Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Isk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ISK

OLEH:

M.S.HIDAYATULLAH
14420202071

CI INSTITUSI

(.............................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
A. Konsep Medis
1. Definisi ISK
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme
di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
bakteri, virus, mikroorganisme .(Nanda Nic-Noc, 2012)
2. Etiologi
a. Bakteri (Eschericia coli)
b. Jamur dan virus
c. Obstruksi saluran kemih
d. Diabetes
e. Kehamilan
f. Pemasangan kateter
g. Prostat hipertropi (urine sisa)
3. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram egatif yaitu Escherichia Coli mencapai
kurang lebih 90% terjadi, disertai dengan pseudomonas, enteribakter, bakteri gram
positif : streptococcus, S.Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut
terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal
maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia,
mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui uretra
secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan
sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda,
dimana jarak vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman
ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi
meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika
urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktus urinarius misalnya: pemasangan kateter dan
sistoscopy merupakan factor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersama dengan
alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan
menyebar ke seluruh system urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolism adalah 1400-1900 ml. minum yang kurang menyebabkan bakteri yang
ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine missal: nefropati dan
angiopati (kelainan pembuluh darah) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembag.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebarsn
mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang
menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan dysuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini
memungkinkan terjadinya reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine
ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat dilawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mucus diman
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urin, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lender urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit- sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuria
terutama pada keadaan trauma urethra.
4. Penyimpangan KDM

Invasi
mikroorganisme

Ke saluran kemih

Kandung kemih
Reaksi antigen

Inflamasi / kerusakan
Hipotalamus

Menekan termoregulator

Edema Inflamasi / kerusakan


Hipertermi

Obstruksi saluran Dysuria


kemih Nokturia

Retensi urin Nyeri akut

Gangguan eliminasi
urin
5. Manifestasi klinik / tanda & gejala
a. Bakteriuria
b. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
c. Hematuria
d. Nyeri punggung
e. Demam
f. Menggigil,nyeri ketika berkemih
g. Terdesak kencing (urgency), dysuria
h. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
i. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
6. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonephritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdaat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LBP) sediment air kemih
- Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LBP sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
- Mikroskopis
- Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
griess untuk pengurangan nitrit). Tes esterase lekosit positif maka pasien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrit, griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrit urin normal menjadi nitrit.
- Tes penyakit menular seksual (PMS): uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (missal: klamidia trakomatis, Neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
- Tes- tes tambahan: urogram intravena(IVU). Pielografi (IVP), msistografi,
dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menetukan apakah infeksi
kibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic , sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
8. Penatalaksanaan/ terapi Pengobatan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran ke,ih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan perawatan berupa:
b. Meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
c. Perubahan pola hidup diantaranya:
1. Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2. Pakaian dalam dari bahan katun
3. Menghindari kopi, alcohol

2. Penatalaksanaan
Medis a. Obat – obatan
- Antibiotic : untuk menghilangkan bakteri.
- Antibiotic jangka pendek dalam waktu 1-2 minggu
- Antibiotic jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau diganti)
dalam jangka waktu 3-4 minggu
- Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3-6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut
bila ada komplikasi lebih lanjut.
b. Analgetik dan anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
c. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
9. Prognosis
Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) secara umum baik, dengan
pengobatan antibiotik yang tepat maka penderita dapat sembuh sempurna. Apabila
factor resiko terus ada dan higienitas genital buruk, kemungkinan berulang
menjadi tinggi.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data

tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009) Proses

pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :

1) Identitas pasien

Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,

diagnose medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas

penanggung jawab.

2) Keluhan utama

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,

biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan pasien biasanya

berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih

sedikit-sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika

pasien mengalami ISK bagian atas keluhan pasien biasanya sakit kepala,

malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri

pinggang.
3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan riwayat kesehatan pasien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika pasien mengalami ISK bagian bawah keluhan pasien

biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing

dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.

Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien

biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa

tidak enak atau nyeri pinggang.

Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST:

P (pemicu) yaitu factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri Q(quality) dari nyeri rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

R(region) yaitu daerah perjalanan nyeri S(severty)

adalah keparahan atau intensitas nyeri T(time) adalah

lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

b) Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi

saluran kemih dan memberi petunjuk berupa lama infeksi sudah di alami

pasien

c) Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan riwaayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat

memperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit

turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena

penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, hygiene seseorang

dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai

dapat memperburuk atau memperparah keadaan pasien.


d) Riwayat psikososial

Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya

berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.

e) Riwayat kesehatan lingkungan

Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembangbiaknya penyakit.

Seperti stafilokok juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan

terjadinya ISK.

f) Data tumbuh kembang

Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan

mengumpulkan data tumbang dan dibandingkan dengan ketentuan-

ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motoric, perkembangan

bahasa,perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan

kepribadian dan perkembangan social.

g) Pola kebiasaan

Kebutuhan dasar yaitu:

1) Pernapasan

Frekuensi pernapasan meningkat

2) Makan dan minum

Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan

muntah

3) Eliminasi

- BAB: tidak ada keluhan

- BAK: adanya dysuria

- Frekuensi miksi yang bertambah

- Nyeri suprapubik

- Bau urin yang tidak menyenangkan dan berwarna keruh


- Pergerakan yang berhubungan dengan sikap terbatasnya

pergerakan karena adanya nyeri dan kelemahan fisik.

4) Istirahat dan tidur

Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa

mual muntah.

5) Memilih, mengenakkan dan melepaskan pakaian

Jika kondisi pasien tidak memungkinka maka dalam memilih ,

mengenakkan , dan melepaskan pakaian dibantu oleh perawat dan

keluarga.

6) Suhu tubuh

Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam

7) Kebersihan dan kesegaran tubuh

Pasien ISK dengan pergerakan terbatas dalam melaksanakan personal

hygiene dibantu oleh perawat dan keluarga

8) Menghindari bahaya

Kemungkinan karena kelemahan fisik maka pasien diawasi atau

didamping keluarga atau perawat.

9) Beribadah sesuai keyakinan

Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang

Maha Esa.

10) Komunikasi dengan orang lain

Pasien kurang berkomunikasi karena adanya nyeri dan kelemahan

fisik.

11) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaan

Dalam mengerjakan dan melaksanakan aktifitasnya pasien dibantu

oleh perawat dan keluarga


12) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi

Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya.

13) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada

perkembangan kesehatannya. Pasien sering meminta informasi

tentang penyakitnya dan perkembangan kesehatannya.

h) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu:

1) Kepala dan rambut: tidak ada kelainan

2) Wajah: ekspresi wajah meringis

3) Mata: bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis

4) Telinga : Tidak ada kelainan

5) Hidung : tidak ada kelainan

6) Mulut & gigi : bibir kering dan lidah kotor

7) Leher : tidak ada kelainan

8) Perut

Inspeksi : frekuensi napas meningkat perut

Palpasi : distensi abdomen & nyeri tekan suprapubik

9) Ekstremitas atas dan bawah: terpasang infus dan kateter

10) Kulit

Inspeksi : kulit kering

i) Pemeriksaan penunjang

1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kultur organisme melalui urine

dipakai tes stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,

glukosuriadan PH

2) Pemeriksaan secara mikroskopik dikatakan positif bila terdapat piuria

(>2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK


3) Pemeriksaan urinalisis:

a. Keruh

b. Bakteri

c. Pituria

d. Sel darah putih

e. Sel darah merah mungkin ada

2. Diagnose keperawatan

I. Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih

II. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ( inflamasi)

III. Hipertermi b.d proses penyakit (infeksi)

3. Intervensi keperawatan

No. Tujuan dan KH


Intervensi (SIKI) Rasional
diagnose (SLKI)

I Setelah dilakukan Manajemen eliminasi


intervensi urin
keperawatan Observasi
selama…maka 1. Identifikasi tanda 1. Retensi urine atau
eliminasi urin dan gejala retensi inkontinensia
membaik dengan atau inkontinensia meningkatkan
kriteria hasil: urine tekanan dalam
 Sensasi saluran kemih
berkemih 2. Identifikasi factor 2. Mengetahuai
meningkat yang penyebab gangguan
 Desakan menyebabkan pada urinary
berkemih(urgen retensi atau
si) menurun inkontinensia urin
 Distensi 3. Monitor eliminasi 3. Berguna untuk
kandung kemih urin(mis: Mengevaluasi
menurun frekuensi, adanya obstruksi
 Berkemih tidak konsistensi, aroma, dan pilihan

tuntas menurun
volume, dan Intervensi
warna)
Terapeutik
4. Catat waktu- 4. Memberikan
waktu dan Informasi tentang
haluaran berkemih fungsi ginjal dan
Edukasi adaya komplikasi
5. Ajarkan tanda dan 5. Memberikan
gejala infeksi Informasi kepada
saluran kemih Pasien mengenai
Kolaborasi penyakitnya
6. Kolaborasi 6. Menurunkan atau
pemberian obat menghilangkan
supositoria uretra, gejala ISK
II Setelah dilakukan jika perlu.
intervensi Manajemen nyeri
keperawatan Observasi
selama…maka 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi
tingkat nyeri karakteristik, durasi kebutuhan untuk
menurun dengan ,frekuensi, kuantitas, intervensi dan juga
kriteria hasil: intensitas nyeri tanda-tanda
 Keluhan nyeri perkembangan/
menurun resolusi komplikasi
Meringis 2. Identifikasi skala 2. Mengetahui
menurun nyeri penambahan skala
Sikap protektif Nyeri
menurun Terapeutik
Gelisah menurun 3. Control lingkungan 3. Membantu
Kesulitan tidur yang memperberat mengurangi nyeri
menurun rasa nyeri

Frekuensi nadi Edukasi


membaik 4. Ajarkan teknik 4. Memberikan rasa
nonfamakologi nyaman dan
untuk mengurangi memungkinkan
rasa nyeri klien mendapatkan
rasa control
terhadap nyeri serta
membantu
mengurangi dalam
kebutuhan obat-obat
Kolaborasi Analgetik
5. Kolaborasi 5. Mengurangi dan
pemberian analgetk, menghilangkan
III Setelah dilakukan jika perlu nyeri
Manajemen
intervensi
hipertermia
keperawatan
Observasi
selama…maka
1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
termoregulasi
penyebab proses penyakit yang
membaik dengan
hipertermia diderita pasien
kriteria hasil
2. Monitor suhu 2. Mengetahui
membaik:
tubuh kenaikan suhu tubuh
 Menggigil
Terapeutik secara tiba-tiba
menurunsuhu
3. Sediakan 3. Membantu
tubuh membaik
lingkungan yang mempertahankan
 Suhu kulit
dingin atau menstabilkan
membaik
Edukasi suhu pasien

4. Anjurkan tirah 4. Meningkatkan

baring kenyamanan istirahat

Kolaborasi serta dukungan

fisiologis/psikologis

5. Kolaborasi 5. Menggantikan

pemberian cairan cairan tubuh yang

dan elektrolit hilang

intravena , jika
perlu

4. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas dari evaluator
adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi,
menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku


Kedokteran : EGC.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer. Jakarta: PB IDI; 2017.

PPNI, T. P. (Agustus 2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Edisi 1


Cetakan III.

PPNI, T. P. (januari 2019). standar luaran keperawatan indonesia. jakarta selatan: EDISI 1
CETAKAN II.

PPNI, T. P. (september 2018). standar intervensi keperawatan indonesia. JAKARTA: EDISI 1


CETAKAN II.

Purnomo, (2011). Dasar-dasar urologi. Edisi Pertama. Jakarta: CV.Sagung Set

Anda mungkin juga menyukai