Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Gusti Ayu Kartika Prami Dewi

No : 12
Kelas : XII MIPA 2

1. Tema dari novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah budaya, adat istiadat dan cinta. Dimana
novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini menceritakan tetang kebudayaaan dan adat istiadat dari
sebuah duku di Banyumas, yaitu Dukuh Paruk yang terkenal dengan ronggengnya.
2. Alur yang terdapat dalam novel adalah alur campuran. Dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk”
ini terkadang menggunakan alur maju namun sesekali disertai flashback atau menceritakan kisah
masa lalu.
3. Latar yang tergambar dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, Yaitu:
A. Latar Tempat
 Dukuh Paruk
“Dengan daerah pemukiman terdekat, Dukuh Paruk hanya dihubungkan oleh
jaringan pematang sawah, hampir dua kilometer pajangnya. Dukuh paruk,
kecil dan menyendiri. Dukuh paruk yang menciptakan kehidupannya sendiri.”
 Di tepi kampong
“Di tepi kampung, tiga anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut
sebatang singkong.”
 Makam
“Tengah malam Sakarya keluar menuju makam Ki Secamenggala. Laki-laki
itu menangis seorang diri disana.”
 Rumah Kartareja
“Aku sendiri hanya maju beberapa langkah dan berteduh di emperan rumah
Kartareja.”
 Desa Dawuan
“Dawuan, tempatku menyingkirdari Dukuh Paruk, terletak di sebelah kota
kecamatan.”
 Pasar Dawuan
“Di pasar Dawuan pula suatu kali aku dapat melihat Srintil yang datang
berbelanja dengan Nyai Kartareja.”
 Rumah Batu / Markas tentara
“Pekerjaan kumulai. Peti-peti logam serta barang berat lainnya kuangkat di
atas pundak dan kubawa ke sebuah rumah batu yang ternyata telah
dipersiapkan sebagai markas tentara.”
 Rumah nenek Rasus
“Selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk
berdekatan dengan Srintil di beranda rumah nenekku sendiri.”

 Warung lontong
“Perempuan-perempuan itu memperhatikan Srintil memasuki warung penjual
lontong. Di sana Srintil duduk satu lincak bersama perempuan pemilik
warung.”
 Lapangan Kecamatan Dawuan
“Perayaan Agustusan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di
lapangan kecamatan Dawuan.”
 Alaswangsal
“Hampir tengah hari ketika rombongan dari dukuh paruk memasuki kampung
Alaswangsal.”
B. Latar Waktu
 Musim Kemarau
”Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh
Paruk telah tujuh bulan kerontang.”
 Sebelas tahun silam
“Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil
basah kuyup tersiram hujan lebat.”
 Agustus Tahun 1963
“Perayaan Agustusan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di
lapangan kecamatan Dawuan.”
 Tahun 1964
“Tetapi pada tahun 1964 itu, ketika paceklik merajalela di mana-mana,
ronggeng Dukuh Paruk malah sering naik pentas.”
  Februari Tahun 1966
“Tengah mlam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut tenggara jawa
tengah. Kegelapan yang mencekam telah berlangsung setengah tahun
lamanya.”
 Tahun 1970
“Memasuki tahun 1970 kehidupan di wilayah Kecamatan Dawuan berubah
gemuruh oleh deru truk-truk besar berwarna kuning serta buldoser dari
berbagai jenis dan ukuran.”
 Pagi hari
 Siang hari
 Sore hari
 Malam hari
C. Latar Suasana
 Sedih
 Tegang
 Haru
 Kecewa
 Bahagia

4. Tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel tersebut adalah :


A. Tokoh utama
 Sang Ronggeng Srintil
B. Tokoh pendukung
 Sang Tentara Rasus
 Sakarya
 Kartareja
 Istri kartareja
 Darsun
 Warta
 Sakum
 Santayib
 Istri Santaib
 Nenek Rasus
 Nyai Sakarya
 Siti
 Ibu Siti
 Warga desa
 Sang leluhur
5. Karakter tokoh dalam novel yaitu :
A. Tokoh Utama
 Sang Ronggeng Srintil
Merupakan anak yatim piatu yang memiliki cita-cita menjadi ronggeng. Ia
pandai memikat, menari, senang dipuji dan cantik.
B. Tokoh Pendukung
 Sang Tentara Rasus
Rasus adalah seorang anak lelaki yatim piatu yang mengagumi bahkan
menyukai Srintil dengan alasan ia melihat sosok ibunya dalam diri Srintil. Ia
merupakan anak yang rajin, dilihat dari masa kecilnya ia sering membantu neneknya
menggembala kambing. Saat dewasa ia menjadi sosok yang patuh terhadap
keharusan bahwa ia harus meninggalkan desanya untuk menjadi seorang tentara. Saat
menjadi tentara, Rasus tidak memiliki keraguan untuk memilihi jalan yang harus
ditempuh.
 Sakarya
Kakek dari srintil yang sangat patuh terhadap aturan adat. ia sangat percaya
akan keberadaan Ki Secamenggala. Ia bahkan membuat Srintil menjadi srintil di usia
sangat muda.
 Kartareja
Seorang dukun ronggeng yang licik. Ia melalkukan kelicikan pada dua orang
pemuda yang mampu memenuhi syarat untuk bisa mengawini seorang ronggeng
yaitu Srintil.
 Istri Kartareja
Sama seperti suaminya ia sangat licik. Nyai Kartareja pandai memikat dan
menaklukan orang yang sedang emosi. Terbukti saat ia menaklukan emosi dua orang
pemudai yang hendak mewisuda keperawanan Srintil.

6. Amanat yang terdapat pada novel tersebut adalah :


Hargai adat yang sudah berlangsung sejak lama, namun kebanggaan dan penghargaan tersebut
jangan sampai menutup mata warga terhadap kehidupan diluar desa. Sehingga mereka buta
tentang kenyataan kehidupan diluar kampung mereka. Jangan pula mudah dihasut dan dibodohi
orang lain. Ikuti perkembangan jaman agar tidak mudah dibodohi.

Anda mungkin juga menyukai