LP BRPN Anak
LP BRPN Anak
LP BRPN Anak
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG PNEUMONIA PADA ANAK DI RUANG HAFSAH RSIA
‘AISYIYAH KLATEN
A. PENGERTIAN/DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru
tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011). Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai sesak
nafas,penyakit ini sering menyerang anak balita namun, juga dapat ditemukan
pada orang dewasa,dan usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (bisa disebut bronko
pneumonia) (Depkes RI,2010).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut
yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut
Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas.Ketika
seorang individu memiliki pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang
membuat berbafas asupan oksigen yang menyakitkan dan terbatas.
B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
2. Virus: virus influenza, dll
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia, melalui selang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh peruginosa dan
enterobacter, dan masa kini terjadi karenaperubahan keadaan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi
dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:
2
3
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai
berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C
– 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa
anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap
infeksi.
4
PATHWAY
PNEUMONIA PADA ANAK
Melepaskan toksin
lipoproteinsakarida (zat protein)
Sistem pertahanan tubuh
terganggu
Peningkatan sel poin
dihipotalamus
Virus, Bakteri, Protozoa, Bahan
Kimia
Kerusakan pada membran Menggigil
mucus alveolus
Masuk kesaluran nafas Demam
Perkembangan edema
paru dan eksudat
Menyerang Alveoli Masalah
Keperawatan :
HIPERTERMI
Mengisi alveoli
Virus, Bakteri mengeluarkan
toksin Masalah Keperawatan :
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
Pneumonia
6
Mengurangi luas
permukaan alveoli untuk Konsolidasi eksudatif
pertukaraan jaringan ikat paru
karbondioksida dan
oksigen
Penurunan compliance paru Di rawat di RS
Dispneu ( sulit bernafas)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain: 1. Oksigen 1-2
L/menit. 2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. 3. Jika sesak
tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip. 4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier. Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumonia community based: 1. Ampisilin
100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian 2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari
dalam 4 kali pemberian Untuk kasus pneumonia hospital based: 1. Sefatoksim 100
mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian 2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2
kali pemberian
8
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan pneumonia menurut
NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan
yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan,
dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas
ringan, sianosis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan
makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam
perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas.
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit
yang diderita pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala,
penanganan dan cara pencegahannya
10
I. PERENCANAAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektif an bersihan jalan nafas NOC: NIC:
b.d mukus berlebihan Status pernafasan : Kepatenan jalan nafas Manajemen jalan nafas
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka 1. Monitor status pernafasan dan respirasi
dan lancar untuk pertukaran udara Setelah sebagaimana mestinya
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 2. Posisikan pasien semi fowler, atau
jam pasien dapat meningkatkan status posisi fowler
pernafasan yang adekuat meningkat dari skala
2 (cukup) menjadi skala 4 (ringan) dengan 3. Observasi kecepatan,irama,kedalaman
kriteria hasil : danc. Monitor bunyi nafas tambahan
1. Frekuensi pernafasan normal (30- kesulitan bernafas
50x/menit) 2. Irama pernafasan normal 4. Auskultasi suara nafas
(teratur)
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
2. Kemampuan untuk mengeluarkan secret
mestinya
(pasien dapat melakukan batuk efektif
jika memungkinkan) 6. Kolaborasi pemberian O2 sesuai
3. Tidak ada suara nafas tambahan instruksi
(seperti ; Ronchi,wezing,mengi) 7. Ajarkan melakukan batuk efektif
4. Tidak ada penggunaan otot bantu napas
(tidak adanya retraksi dinding dada) 8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
5. Tidak ada batuk penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
11
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Ketidakefektif an pola napas NOC: NIC:
berhubungan dengan keletihan otot Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
pernafasan Definisi : Proses keluar masuknya udara ke a. Posisikan pasien Posisi semi fowler,
paruparu serta pertukaran karbondioksida dan atau posisi fowler Manajemen
oksigen di alveoli. Setelah dilakukan tindakan pernafasan
keperawatan 3x24 jam status pernafasan yang
adekuat meningkat dari skala 2 (berat) menjadi b. Observasi kecepatan,irama,keda
5 (ringan) dengan kriteria hasil : laman dan kesulitan bernafas
1. frekuensi pernafasan normal (30- c. Observasi pergerakan dada,
50x/menit) kesimetrisan dada,penggunaan
2. Irama pernafasan normal (teratur) otootot bantu nafas,dan retraksi pada
3. suara auskultasi nafas normal dinding dada
(vesikuler)
d. Auskultasi suara nafas Terapi
4. Kepatenan jalan nafas
oksigen
5. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
(tidak ada retraksi dinding dada) e. Kolaborasi pemberian O2
6. Tidak ada pernafasan cuping hidung f. Monitor aliran oksigen
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi yang cukup
berat dari kisaran normal
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan NOC: NIC:
dengan perubahan membran Status pernafasan : Pertukaran Gas Monitor pernafasan
alveolarkalpiler Definisi : Pertukaran Karbondioksida
1. Monitor kecepatan, irama,
dan oksigen di alveoli untuk
kedalaman, dan kesulitan bernapas
mempertahankan konsentrasi darah
Terapi oksigen
arteri Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam status pernafasan 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
: pertukaran gas yang adekuat 3. Observasi adanya suara napas
meningkat dari skala 2 (berat) menjadi 4 tambahan
(ringan). Dengan kriteria hasil :
4. Kolaborasi pemberian O2
1. Tidak dispnea saat istirahat
5. Ajarkan pasien dan keluarga
2. Tidak dispneu saat aktifitas mengenai penggunaan perangkat
ringan oksigen yang memudahkan mobilitas
3. Tidak sianosis yaitu kulit
tampak normal atau tidak
kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
13
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
NOC: NIC:
Status nutrisi : Asupan nutrisi Definisi : Manajemen nutrisi
Asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan- 1. Observasi dan catat asupan pasien (cair dan
kebutuhan metabolik Setelah dilakukan asuhan padat)
keperawatan selama 3x24jam pasien dapat 2. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
meningkatkan status nutrisi yang adekuat dari mengkonsumsi makan (misalnya; bersih,
skala 2 (sedikit adekuat) menjadi skala 3 santai, dan bebas dari bau yang mneyengat)
Ketidakseim bangan nutrisi kurang dari (cukup adekuat) dengan kriteria hasil : 3. Monitor kalori dan asupan makanan
4. kebutuhan tubuh berhubungan dengan 1. Asupan kalori adekuat 4. Atur diet yang diperlukan (menyediakan
asupan diet kurang 2. Asupan protein adekuat makanan protein tinggi, menambah atau
3. Asupan zat besi adekuat menguragi kalori, vitamin, mineral atau
Ket: suplemen)
1. Sangat berat 5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum
2. Berat makan (contoh obat anti nyeri)
3. Cukup 6. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengakses
4. Ringan programprogram gizi komunitas (misalnya ;
5. Tidak ada perempuan,bayi,anak)
5. Intolerans i Aktifitas berhubun gan NOC: NIC:
dengan ketidaksei mbangan antara Toleransi terhadap aktifitas Manajemen energy
suplai dan kebutuhan oksigen Definisi : Respon fisiologis terhadap pergerakan 1. Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama
yang memerlukan energi dalam aktifitas sehari- kegiatan (misalnya ; takikardi, distrimia, dispnea)
hari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/
14
2x24jam pasien dapat toleransi terhadap aktifitas nyeri yang dialami pasien selama aktifitas
meningkat dari skala 2 (banyak terganggu) 3. Lakukan Rom aktif atau pasif
menjadi 4 (sedikit terganggu) dengan kriteria
hasil : 4. Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
J. EVALUASI
Agustyana. 2019. Hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian pneumonia pada
balita di daerah perkotaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 7, Nomor
1, Januari 2019. diakses melalui http://ejournal3.undip.ac.id/indeks.php//jkm
pada tanggal 24 Mei 2021
Amin & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
&NANDA NIC-NOC (jilid I). Yogyakarta: mediaction.
Anwar, A. & Dharmayanti, I. 2014. ‘’Pneumonian pada Anak Balita di Indonesia’’ .
Jurnal kesehatan masyarakat Nasional. Vol.8, hal 359- 360
Christian T. 2016 . Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak. Vol 4 No 2.
Jurnale-Clinic
Efenddy, C. & Niluh, G.Y. 2010. Keperawatan medical bedah klien dengan
gangguan system pernapasan. Jakarta:buku kedokteran EGC
Manurung, N. (2018). Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : CV. Trans
Info Media
Oktiawati, A. & Julianti, E. 2019. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan
Anak. Jakarta:Trans Info Media.
17