4 Food Cost
4 Food Cost
4 Food Cost
DISUSUN OLEH :
CUT FADILLAH
P07131117003
Salah satu tugas yang diselenggarakan oleh instalasi gizi adalah pelayanan gizi dalam
penyelenggaraan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit merupakan
suatu rangkaian manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai
pengontrolan terhadap makanan yang distribusikan kepada pasien. Penyelenggaraan makanan di
rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik,
jumlah sesuai kebutuhan, pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau
konsumen yang membutuhkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen penting
diterapkan dalam penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan
kebersihan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi mulai dari pengadaan bahan
makanan, penyimpanan bahan makanan, pengangkutan makanan masak, penyimpanan makanan
masak, dan penyajian makanan, hendaknya memperhatikan syarat higiene dan sanitasi,
mengingat permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi terhadap
makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi
1. Biaya yang Berhubungan dengan Produk Dalam hubungannya dengan produk yang
dihasilkan, maka biaya pada penyelenggaraan makanan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah semua biaya untuk pembelian bahan yang
merupakan bagian integral dari produk makanan dan dapat dihitung secara langsung pada
biaya produk makanan, misalnya : biaya pembelian bahan makanan dan upah langsung
tenaga kerja (tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi makanan).
b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dibebankan
secara langsung pada suatu produk makanan namun diperlukan untuk menyelesaikan
produk makanan, misalnya: biaya overhead, pemeliharaan dan penyusutan.
2. Biaya yang Berhubungan dengan Sifat Kegunaan Sehubungan dengan kegunaannya, biaya
dapat dibagi menjadi 3, yaitu: biaya untuk investasi, biaya untuk pemeliharaan dan biaya
untuk operasional.
a. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yg digunakan untuk tujuan persediaan atau
investasi pada periode kurun waktu tertentu (biasanya lebih dari 1 tahun). misalnya: biaya
gedung, dan biaya peralatan dapur (kitchen equipment), biaya sarana fisik dapur, ruang
pendingin, dan lain-lain.
b. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dengan maksud
untuk memperpanjang kapasitas barang investasi. Misalnya: biaya service rutin
berdasarkan jadual semua sarana fisik dapur, peralatan masak, freezer, chiller, perbaikan
yang bersifat mendadak dan sebagainya.
c. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yg digunakan untuk
mengoperasionalkan barang investasi. Misalnya: biaya pembelian bahan makanan, bahan
bakar (LPG), gaji pegawai, listrik, air.
3. Biaya yang Berhubungan dengan Volume Produksi Volume produksi setiap institusi
penyelenggaraan makanan berbeda-beda, tergantung banyaknya konsumen yang dilayani
di institusi tersebut. Sehingga akan mempengaruhi terhadap biaya yang dikeluarkan
untuk produksi makanan. Berdasarkan volume produksi ini, biaya terdiri dari 2 macam,
yaitu:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume produksi sampai tingkatan tertentu, dan biaya tetap per unit turun searah
dengan naiknya volume, misalnya: biaya gedung, air, listrik dan lain-lain.
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya tidak tetap adalah biaya yang secara proporsional
dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, biaya per unit relatif konstan, misalnya:
biaya pembelian bahan makanan dan bahan lainnya yang berhubungan langsung dengan
bahan makanan dalam penggunaaannya (misalnya: kemasan dan bahan penolong lainnya).
Biaya tidak tetap ini bila dihubungkan dengan klasifikasi biaya menurut hubungannya
dengan produk, adalah sama dengan biaya langsung. Biaya langsung volumenya sering
tidak tetap, terutama pada institusi yang konsumennya tidak menetap, seperti:
penyelenggaraan makanan rumah sakit, transportasi dan darurat.
C. Komponen Biaya Produksi Makanan Pada Penyelenggaraan Makanan Institusi
1. Biaya Bahan (Material/food cost) Biaya bahan juga bisa diklasifikasikan sebagai biaya
langsung atau biaya tidak tetap (variable cost). Biaya bahan ini terdiri dari:
a. biaya bahan baku (direct material), yaitu bahan yang digunakan utk produksi barang jadi,
yang dalam hal ini adalah makanan. Contohnya adalah: untuk pembelian bahan makanan
segar dan bahan makanan kering.
b. Biaya Bahan Penolong (indirect material), yang pemakaiannya relatif sedikit, dan kelihatan
dalam produk yang dihasilkan. Contohnya adalah: untuk pembelian bumbubumbu, bahan
pembungkus makanan dan sebagainya.
2. Biaya Tenaga Kerja (Labour Cost) Biaya untuk tenaga kerja ada yang bersifat langsung dan
tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
a. Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya untuk gaji/upah tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam memproses bahan menjadi barang jadi (makanan) yang siap untuk disajikan
kepada konsumen. Contohnya adalah: gaji untuk tenaga pemasak dan pengawas pemasak,
petugas penyajian makanan, dan lain-lain.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, adalah gaji/upah tenaga kerja yang tidak langsung
memproses bahan menjadi barang jadi. Biaya ini juga dapat dimasukkan dalam kelompok
biaya overhead. Contohnya adalah: gaji/honor dan lembur untuk petugas keamanan, supir,
petugas administrasi dan lain-lain. Namun untuk pada beberapa institusi besar seperti rumah
sakit, kemungkinan juga mengalami kesulitan dalam mengelompokkan tenaga kerja tidak
langsung, karena petugas ini tidak bekerja khusus untuk unit penyelenggaraan makanan, tapi
juga untuk keseluruhan institusi sehingga tidak dapat diperhitungkan sebagai tenaga yang
membantu unit produksi makanan.
3. Biaya Tambahan (Overhead) Biaya overhead adalah biaya yang timbul dalam proses
produksi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini termasuk biaya
tetap, karena tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Contohnya dalam
penyelenggaraan makanan adalah biaya untuk:
a. air, telpon, administrasi/pembelian alat tulis, bahan bakar (listrik, gas, solar, dan lain lain).
Pada penyelenggaraan makanan, biaya air dan gas kadang-kadang bisa dimasukkan kedalam
kelompok biaya bahan atau variable cost, karena dapat dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi. Misalnya: semakin banyak jumlah menu yang diolah, maka semakin banyak pula
dibutuhkan air dan bahan bakar/gas.
b. pemeliharaan (peralatan, dapur, alat kebersihan, taman, dan sebagainya).
c. penyusutan (pengadaan fisik, alat, furnitur, dan sebagainya).
d. asuransi, tenaga kerja tidak langsung, dan lain-lain.
E. Konsep Analisis Biaya Makan Dengan Metode Activity Based Costing (Abc) Pada
Penyelenggaraan Makanan
Analisis perhitungan biaya perlu dilakukan dalam penentuan anggaran maupun tarif jual dari
makanan yang diproduksi pada suatu penyelenggaraan makanan. Khususnya di rumah sakit,
perhitungan ini diperlukan dalam penentuan tarif makan dan tarif kamar pasien yang dirawat,
sesuai dengan kebijakan masing-masing rumah sakit.
Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu cara perhitungan biaya berdasarkan
kegiatan, karena setiap kegiatan akan membutuhkan biaya. Maka pada penyelenggaraan
makanan, seluruh kegiatan yang yang dilakukan dalam memproduksi makanan akan dihitung
menjadi biaya satuan makanan (Unit Cost). Unit cost terdiri dari 2 macam, yaitu biaya makan
aktual (actual unit cost) dan biaya makan menyeluruh atau biaya makan satuan normatif
(Normative Unit Cost).
Umumnya instalasi gizi rumah sakit belum melakukan analisis biaya makan normatif ini,
karena sulitnya memperhitungkan biaya selain untuk bahan makanan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya bahan makanan untuk kebutuhan
bahan makanan untuk menu sayur asem adalah Rp.307.300,-. Apabila di identifikasikan total
biaya bahan makanan untuk menu sayur asem adalah Rp. 263.524,-/porsi sayur.
Labor
Tabel 3: Total biaya gaji untuk tenaga kerja di instalasi gizi
Pada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tenaga kerja adalah Rp.
105.824.00,- per hari yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 86.205.00,- per
hari dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 19.178.00,- per hari. Apabila di
identifikasi total biaya tenaga kerja per jam adalah Rp. 4.409.00,-/jam per hari yang terdiri dari
biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 3.600.00,-jam per hari dan biaya tenaga kerja tidak
langsung sebesar Rp. 799.00,-/jam per hari.
Over head
Tabel 4: Total biaya penyusutan barang di instalasi gizi
Pada tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah total Rp. 80.200.000,- dan biaya rata-rata
perhari Rp. 219.726.00,-, sedangkan untuk biaya penyusutan barang adalah Rp. 10.342.000,-
dengan rata-rata perhari Rp. 10.342.000,- dan penyusutan alat perjam Rp. 1.180.00,-.
Pada tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa jumlah harga biaya listrik sehari adalah Rp.
62.621.00,-, biaya listrik perbulan adalah Rp. 1.878.655,- Dan biaya listrik pertahun Rp.
685.709.000,-.