Modul Puisi
Modul Puisi
Modul Puisi
Puisi Sajak Anak Muda karya W.S. Rendra di atas, temanya adalah
pendidikan. Tema ini dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata yang
berkaitan dengan ilmu pengethuan seperti ilmu hukum, filsafat, logika; serta
istilah pendidikan seperti pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian. Hal ini
akan didapatkan Ketika pembaca membaca dengan teliti semua isi puisi,
sehingga ditemukan tema yang ada di dalam puisi.
3. MAKNA PUISI
Seseorang yang menulis puisi semestinya ada makna yang ingin
disampaikan kepada pembacanya. Makna tersebut dapat disampaikan dengan
bahasa langsung maupun tidak langsung. Beberapa puisi membutuhkan kajian
yang cukup mendalam untuk mengetahui lebih teliti makna yang ingin
disampaikan oleh penulis, namun beberapa puisi juga disampaikan dengan
bahasa yang lebih sederhana dengan tidak terlalu banyak menggunakan bahasa
konotasi, majas, dan imaji.
Perhatikan contoh puisi di bawah ini!
Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana
Karya Gus Mus (Mustofa Bisri)
Kau ini bagaimana...
Kau bilang aku merdeka
Tapi kau memilihkan untukku segalanya
Puisi Gus Mus di atas adalah puisi yang cukup panjang namun dengan
bait yang pendek. Jika dibaca dengan seksama, puisi di atas mempunyai makna
yang mendalam namun disampaikan dalam bahasa yang sederhana. Secara
umum puisi tidak ada makna konotasi, tidak ada perumpamaan ataupun imaji.
Namun, puisi di atas mempunyai makna yang kompleks dan luas. Dalam puisi
Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana karya Gus Mus di atas ingin
memperlihatkan bagaimana keadaan Indonesia saat ini yang di dalamnya
terdapat banyak golongan, agama, suku, dan rupa sehingga terciptalah
masyarakat Indonesia. Untuk menjadi masyarakat yang rukun, maka wajib
adanya sebuah toleransi, sayangnya, masih ada beberapa golongan yang
merasa dirinya benar sehingga menggampangkan untuk memfonis golongan
lain tidak benar. Secara umum itulah makna yang ingin disampaikan dalam puisi
di atas.
Coba bandingkan dengan puisi karya Chairil Anwar berikut!
AKU
B. MENDEMONSTRASIKAN PUISI
Pernahkah kamu menyaksikan seseorang yang sedang mendemonstrasikan atau
mendeklamasikan puisi di atas panggung atau dalam sebuah lomba? Seorang pembaca
puisi yang bagus mampu menjiwai puisi yang dibacakan dengan baik. Dampaknya,
pendengar akan dapat merasakan suasana puisi tersebut serta mampu menangkap
makna puisi yang disampaikan penyairnya.
Hal itu akan tercapai ketika pembaca puisi tidak hanya mengandalkan permainan
vokal, tetapi juga memerhatikan ekspresi, intonasi, dan gerakan tubuhnya saat
membaca puisi.
Secara umum mendemonstrasikan puisi dapat dikategorikan dalam dua aktivitas,
yaitu membacakan puisi dan musikalisasi puisi. Membaca puisi bisa dikembangkan
sesuai kreativitas masing-masing pembaca, ada yang memakai alat music, ada yang
dengan monolog, bermain drama, dan lain sebagainya. Sedangkan musikalisasi
puisipun bisa beragam, menyesuikan lirik dalam puisi dan genre musik yang dipakai
dalam memusikalisasikan puisi.
1. Membacakan Puisi
Beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu
mengetahui cara membacanya. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan.
a. Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun
terlalu lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa
karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak
terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.
b. Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi
harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /ai/, /au/.
c. Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan
dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka
ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih
tersebut.
d. Mengatur pernapasan, artinya pernapasan harus diatur jangan tergesa-
gesa Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi. Penampilan,
artinya kepribadian atau sikap kita saat di panggung usahakan harus tenang,
tak gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam
panggung).
e. Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan
membacakan puisi yaitu sebagai berikut.
1) Vocal
Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal ialah
artikulasi (kejelasan pengucapan). Kejelasan artikulasi dalam
mendemonstrasikan puisi sangat perlu. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian pula
dengan bunyi-bunyi konsonan.
2) Ekspresi
Ekspresi ialah pengungkapan atau proses menyatakan yang
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan.
Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus ada, namun harus
proporsional, sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan puisi
secara tepat.
3) Intonasi
Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya
pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan
dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan tekanan
tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).
Setelah memahami langkah-langkah dalam mendemonstrasikan puisi dan
mendukung cara pembacaaannya, kita dapat menggunakan teknik- teknik sebagai
berikut.
1. Membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.
2. Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek
dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang
diberikan pada frasa, sedangkan penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa
atau kalimat.
3. Memahami suasana, tema, serta makna puisinya.
4. Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk meengekspresikan puisi yang
kita baca.
AKU
Karya: Chairil Anwar
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
DOA
Karya: Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Tuhanku
Aku hilang remuk bentuk Remuk
Dalam puisi di atas, Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata yang
secara bunyi menghasilkan persamaan bunyi. Persamaan bunyi itu membuat
puisi tersebut semakin indah ketika dibacakan.
Berdasarkan jenis-jenis rima, pertama dapat dilihat secara vertikal (persamaan
bunyi pada akhir baris dalam satu bait). Jenis-jenisnya sebagai berikut.
a. Rima sejajar berpola : a-a-a-a
b. Rima kembar berpola : a-a-b-b
c. berpeluk berpola : a-b-b-a
d. Rima bersilang berpola : a-b-a-b
Kedua dapat dilihat secara horizontal (persamaan bunyi pada setiap kata dalam
satu baris), yaitu sebagai berikut.
a. Aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris
b. Asonansi yaitu persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris.
4. Majas
Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana dalam
sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya bisa dipahami bahwa majas itu
bisa menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Majas
melakukan penyimpangan dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.
Di bawah ini adalah beberapa majas yang biasa digunakan dalam puisi
a. Majas Personifikasi
Personifikasi merupakan kategori lain dari gaya bahasa (figurative language).
Personifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-
benda mati seolah memiliki sifat kemanusiaan.
Contohnya: bulan tersenyum, pohon berdansa, atau nyiur melambai.
b. Majas Metafora
Majas metafora merupakan salah satu majas yang termasuk dalam salah satu
kategori majas perbandingan. Majas metafora ini menggambarkan
perbandingan suatu objek dengan objek lainnya yang memiliki sifat sama
namun dalam bentuk kiasan.
Contoh: Hati-hati dengan tikus berdasi yang berada di sekitar Anda, Anak
adalah harta karun bagi kedua orang tuanya, aku adalah binatang jalang.
c. Majas Hiperbola
Majas yang merupakan ungkapan yang berlebihan dan tidak masuk akal.
Contoh: Dentuman itu menggelegar membelah angkasa.
d. Majas Simile
Ungkapan suatu perbandingan dengan menggunakan kata penghubung
bagaikan, seperti, layaknya, bak, ibarat, dan lainya.
Contoh : anak itu bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya
e. Majas Paralelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah
kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal,
disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir
kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh :
Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
f. Antitesis
Memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda, pemimpin pasti punya sisi baik-
buruk.
D. Menjelaskan Imaji dalam Puisi
Pengimajian adalah kata atau susunan yang dapat mengungkapkan pengalaman
sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Terdapat hubungan erat
antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan
pengimajian sehingga menjadi kata konkret, seperti kita hayati melalui penglihatan,
pendengaran, atau cita rasa.
Adapun jenis-jenis imaji dalam puisi adalah sebagai berikut.
1. Imaji visual (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang
menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat). Berikut adalah
contohnya:
Gadis Peminta-minta
Karya: Toto S. Bachtiar
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
2. Imaji auditif (pengimajian dengan menggunakan kata-kata ungkapan seolah-
olah objek yang dicitrakan sungguh-sungguh didengar oleh pembaca). Berikut
adalah contohnya:
Asmaradana
Karya: Goenawan Mohamad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati
Ketika langit bersih menampakkan bima sakti
3. Imaji taktil (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang mampu
memengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut terpengaruh perasaannya).
Berikut adalah contohnya:
Kata-kata konkret pada puisi di atas di antaranya kuku besi diartikan sebagai kaki kuda;
kulit bumi diartikan sebagai jalan yang tidak teraspal; Penunggangperampok yang
diburu diartikan sebagai Atmo Karpo (seorang perampok yang menunggang kuda);
Surai bau keringat basah diartikan sebagai perjalanan yang sangat melelahkan; jenawi
diartikan sebagai samurai; pun telanjang diartikan sebagai keadaan siap berperang.