Askep Chikungunya
Askep Chikungunya
Askep Chikungunya
DISUSUN OLEH :
Kelompok II Kelas 2A Liwa
1.Eko Fitrianto
2.Okfianto
3.Triono
4.Ita Purnama Sari
5.Daruswan
6.Tedi Saputra
7.Feronika Berti Susanti
8.Fitriani
9.Handra Gustini
10.Sofia Helisya
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ASKEP Chikungunya” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dengan
judul “ASKEP Chikungunya”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami
perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semakin majunya kehidupan semakin banyak pula masalah yang kita hadapi baik dari bidang
pendidikan,ekonomi, politik, budaya, kesehatan dll. Akan tetapi semua itu memiliki keuntungan dan
kerugian. Setiap masalah pasti memiliki jalan keluar walapun semua itu tidak mudah. Salah satu
kesehatan yang kita hadapi adalah penyakit chikungunya yang disebabkan oleh sejenis virus yang
disebut virus Chikungunya.
Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun 1952. Virus ini terus
menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia dan Afrika. Di Indonesia Demam Chikungunya
dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi,
tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20
tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim,
Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Demam Chikungunya berjangkit lagi di
Bekasi Jawa Barat, Purworejo dan Klaten Jawa Tengah tahun 2002.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam musim hujan nyamuk ini
berkembang sangat cepat sehingga pada musim hujan penderita penyakit chikungunya semakin
banyak dan meningkat.Selain itu, lingkungan juga bisa menjadi factor pemicu datangnya nyamuk ini.
Lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya dan didukung oleh sikap masyarakat yang kurang
peduli terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggalnya dapat mengundang nyamuk penyebar
penyakit chikungnunya.. Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara langsung oleh penderita, seperti
berjabat tangan, memakai peralatan yang sama secara bergantian. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk
pembawa. Penyakit ini seperti penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh faktor pembawa yaitu
nyamuk. Bedanya, jika virus demam berdarah menyerang pembuluh darah, sedangkan virus
Chikungunya menyerang sendi dan tulang.Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit
endemik
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
A. Definisi
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga
dapat oleh nyamuk Aedes albopictus.
Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”,
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi
berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10
hari.
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa
minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat
dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang
mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap
penyakit ini.
B.Etiologi
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain
asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga
Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus
alphavirus.
Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan
hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70 µm. Pada
permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk
heterodimer).
Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 µm. Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil
disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih
dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulanbulan.
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang
menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya
menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air
bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.
Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang
tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat.
Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat
masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Beberapa
nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gene
berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika
adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.
C.Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk pembawa
virus hingga menimbulkan gejala sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virus masuk ke dalam sel secara
endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulumendoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi
proses sisntesis DNA dan sisntsesis RNA virus, sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjadi
proses sintesis protein virus. Setetah masa inkubasi tersebut virion matang di sel endothelial di
limfonodi, sumsum tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel
membrane maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya salah satunya dapat menginfekasi
sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati
tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang mempengaruhi peningkatan
bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling
menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut,
pergelangan kaki dan tangan, serta sendisendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi
menyebabkan sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya
postur tubuh penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi
tertekuk. Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian kecil anggota badan,
serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan
dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung
3-10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa
berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan- bulan.
Pathway
Gigitan nyamuk Masuk ke tubuh menuju Setelah masa inkubasi,
(aedes aegypty ) reticulum endoplasma dan virion matang di sel
mengalami inkubasi endotheli di limfonadi
Peningkatan bilirubin
D.Manifestasi klinis
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48
jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit
berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan sendirinya.
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya
akan membuat semua persendian terasa ngilu.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. Demam
penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang
sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5
demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan.
Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit
fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh
penyakitnya.
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan
kolaps pembuluh darah kapiler. Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi
tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi.
1. Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.
E.Epidemiologi
Sejarah Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952
hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968) Thailand,
Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973.
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian
berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya berkembang ke wilayah-
wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318
tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk
Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas bencana
tsunami pada Desember 2004.
Penularanya Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh
nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku
dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya
diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus,
kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada
orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi
dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua
hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.
F.Pemeriksaan diagnostic
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan
aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya
bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk
kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip
dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia,
pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung 2-4
hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus
Chikungunya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
b. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik
c. Hasil didapat dalam 1-2 minggu
2. Pemeriksaan serologi
a. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase penyembuhan
(10-14 hari) setelah sampel I diambil.
b. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
c. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
d. Diagnosa (+):
e. Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
f. Antibody IgM spesifik CHIKV (+)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
b. Specimen sama dengan untuk isolasi virus
c. Hasil didapat dalam 1-2 hari
G.Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik,
karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi apabila
kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan
tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Demam Chikungunya termasuk ?Self Limiting Disease? atau penyakit yang sembuh dengan
sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan
hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit
atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan
mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan
makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak
mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan
penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga
meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat
penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang
meningkat saat terjadi demam.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat keluhan saat ini
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Riwayat social
6. Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
b. Nutrisi
c. Cairan
d. Aktivitas
e. Tidur dan istirahat
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
1. Hipertermi
Definisi : peningkatan suhu tubuh berkisaran di atas normal.
Batasan karakteristik :
kulit kemerahan
peningkatan suhu tubuh berkisaran diatas normal
kejang
kulit terasa hangat factor yang berhubungan :
penurunan respirasi
dehidrasi
penyakit
No Dx. Noc Nic
Batasan karakteristik :
3. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakn jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari instensitas ringan hingga berat dgn akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan belangsung
Batasan karakteristik :
nyeri ruangan
Melaporkan Kurangi factor
bahwa nyeri
berkurang dgn
menggunakan
manajemen
nyeri
Mampu
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus ini
termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau “group A” antropho borne viruses. Virus ini
telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Sejarah Chikungunya di Indonesia Penyakit
ini berasal dari daratan Afrika dan mulai ditemukan di Indonesia tahun 1973.
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan
salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae.
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik
anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi
dan senantiasa ada).
Gejalanya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, dan sakit
kepala. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan
aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Pengobatan terhadap penderita ditujukan
terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena
bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
B. Saran
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus
buah segar).
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara
sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Menutup tempat penyimpanan air
Mengubur sampah
Menaburkan larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik
Pengasapan
Pemakaian anti nyamuk
Pemasangan kawat kasa di rumah.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan,
bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka
hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.