Alfrido Raka Muhammad G 200722638841 Acara 2
Alfrido Raka Muhammad G 200722638841 Acara 2
Alfrido Raka Muhammad G 200722638841 Acara 2
ACARA II
Dosen Pengampu :
Oleh :
Offering/Angkatan : G/2020
PRODI GEOGRAFI
2021
PENGAMATAN TANAH LAPANGAN
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel tanah utuh dan sampel tanah
bebas di wilayah permukiman dan perkebunan
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan bor tanah dan ring tanah sesuai dengan prosedur
kerjanya untuk mengambil sampel tanah di permukiman dan perkebunan
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan sampel tanah utuh dan sampel tanah bebas
yang diambil di wilayah permukiman dan perkebunan.
V. HASIL PRAKTIKUM
1) Sampel tanah bebas di area permukiman (terlampir)
2) Sampel tanah utuh di area permukiman (terlampir)
3) Sampel tanah bebas di area perkebunan (terlampir)
4) Sampel tanah utuh di area perkebunan (terlampir)
VI. PEMBAHASAN
Pengambilan sampel tanah bebas dan sampel tanah bebas di laksanakan pad a hari
Minggu, 28 Februari 2021 di Dusun Brau, Kelurahan Gunungsari, Kota Batu, Provinsi
Jawa Timur. Dusun Brau merupakan sebuah wilayah dengan area perkebunan yang cukup
luas dengan topografi tanah yang cukup miring dan tinggi dengan lereng-lereng dan
lembah. Letak Dusun Brau yang berada pada ketinggian 1034 mdpl dengan suhu rata-rata
20-25° C ini mendukung kegiatan masyarakat dalam hal perkebunan dan peternakan.
Vegetasi yang terdapat di Dusun Brau cukup beraneka macam dan tumbuh subur karena
faktor tanah juga iklim yang terdapat disana. Vegetasi yang tumbuh diantaranya adalah
pohon pinus, bambu, kopi, alpukat, dan berbagai jenis sayuran seperti cabe, wortel, labu,
buncis, brokoli dan lain sebagainya. Faktor lain yang mendukung kesuburan tanah di
Dusun Brau ini adalah pupuk organik dari kotoran hewan, karena banyak terdapat hewan
ternak seperti halnya kambing, ayam, itik dan yang paling diandalkan adalah sapi,
utamanya adalah sapi perah. Sumer air yang terdapat di Dusun Brau juga terbilang cukup
mudah untuk ditemukan, air bersih terbilang cukup melimpah. Namun, akhir-akhir ini
Dusun Brau tertimpa musibah tanah longsor, hal ini disebabkan oleh hujan yang turun
terus menerus selama beberapa bulan terakhir. Beberapa titik yang minim vegetasi
pepohonan yang dialihfungsikan sebagai perkebunan pada topografi yang berada di
lereng-lereng karena kurangnya daya serapan bagi air yang tidak sebanding dengan laju
hujan yang turun mengakibatkan terjadinya longsor.
Pengambilan sampel tanah bebas dan sampel tanah utuh di Dusun Brau ini bertjuan
untuk mengetahui tentang kondisi tanah dengan mengidentifikasi warna, tekstur, dan
perakaran pada setiap horizon tanahnya. Setelah pengidentifikasian tersebut lebih
lanjutnya lagi akan dilakukan penelitian pada laboratorium untuk mengumpulkan data-
data yang lebih akurat lagi. Pengambilan sampel tanah yang dilakukan menggunakan dua
metode, yaitu pengambilan sampel tanah bebas dengan alat bor tanah guna
mengidentifikasi setiap lapisan horisonnya dan sampel tanah utuh dengan menggunakan
alat ring tanah guna dilakukan penelitian pada lab untuk lebih lanjutnya lagi. Pengambilan
sampel tanah bebas dan tanah utuh ini diambil dari dua area, yaitu pada area permukiman
dan area perkebunan yang tentunya nanti akan terdapat perbedaan diantara keduanya,
sehingga dapat digunakan sebagai pembanding.
1) Sampel tanah bebas area permukiman
Pengambilan sampel tanah bebas di area permukiman ini lokasi pengambilannya
berada pada halaman belakang rumah warga yang jarang terjadi aktivitas manusia di
atasnya. Kondisi topografi tanahnya cukup landai tidak bergelombang ataupun
berupa lereng. Kondisi permukaan tanah cukup lembab karena matahari kurang dapat
menjangkaunya secara langsung karena disekelilingnya tertutupi oleh rindang-
rindang bambu dengan jarak lebih dari 3 meter dengan titik pengambilan sampel
tanah. Vegetasi yang terdapat pada lokasi ini berupa tanaman seledri yang berada
beberapa meter yang merupakan tanaman pada kebun milik warga di belakang
rumahnya. Kondisi keadaan erosi pada lahan titik pengambilan sampel tanah bebas
terbilang tidak rawan akan terjadinya erosi atau longsor karena memiliki luasan lahan
yang cukup landau, namun disebelahnya terdapat tebing yang cukup tinggi dengan
bangunan rumah diatasnya. Namun banyak vegetasi yang meramban di tebing
tersebut sehingga tingkat run-off dari air cukup dapat diatasi. Pengaruh manusia pada
lokasi ini yang paling memungkinkan adalah aktivitas dari pemilik kebun yang
berada di belakang rumah. Koordinat titik pengambilan sampel yang ditentukan
dengan aplikasi Avenza Maps berada pada titik -7.849520, 112.500054 dengan
ketinggian 1128,00 m dan akurasi horizontal sebesar 9,50 m, akurasi vertikal 100,00
m.
Pengambilan sampel tanah bebas pada area permukiman menggunakan alat bor
tanah yang merupakan sebuah alat bor manual dengan cara memutarnya dengan 2
orang yang saling berhadapan dengan tangan yang saling menyilang. Kemudian
pengeboran pada tanah yang pertama kali dilakukan setelah membersihkan
permukaan tanah dari vegetasi yang berada di atasnya dan meratakan tanahnya agar
memudahkan saat proses pengeboran nanti. Setelah dibilang sudah bersih dari
vegetasi dan juga rata, proses pengeboran bisa dilakukan sampai ujung dari bor tidak
terlihat, yaitu kisaran kedalaman 20 cm. Kemudian angkat bor tanah dan pindahkan
tanah yang terbawa pada ujung bor ke atas kertas untuk nantinya diidentifikasi.
Proses pengeboran tanah dilakukan sebanyak 5 kali yaitu sampai pada kedalaman 1
m. Setiap horizon yang sudah diambil sampelnya ditempatkan di atas kertas yang
berbeda untuk mengidentifikasi dari lapisan 1-5.
Pengidentifikasian sampel tanah yang diambil mulai dari lapisan 1-5 ini meliputi
warna, tekstur, dan perakaran. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan
sidik cepat atau dengan menyentuh dan merasakannya pada indera perasa sidik jari.
Hasil yang didapatkan dari identifikasi mulai dari lapisan yang pertama yaitu tanah
berwarna cokelat tua dengan tekstur yang tidak terlalu padat dan kondisi tanah agak
basah karena terguyur hujan sejak beberapa hari yang lalu, kemudian untuk
perakaran pada lapisan pertama tidak ditemukan. Pada lapisan kedua warna tanah
terbilang memiliki campuran antara cokelat tua dengan cokelat muda dengan tekstur
yang sedikit padat dan kasar, dan tidak ditemukan perakaran pada tanah. Pada lapisan
ketiga warna tanah dominan cokelat muda dengan campuran cokelat tua sedikit dan
memiliki tekstur yang padat dan kasar, juga tidak ditemukan perakaran pada tanah.
Pada lapisan keempat warna tanah cenderung berwarna cokelat muda dan memiliki
tekstur yang sangat padat, kasar, dan lengket, pada lapisan ini ditemukan sedikit
perakaran. Pada lapisan kelima warna tanah cenderung berwarna cokelat muda
terang dengan tekstur yang sangat padat dibandingkan dengan yang lainnya, kasar
dan lengket, kemudian untuk tanahnya cenderung berakar.
2) Sampel tanah utuh area permukiman
Pengambilan sampel tanah utuh yang berada pada area permukimam ini diambil
pada lokasi dengan topografi datar di depan halaman rumah di samping jalan.
Kondisi tanah yang diambil cukup mendapat sinar matahari dan juga hujan, sehingga
tanah tampak tidak terlalu lembab. Koordinat sampel berada pada titik -7.849333,
112.500681 dengan ketinggian 1141,00 m dan akurasi horizontal sebesar 5,50 m dan
akurasi vertikal sebesar 100,00 m.
Pengambilan sampel tanah utuh pada area permukiman ini terbilang cukup sulit
dan memiliki beberapa kendala untuk pengambilannya agar mendapatkan hasil yang
sesuai dan sempurna. Beberapa kali berpindah-pindah tempat karena tanah terlalu
basah, tanah yang cenderung berbatu, tanah yang terlalu keras. Kemud ian akhirnya
menemukan tempat yang pas dan memutuskan untuk mengambil di depan halaman
rumah warga yang berada di samping jalan yang kemungkinan jarang terdapat
aktivitas manusia diatasnya, karena kondisi tanah tidak teralu padat.
Proses pengambilan sampel tanah utuh ini menggunakan alat ring tanah, yang
sebelumnya permukaan tanah dibersihkan dari vegetasi yang berada diatasnya, lalu
permukaan tanah diratakan untuk lebih mempermudah proses pengambilannya.
Setelah persiapan selesai, ring tanah dengan sisi yang tajam diletakkan di bawah agar
dapat dengan mudah menembus tanah. Kemudian letakkan sekop kecil di atas ring
tanah untuk mempermudah menekan ring menggunakan tumit kaki. Setelah
sekiranya ring tanah sudah terkubur sepenuhnya, gali tanah yang berada pada sekitar
ring tanah untuk dapat mengambil ring tanah kembali dengan hati-hati agar tanah
yang berada pada dalam ring tidak hancur. Setelah dapat diambil ring tanahnya,
pastikan permukaan di sisi atas dan bawah ring rata tidak berlubang, kalau tanah
cenderung melebihi ring, maka bersihkan sekiranya rata dengan ring. Setelah itu
masukkan ring kedalam plastik klip dan lubangi dengan jarum agar tanah masih
mendapati siklus udara, tidak berembun nantinya dan jangan lupa pasang label untuk
menandainya. Kemudian proses selanjutnya akan dilanjutkan dengan penelitian yang
dilakukan di lab.
3) Sampel tanah bebas area perkebunan
Pengambilan sampel tanah bebas pada area perkebunan ini berada pada titik lokasi
yang menggunakan sistem perkebunan bertingkat atau terasiring. Tempat
perkebunan ini berada di seberang jalan area permukiman. Vegetasi yang menjadi
komoditi pada perkebunan ini adalah singkong dan ketela pohon, beberapa juga
nampak pohon pinus yang berada di puncak tertinggi tingkatan terasiring. Kondisi
perkebunan ini memiliki topografi yang miring dan tinggi, namun titik pengambilan
sampel berada pada area perkebunan yang paling bawah dengan kondisi tanah yang
cukup datar di tengah-tengah antara pertingkatan terasiring. Tanah yang dijadikan
sampel tidak terlalu banyak vegetasi diatasnya karena berada di sebelah kebun yang
baru di tanami bibit tanaman. Keadaan erosi pada area perkebunan ini sangat
memungkinkan untuk terjadi karena kurangnya pepohonan yang membantu proses
penyerapan air sebagai penghamba run-off pada permukaan tanah, namun erosi ini
diminimalisir dengan pengelolaan tanah system bertingkat atau terasiring ini.
Koordinat pengambilan sampel tanah bebas ini berada pada titik -7.848673,
112.500840 dengan ketinggian 1142,00 m dan akurasi horizontal sebesar 9,00 m,
akurasi vertikal sebesar 100,00 m.
Sampel tanah bebas di area perkebunan ini seperti halnya dengan proses
pengambilan sampel tanah bebas di area permukiman menggunakan bor tanah.
Tanah pada area perkebunan terbilang cukup gembur, dalam proses pengambilannya
tidak membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukan pengeboran. Setelah dilakukan
pengeboran sebanyak 5 kali, kemudian selanjutnya akan diidentifikasi menggunakan
sidik cepat guna mengetahui warna, tekstur, dan perakaran pada tanah.
Identifikasi tanah pada lapisan pertama mengenai warna tanah cenderung
berwarna cokelat tua dengan tekstur tanah yang lunak, sedikit kasar dan lembab. Pada
lapisan kedua, warna tanah masih berwarna cokelat tua sama dengan lapisan pertama,
namun tekstur tanah padat, sedikit kasar, dan sedikit lembab. Pada lapisan ketiga,
warna tanah masih sama berwarna cokelat tua dengan tekstur tanah yang padat
namun lunak. Pada lapisan keempat, warna tanah cenderung berwarna cokelat muda
yang agak kemerah-merahan dengan tekstur yang sedikit kering dan keras.
Kemudian pada lapisan kelima, warna tanah cenderung sama dengan lapisan
keempat yang berwarna cokelat muda, namun dominan merah dan tekstur tanah
sedikit kering dan keras. Pada lapisan pertama sampai kelima tidak ditemukan
perakaran pada tanah.
4) Sampel tanah utuh area perkebunan
Pengambilan sampel tanah utuh di area perkebunan berada pada lokasi yang
memiliki sistem perkebunan bertingkat yang berada di seberang jalan area
permukiman. Menuju lokasi titik harus naik sedikit setelah menyebrangi jalan.
Terdapat jalan setapak yang telah dibuat oleh para petani untuk menuju kebun. Di
situ terdapat lahan yang cukup lapang dan ditumbuhi oleh rumput, dengan sisi atas
dan bawah bertingkat atau terasiring. Lahan tersebut di tumbuhi rumput sepertinya
merupakan bekas kebun yang belum ditanami lagi, karena itu banyak rumput liar
yang menumbuhi area tersebut. Sampel tanah utuh ini diambil pada titik koordinat -
7.848595, 112.500703 dengan titik ketinggian 1162,00 m dan akurasi horizontal
sebesar 11,00 m, akurasi vetrikal 100,00 m.
Proses pengambilan sampel tanah utuh pada perkebunan cenderung sama dengan
proses pengambilan sampel tanah utuh pada permukiman, namun pengambilannya
cukup bisa dibilang lebih mudah untuk dapat menentukan lokasi yang pas, dengan
sekali coba langsung berhasil. Pengambilan sampel tanah masih dengan ring tanah,
karena pada lahan yang dijadikan titik pengambilan banyak terdapat rerumputan,
maka sebelum pengambilan harus membersihkan vegetasi yang berada diatasnya.
Beberapa rerumputan memiliki perakaran yang kuat jadi sedikit susah dalam proses
pembersihannya. Setelah permukaan tanah bersih dari vegetasi dan kemudian
diratakan dapat dilakukan proses pengambilan sampel tanah utuh. Kondisi tanah
yang tidak terlalu padat, tidak berbatu dan tidak terlalu basah memudahkan proses
pengambilan. Setelah proses pengambilan selesai, sampel tanah dimasukkan
kedalam plastik klip dan dilubangi menggunakan jarum agar tidak berembun dan
mendapatkan siklus udara dari luar, kemudian diberikan label sesuai dengan lokasi
pengambilannya.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada praktikum pengamatan tanah lapangan dengan
pengambilan sampel tanah bebas dan sampel tanah utuh dapat disimpulkan :
1. Kondisi tanah pada area permukiman dan area perkebunan memiliki karakteristik
warna, tekstur dan perakaran yang berbeda karena keadaan topografi area, pengaruh
penyinaran matahari, pengaruh aktivitas manusia di sekitarnya.
2. Kondisi tanah pada daerah permukiman cenderung lebih padat dan keras daripada
kondisi tanah di permukiman yang cenderung gembur karena pengaruh aktivitas
manusia.
3. Horison tanah pada area permukiman lebih memiliki memiliki variasi pada setiap
lapisannya daripada horizon tanah pada area perkebunan yang cenderung memiliki
kesamaan pada setiap lapisannya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Nugroho Hari. -. Geografi Tanah. Universitas Negeri Surabaya.
Kasifah, M. P. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Yunowo. N. W. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolahan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sarief, S.E. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan oleh Soegiman. Jakarta
: Bharata Karya Aksara.
Evarnaz, Novita. Dkk. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni (Diospyros
Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi
Moutong. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu Sulawesi Tengah.
IX. CEK PLAGIASI
1. Dasar Teori
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
X. LAMPIRAN
Sampel tanah bebas permukiman