Jantung, Kebutaan dan Bahkan harus
menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang sukar atau tidak bisa
2015).
Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan kendala
utama pada pasien diabetes mellitus. Pada pasien DM banyak yang berperasaan tidak
nyaman terhadap jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Chatterjee S, Khunti K,
2017). Yang paling pokok bagi penderita DM adalah pengendalian kadar gula darah,
kadar gula darah. Pengendalian kadar gula darah pada penderita DM berhubungan
dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan
penyakit DM. Hal ini disebabkan karena penyakit DM merupakan gangguan kronis
metabolism zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak dengan ciri-ciri
4
tingginya konsentrasi gula dalam darah walaupun perut dalam keadaan kosong, serta
nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi syaraf (Qurratuaeni, 2019).
penderita diabetes mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan
mengarah pada makanan yang siap saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak
dan sedikit serat yang dapat memicu diabetes mellitus. Kontrol glikemik penderita
diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan klien tentang anjuran diet DM,
meliputi jenis jumlah dan waktu yang tepat untuk tercapainya tujuan pengobatan dan
Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap
pengelolaan diet, maka akan terjadi komplikasi yang bias menimbulkan kematian.
Sikap penderita DM sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan
yang akan membuat penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan
Apabila penderita DM mempunyai pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet
2015).
kestabilan kondisi kesehatan pasien diabetes mellitus (Nemes et al, 2017). Kepatuhan
dalam diet merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah
5
seseorang tidak patuh terhadap diet diabetes melitus adalah kurangnya pengetahuan
dalam melakukan tatalaksana diabetes akan memberikan dampak negatif yang sangat
Penderita diabetes melitus harus rutin mengontrol kadar gula darah sesuai dengan
jadwal yang ditentukan, agar diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah
gangguan dan komplikasi yang mungkin muncul agar ada penanganan yang cepat dan
tepat. Disini perlu memberikan pengetahuan tentang manfaat dari kepatuhan klien
menyesuaikan kebutuhan gula darah sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola
pengendalian kadar gula darah 86,2% penderita diabetes mellitus mematuhi pola diet
diabetes mellitus yang diajurkan, namun secara faktual jumlah penderita diabetes
keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu maka
diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan. Pasien harus
6
belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari
penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak, disamping itu juga harus
memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik
secara baik setiap hari. Namun, berbagai penelitian telah menunjukkan persentasi
kepatuhan diet DM yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Risnasari (2014), kepatuhan diet pasien DM lebih dari setengah 32 orang
(56,145) dari total 57 responden tidak patuh pada diet. Menurut Fauzia et al (2015)
adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan dan sikap sedangkan pada faktor
Bistara dan Ainiyah (2017), bahwa penderita yang memiliki pengetahuan tentang diet
DM yang tinggi, otomatis juga memiliki kepatuhan diet yang baik, sebaliknya
memiliki pengetahuan rendah kepatuhannya rendah terhadap diet. Hal ini sesuai
dengan konsep perilaku yang menyatakan bahwa perilaku akan lebih menetap bila
al, 2015).
7
Dari penelitian yang dilakukan oleh Citra Juniarti (2017) menunjukan bahwa dari
pengetahuan dengan kepatuhan diet yang pengetahuannya kurang dan tidak patuh
dalam diet sebanyak 16 responden (80,0%), sedangkan yang patuh dalam diet
tidak patuh dalam diet sebanyak 4 responden (25,0%), sedangkan yang patuh dalam
mencoba mengikuti kerja sama terhadap pasien mereka dalam menaati nasihat medis.
Meskipun bila pasien telah memberikan upaya yang dapat dipertimbangkan dalam
mencari bantuan kesehatan. Kesempatan ini sangat tinggi dimana nasihat yang
diberikan akan diabaikan atau disalahterapkan (Rochmah, 2015). Dunbar & Stunkard
berpendapat bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang
dihadapi tenaga kesehatan profesional. Oleh karena itu penting untuk diketahui
melupakan begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan (Rochmah, 2015).
perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat
yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari
perilaku kepatuhan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga
pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri
terapi insulin dengan cara tidak tepat, 58% menyuntik insulin dengan ukuran yang
tidak sesuai, 77% memantau dan menginterprestasikan gula darah secara tidak tepat,
dan 75% tidak mau makan sesuai dengan anjuran (Sukraniti & Ambartana 2016).
Dalam upaya mengendalikan kadar gula darah yang tepat, pasien diabetes mellitus
mellitus, dapat terlihat dalam sikap dan ketrampilannya seperti dalam upaya
mellitus dipengaruhi pada latar belakang sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola
berkaitan erat dengan kadar gula darah. Pola makan penderita diabetes mellitus yang
berlebihan akan dapat menaikkan kadar gula darah. Selain itu ketidaktahuan dengan
jenis bahan makanan yang mengandung Indeks Glikemik (IG) tinggi, yang bila
9
dikonsumsi akan cepat meningkatkan kadar gula darah. Oleh karena pendapat atau
sehat dan terbebas dari komplikasi penyakit DM (Tkáčová et al., 2020). Pengetahuan
yang didapat dari tenaga kesehatan juga dapat membantu penderita DM menilai risiko
DM, selain itu juga dapat memotivasi penderita DM untuk mencari pengobatan yang
tepat dalam perawatan, dan membantu penderita DM untuk terhindar dari komplikasi
sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya menjadi prilaku
(Hassan at al, 2015). Penderita DM yang memiliki pengetahuan baik. serta memiliki
memahami dan salah memahami tentang manfaat diet. Pengetahuan yang baik akan
membantu seseorang untuk selalu berperilaku patuh terhadap terapi tersebut. Pasien
yang patuh pada diet akan mempunyai kontrol kadar gula darah (glikemik) yang lebih
baik, dengan kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah
(retinopati), kerusakan pada ginjal (nefropati), dan kerusakan pada sel saraf
(neuropati), sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol
10
glikemiknya menjadi kurang baik bahkan tidak terkontrol, hal ini yang akan
mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak dapat dicegah (Suyono, 2015).
pendahuluan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib dalam hal ini peneliti
mengetahui tentang diabetes mellitus dan mematuhi pola makan mengatakan sering
memeriksakan kadar gula darah namun tetap saja tidak ada perubahan kadar gula
darah, 3 mengemukakan mengetahui diet tetapi makan sesuai dengan menu sehari-
hari yang disediakan oleh keluarga dan tidak patuh berdasarkan diet diabetes mellitus
pasien mengetahui tentang diet diabetes mellitus terkait makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi, pasien mengatakan patuh terhadap diet tetapi kadangkala
merasakan seperti anggota keluarga lain terhadap makanan apa yang dimasak oleh
terhadap diet dikarenakan anggota keluarga yang sering memantau dalam hal
pengaturan makanannya.
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD
B. Rumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masala lah penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan
kepatuhan diet dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe II di Poli
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020”.
2. Tujuan Khusus
mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020
tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020
tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020
12
diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib
Tahun 2020
diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib
Tahun 2020
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat dalam melakukan asuhan
khususnya pengetahuan tentang stress dalam peningkatan gula darah pada pasien
DM.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
gangguan metabolik yang tidak menular melanda beberapa jutaan orang di seluruh
dunia. Hal ini terkait dengan beberapa komplikasi mikro dan makrovaskuler. Hal
ini juga merupakan penyebab utama kematian. Masalah yang belum terselesaikan
adalah bahwa definisi dari ambang diagnostik untuk diabetes (Singh et all, 2016).
DM tipe 2 yaitu suatu gangguan metabolik ditandai kenaikan glukosa darah karena
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan resistensi
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali. Sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya 12 sedikit atau
tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinis pertama dari penyakit adalah
13
ketoasidosis.
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas
akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi
yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. DM tipe ini
terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali
15
pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM kehamilan
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik
lain.
1 disebabkan faktor genetik, penyakit auto imun, dan infeksi virus. Kedua
Diabetes Tipe II, yaitu Diabetes tidak tegantung insulin terjadi jika insulin hasil
produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal
terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Orang
yang terkena penyakit diabetes tipe 2 adalah orang dewasa. Faktor risiko
akibat konsumerisme masyarakat dan gaya hidup yang dijalani, kelebihan berat
badan, kurang olahraga, umur, jenis kelamin, geografis, latar belakang ras dan
etnik, stress, hipertensi dan obat-obatan. DM tipe 2 adalah jenis yang paling
banyak di temukan (lebih dari 90%) dan prevalensi meningkat setelah umur 40
tahun. Diabetes melitus tipe II yaitu diabetes resisiten, lebih sering terjadi pada
dewasa di atas umur 45 tahun, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
16
penderita kelebihan berat badan atau obesitas, pola hidup yang tidak sehat, kurang
3. Patofisiologi
kan turunnya respon insulin. kerja pankreas akan semakin ringan dan memperbaiki
memberikan fungsi tersebut ialah serat yang larut, misalnya pektin, guar gum, dan
umbian. Penderita diabetes pada awalnya tidak menyadari bahwa mereka telah
reaksi muncul setelah penderita tahu bahwa mereka mengidap diabetes, mulai dari
perasaan takut, marah, cemas, stres, hingga depresi (Izzati et all, 2015). Secara
pembatasan dalam diet yang ketat dan keterbatasan aktivitas. Dalam bidang
ekonomi, biaya untuk perawatan penyakit dalam jangka panjang dan rutin akan
menjadi beban tersendiri bagi pasien. Beban tersebut masih dapat bertambah lagi
dampak akibat perawatan atas penyakitnya tersebut. Hal ini akan menimbulkan
resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar mungkin tinggi tetapi pada
keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat kondisinya dapat rendah.Pada
pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan dalam
dkk,2015).
Pada penelitian ini akan berfokus pada DM Tipe 2. Gejala umum yang timbul
pada penderita diabetes diantaranya sering buang air kecil (poliuria) dan terdapat
gula pada air seninya (glukosuria) yang merupakan efek langsung kadar glukosa
Poliuria juga mengakibatkan terjadinya polifagi (sering lapar), kadar glukosa darah
yang tinggi pada penderita diabetes tidak diserap sepenuhnya oleh sel-sel jaringan
tubuh. Penderita akan kekurangan energi, mudah lelah, dan berat badan terus
Tjokroprawiro, 2015)
a. Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika
puasa > 120 mg/dl atau memiliki kadar glukosa darah 200 mg/dl (2 jam setelah
ketika puasa 100-125 mg/dl atau memiliki kadar glukosa darah 140- 199 mg/dl
glukosa darah ketika puasa <110 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
6. Komplikasi
pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak, dan
(nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik) (Edwina & Efrida,
2015).
7. Tatalaksana
a. Edukasi
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin. Diet pasien DM yang utama adalah pembatasan
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga secara teratur
20
3-4 kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga
insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani
d. Terapi farmakologis
jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan obat hipoglikemik oral, diantaranya
dalam darah. Masa kerja metformin adalah 8 jam sehingga pemberiannya 3 kali
sehari atau per 8 jam. Metformin digunakan untuk menjaga kadar glukosa sewaktu
sulfonilurea yang mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan
normal ataupun kurang. Penggunaan obat golongan sulfonilurea lebih efektif untuk
mengontrol kadar gula 2 jam setelah makan (Wicaksono & Fajriyah, 2018).
zi Indonesia (Persagi) dalam Ninda Fauzi (2015), diet memiliki arti sebagai
pengaturan pola dan konsumsi makanan seta minuman yang dilarang, dibatasi
Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang diabetes
asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral maupuninsulin dan aktivitas
fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan
kadar lipida dalam normal. Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola
makan bagi penderita diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal
Menurut Priyoto (2015) Tujuan dari terapi gizi pada penyakit Diabetes Mellitus
a. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama
dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam
badan yang ideal bagi orang dewasa dan mencapai pertumbuhan dan
menggunakannya.
Prinsip pengaturan makan pada diabetes mellitus hamper sama dengan anjuran
makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang beragam
bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang
sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal
makan, Jenis dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J (Priyoto, 2015).
Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena
memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar gula
dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus mengikuti
jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus diikuti interval
3 jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan selingan atau snack.
Itu berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak boleh makan makanan yang
berat seperti nasi dan kue sampai jadwal makan siang. Pasien hanya
karbohidrat dalam selang waktu 3 jam setelah sarapan dan 3 jam setelah snack
penderita boleh makan makanan utama lagi, begitu samapai makan malam. Pada
malam hari tidak diperkenankan makan lagi setelah makan malam (Ninda fauzi,
2015). Contoh jadwal makan pasien adalah makan pasien adalah sebagai berikut :
Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa terjadi
pusing, mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum air gula
Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan diet.
Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena makanan
tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis. Makanan-makanan
yang harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti yang mengandung banyak
gula, selai, es krim, permen, susu manis, buah-buahan yang berasa manis dan tentu
saja gula. Sementara itu makanan yang dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi
sayuran mentah, sayuran olahan dan buah-buahan yang tidak terlalu manis (Ninda
fauzi, 2015).
Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh sebab itu
maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka jumlah makanan yang
boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa dihitung dengan IMT (Index
Masa Tubuh) yang didapat dengan membagi berat badan dan tinggi badan.Jika
badan. Untuk orang obesitas kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat
dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat
yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah. Peningkatan
prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga berkaitan dengan
gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya olahraga (Dewi,
2016).
adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.
Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap
merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus. (Een, 2015). Kepatuhan
dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap penderita diabetes mellitus.
Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus harus mampu menjalankan
26
mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor
Kadar glukosa darah puasa adalah tingkat glukosa di dalam darah yang diukur
setelah pasien puasa selama 8 – 10 jam (Departemen Kesehatan RI, 2009; Eliana,
2015). Sasaran pengendalian glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 yaitu 80-
130 mg/dL (Eliana, 2015). Kadar glukosa darah yang normal cenderung
meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada
orangorang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah
mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal
pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah
27
makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya
(Khonsary, 2017)
Darah Sewaktu (GDS), jika pengambilan sampel darah tidak dilakukan puasa
sebelumnya. Gula Darah Puasa (GDP), jika pengambilan sampel darah dilakukan
setelah klien puasa selama 8-10 jam, Gula Darah 2 jam Post Pradinal (Soegondo,
2015).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon dan kortisol
sebagai sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan
28
jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas yang dilakukan (Rudi & Kwureh,
2017). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada pasien
1) Faktor Internal
1) Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh
tubuh. Sebagian besar karbohidrat yang kita konsumsi terdapat dalam bentuk
polisakarida yang tidak dapat diserap secara langsung. Karena itu, karbohidrat
harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui
makanan akan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa.
Jenis gula lain akan diubah oleh hati menjadi glukosa (Guyton & Hall, 2016).
Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika aktivitas tu-
buh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis glukosa
endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap
seimbang. Pada keadaan normal, keadaan homeostasis ini dapat dicapai oleh
akibat aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi
kurang, maka kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari normal
3) Penggunaan Obat
adalah obat antipsikotik dan steroid (ADA, 2016). Obat antipsikotik atipikal
belum diketahui. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan berat badan
akibat resistensi insulin (B. Katzung & Trevor, 2015). Steroid mempunyai efek
yang beragam karena steroid dapat mempengaruhi berbagai fungsi sel di dalam
yang sama dengan steroid alami tubuh (B. Katzung & Trevor, 2015).
pemakaian glukosa ini, maka konsentrasi glukosa dalah darah akan meningkat
(Guyton, 2016).
hiperglikemia yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
berbagai jenis, di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan
tipe 2 ini ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin. Sel tidak lagi
reseptor-insulin dengan sistem transpor glukosa. Hal ini akan menggangu kerja
insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk menyekresikan insulin.
hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid mempunyai efek pada pertumbuhan
dapat menaikkan kadar glukosa darah melalui efek hormon tiroid terhadap
5) Stres
Stres, baik stres fisik maupun neurogenik, akan merangsang pelepasan ACTH
dengan menstimulasi enzim fosforilase (Murray et al, 2018). Beberapa jenis stres
a) Trauma.
b) Infeksi.
e) Pembedahan.
6) Siklus Menstruasi
peluruhan mukosa uterus (Sender & Decherney, 2016). Siklus menstruasi terdiri
dari tiga fase, yaitu fase proliferasi, sekretori, dan menstruasi. Selama siklus
peningkatan kadar estrogen. Pada fase sekretori, kadar hormon estrogen dan
terdapat dalam kadar yang sangat rendah [CITATION She15 \l 1033 ]. Fluktuasi
darah lebih tinggi dari normal. Kadar estrogen yang tinggi dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin, sehingga kadar glukosa darah dapat lebih rendah dari
normal. Perubahan kadar glukosa darah ini mungkin juga berhubungan dengan
7) Kekurangan Cairan
maka tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-
salah satu efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal
33
8) Konsumsi Alkohol
reduktif yang berlebihan di hati, terutama NADH (B. G. Katzung & Trevor, 2015).
9) Usia
Faktor usia merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi atau di rekayasa.
Sesorang yang menderita DM apabila memiliki luka akan lama atau sulit
untuk memperbaiki.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit DM yang tidak
34
insulin yang diperlukan pasien ditenukan oleh kadr glukosa darah yang akurat.
SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin (Damayanti, 2015)
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan
perilaku pasien dalam melakukan pengendalian kadar glukosa darah agar tetap
stabil. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu yang
lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena didasari oleh kesadaran
2) Pengetahuan
seseorang sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut
sehingga terjadi suatu proses (Rogers 1994 dalam Qurratuaeni 2017). Pasien DM
tipe 2 akan mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD) dengan baik
apabila didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit DM, baik tanda dan
D. Konsep Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka menurut
cit Niven (2016) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien sesuai dengan
manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi
ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku (Ninda fauzi, 2015).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
Guntur, 2016).
Menurut Sarwono (2010) dalam Ninda fauzi (2015) perubahan sikap dan
perilaku individu dimulai dengan tahap identifikasi lalu kemudian menjadi tahap
internalisasi, tahap ini biasanya kepatuhan akan muncul. Tahap kepatuhan awalnya
alasan demi menjaga hubungan dengan petugas kesehatan atau tokoh yang
sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut tahap
identifikasi. Setelah 2 tahapan diatas akan terjadi tahapan berikutnya yaitu tahap
individu mulai berfikir dan merasakan bahwa perilaku baru yang dapat
faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat
kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun factor-faktor
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang tidak perlu rangsangan dariluar, yang
1) Motivasi
Blumental (1982) cit Niven (2015) telah menyelidiki tentang hubungan antara
orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang
37
lemah dan yang kehidupan socialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya
3) Pendidikan
4) Interaksi
Ketidakpatuhan menurut Guntur (2016) terjadi karena ketiga faktor, antara lain:
a. Faktor pasien
b. Faktor komunikasi
c. Faktor perilaku
4. Manfaat Kepatuhan
penyembuhan.
dan minuman yang dikonsumsi pasien DM setiap hari untuk menjaga kesehatan
dan mempercepat proses penyembuhan, diet ini berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat
perawatan ini meliputi : mengendalikan asupan nutrisi / diet, berolah raga secara
teratur, menggunakan obat sesuai resep serta memantau kadar gula darah (Aspiani,
2018)
antara lain memberikan pedoman tentang kebutuhan gizi orang dengan DM dan
karbohidrat (60-70 %), protein (10-15 %) dan lemak (20-25 %) (Sukardji, 2015).
lain :
pertumbuhan).
Jadwal, Jenis),artinya :
40
3) Untuk kasus-kasus yang kadar glukosa darahnya sulit normal (resisten), latihan
tiga kali sehari pada saat 1-1½ jam sesudah makanan utama adalah mutlak
harus dilaksanakan.
Pada pria paruh baya dan lansia membuktikan bahwa aktifitas fisik yang terdiri
pekerjaan rumah dan berkebun, berjalan – jalan, jalan cepat, berenang, bersepeda,
2) Glucophage : obat ini tidak menurunkan kadar gula darah, tetapi meningkatkan
3) Terapi insulin : diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh dan untuk
c) Wadah obat : mudah dibuka dan terbuat dari transparan, karena sering
sobek.
42
senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar gula darah maka akan terhindar
kepatuhan antara lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa, statu ekonomi dan
mempengaruhi kepatuhan.
1) Usia
bahwa usia mempunyai hubungan terhadap kepatuhan diet penderita DM. pada
lansia (Putu Keni, 2015). Menurut pendapat Hurlock bahwa usia dewasa
43
merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat dan cekatan untuk dapat
akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Seorang pasien penderita
diabetes mellitus yang telah mempunyai usia >35 tahun cenderung tidak mudah
penurunan dalam mengingat dan menerima suatu hal yang baru Purwanto
(Purwanto, 2016).
2) Jenis kelamin
(2015) laki – laki lebih patuh dalam menjalankan diet karena berkaitan dengan
patuh dalam diet, Namun ada beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa
3) Pengetahuan
44
terutama pada orang dewasa dimulai pada dominan kognitif dalam arti subjek
tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya
4) Pendidikan
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdisi sendiri. Semakin rendah tingkat
pendidikan yang dimiliki maka akan semakin rendah pula kemampuan yang
(Purwanto, 2016).
5) Pendapatan
45
diet pada penderita DM. Hal tersebut sesuai dengan hasil penenlitian yang
untuk membeli makanan sesuai diet diabetes lebih sedikit dibandingkan dengan
pasien pengobatan yang dijalani (Anggina, et al, 2015). Menurut Smeltzer et al.
(Iswanti, 2015).
7) Persepsi
seseorang untuk mengambil tindakan yng baik dan sesuai untuk menlakukan
8) Motivasi Diri
46
Motivasi diri merupakan dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri
perilakunya.
9) Kepercayaan Diri
terhadap suatu objek psikologis. Kepercayaan diri yang sudah terbentuk dan
berkembang dalam diri seseorang, dimana hal tersebut sudah menjadi bagian
oleh rasa percaya diri dan motivasi dalam diri untuk mengikuti seluruh anjuran
yang mempunyai kepercayaan diri yang yang tinggi mempunyai peluang lebih
pengetahuan yang akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup
sesorang sehingga akan mencapai kualitas hidup yang lebih baik, oleh
medis daripada pasien yang merasa kurang mendapat dukungan social dari
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda – beda dalam berbagai tahap
tersebut berupa dukungan emosional, materil, serta psikis (Elmiani, et al, 2015).
48
(Puspitasari, 2015)
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
2. Kriteria Pengetahuan
Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
49
nilai :
1) Pendidikan
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
2) Minat
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang
3) Pengalaman
Azwar (2015), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali.
50
Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk
4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
1) Ekonomi
dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
2) Informasi
51
sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan
3) Kebudayaan/Lingkungan
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Bagi penderita diabetes
Rasio adalah pengetahuan yang bersifat abstrak dan pra pengalaman yang
yang ada. Sementara pengalaman adalah jenis pengetahuan yang didapat dilihat
oleh indra manusia berdasarkan pengalaman pribadi berupa fakta dan informasi
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
BAB III
A. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ada 2 yaitu faktor intrisik dan faktor
ekstrinsik. Pada faktor intrinsik terdapat faktor motivasi, faktor keyakinan, sikap dan
kepribadian, faktor pendidikan dan faktor pemahaman terhadap interaksi. Pada faktor
kualitas interaksi dan perubahan model terapi. Dari faktor-faktor tersebut dapat
53
dikenal juga dengan sebutan 3J yaitu tepat Jadwal, tepat Jenis dan tepat Jumlah dari
prinsip 3J tersebut berpengaruh terhadap tingkat kadar gula darah. Faktor yang
mempengaruhi perubahan tingkat kadar gula darah sendiri ada 2 yaitu ekternal dan
internal, pada faktor internalnya Penyakit & Stres, Obesitas, Makanan, Latihan atau
Olahraga, OHO dan Insulin, Usia serta Pemantauan (Monitoring ) Kadar Gula Darah.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka
teori Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Diet Dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib
Faktor Predisposisi
1. Usia 52
2. Jenis Kelamin Kepatuhan Diet Diabetes
3. Lama Menderita DM
Mellitus
4. Pengetahuan
5. Pendidikan
(3J) :
6. Persepsi
7. Motivasi a. Tepat Jadwal
8. Kepercayaan diri b. Tepat Jenis
Faktor Penguat c. Tepat Jumlah
1. Dukungan Keluarga
2. Dukungan Petugas
Kesehatan
Faktor Pendukung
1. Keikutsertaan
penyuluhan gizi
Kadar Gula Darah
54
Keterangan
Diteliti
Tidak diteliti
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah uraian dan visualisasi kaitan atau hubungan
antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Sesuai
dengan uraian hasil tinjauan teori peneliti, maka didapatlah kerangka konsep untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet dengan kadar gula
darah penderita diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad
Tabib.
Tingkat
Pengetahuan
Kadar Gula Darah
Kepatuhan Diet
Bagan 3.2
Kerangka Konsep
55
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua
variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Nursalam, 2017). Hipotesis pada
diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib.
2. Ada hubungan kepatuhan diet dengan kadar gula darah penderita diabetes
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Peneltian
variabel independen dan variabel dependen dinilai hanya satu kali pada suatu saat
(Nursalam, 2017). Pengukuran data penilitian (variabel bebas dan terikat) dilakukan
satu kali dan secara bersamaan. Pada penilitian ini akan menganalisis hubungan
56
tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet terhadap kadar gula darah penderita diabetes
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek atau subjek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe II di
Poli Penyakit Dalam di RSUD Raja Ahmad Tabib dalam kurun waktu 3 bulan
2. Sampel
55
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Sugiyono,
2016). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe II di
Poli Penyakit Dalam di RSUD Raja Ahmad Tabib dalam kurun waktu 3 bulan yang
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang
diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2016). Adapun besar sampel
N
n=
1 + N ( d )2
Keterangan :
n= 112
1 + 112(0,05)2
Penelitian ini akan dilakukan di Poli Penyakit Dalam di RSUD Raja Ahmad Tabib
N Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur
o Ukur
1 Independen
. Tingkat Segala Angket Kuesioner Ordinal Baik: Jika
Pengetahuan sesuatu skor nilai
yang dapat 76-100%
dijelaskan Cukup:
oleh Jika skor
seseorang nilai 56-
tentang 75%
diabetes Kurang:
mellitus Jika skor
meliputi nilai ≤56-
Pengetahua
n tentang 3
J yaitu
dalam
bentuk tepat
jadwal,
tepat jenis
dan tepat
jumlah
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data
(Nursalam, 2015). Alat pengumpulan data pada setiap variabel dalam penelitian ini
yaitu data demografi, pengukuran kadar gula darah, kuisioner pengetahuan, dan
1. Data demografi
Di dalam kuisioner ini terdiri atas pertanyaan tentang data responden yang diisi
oleh responden, yaitu: Identitas yang terdiri dari nama/ inisial, umur, pendidikan
terakhir, pekerjaan
60
peneliti dan peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Penilaian
diperoleh dengan cara pemberian skor yaitu skor 1 untuk jawaban yang benar dan
skor 0 untuk jawaban yang salah. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dinilai
dengan rumus
atau tingkat signifikansi 5%. Besar r tabel ditentukan sesuai jumlah responden
yang diuji dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,464. Item instrument
dianggap valid atau relevan jika r hitung> r tabel yang telah ditentukan. Uji
reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Hasil uji
alpha sebesar 0,764, berarti pertanyaan pada kuesioner dinyatakan sangat reliable.
mendapatkan skor :
atau tingkat signifikansi 5%. Besar r tabel ditentukan sesuai jumlah responden
yang diuji dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,2960. Item instrument
dianggap valid atau relevan jika r hitung> r tabel yang telah ditentukan. Uji
reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Hasil uji
Kadar gula darah pasien diambil melalui hasil pemeriksaan di Rumah Sakit
dengan kriteria :
F. Etika Penelitian
1. Informed Consent
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien,
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang akan disajikan, hanya
3. Kerahasiaan ( confidentiality )
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
1. Data Primer
Data primer didapatkan dari responden yaitu responden yang memenuhi kriteria
inklusi dengan membagikan kuesioner yang terdiri dan pemeriksaan gula darah.
data berupa karakteristik responden, skor dari pengetahuan, skor dari kepatuhan
a. Peneliti mengurus surat izin pengambilan data dan penelitian dari kampus dan
Riau
64
Ahmad Tabib
bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data
penelitian
pemeriksaan di Rumah Sakit dan hasil kemudian dicatat sebagai data penelitian
2. Data Sekunder
lauan Riau dan populasi pasien DM tipe II di RSUD Raja Ahmad Tabib.
Seluruh kuesioner yang dikumpulkan diolah melalui proses dengan tahap sebagai
a. Editing
data responden, serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan
petunjuk.
b. Coding
c. Entry
Memasukkan data yang telah diberi kode ke perangkat lunak komputer yaitu
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
P = F x 100
N
Keterangan :
P : Jumlah persentase
N : Jumlah responden
2. Bivariat
Analisis bivariat untuk menguji adanya hubungan menggunakan uji chi square. Uji
statistik yang sesuai adalah melalui perhitungan uji chi square selanjutnya ditarik
kesimpulan bila p lebih kecil dari nilai 0,05 (p< 0,05) maka ada hubungan bermakna
antara variabel independen dan variabel dependen dan bila p lebih besar dari 0,05
(p> 0.05) berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel independen dan
variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad
Tabib Tanjungpinang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal
11 Desember 2020 sampai dengan 11 Januari 2021 dengan cara menjelaskan tujuan
kepada responden. Kuesioner ini terdiri dari 43 pertanyaan yang dibagi menjadi 4
bagian, yaitu karakteristik responden, pengetahuan data kepatuhan diet dan kadar
gula darah. Dimana kuesioner ini dibagikan kepada 88 orang responden di Poliklinik
Khusus Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang yang memenuhi
kriteria iklusi sampel. Pada bab hasil penelitian ini berdasarkan analisis univariat dan
bivariat.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik dari 88 orang responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur,
Mellitus, keteraturan minum obat, obat-obat yang didapatkan dan diminum, konsumsi
Penjelasan dari karakteristik responden ini dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :
NO Karakteristik Responden f %
1 Jenis Kelamin
68
a. Laki-Laki 47 53,4
b. Perempuan 41 46,6
2 Umur
a. < 45 Tahun 2 2,3
b. 45-60 Tahun 43 48,9
c. >60 Tahun 43 48,9
3 Pendidikan
a. Tidak Sekolah 5 5,7
b. SD 25 28,4
c. SMP 36 40,9
d. SMA 16 18,2
e. Diploma/S1 6 6,8
4 Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 5 45,5
b. Pedagang 25 38,6
c. TNI/Polri 36 10,2
d. PNS 16 4,5
e. Pegawai Swasta 6 1,1
5 Penghasilan
a. < Rp. 1.800.000 40 45,5
b. Rp. 1.800.000-Rp. 40 45,5
5.500.000 8 9,1
c. > Rp. 5.500.000PNS
6. Lama Menderita
a. < 5 Tahun 33 37,5
b. 5-10 Tahun 44 50,0
c. > 10 Tahun 11 12,5
7 Keteraturan Minum Obat
a. Ya 76 86,4
b. Tidak 12 13,6
8 Obat Yang didapat dan
diminum
a. Metformin dan 88 100
Glibenklamid
9 Konsumsi Herbal
a. Ya 12 13,6
b. Tidak 76 86,4
10 Jenis Herbal
a. Daun Belimbing 5 41,7
b. Kayu Manis 4 33,3
c. Daun Salam 2 16,7
d. Lidah Buaya 1 8,3
69
11 Pernah Mendapatkan
Informasi 88 100
a. Ya 0 0
b. Tidak
12 Sumber Informasi
a. TV 25 28,4
b. Koran 3 3,4
c. Buku 0 0
d. Internet 0 0
e. Orang terdekat 7 8,0
f. Petugas Puskesmas 53 60,2
Total 88 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden berjenis
kelamin laki-laki (53,4%), hampir separuh umur termasuk kriteria Lansia Awal (43
tahun (50%), keteraturan minum obat rata-rata teratur (86,4%), semua obat yang
didapatkan met formin dan glibenklamid (100%), rata-rata tidak konsumsi herbal
(68,4%), jenis herbal yang konsumsi herbal yaitu daun belimbing (41,7%), semua
Puskesmas (60,2%%).
C. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden pada
baik yaitu sebanyak 38 orang (43,2%), cukup sebanyak 35 orang (39,8%) dan kurang
2. Kepatuhan Diet
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa separoh responden tidak patuh
Tabel. 5.4 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe 2
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun
2020
71
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa separoh responden kadar gula
darah sedang yaitu sebanyak 58 orang (65,9%), kadar gula darah baik yaitu sebanyak
30 orang (34,1%).
D. Analisis Bivariat
Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun
2020
persentase kadar gula darah baik dengan pengetahuan baik sebesar 22 orang (73,3%).
Sedangkan dari 35 responden kadar gula darah yang sedang dengan pengetahuan
menggunakan uji statistik chi- square ditemukan p = 0,000 dengan p < 0,005. Berarti
72
ada hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah responden secara
signifikan.
Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun
2020
Tabel. 5.6 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020
persentase kadar gula darah sedang dengan kepatuhan diet tidak patuh sebesar 41
orang (70,7%). Sedangkan dari 37 responden kadar gula darah yang baik dengan
dengan menggunakan uji statistic chi- square ditemukan p = 0,001 dengan p<0,05.
Berarti ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah responden
secara signifika
BAB VI
PEMBAHASAN
73
A. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat
bahwa pengetahuan responden pada baik yaitu sebanyak 38 orang (43,2%), cukup
kuranga dalah tentang bahan makanan yang cepat meningkatkan kadar gula darah
bahwa bahan makanan yang cepat meningkatkan kadar gula darah hanya makanan
pernyataan benar dengan skor 78 (89%) dan pernyataan salah skor 10 (11,4%) .
dengan kebutuhan energi yang diperlukan oleh tubuh kita”. Artinya mayoritas
responden mengetahui tentang asupan makanan yang dikonsumsi itu tidak harus
pengetahuan didapatkan bahwa skor terendah pada pernyataan benar dengan skor
Jumlah kalori dalam makanan untuk sekali makan dengan sayur, separo yang
72
lainnya dibagi dua lagi: satu untuk makanan padat atau karbohidrat dan bagian lain
74
mellitus di Ruang Interna RSUD dr. H Moh Anwar Sumenep, menemukan bahwa
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Berdasarkan umur pasien diperoleh hasil bahwa pasien dengan umur 43 sampai
lebih dari 60 tahun memiliki pengetahuan yang mayoritas baik dan cukup, hal ini
pasien dengan pekerjaan ibu rumah tangga dan pedagang memiliki pengetahuan
yang kurang baik dan cukup baik, sedangkan pasien dengan pekerjaan TNI/Polri
dan pegawai negeri sipil memiliki pengetahuan yang cenderung cukup baik dan
75
berdiri sendiri. Semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki maka akan
semakin rendah pula kemampuan yang akan dimiliki seseorang dalam menyikapi
belakang pendidikan yang kurang atau dalam tingkatan dasar, cenderung tidak
pendidikan untuk sekedar mengenalkan ilmu baru kepada seseorang tanpa adanya
proses nalar dan pertimbangan akan suatu ilmu. Responden yang memiliki latar
informasi baru karena proses berpikir yang telah tertanam dalam dirinya hanyalah
bersifat sementara karena tidak adanya proses nalar yang cukup dari penderita
Diabetes Mellitus itu sendiri yang dikarenakan latar belakang pendidikan yang
dimiliki.
lain, baik dari media cetak maupun media elektronik mengenai informasi penyakit
diabetes. Sehingga pasien yang sudah terbiasa bercengkrama media cetak baik
berupa majalah, artikel, koran dan lain sebagai nya akan lebih banyak mengetahui
dan paham mengenai penyakit diabetes melitus. Begitu juga dengan pengetahuan
yang di dapat melalui media elektronik baik dari televisi, radio, telepon genggam
dan media lainnya akan lebih cepat dan mudah untuk memperoleh informasi
mendapatkan informasi tentang diet DM Tipe II selain dari petugas kesehatan juga
dari media masa dan elektronik. Seluruh responden memanfaatkan televisi / radio
data yang dipakai untuk suatu keperluan (Arikunto, 2019). Salah satu alat untuk
itu sendiri merupakan suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau
elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan
terutama informasi mengenai diabetes mellitus melalui media televisi dan radio
mellitus
Ruang Interna RSUD dr. H Moh Anwar Sumenep, menemukan bahwa responden
oleh Pujiastuti (2016) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
pengetahuan responden akan penyakit dan diet DM adalah tinggi yakni sebanyak
2. Kepatuhan Diet
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa separoh
responden tidak patuh yaitu sebanyak 51 orang (58,0%) dan patuh sebanyak 37
orang (42,0%)..
terhadap diet DM. Hal ini terlihat dari hasil analisis kuesioner didapatkan bahwa
yang menyatakan sering pada pernyataan No.2 dengan jumlah 54 orang (61%) an
“saya menambah porsi makan”, yang artinya masih banyak responden yang masih
Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh sebab itu
maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka jumlah makanan yang
boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa dihitung dengan IMT (Index
Masa Tubuh) yang didapat dengan membagi berat badan dan tinggi badan.Jika
badan. Untuk orang obesitas kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat
Sedangkan responden yang patuh terhadap diet DM dapat dilihat dari hasil
sebanyak 47 orang (53,4%) dan 2 orang (2,3%) menyatakan selalu yaitu pernyatan
minyak/ tinggi lemak seperti gorengan, usus, hati serta fast food”, yang artinya
Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan diet.
Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena makanan
tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis. Makanan-makanan
yang harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti yang mengandung banyak
79
gula, selai, es krim, permen, susu manis, buah-buahan yang berasa manis dan tentu
saja gula. Sementara itu makanan yang dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi
sayuran mentah, sayuran olahan dan buah-buahan yang tidak terlalu manis (Ninda
fauzi, 2015).
Hal yang diperlukan dalam melaksanakan kepatuhan diet adalah minat atau
keinginan dari penderita untuk melakukan diet. Minat atau keinginan untuk
mendapatakan tubuh yang sehat merupakan kekuatan terbesar dari dalam individu
untuk melakukan diet pada penderita DM. Minat atau keinginan sangat diperlukan
karena diet pada penderita DM tidak hanya memerlukan waktu yang singkat, perlu
waktu seumur hidup untuk melakukan kepatuhan diet. Kesabaran dan motivasi
terdekat sebaiknya ikut andil dalam memberikan dukungan kepada penderita DM.
Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka menurut
cit Niven (2016) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien sesuai dengan
manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi
ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku (Ninda fauzi, 2015).
80
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
memiliki prinsip pengaturan diet. Prinsip diet DM adalah tepat jadwal, tepat
Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam
porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar jumlah
kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak
Kepatuhan pada penelitian ini, perilaku pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam
melaksanakan aturan diet yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan instruksi
dokter, meliputi diet Diabetes, jenis diet, jumlah diet, dan jadwal diet. Rendahnya
tingkat kepatuhan pasien DM terhadap terapi diet sehubungan dengan jenis dan
menderita DM Tipe II lebih lama lebih sering mengkonsumsi makanan yang tidak
sesuai, dengan proporsi lemak jenuh yang besar serta tidak menjalani diet dengan
benar. Hal ini disebabkan oleh timbulnya perasaan jenuh, bosan dan depresi pada
bahwa gejala depresi timbul akibat kejenuhan dalam mematuhi aturan diet dan
pengobatan.
Hasil yang lebih baik ditemukan dari penelitian Senuk, dkk (2015), dimana
tingkat kepatuhan pasien DM terhadap terapi diet adalah 53,6%. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwipayanti (2017) tentang
pelaksanaan diet pada penderita Diabetes Mellitus di Ruang Interne RSUD dr. H
Moh Anwar Sumenep, menemukan bahwa lebih dari separoh responden tidak
(58,3%). Pada penelitian ini, kepatuhan tidak berbeda berdasarkan usia, jenis
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa separoh
responden kadar gula darah sedang yaitu sebanyak 58 orang (65,9%), kadar gula
darah baik yaitu sebanyak 30 orang (34,1%). Menurut peneliti kategori gula darah
masih dalam kategori yang harus diperhatikan dikarenakan masih kategori sedang.
Hal ini terlihat bahwa semua obat yang didapatkan metformin dan glibenklamid
(100%), rata-rata tidak konsumsi herbal (68,4%), bagi yang konsumsi herbal, jenis
menyebabkan kadar gula darah tidak mencapai target normalnya. Namun jika
kepatuhan pasien meningkat tetapi kadar gula darah pasien tidak mengalami
82
penurunan, hal tersebut berkaitan dengan pengaturan pola makan yang tidak
sesuai. Selain itu, stres juga merupakan faktor yang berpengaruh penting bagi
penyandang DM. Stres yang tinggi dapat memicu kadar gula darah dalam tubuh
yang semakin meningkat sehingga semakin tinggi stres yang dialami oleh
(Labindjang, 2015).
alami yang lebih aman, tidak menyebabkan efek sampingdan lebih efektif dalam
penurunan kadar gula darahdaripada menggunakan obat anti diabetes oral yang
Kadar gula darah yang tidak terkontrol disebabkan oleh berbagai faktor yang
menjalankan program diet yang kurang patuh, aktifitas fisik yang kurang
Kadar glukosa darah puasa adalah tingkat glukosa di dalam darah yang diukur
setelah pasien puasa selama 8 – 10 jam (Departemen Kesehatan RI, 2009; Eliana,
2015). Sasaran pengendalian glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2 yaitu 80-
130 mg/dL (Eliana, 2015). Kadar glukosa darah yang normal cenderung
83
meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada
orangorang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah
mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal
pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah
makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya
(Khonsary, 2017)
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh meivy
(2017) diperoleh bahwa kadar gula darah diabetes mellitus tipe II yaitu responden
kadar gula darah buruk sebanyak 39 responden (52,0%) dan kadar gula darah
sedang 36 responden (48,0%). Hal ini dikarenakan pola makanan yang dikonsumsi
Penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2016) menyatakan bahwa kadar gula
darah baik sebanyak 14 responden (38,9%) dan kadar gula darah buruk sebanyak
selama menjalani diet DM, pasien tidak menaati aturan yang diberikan oleh dokter
84
ataupun petugas kesehatan lainnya, maka perubahan kadar gula darah diatas nilai
normal.
Rendy & Margareth (2016) tujuan utama diabetes melitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi
(2015) di nyatakan bahwa tingkat kadar gula darah responden yang sebagian besar
melitus. Namun selain faktor adanya penyakit diabetes melitus tersebut, faktor lain
Menurut asumsi peneliti kadar gula darah yang sedang di sebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya pola makan dan tidak rutin mengkonsumsi obat. Hal
B. Analisis Bivariat
Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun
2020
persentase kadar gula darah baik dengan pengetahuan baik sebesar 22 orang
(73,3%). Sedangkan dari 35 responden kadar gula darah yang sedang dengan
dengan menggunakan uji statistic chi- square ditemukan p = 0,000 dengan p <
0,005. Berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah
lain, serta perencanaan diit dan olahraga yang sesuai dengan pedoman untuk
Ruang Interne RSUD dr. H Moh Anwar Sumenep, menemukan bahwa adanya
membentuk suatu perilaku kepatuhan. Pengetahuan yang baik tentang kapan dan
bagaimana melaksanakan suatu terapi dapat membantu pasien untuk berfikir kritis
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
faktor lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan selain pengetahuan tetapi tidak
kesehatan.
dengan kadar gula darah dan teori yang ada, penderita DM perlu memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai DM, karena akan lebih terbantu
pengobatan DM. Pengetahuan juga akan berpengaruh pada perilaku diabetes yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Madjid et al., (2019) Adanya
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan kadar gula darah karena
pengetahuan. hal ini karena dari beberapa responden sering berpartisipasi dalam
kegiatan edukasi mengenai program diet dalam mengontrol kadar gula darah yang
biasa dilakukan oleh petugas kesehatan, dari kegiatan tersebut perilaku dapat
87
dalam menjalani pengobatan yang pada akhirnya kadar glukosa darah sewaktu
dapat terkontrol.
dengan kadar gula darah dan teori yang ada, penderita DM perlu memiliki
Jumlah kalori dalam makanan untuk sekali makan dengan sayur, separo yang
lainnya dibagi dua lagi: satu untuk makanan padat atau karbohidrat dan bagian lain
untuk makanan sumber protein. Karena akan lebih terbantu dan mudah dalam
Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun
2020
persentase kadar gula darah sedang dengan kepatuhan diet tidak patuh sebesar 41
orang (70,7%). Sedangkan dari 37 responden kadar gula darah yang baik dengan
dengan menggunakan uji statistic chi- square ditemukan p = 0,001 dengan p <
0,005. Berarti ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah
Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka menurut
cit Niven (2016) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien sesuai dengan
manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi
ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku (Ninda fauzi, 2015).
untuk pengendalian kadar gula darah. Dimana keptuhan merupakan wujud tingkah
laku pasien dalam mengontrol kadar gula darah. Kepatuhan diet didasarkan pada
aspek 3J, yaitu patuh jadwal, jenis dan jumlah. Perkeni (2015) terdapat 4 pilar
diet. Terapi diet merupakan aspek kedua setelah edukasi dalam penatalaksanaan
DM, maka peran terapi gizi sangat penting bagi penderita DM, oleh sebab itu
kepatuhan untuk menjalankan program terapi diet sangat berkaitan dengan kadar
gula darah.
gula darah, salah satunya terapi diet. Terapi diet merupakan aspek kedua setelah
edukasi dalam penatalaksanaan DM, maka peran terapi gizi sangat penting bagi
89
penderita DM, oleh sebab itu kepatuhan untuk menjalankan program terapi diet
meliputi jenis dan frekuensi makan. Pengaturan ini merupakan bagian dari
dalam pengaturan makan adalah keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh tim
tingkat hubungan kepatuhan diet dengan perubahan kadar gula darah pada pasien
perubahan kadar gula darah, jika kepatuhan baik maka kadar gula darah normal,
dan sebaliknya jika tidak patuh menjalani diet perubahan kadar gula darah di atas
nilai normal.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dwi Vinti (2015) menunjukkan kadar gula
tidak terkontrol lebih banyak (89,3%) pada pasien yang tidak patuh terhadap diet
dibandingkan pada pasien yang patuh pada diet yang dianjurkan (45,8%). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2016)
yang menjelaskan bahwa banyak faktor mempengaruhi kadar gula darah meliputi
kepatuhan terapi diet, usia, jenis kelamin, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik,
90
atau pengaturan makan maka semakin kecil peluang ia akan memiliki kadar gula
dara dalam katehori tidak normal. Hal ini disebabkan oleh karena semua makanan
makan yang terdiri dari jumlah, jenis serta jadwal, diharapkan dapat
anjuran diet yang diberikan petugas kesehatan. Penderita DM perlu untuk patuh
dan paham mengenai diet DM 3 J tentang Jumlah kaloriyang dibutuhkan dan jenis
BAB VII
A. Kesimpulan
Pengetahuan dan Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Raja Ahmad Tabib Tahun 2020, maka
2. Separoh responden tidak patuh yaitu sebanyak 51 orang (58,0%) dan patuh
3. Separuh responden kadar gula darah sedang yaitu sebanyak 58 orang (65,9%),
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah responden secara
baik mengenai diet DM yaitu 3 J tentang Jumlah kalori dalam makanan untuk
sekali makan dengan sayur, separo yang lainnya dibagi dua lagi: satu untuk
makanan padat atau karbohidrat dan bagian lain untuk makanan sumber protein.
92
5. Ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah responden secara
diperhatikan.
B. Saran
baik secara berkelompok atau perorangan 2-3 kali dalam sebulan untuk
pasien dan keluarga pasien mengenai tentang 3J, khususnya tentang jumlah
khususnya tentang jumlah kalori yang dibutuhkan dan jenis makanan yang
harus diperhatikan.
tentang jumlah kalori yang dibutuhkan dan jenis makanan yang harus
mellitus.
Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai variabel yang tidak diteliti pada
penelitian ini, seperti aktifitas fisik, dukungan keluarga ,motivasi pasien terhadap
pengendalian kadar gula darah, frekuensi dan kesesuaian konseling gizi pada
pasien.