H3314022 Bab2
H3314022 Bab2
H3314022 Bab2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang
merah disebut umbi lapis (Sunarjono 2016).
Buahnya berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul yang membungkus
biji berjumlah 2-3 butir, bentuk bijinya agak pipih, saat masih muda berwarna
bening atau putih namun setelah tua akan menjadi hitam. Biji bawang merah
bisa digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bakal
buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, carpel ini
membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.
Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji
bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara
generatif (Wulandari 2013).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah
Pada umumnya tanaman bawang merah tumbuh baik pada musim
kemarau, akan tetapi harus cukup air. Mengingat di Indonesia hanya ada 2
musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan, maka petani harus benar-
benar memperhatikannya. Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi 1.100 m (ideal 0-800 m)
di atas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah
(Wulandari 2013).
Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu
udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu
udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana
ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara
22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman
bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang
cerah (Rismunandar 1986).
Sinar matahari sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat hijau daun atau
klorofil, serta untuk pertumbuhan bagi proses asimilasi. Jika tanaman bawang
merah kurang mendapatkan sinar matahari, maka pertumbuhannya lemah dan
pucat. Tanaman ini tidak menghendaki hujan lebat. Andaikata ada petani
menanam bawang merah, hasilnya masih kurang memuaskan meskipun
6
pertumbuhannya baik. Hal ini ada kemungkinan pengikatan Nitrogen atau zat
lemas yang berguna untuk pertumbuhan pucuk daun berkurang, karena banyak
unsur-unsur yang tercusi larut dalam tanah. Curah hujan yang terlalu banyak
akan menimbulkan berjangkitnya berbagai macam penyakit pada tanaman
bawang merah (Sugiharto 1992).
Tinggi rendahnya suhu akan menimbulkan reaksi pada tanaman bawang
merah. Pertumbuhan tanaman bawang merah memerlukan batas-batas suhu
tertentu. Pada suhu yang tinggi tanaman ini akan kehilangan air akibat
penguapan. Tanaman bawang merah baik ditanam pada akhir musim
penghujan, karena tanah masih cukup basah menyimpan air, sehingga pada
musim kemarau tiba tanaman sudah cukup kuat terhadap udara kering
(Sugiharto 1992).
Bawang merah dapat tumbuh dengan baik bila tanahnya subur, banyak
humus (gembur), tidak tergenang air, dan aerasinya baik. Selain itu, pH
tanahnya dijaga antara 5,5-6,5. Jika pH nya terlalu asam (lebih rendah dari
5,5), garam alumunium (Al) larut dalam tanah. Garam alumunium tersebut
akan bersifat racun terhadap tanaman bawang hingga tumbuhnya menjadi
kerdil. Jika pH nya lebih tinggi dari 6,5 (netral sampai basa), unsur mangan
(Mn) tidak dapat dimanfaatkan hingga umbi-umbinya menjadi kecil. Bawang
merah lebih senang pada iklim agak kering, tanah alluvial, dan suhu udara
panas sehingga sangat baik bila ditanam di dataran rendah. Daerah yang
banyak ditanami bawang merah ialah daerah Tegal, Cirebon, Pekalongan,
Brebes, Madiun, Wates, dan Ampenan (Sunarjono 2016).
C. Teknik Budidaya Tanaman Bawang Merah
1. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan
lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah.
Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah,
memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan
mengendalikan gulma. Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul
sedalam 20 cm (Sumarni 2005).
7
gondok, dan azola. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur hara
yang berguna untuk perbaikan struktur tanah (Susetya 2015).
Keunggulan kompos antara lain mengandung unsur hara yang
lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak
dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik). Kompos mengandung asam-asam
organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak
terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna bagi tanaman maupun
lingkungan dan mikroorganisme. Kompos mengandung mikroorganisme
tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat
fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah. Kompos memperbaiki dan
menjaga struktur tanah, menjadi penyangga pH tanah, menjadi penyangga
unsur hara anorganik yang diberikan, membantu menjaga kelembaban
tanah, aman dipakai dalam jumlah besar, dan tidak merusak lingkungan
(Susetya 2015).
Kekurangan kompos antara lain kandungan unsur hara jumlahnya
kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila
dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena jumlahnya banyak,
menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan
dan implementasinya. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah
yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang
membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani.
Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk
organik tidak sesignifikan pemberian pupuk buatan (Susetya 2015).
Menurut Santi (2006), kompos tergolong miskin unsur hara jika
dibandingkan dengan pupuk kimia. Namun, karena bahan-bahan penyusun
kompos cukup melimpah maka potensi kompos sebagai penyedia unsur hara
kemungkinan dapat menggantikan posisi pupuk kimia, meskipun dosis
pemberian kompos menjadi lebih besar dari pada pupuk kimia, sebagai
penyetaraan terhadap dosis pupuk kimia.
Cara pemakaian kompos, sebaiknya disesuaikan dengan keadaan jenis
tanah dan kandungan C organik dalam tanah tersebut, disamping juga harus
9
unsur-unsur hara (melepas hara sesuai kebutuhan tanah), sumber energi bagi
mikro organisme. Tingginya pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk
kandang karena beberapa keuntungan yang didapat, antara lain dengan
mengubahnya menjadi pupuk kandang, patogen yang terdapat dalam
kotoran ternak akan terbasmi, bibit gulma yang terdapat di dalam kotoran
ternak akan mati ketika terjadi proses dekomposisi, pupuk kandang mampu
memperbaiki kondisi tanah yang kian rusak karena pengaruh penggunaan
pupuk kimia, pupuk kandang meningkatkan pelepasan unsur hara yang
kualitasnya lebih tinggi dari kompos secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu tertentu (release), dengan mengubah menjadi pupuk kandang, sumber
polusi menjadi berkurang karena proses dekomposisi akan menstabilkan
nitrogen (N) yang mudah menguap menjadi bentuk lain, seperti protein,
pupuk kandang mampu mengikat air tanah sehingga bisa digunakan sebagai
sumber energi bagi flora dan fauna tanah, pupuk kandang dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah
(Setiawan 2010).
Pupuk kandang bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti
tanaman sayur, tanaman buah, tanaman palawija, dan tanaman pangan.
Secara aplikasi, penggunaan pupuk kandang dibedakan menjadi penggunaan
di sawah dan penggunaan di lahan kering. Penggunaan di sawah lebih
ditekankan pada tanaman padi. Sementara penggunaan di lahan kering
untuk tanaman sayur dan tanaman buah. Dosis pupuk kandang yang
digunakan untuk tanaman padi di sawah lebih rendah dibandingkan dengan
dosis untuk lahan kering. Untuk setiap hektar sawah, pupuk kandang yang
digunakan sebanyak kurang dari 2 ton. Sementara pada lahan kering, dosis
yang digunakan bisa mencapai 25-75 ton/ha, tergantung pada jenis tanaman
yang ditanam (Setiawan 2010).
Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang)
dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk
kandang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, aktivitas
11
dan baik. Tanaman perlu pupuk NPK sebagai sumber hara untuk proses
pertumbuhannya (Napitupulu 2010).
Tanaman bawang merah memerlukan ketersediaan hara dalam
jumlah yang cukup dan berimbang, terutama unsur hara nitrogen (N),
fosfor (P), dan kalium (K). Unsur hara nitrogen merupakan bahan
pembangun protein, asam nukleat, enzim, nukleoprotein, dan alkaloid,
yang sangat dibutuhkan tanaman terutama untuk perkembangan daun,
meningkatkan warna hijau daun, serta pembentukan cabang atau anakan.
Kekurangan hara N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel
(Sumiati 2007).
Unsur hara fosfor merupakan komponen enzim, protein, ATP,
RNA, DNA, dan fitin, yang mempunyai fungsi penting dalam proses-
proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati, serta transfer energi.
Defisiensi P menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, lemah, dan
kerdil. Unsur hara kalium berfungsi dalam pembentukan gula dan pati,
sintesis protein, katalis bagi reaksi enzimatis, penetral asam organik,
serta berperan dalam pertumbuhan jaringan meristem, meningkatkan
ketahanan terhadap penyakit, dan perbaikan kualitas hasil tanaman.
Pemberian ketiga unsur hara tersebut secara tepat sangat membantu
pembentukan umbi bawang merah. Hasil-hasil penelitian pemupukan
pada tanaman bawang merah menggunakan benih umbi konvensional
menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk untuk produksi umbi bawang
merah bervariasi antara 150–300 kg/ha N, 90–180 kg/ha P2O5, dan 50–
100 kg/ha K2O, bergantung pada varietas, musim tanam, dan jenis tanah
(Hidayat 1996, Sumarni 1993, Suwandi 1992, Napitupulu 2010).
Pemupukan susulan I berupa pupuk N dan K dilakukan pada umur
10 – 15 hari setelah tanam dan susulan ke II pada umur 1 bulan sesudah
tanam, masing-masing ½ dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang
diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150-200 kg/ha dan K
sebanyak 50-100 kg K2O/ha atau 100-200 kg KCl/ha. Komposisi pupuk
N yang paling baik untuk menghasilkan umbi bawang merah konsumsi
15
kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar. Pengaruh
negatif unsur superfosfat yaitu jika kelebihan, tanah akan kelebihan asam
karena superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam
tanah, dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman
yang tumbuh pada tanah yang mengandung banyak unsur aluminium atau
toxic aluminium (Susetya 2015).
Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang
cukup besar ke dalam tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK
yang mengandung nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan
tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari
pupuk tunggal N, P dan K. Penggunaan pupuk NPK mempunyai faktor
positif dan negatif. Faktor positif dari pupuk NPK adalah sebagai berikut:
pupuk buatan memiliki konsentrasi hara yang tinggi sehingga
memudahkan dalam pemakaian. Faktor negatif dari pupuk NPK adalah
adakalanya tanaman memperlihatkan gejala tanaman kurang baik sebagai
akibat dari konsentrasi garam yang tinggi di dalam tanah dan NPK
bereaksi masam (Wasis 2010).
c. Penyiangan
Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, maka rumput-rumput
liar yang tumbuh di sekitar tanaman bawang merah harus disiangi atau
dicabut. Pelaksanaan penyiangan rumput dapat pula dilaksanakan pada
saat-saat tertentu jika tanaman selalu diganggu oleh rumput. Penyiangan
rumput liar sangat diperlukan karena disamping merugikan tanaman, juga
menghalangi pertumbuhan. Rumput liar selalu menghisap dan merebut
zat-zat makanan yang diperlukan tanaman bawang merah, dan juga
merebut cahaya, CO2, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang
merah (Sugiharto 1992).
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama atau penyakit perlu memperhatikan dosis dan
jenis pestisida yang tepat agar tanaman tidak terganggu. Hama dan
penyakit yang sering mengganggu tanaman bawang merah dapat
17
Saat panen harus pada kondisi kering. Pemanenan di dataran rendah pada
umur 55-70 hari, di dataran tinggi pada umur 70-90 hari. Panen dilakukan
pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek. Pemanenan dengan
pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat
menjadi satu ikatan (Wulandari 2013).
Tanaman bawang merah dapat dipanen hasilnya setelah 60% daun-
daunnya kering dan pangkalnya lemas. Umur tanaman tersebut berkisar 2,5-
3,5 bulan. Tiap umbi bibit (tiap rumpun) dapat menghasilkan antara 4-6
umbi anakan. Berat hasil yang dipungut sekitar 4-5 kali berat bibit yang
digunakan. Oleh karena itu, tanaman yang baik dapat menghasilkan 10-40
ton per hektar umbi. Umbi dapat bertahan lama jika setelah dijemur
disimpan beserta daunnya (Sunarjono 2016).
Penjemuran bawang merah dengan alas anyaman bambu. Penjemuran
pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya
mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi
menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi sekaligus
dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan
tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 85-89% baru disimpan di
gudang. Penyimpanan dilakukan dengan cara ikatan bawang merah
digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang
26-29oC, kelembaban 70-80% (Wulandari 2013).
D. Analisis Usaha Tani
Ada tiga komponen yang mendasari analisis usaha tani asyuran, yakni
biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan. Biaya produksi sayuran
merupakan jumlah semua biaya untuk mengahasilkan sayuran sampai panen.
Biaya ini terdiri dari sewa tanah, pengolahan lahan, pembelian bibit,
penyediaan sarana produksi, perawatan tanaman, pemanenan, dan bunga
modal. Biaya bunga modal dihitung apabila modal diperoleh dari pinjaman
bank. Biaya sarana produksi meliputi pupuk, pestisida, dan ajir atau lanjaran.
Biaya ini dapat disesuaikan dengan waktu dan kondisi daerah setempat
(Sunarjono 2016).
19