Gambaran Polifarmasi Dan Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
Gambaran Polifarmasi Dan Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
Gambaran Polifarmasi Dan Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh :
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh :
ii
iii
iv
LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ridha Astriyanti Mochtar
NIM : 201548201062
Program Studi : Farmasi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
v
MOTTO
TERUSLAH BERDOA, BERUSAHA DAN BERSABAR DALAM
MENJALANI SEGALA SESUATU, MAKA BARANG SIAPA
YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH
DIA AKAN BERHASIL
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
ALLAH SWT
Terima kasih ya Allah yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran
kepada saya dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
ORANG TUA
Saya ucapkan beribu terima kasih apa yang saya dapatkan hari ini belum mampu
membayar kebaikan, keringat dan juga air mata bagi saya. Terima kasih atas
dukungan kalian, baik dalam bentuk materi maupun moril. Skripsi ini saya
persembahkan untuk kalian, sebagai wujud rasa terima kasih atas pengorbanan
dan jerih payah kalian sehingga saya dapat menggapai cita-cita, kelak cita-cita
saya ini akan menjadi persembahan yang paling mulia untuk mama dan bapak,
semoga dapat membahagiakan kalian.
vii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI FARMASI
ABSTRAK
Polifarmasi terkait erat dengan penyakit kronis dan mulimorbiditas terkait
dengan penyakit tertentu. Semakin banyak jumlah obat yang digunakan semakin
besar kejadian interaksi yang terjadi dan semakin banyak diagnosis maka semakin
meningkat kejadian interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran polifarmasi dan potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi
di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana data
dikumpulkan secara retrospektif penelitian di gudang resep BLUD RSUD Sele Be
Solu Kota Sorong, penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 juli 2020 sampai
tanggal 30 juli 2020 populasi berjumlah 538 resep, sampel berjumlah 84 resep.
Teknik pengambilannya adalah purposive sampling, instrumen penelitian ini resep
data dikumpulkan berdasarkan resep pasien, analisis data menggunakan advarse
drug interaction.
Hasil penelitian menunjukkan resep yang terjadi interaksi sebanyak 53 resep
(63%) setelah itu item obat yang terjadi interaksi sebanyak 297 (65%) adapun
resep yang polifarmasi sebanyak 71 resep (85%) interaksi yang paling banyak
farmakodinamik sebanyak 52 (62%) item obat yang berinteraksi yang paling
banyak farmakodinamik sebanyak 94 (52%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah peresepan obat antihipertensi dan obat
antihipertensi maupun obat antihipertensi dengan obat lain pada 84 resep terdapat
71 terjadi polifarmasi dan 13 tidak terjadi polifarmasi, terdapat 53 resep terjadi
interaksi dan 31 tidak terjadi interaksi, jenis interaksi yang terdapat pada
penelitian ini adalah interaksi secara farmakodinamik sebanyak 52 dan secara
farmakokinetik sebanyak 32 di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Saran
peneliti untuk lebih meningkatkan pelayanan farmasi klinik, bahan literatur dan
menambah wawasan, menambahkan variabel lain
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang
telah di limpahkan kepada penulis, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Gambaran Polifarmasi Dan Potensi Interaksi Obat Pada Peresepan
Pasien Hipertensi Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong” ini dengan lancar.
Selesainya skripsi ini berkat bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Pada
kesempatan kali ini peneliti ucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Hendrik Sagrim, M.Si., selaku Ketua Yayasan Pemberdayaan
Masyarakat Papua (YPMP).
2. Dr. Marthen Sagrim, SKM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Papua (STIKES)..
3. Apt. Mayland Y. Sewa, M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dengan baik, arahan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi.
4. Apt. Ruslan Belang, S.Si., M.Kes., selaku pembimbing pendamping dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran telah mengorbankan waktu dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dengan baik dan bantuan dalam penyusunan skripsi.
5. Apt. Hadija Marasabessy, M.Farm., selaku ketua penguji yang telah
memberikan masukan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Apt. Miranda Taborat, M.Si., selaku anggota penguji 1 yang telah
memberikan masukan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
7. Apt. Exaudian F. Lerebulan, M. Farm., anggota penguji 2 yang telah
memberikan masukan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
8. dr. Mavkren J. Kambuaya, MARS., selaku direktur RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
9. Dosen dan pengelola serta semua staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Papua.
10. Kedua orang tua penulis yang penulis cintai yang telah memberi doa dan
semangat dalam menyusun skripsi ini.
11. Kepada teman-teman dan sahabat Saya yaitu Hanna, Yohana, Imran, Riska,
Arif, Novita, Eka, Fadli, Tantry, Elim, Desy, Rossa, Dina, Daniel, Windy,
ix
Sipora, Telkina, Nurlaila, Linda yang selalu ada dalam suka maupun duka dan
senantiasa bersama-sama mendukung dan serta memberikan motivasi demi
terselesainya skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman prodi farmasi yang telah memberikan semangat, saran
dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan
satu persatu.
Semoga amal baik semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi
ini mendapat imbalan yang sesuai dengan amalan dari Allah Subhanahu wa ta'ala
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... v
MOTTO ............................................................................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
A. Tinjauan Umum Tentang Polifarmasi .................................................. 6
B. Tinjauan Umum Tentang Resep ........................................................... 9
C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi..................................................... 10
D. Tinjauan Umum Tentang Interaksi Obat Secara Farmakokinetik ....... 31
E. Tinjauan Umum Tentang Interaksi Obat Secara Farmakodinamik....... 33
F. Kerangka Teori ..................................................................................... 36
G. Kerangka Konsep .................................................................................. 36
H. Definisi Operasional ............................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Desain Penelitian .................................................................................. 38
xi
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 38
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 38
D. Teknik Sampling ................................................................................... 40
E. Instrumen Penelitian.............................................................................. 40
F. Pengumpulan Data ................................................................................ 40
G. Analisis Data ......................................................................................... 41
H. Etika Penelitian ..................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 42
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 42
B. Pembahasan........................................................................................... 48
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 57
A. Kesimpulan ........................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Usia di BLUD RSUD
Sele Be Solu Kota Sorong .................................................................. 43
Tabel 4.2 Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong ........................................ 44
Tabel 4.3 Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jaminan Pengobatan
di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong ...................................... 44
Tabel 4.4 Distribusi Polifarmasi Pada Peresepan Pasien Hipertensi di
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong .......................................... 45
Tabel 4.5 Distribusi Potensi Inteaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi
di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong...................................... 45
Tabel 4.6 Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Item Obat
Pada Peresepan Paien Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu
Kota Sorong ...................................................................................... 46
Tabel 4.7 Distribusi Jenis Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien
Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong .................... 47
Tabel 4.8 Distribusi Jenis Interaksi Obat Berdasarkan Item Obat Pada
Peresepan Pasien Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong ................................................................................................ 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi Tekanan darah berdasarkan Joint National Commite
(JNC) VII ......................................................................................... 12
Gambar 2.2 Klasifikasi Tekanan darah berdasarkan Joint National Commite
(JNC) VIII ...................................................................................... 12
Gambar 2.3 Kerangka Teori ............................................................................... 36
Gambar 2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Pengambilan Data.
Lampiran 2 Rekapitulasi Pengambilan Data.
Lampiran 3 Rekapitulasi Penggunaan Obat Antihipertensi.
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Penggolongan Polifarmasi Penggunaan Obat
Lampiran 5 Rekapitulasi Pasangan Obat Yang Berpotensi Terjadinya Interaksi.
Lampiran 6 Rekapitulasi Frekuensi Pasangan Obat Yang Terjadi Interaksi.
Lampiran 7 Surat Pengambilan Data Awal dan Penelitian dari Kampus.
Lampiran 8 Surat Persetujuan Pengambilan Data Awal di BLUD RSUD Sele Be
Solu Kota Sorong.
Lampiran 9 Surat Persetujuan Ijin Penelitian di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong.
Lampiran 10 Surat Pernyataan Penelitian Untuk Memenuhi Protokol Kesehatan
di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.
Lampiran 11 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian di BLUD RSUD
Sele Be Solu Kota Sorong.
Lampiran 12 Dokumentasi Foto.
xv
DAFTAR SINGKATAN
α-Bloker : Adrenoreseptor Alfa
α1 : Alfa-1
α2 : Alfa-2
β1 : Beta-1
β1 : Beta-2
ACE : Angiotensin Converting Enzym
ADI : Adverse Drug Interaction
ADR : Alternatif Dispute Resolution
AINS : Anti Inflamasi Non Steroid
APA : Apoteker Pengelola Apotek
AT1 : Angiotensin I
AT2 : Angiotensin II
Β-Blocker : Adrenoreseptor Beta
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
CCB : Calcium Channel Blocker
Cl : Klorin
CYP3A4 : Sitokrom P450, famili 3, subfamili A, polipeptida 4 enzim
DDI’s : Drug Drug Interactions
DINKES : Dinas Kesehatan
dL : Desiliter
DM : Diabetes Melitus
DOPA : 3,4 dihidroksi-fenilasetat
DRPs : Drug Related Problems
EBM : Evidence Based Medicine
HCU : High Care Unit
HCT : Hidroklorotiazid
H2 : Hidrogen
xvi
JNC : Joint National Commite
K : Kalium
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
mmHg : Milimeter Merkuri Hydrargyrum
MRP : Multidrug Resistance Protein
NACL : Natrium Clorida
NA : Natrium
NO : Nitrit Oksidasi
NSAID : Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
OAINS : Obat Antiinflamasi Nonsteroid
OAHT : Obat Antihipertensi
pH : Partition hypothesis
pKa : Konstanta Ionisasi Obat
R/ : Recipe
RAAS : Renin Angiotensin Aldosterone System
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SE : Surat Edaran
SSP : Susunan Saraf Pusat
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TDS : Tekanan Darah Sistolik
UTD : Unit Transfusi Darah
WHO : World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat
untuk setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg.
Selain penyakit jantung koroner dan stroke, komplikasi tekanan darah mengangkat
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya satu dari tiga orang di dunia
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
18 tahun menurut karakteristik, untuk usia 18-24 tahun sebesar 13,2 %, pada usia
25-34 tahun sebesar 20,1 %, pada usia 35-44 tahun sebesar 31,6 %, pada usia 45-54
tahun sebesar 45,3 %, pada usia 55-64 tahun sebesar 55,2%.pada usia 65-74 tahun
1
2
dilakukan pengukuran tekanan darah dengan jumlah kasus sebesar 8.252 dan
untuk mencapai tekanan darah yang dituju, selain itu pasien hipertensi biasanya
obat secara sekaligus dapat mengakibatkan adanya interaksi obat. Interaksi obat
terjadi apabila efek salah satu dari obat yang digunakan secara sekaligus berubah
karena adanya obat lain, obat herbal makanan, minuman atau beberapa agen kimia
interaksi merugikan dari beberapa obat dapat menimbulkan gangguan yang serius
hingga lebih fatal. Interaksi yang sering terjadi adalah peningkatan toksisitas atau
hiperkalemia pada pasien gagal jantung. Interaksi merugikan lainnya yakni antara
plasma obat Calcium channel blocker yang membuat terapi menjadi tidak efektif
(Stockley, 2008).
dengan obat. Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak
dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Arti dasar dari polifarmasi adalah
obat dalam jumlah yang banyak dalam satu resep (dan atau tanpa resep) untuk efek
klinik yang tidak sesuai. pasien yang menggunakan dua jenis obat, mempunyai
risiko 13% interaksi obat dan 38% ketika menggunakan empat jenis obat, dan
mencapai 82% ketika menggunakan tujuh atau lebih jenis obat secara bersamaan.
polifarmasi minor dan penggunaan lebih dari empat jenis obat disebut polifarmasi
Orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
bertanggung jawab atas 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian
akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak
menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%). Hal ini
polifarmasi minor dan bahwa setiap kali pasien menerima resep berpotensi
resep polifarmasi yang tentunya kondisi ini akan meningkatkan potensi terjadinya
Studi awal yang dilakukan di BLUD RSUD Sele Be Solu pada tanggal 11 –
20 Desember 2019 resep pasien hipertensi yang diamati berjumlah 538 resep, dari
538 resep yang terdapat polifarmasi dan interaksi obat berjumlah 279 resep.
polifarmasi dan potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
polifarmasi dan potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD
2. Manfaat institusi
polifarmasi dan potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD
3. Manfaat praktis
potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi polifarmasi
Polifarmasi berasal dari kata yunani yaitu poly yang berarti lebih dari satu dan
penggunaan obat lebih dari yang diperlukan secara medis (parulian dkk, 2019).
yang berkembang di Amerika Serikat. Rejimen obat yang dipadukan dengan banyak
obat yang potensial dan reaksi obat yang merugikan (ADR). Alternatif Dispute
Resolution (ADR) menempatkan banyak pasien di rumah sakit setiap tahun dan dapat
adalah salah satu dari sepuluh penyebab utama kematian (Keine et al, 2019).
khususnya terkait dengan penyakit tertentu, yang sering terjadi pada orang tua,
kehidupan sehari-hari, gangguan kognitif dan kematian. Selain itu, telah terbukti
6
7
lima obat, dapat meningkatkan risiko tidak pantas penggunaan narkoba dan reaksi
obat yang merugikan (ADR) jika farmakoterapi tidak disesuaikan dengan individu
Polifarmasi adalah penggunaan beberapa obat, bisa 3 sampai 5 obat per pasien.
penyakit kronis dan sekitar 10% memiliki sedikitnya lima macam penyakit.
Polifarmasi dan farmakoterapi yang tidak tepat pada pasien lanjut usia
pengobatan (medication error). Jumlah Drug Related Problems (DRPs) per pasien
Interaksi obat merupakan bagian dari drug related problems (Masalah terkait
obat). Interaksi obat ini dapat mengganggu pencapaian hasil terapi yang diinginkan.
obat yang diterima oleh pasien. Sebuah studi di rumah sakit menemukan laju
interaksi obat sebesar 7% pada pasien yang mendapatkan 6 sampai 10 obat tetapi
8
Menurut Parulian dkk (2019), polifarmasi obat dibagi menjadi tiga tipe yaitu,
a. Duplikasi yaitu ketika dua obat dengan efek yang sama diberikan secara
b. Opposition yaitu ketika dua obat dengan efek yang berlawanan diberikan secara
distribusi, metabolisme dan ekskresi suatu obat akibat obat yang lain.
2. Polifarmasi hipertensi
terjadinya interaksi obat. Survei yang dilaporkan pada tahun 1977 mengenai
insiden efek samping yang menerima 0-5 macam obat sebesar 3,5%, sedangkan
yang menerima 16-20 macam obat sebesar 54%. Peningkatan insiden efek
samping yang jauh melebihi peningkatan kadar obat yang diberikan bersama,
Salah satu alasan polifarmasi pada pasien hipertensi adalah untuk mencapai
target tekanan darah. Alasan kedua yakni untuk mempertahankan tekanan darah
adekuat terhadap rejimen satu obat maka dapat ditambahkan obat kedua dari
1. Definisi resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
atau mungkinakan muncul pada pasien terkait penggunaan obat, sehingga pada
perlu dilakukan apoteker yang meliputi nama, alamat, nomor telepon, umur dan
belakang tanda ini biasanya tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah
obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak
Menurut Syamsuni (2006), resep asli tersebut harus disimpan di Apotik dan
memeriksa, serta
Dokter dapat memberi tanda dibagian kanan atas resepnya dengan kata-kata
3. Pola peresepan
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada Apoteker
1. Definisi hipertensi
lebih cepat dari biasanya di tandai dengan tekanan darah sistolik yang mencapai
≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Apabila peningkatan ini
2. Jenis hipertensi
b. Hipertensi sekunder
Menurut Rizky (2017), hipertensi dilihat dari tingkat penyebabnya sebagai berikut :
atas 140 mmHg dengan suatu tekanan diastolik yang masih dibawah 90
Suatu pembacaan tekanan darah yang tinggi yang hanya satu kali pada
hanya sementara saja. Hal ini disebabkan oleh ketakutan pasien yang
berhubungan dengan stres pemeriksaan dan merasa takut apabila ada sesuatu
3. Klasifikasi hipertensi
darah oleh JNC VII (Joint National Commite) untuk pasien dewasa (usia ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Diastolik
Sistolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg (atau) ≥ 100mmHg
Sumber : JNC-VII
Sumber : JNC-VIII
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VIII tahun 2013 masih merujuk
pada klasifikasi tekanan darah JNC VII. Tetapi, manajemen terapi hipertensi
komplikasi penyakit, ras dan riwayat penderita. Target tekanan darah pada
terapi hipertensi dalam JNC VIII bergantung pada komplikasi penyakit penderita
(Florensia, 2016).
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat di kontrol dan
1) Umur
2) Jenis kelamin
sebesar 2,29 kali untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga
tahun, hal ini terjadi diakibatkan oleh faktor hormon yang dimiliki
wanita.
3) Keturunan
1) Obesitas
orang dengan obesitas jauh lebih besar, risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan
2) Diabetes melitus
menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL
3) Konsumsi alkohol
4) Kebiasaan merokok
diisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
5) Konsumsi garam
menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan
16
2008).
5. Gejala hipertensi
mungkin terjadi adalah gejala hipokalemia keram otot dan kelelahan. Penderita
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
7. Komplikasi hipertensi
terjadi pada penderita hipertensi adalah rusaknya organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar. Hipertensi juga menjadi faktor
attack), penyakit arteri koroner (infark miokard dan angina), gagal ginjal,
peningkatan risiko untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer dan
8. Mekanisme hipertensi
a. Volume intravaskular
akan menyebabkan ginjal bekerja lebih keras bahkan bisa sampai melebihi
kemampuan ginjal itu sendiri. Jika kondisi ini belangsung terus menerus
maka akan terjadi retensi cairan. Ketika volume plasma meningkat, secara
18
otomatis volume darah juga akan semakin banyak sehingga akan membuat
(Sa’idah, 2018).
Sistem saraf otonom yang berperan dalam hal ini adalah sistem saraf
simpatis yang memiliki empat reseptor yaitu α1, α2, β1, dan β2. Reseptor ini
darah dan cairan dalam tubuh. Penurunan kadar natrium ataupun penurunan
tekanan arteri yang sangat rendah akan menstimulasi releasenya renin oleh
(AT2) oleh Angiotensin Converting Enzym (ACE). AT2 ini dapat menstimulasi
(Sa’idah, 2018).
19
d. Mekanisme vaskular
2018).
9. Terapi farmakologi
Ada lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
ARB) dan antagonis kalsium (calcium channel blocker / CCB). Selain yang
telah disebutkan, terdapat juga tiga kelompok obat yang digunakan sebagai lini
kedua yaitu: penghambat saraf adrenergi. agonis α-2 sentral dan vasodilator
(Rakhmah, 2018).
a. Diuretik
ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga menurunkan volume darah serta
20
1) Golongan tiazid
a) Hidroklorotiazid (HCT)
besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi dengan
2016).
21
b) Indapamid
penting dalam pengaturan aliran draah ginjal dan transport air dan garam.
Akibatnya terjadi retensi natrium dan air yang akan mengurangi efek hampir
Diuretik kuat bekerja di ansa henie asenden bagian epitel tebal dengan cara
–
menghambat kotransport Na+ , K+ , Cl dan menghambat resorpsi air dan
Terapeutik, 2016).
1) Efek samping
Efek samping diuretik kuat hampir sama dengan tiazid, kecuali bahwa
hiperkalemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal atau bila
a) Spironolakton
2) Interaksi
Penggunaan diuretik bersamaan dengan kuinidin dan obat lain yang dapat
3). Efek sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis, perubahan pada
Efek penurunan tekanan darah oleh Beta blocker yang diberikan secara
oral berlangsung lambat, yakni dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi
menyebabkan retensi air dan garam. Beta blocker dapat digunakan sebagai
obat linipertama pada hipertensi ringan hingga sedang, terutama pada pasien
obat tersebut). Efektifitas golongan β- blocker lebih besar pada pasien muda
a) Atenolol
Terapeutik, 2016).
juga menghambat reseptor α. Secara teoritis sifat ini akan memperkuat efek
benazepril, fosinopril dan lain-lain. Obat kelompok ini diubah dalam tubuh
(Rakhmah, 2018).
1) Efek samping
Terapeutik, 2016).
2) Farmakokinetik
oleh karena itu obat ini harus diberika 1 jam sebelum makan. Sebagian besar
Terapeutik, 2016).
ACE dan jalur alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymases.
pada pasien yang memiliki kadar renin tinggi seperti pasien hipertensi
renovaskular dan hipertensi genetik. Akan tetapi kurang efektif pada hipertensi
a) Losartan
pada reseptor AT1. Pemberian obat ini akan menghambat semua efek
Terapeutik, 2016).
1) Efek samping
2) Farmakokinetik
maknan di lambunng. Waktu paruh eliminasi ± 1-2 jam, tapi obat ini
cukup diberikan satu atau dua kali sehari, karena kira-kira 15% losartan
losartan dan masa paruh yang jauh lebih panjang 6-9 jam. Losartan dan
nya kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Golongan
(Rakhmah, 2018).
j. Vasodilator
Obat golongan ini terdiri dari vasodilator oral, hidralazin dan minoksidil
yang biasanya digunakan untuk terapi rawat jalan jangka panjang hipertensi;
kalsium, yang dapat digunakan pada dua keadaan dan golongan nitrat untuk
dibandingkan dengan efek obat yang secara langsung bekerja pada neuron-
a) Metildopa
1) Farmakokinetik
2) Efek samping
3) Interaksi
(modifikasi gaya hidup). Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan cara
membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ -½ sendok teh atau 6 gram/hari,
dan minuman beralkohol. Selain itu, dianjurkan untuk berolah raga antara lain
30
jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3 hingga 5
a. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin dan selai kacang).
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi atau
garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.
31
1. Definisi Farmakokinetik
Interaksi ini dapat meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia
a. Absorbsi
protein transfer. Penyerapan obat ditentukan oleh nilai pKa obat, kelarutannya
b. Distribusi
Dua obat yang berikatan dengan protein atau albumin akan bersaing untuk
mendapatkan tempat pada protein atau albumin tersebut sehingga akan terjadi
penurunan pada ikatan protein salah satu atau lebih obat. Hal tersebut
mengakibatkan banyak obat bebas yang beredar dalam plasma dan dapat
c. Metabolisme
yang berarti obat tersebut harus mampu melintasi membran plasma lipid.
dalam lipid menjadi senyawa tidak aktif yang larut didalam air sehingga dapat
yang penting yaitu isoenzim sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam
umumnya dapat mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat
apabila obat tersebut memiliki indeks terapi yang sempit akan berpotensi
d. Ekskresi
Ekskresi obat sebagian besar terjadi lewat ginjal melalui urin dan
juga melalu empedu. Interaksi obat pada proses ekskresi dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kompetisi untuk sekresi
aktif di tubulus ginjal. Hambatan sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat
kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transpor aktif yang
sama, yakni P-glikoprotein untuk kation organik dan zat netral dan
perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara klinik
apabila : (1) fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih
besar 30%) dan (2) obat berupa basa lemah dengan pKa 6,0-12,0 atau asam
eliminasi adalah saat beta blocker digunakan bersamaan dengan teofilin yang
1. Definisi farmakodinamik
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga
terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan
kadar obat dalam plasma. Interaksi ini merupakan sebagian besar dari
efek-efek obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau antagonis jika dua obat atau
lebih yang mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan (Rakhma,
2018).
34
memiliki efek farmakologi yang sama saat diberikan secara bersamaan, akan
Interaksi yang terjadi apabila dua obat atau lebih yang tidak memiliki
bersamaan akan memperkuat efek obat lain. Interaksi sinergis yang terjadi
Efek yang dihasilkan dari interaksi obat yang terjadi antara dua atau
lebih obat yang memiliki efek antagonis atau efek farmakologi yang
meniadakan efek obat satu sama lain jika diberikan secara bersamaan.
diuretik loop dengan obat golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
F. Kerangka Teori
OAHT
(Obat Antihipertensi)
Umur
Jenis Kelamin Resep Pasien Hipertensi
G. Kerangka Konsep
1. Polifarmasi
2. Interaksi obat Resep pasien
3. Jenis interaksi hipertensi
H. Defenisi Operasional
2. Interaksi obat yaitu, interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat
lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang efektif.
suatu obat meliputi tahapan absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat
dan farmakodinamik yaitu interaksi yang terjadi antara obat yang bekerja pada
system reseptor, tempat kerja atau system fisiologis yang sama sehingga dapat
4. Resep pasien hipertensi yaitu resep yang didalamnya terdapat obat antihipertensi
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
secara retrospektif. Retrospektif adalah resep yang telah dilayani bulan Oktober -
November tahun 2019 untuk pasien rawat jalan di Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sele Be Solu Kota Sorong. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran polifarmasi dan potensi interaksi obat pada
1. Tempat
Kota Sorong
2. Waktu
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh resep pasien hipertensi rawat
jalan dalam periode Oktober - November 2019 yang berjumlah 538 resep pasien
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
38
39
n=
Keterangan :
N = Ukuran populasi
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik slovin adalah 10-20% dari
populasi penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 538
n=
= 84 Resep
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
D. Teknik Sampling
dari seluruh total pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.
adalah salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah Resep/ lembar observasi pasien hipertensi
F. Pengumpulan Data
3. Profil pengobatan
41
G. Analisis Data
demografi pasien hipertensi, obat yang paling sering diberikan kepada pasien,
regimen obat serta permasalahan yang mungkin terjadi terkait obat seperti interaksi
menggunakan literatur adverse drug interaction (ADI) update tahun 2019. Data-
data dan analisis yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel.
H. Etika penelitian
1. Anonimity
mencantumkan nama hanya menuliskan kode atau inisial saja. Hal ini bertujuan
2. Confidentiality
jamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset. Data ini hanya diketahui oleh peneliti dan
pembimbing peneliti.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Sakit Umum Daerah (RSUD) Sele Be Solu Kota Sorong yang beralamat di Jl.
pelayanan kepada masyarakat tidak mampu dan sekaligus sebagai salah satu
Tahun 2009 RSUD Sele Be Solu Kota Sorong ditetapkan sebagai rumah
2009 tentang penetapan kelas RSUD Sele Be Solu milik Pemerintah Kota
Sorong.
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong memiliki visi dan misi. Visi
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong adalah terwujudnya RSUD Sele Be
Solu menjadi rumah sakit unggulan di Papua Barat, sedangkan misi BLUD
42
43
tanah 120.000 m2 dan luas bangunan 10.622 m2. BLUD RSUD Sele Be Solu
terdiri dari gedung instalasi gawat darurat (IGD), gedung administrasi, gedung
(UTD), ruang instalasi farmasi, ruang rekam medik dan BPJS, ruang high care
unit (HCU) dan beberapa unit pelayanan medis seperti pelayanan rawat inap dan
a. Umur
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur Di BLUD RSUD Sele
Be Solu Kota Sorong
No Umur (tahun) Jumlah (%)
1 18-29 2 2,4
2 30-39 1 1,2
3 40-49 11 13,1
4 ≥50 70 83,3
Total 84 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong kategori usia yang paling banyak adalah
pada usia ≥50 tahun sebanyak 70 pasien (83,3%) dan usia yang paling
sedikit adalah pasien dengan usia 30-39 tahun sebanyak 1 pasien (1,2%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No. Jenis Kelamin Jumlah (%)
1 Laki-laki 47 56
2 Perempuan 37 44
Total 84 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong sebanyak 84 resep dengan jenis kelamin
c. Jaminan Pengobatan
pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dapat dilihat
Tabel 4.3
Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jaminan Pengobatan Di
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No Jaminan Jumlah (%)
1 BPJS 84 100
2 Umum 0 0
3 Perusahaan 0 0
Total 84 100
3. Analisis univariat
a. Distribusi Polifarmasi
hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Polifarmasi Pada Peresepan Pasien Hipertensi
di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No. Potensi Interaksi Obat Jumlah (%)
1 Polifarmasi ( ≥ 5 ) 71 85
2 Tidak Polifarmasi ( < 5) 13 15
Total 84 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong resep yang polifarmasi sebanyak 71 resep
(85%) dan resep yang tidak terjadi polifarmasi sebanyak 13 resep (15%).
pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dapat dilihat
Tabel 4.5
Distribusi Potensi Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien
Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No. Potensi Interaksi Obat Jumlah (%)
1 Ada Interaksi 53 63
2 Tidak ada interaksi 31 37
Total 84 100
46
BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong resep yang terjadi interaksi
sebanyak 53 resep (63%) dan resep yang tidak terjadi interaksi sebanyak 31
resep (37%).
obat dalam peresepan pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota
Tabel 4.6
Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Item Obat Pada
Peresepan Pasien Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu
Kota Sorong
No. Potensi Interaksi Obat Jumlah (%)
1 Ada Interaksi 297 65
2 Tidak Ada Interaksi 159 35
Total 456 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong item obat yang terjadi interaksi sebanyak
297 (65%) kejadian interaksi dan item obat yang tidak terjadi interaksi
hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dapat dilihat pada
tabel 4.7
47
Tabel 4.7
Distribusi Jenis Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien
Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No. Jenis Interaksi Obat Jumlah (%)
1 Farmakodinamik 52 62
2 Farmakokinetik 32 38
Total 84 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong interaksi yang paling banyak adalah
pada peresepan pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
Tabel 4.8
Distribusi Jenis Interaksi Obat Berdasarkan Item Obat Pada Peresepan
Pasien Hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong
No. Jenis Interaksi Obat Jumlah (%)
1 Farmakodinamik 94 52
2 Farmakokinetik 86 48
Total 180 100
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Jenis interaksi obat per item obat yang
B. Pembahasan
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong. Data yang didapatkan berdasarkan lembar resep pada bulan Oktober -
1. Polifarmasi
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian diketahui bahwa dari
84 resep pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong resep
yang polifarmasi sebanyak 71 resep (85%) dan resep yang tidak terjadi
polifarmasi sebanyak 13 resep (15%). Terdapat 5 item obat, 6 item obat, 7 item
obat dan 8 item obat pada lembar resep yang polifarmasi. Adapun jumlah obat
polifarmasi dalam resep yang paling banyak terdapat 5 obat pada 31 lembar
resep, 6 obat sebanyak 29 lembar resep, 7 obat terdapat 7 lembar resep dan 8
diagnosis penyakit pada pasien maka akan bertambah obat yang diberikan dan
bahwa berdasarkan jumlah obat, semakin banyak jumlah obat yang digunakan
semakin besar kejadian interaksi yang terjadi dan semakin banyak diagnosis
pengobatan saat ini maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar
mengalami interaksi obat yang potensial dan reaksi obat yang merugikan (ADR).
ADR menempatkan banyak pasien di rumah sakit setiap tahun dan dapat
memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa mereka adalah salah satu dari
khususnya terkait dengan penyakit tertentu, yang sering terjadi pada orang tua,
itu, telah terbukti menjadi faktor risiko utama untuk jatuh (Konig et al, 2019).
polifarmasi untuk obat penyakit hipertensi dan obat lain dalam satu resep
sebanyak 69 sedangkan polifarmasi untuk obat diabetes melitus dan obat lain
dalam satu resep sebayak 27 serta polifarmasi obat kardiovaskuler dan obat
2. Interaksi obat
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini bahwa dari 84 resep
pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong resep yang terjadi
interaksi sebanyak 53 resep (63%) dan resep yang tidak terjadi interaksi
interaksi sebanyak 297 (65%), item obat yang tidak terjadi interaksi sebanyak
159 (35%) dari total item obat untuk 84 resep sebanyak 456 item obat. Sehingga
interaksi obat merupakan bertambahnya item obat pada resep akan menyebabkan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusuma & Nawangsari (2020), yang
resep yang tidak terjadi interaksi sebanyak enam resep (22,22%). Semakin
banyak obat yang digunakan oleh pasien, semakin meningkat pula kemungkinan
terjadinya interaksi.
Obat yang paling banyak terjadi interaksi pada penelitan ini adalah dari
direkomendasikan oleh apoteker untuk pantau tekanan darah dan fungsi ginjal (P
Scanu et al, 2020). Captopril dan spironolakton jika kedua obat ini dikonsumsi
untuk hindari penggunaan bersamaan (C Meune et al, 2020). Selain itu captopril
2020).
status klinik (EBD Riplay et al, 2020). Selain itu atorvastatin berinteraksi juga
Transon et al, 2020). Pada kasus epilepsi pasien yang mengkonsumsi obat
feniton dan atorvastatin itu biasa namun perlu diperhatikan bahwa kedua obat
tidak ada pilihan lain maka terapi dapat diteruskan (JW Dundee et al, 2020).
53
Dalam penelitian ini juga ditemukan resep aspilet ranitidin yang berefek
rekomendasi pada penulis resep untuk tetap memantau status klinik selama
merekomendasikan untuk pantau status klinis (DM Clive dan JS Stoff, 2020).
direkomendasikan oleh Apoteker untuk pantau status klinis (DM Clive dan JS
berkurang rasa nyerinya juga tidak berkurang jika kedua obat ini dikonsumsi
secara besama-sama (DM Clive dan JS Stoff, 2020). Pemberian obat meloxicam
dan metformin juga ditemukan dalam resep tersebut, jika kedua obat ini
3. Jenis Interaksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui bahwa dari 84
resep pasien hipertensi di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Interaksi
interaksi obat per item obat yang terjadi interaksi yang paling banyak
(48%). Kejadian interaksi obat dapat dilihat dalam satu resep terjadi interaksi
juga terjadi lebih dari satu kejadian interaksi dalam satu resep.
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga
terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan
kadar obat dalam plasma. Interaksi ini merupakan sebagian besar dari
untuk hindari penggunaan bersamaan (PR Conlin et al, 2020). Captopril dengan
rekomendasikan untuk pantau tekanan darah dan fungsi ginjal (P Scanu et al,
2020). Interaksi Captopril dan spironolakton jika kedua obat ini dikonsumsi
bersamaan (DM Newnham et al, 2020). Interaksi lisinopril dengan aspilet yang
metabolit melalui tubulus ginjal) apoteker bertugas untuk monitor status klinis
konsentrasi natrium; efek pada tekanan darah biasanya kecil dan mungkin
tertunda selama beberapa minggu (PP Koopmans et al, 2020). Allopurinol juga
terutama pada pasien dengan gagal ginjal (DJ Pennell dkk, 2020).
efek dari meloxicam disarankan untuk memonitor status klinis (C Transon et al,
penundaan eliminasi ginjal sehingga apoteker bertugas berilah selisih enam jam
kedua obat ini (DM Clive dan Jos Stoff, 2020). Sedangkan interaksi aspilet
dengan meloxicam yang berakibat pada memblokir akses aspilet ke situs aktif
tidak ada pilihan lain maka terapi dapat diteruskan (JW Dundee et al, 2020).
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peresepan obat antihipertensi dan obat lain pada 84 resep di BLUD RSUD Sele
Be Solu Kota Sorong terdapat 71 resep yang terjadi polifarmasi dan 13 resep
2. Peresepan obat antihipertensi dan obat lain pada 84 resep di BLUD RSUD Sele
Be Solu Kota Sorong terdapat 53 resep yang terjadi interaksi dan 31 resep yang
3. Jenis interaksi yang terdapat pada penelitan ini adalah Interaksi secara
resep.
B. SARAN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak BLUD RSUD Sele
Be Solu Kota Sorong untuk lebih meningkatkan pelayanan farmasi klinik oleh
Apoteker.
58
59
polifarmasi dan potensi interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di BLUD
dampak yang terjadi pada pasien hipertensi akan polifarmasi dan potensi
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi. Di harapkan juga penelitian ini
Arfania, M., Mayasari, G. 2018. Polifarmasi dan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Geriatri Dengan Penyakit Kronis. Journal of Pharmaceutical Science and Medical
Reseaarch (PHARMED) Vol. 1 (2), hlm. 1-4.
Ansar, J., Dwinata, I., Apriani, M. 2019. Derteminan Kejadian Hipertensi Pada
Pengunjung Posbinat di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar.
Jornal Nasional Ilmu Kesehatan. Vol. 1 edisi 3.
C Meune et al, Interaksi antara penghambat enzim pengubah angiotensin dan aspirin:
tinjauan. Eur J Clin Pharmacol, 56: 609, 2000, unduh April 2020.
C Richer et al, Cimetidine tidak mengubah farmakokinetik kaptopril yang tidak berubah
dan efek biologis pada sukarelawan yang sehat. J Pharmacol, 17: 338, 1986, unduh
Desember 2020.
DM Clive., JS Stoff, sindrom ginjal yang terkait dengan obat antiinflamasi nonsteroid.
N Engl J Med, 310: 563, 1984 (hal. 568); Unduh : 11 April 2020 (08:30pagi).
DM Newnham et al, Efek frusemide dan triamterene pada respon hipokalemia dan
elektrokardiografi terhadap terbutalin inhalasi. Br J Clin Pharmacol, 32: 630, 1991,
unduh April 2020.
D Hall et al, Penanggulangan efek vasodilator dari enalapril oleh aspirin pada gagal
jantung berat. J Am Coll Cardiol, 20: 1549, 1992; unduh Desember 2020.
DJ Pennell dkk, sindrom Fatal Stevens-Johnson pada pasien dengan kaptopril dan
allopurinol. Lancet, 1: 463, 1984; unduh Desember 2020.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat (DINKES). 2018. Profil Kesehatan Papua Barat
Tahun 2017.
60
61
EBD Ripley et al, Pengaruh agen nonsteroid (NSAID) pada farmakokinetik dan
farmakodinamik metolazone. Int J Clin Pharmacol Ther, 32:12, 1994; Unduh : 11
April 2020 (08:30 pagi).
Fitriyah,S. 2018. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 komerbiditas hipertensi periode 2016-2017. Skrips. Jurusan farmasi fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
Fahmi,R, I.,2015. Rasionalitas Penggunaan Obat Ispa Non penomania Pada Pasien
Balita Di Puskesmas Campaka Kecematan Campaka Periode Januari-Maret 2015.
Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Farmasi Politeknik Kesehatan. Bandung.
Herdaningsih, S, Muhtad, A, Lestari, K., Annisa, N., 2016. Potensi Interaksi Obat-Obat
pada Resep Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota
Bandung. Jurnal. Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 5(4), hlm. 288–292.
Handayani, K., Saibi, Y., 2019. Potensi Interaksi Obat Pada Resep Pasien Diabetes
Melitus Rawat Jalan di RS X Jakarta Pusat. Pharmaceutical and Biomedical
Sciences Journal. Vol. 1(1). hlm. 43-47.
H Albin et al, Pengaruh sukralfat pada ketersediaan hayati simetidin. Eur J Clin
Pharmacol, 30: 493, 1986 unduh : March 22, 2020 (06:40 pagi).
JNC VII, dalam Budi Artiyanigrum 2018 Prevention, Detection, Evaluation, And
Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII).
support software platforms. journal neurologi and therapy. volume 8,hal 79-
94.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/309001869 [Diakses 20 januari 2020].
Kirana, C,K,P,D. 2019. Hubungan Polifarmasi dan Potensi Interaksi Obat Pada
Peresepan Pasien Tuberkulosis Di RSUD Sele Be Solu Tahun 2018. Skrips.i
Jurusan Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Papua, Sorong.
Kusuma, Y, I ., Nawangsari, D., 2020. Identifikasi Potensi Drug Interaction Pada Pasien
Stroke di RSUD Margono Soekarjo Puworkerto. Pharmacoscript. Vol 3(1), Hal.
54-66.
M Packer et al, Insufisiensi ginjal fungsional selama terapi jangka panjang dengan
kaptopril dan enalapril pada gagal jantung kronis berat. Ann Intern Med, 106: 346,
1987; unduh Desember 2020.
PP Koopmans et al, Pengaruh obat antiinflamasi non steroid pada pengobatan diuretik
dari hipertensi esensial ringan sampai sedang. Sdr. Med J, 289: 1492, 1984; unduh
Desember 2020.
Parulian, L, 2019. Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi Obat Pada Pasien
Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi Di Rsp Dr. Arie Wirawan Periode
Januari-Maret 2019, Indonesia Jurnal Of Pharmacy And Natural Product.
Volume 02 No. 02.
P Scanu et al, Reversible acute renal insufficiency with combination of enalapril and
diuretics in a patient with a single renal-artery stenosis. Nephron, 45:321, 1987;
Unduh : 11 April 2020 (08:06 pagi).
PR Conlin et al, Pengaruh indometasin pada penurunan tekanan darah oleh kaptopril
dan losartan pada pasien hipertensi. Hipertensi, 36: 461, 2000, unduh March 21,
2020 (02:07 siang).
Rizki, M., 2017. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Peningkatan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Candekia Medika, Jombang.
Syamsuni, H, A., 2007. Ilmu Resep. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Saum, K.U et al., 2017. Is Polypharmacy Associated with Frailty In Older People?
Results From The ESTHER Cohort Study. Journal. Compilation. Vol. 65(2),
hal.27-32.
Y Yoshida et al, Efek Obat Bersamaan Pada Konsentrasi Darah Antagonis Histamin H2
(laporan ke-3); Pemberian Simetidin dan Sukralfat Oral Secara Bersamaan Atau
Jeda WAaktu. Jpn J Gastroenterol, 84: 1025, 1987; Unduh 22 Maret 2020 (06:40
pagi).
Lampiran 1
I. Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Jaminan :
II.Blanko Interaksi
No Nama Jaminan Nama Interaksi Polifarmasi Jenis Interaksi Rekome
Inisial JK Umur pengobatan Obat ndasi
Ya Tidak Ya Tidak Farmakokinetik Farmakodinamik
Lampiran 2
REKAPITULASI DATA
EXF
(Clobazam &
Meloxicam) :
Kemungkinan Pantau status
keterlambatan klinis
aksi meloxicam
dengan
clobazam
(penyerapan
tertunda)
15 P 54 BPJS atorvastatin CXE Subtitusi ke
Nitrocaf (Aspirin & diclofenac, dan
Aspirin Meloxicam) : acetaminophen
Amlodipin Penghambatan karena
Meloxicam efek antiplatelet tampaknya
Gabapentin aspirin dengan tidak
meloxicam mempengaruhi
(meloxicam efek
dapat antiplatelet
memblokir aspilet.
akses aspirin ke
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
situs aktif pada
trombosit)
AXE
(Atorvastatin &
Meloxicam) : memonitor
penurunan status klinis
metabolisme
meloxicam
16 L 64 BPJS amlodipin CXD Subtitusi
Simvastatin (Aspirin & diclofenac, dan
Aspirin Meloxicam): acetaminophen
Meloxicam Penghambatan karena
Diazepam efek antiplatelet tampaknya
aspirin dengan tidak
meloxicam mempengaruhi
(meloxicam efek
dapat antiplatelet
memblokir aspirin
akses aspirin ke
situs aktif pada
trombosit)
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
DXE Berdasarkan
(Meloxicam & penelitian pada
Diazepam) : pria sehat;
Kemungkinan signifikansi
keterlambatan klinis tidak
aksi meloxicam ditetapkan
dengan
diazepam
(penyerapan
tertunda
17 P 57 BPJS amlodipin BXE Hindari
captopril (Captopril & penggunaan
meloxicam Aspilet) : Efek bersamaan jika
diasepam hipotensi yang memungkinka
aspilet menurun n; jika
hct kombinasi
simvastatin digunakan
monitor
tekanan
darah; aspilet
dosis rendah
(325 mg / hari
atau kurang)
mungkin tidak
berinteraksi
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
BXF
(Captopril &
Hct) : Pantau tekanan
Peningkatan darah dan
risiko gagal fungsi ginjal
ginjal dengan
captopril atau
enalapril,
terutama pada
pasien dengan
stenosis arteri
ginjal bilateral
CXF
(Meloxicam &
Hct) :
Penurunan efek Pantau tekanan
diuretik dan darah,efek,diur
antihipertensi etik, dan
(penghambatan konsentrasi
sintesis natrium,efek
prostaglandin pada tekanan
ginjal); darah
hiponatremia biasanya kecil
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
(penurunan dan mungkin
aditif dalam tertunda
ekskresi air selama
gratis) beberapa
minggu;
laporan asus
tunggal dari
krisis
hipertensi
dengan
naproxendan
hydrochlorothi
azide
18 P 52 BPJS rifampisin DXC Pantau status
inh (Bisoprolol & klinis
digoxin Digoxin) :
bisoprolol Kemungkinan
captopril peningkatan
vitamin B6 toksisitas
DXA
(Bisoprolol & Perlu
Rifampisin) : peningkatan
Penurunan efek dosis
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
bisoprolol bisoprolol
CXA
(Digoxin &
Rifampisin) : Pantau status
penurunan efek klinis
digoxin
BXA
(Inh & Monitor fungsi
Rifampisin): hati
Hepatoktoksik
DXH Monitoring
(Atorvastatin & klinik
Ranitidin) :
Kemungkian
toksisitas
atorvastatin
walaupun
mekanisme
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
tidak ditetapkan
DXC
( Amitriptylin &
Methyl Pantau status
prednisolon) : klinis
kemungkinan
toksisitas
amitrypilin
BXE
(Meloxicam & Pantau status
Ranitidin) : klinis
Kemungkinan
toksisitas
meloxicam
dengan adanya
ranitidin
23 P 46 BPJS Aspilet FXA Hindari
Amlodipin (Cefixime & penggunaan
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Simvastatin Aspirin) : risiko bersamaan
Ambroxol pendarahan
Methyl Prednisolon dengan cefixime
Cefixime dan aspirin
24 L 25 BPJS Furosemid BXD pantau kinerja
Bisoprolol (Bisoprolol & jantung
Micardis Ranitidin) :
Ranitidin Kemungkinan
Sukralfat toksisitas beta
blocker
DXE Berikan
(Ranitidin & sukralfat pada
Sukralfat) : jam 07,12,19
Kemungkinan Berikan
penurunan efek ranitidine pada
simetidin( jam 8-20
kemungkinan
penurunan
penyerapan)
25 L 52 BPJS aspilet
Candersartan
Amlodipin
Simvastatin
Metformin
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
26 P 59 BPJS Meloxicam CXB Pantau status
Metil prednisolon (Amitriptylin & klinis
Amitriptylin Methyl
Amlodipin prednisolon):
Aspilet Terjadi
Atorvastatin hipertermia
dengan adanya
amitriptylin
CXA Pantau status
(Amitryptilin & klinis
Aspilet ) :
Kemungkinan
toksistas
amitrypilin
walau
mekanisme
tidak ditetapkan.
AXE Subtitusi
(Meloxicam & meloxicam
Aspilet) : dengan
Penghambatan paracetamol
efek anti platelet atau natrium
aspilet diklofenat
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
FXA
(Atorvastatin &
Meloxicam) :
kemungkinan Monitor status
toksisitas klinis
meloxicam
karena terjadi
penurunan
metabolisme
27 L 61 BPJS Candesartan
Apilet
Amlodipin
Allopurinol
Asam folat
28 L 73 BPJS curcuma
Ambroxol
Hct
Cefixime
Micardis
29 P 62 BPJS simvastatin
Amlodipin
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Candersastan
Clopidogrel
Metformin
30 L 42 BPJS Allopurinol FXD Pantau status
Bisoprolol (Aspilet & klinis.
Candesartan Cimetidin) :
Cimetidine Kemungkinan
Metformin toksisitas
Aspilet salisilat dengan
simetidin
karena
metabolism
menurun.
BXD
(Bisoprolol & Pantau kinerja
Cimetidin) : jantung
Kemungkinan
toksisitas beta-
blokir dengan
dosis tinggi
simetidin
(penurunan
metabolism dan
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
penurunan
eksreksi ginjal)
31 P 53 BPJS vitamin albumin
Cefixime
Spironolakt-on
Furosemid
Notisil
B complex
32 P 56 BPJS Amlodipin DXF Berikan Selisih
Atorvastatin (Cefixime & 6 jam
Candesartan Furosemid) :
Cefixime Kemungkinan
Clindamyci-n toksisitas
Furosemid cefixime karena
Isosorbide dinitrate terjadi
penundaan
eliminasi ginjal
33 L 57 BPJS Amlodipin CXD Pantau status
Meloxicam (Methyl klinis.
Methyl prednisolon prednisolon &
Aspilet Aspilet) : efek
simvastatin salisilat
berkurang,walau
mekanisme
tidak di tetapkan
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
BXD
(Meloxicam & Pantau status
Aspilet) : klinis
Penghambat
efek antiplatelet
34 L 52 BPJS captopril AXE Terjadi pada
Cardismo (Captopril & pasien dengan
Spironolakt-on Ranitidin) : gangguan
Furosemid Bisa terjadi ginjal,
Ranitidin neuropati berat memonitor
dengan kaptopril fungsi
dan ranitidin. neurologis.
AXC
(Captopril & Pantau kadar
Spironolakton): kalium
Terjadi
hypercalemi-a
35 P 61 BPJS levemir
Metformin
Simvastatin
Amlodipin
Vitamin B12
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
36 L 57 BPJS amlodipin DXB Pantau status
Aspilet (Meloxicam & klinis.
Simvastatin Aspilet) :
Meloxicam Penghambat
Na. fenitoin efek antiplatelet
aspirin dengan
meloxicam.
DXC
( Meloxicam & Monitor status
Simvastatin) : klinis.
Penurunan
metabolism dari
meloxicam.
EXC
(Natrium
phenitoin &
Simvastatin) :
kemungkinan Pantau status
peningkatan klinis
aktifitas P-
glikoprotein
37 L 53 BPJS Cardismo
Candersasta-n
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Amlodipin
Furosemid
Spironolakton
38 P 66 BPJS amlodipin DXE Hindari
Vitamin B12 (Cefixime & penggunaa
Acetyl systein Aspirin) : bersamaan
Cefixime Kemungkinanan
Aspirin peningkatan
risiko
perdarahan
39 P 44 thn BPJS amlodipin
Atorvastatin
Candersarta-n
Hct
Asetosal
40 P 53 BPJS Amlodipin
Furosemid
Glimepiride
Metformin
Levemir
41 L 53 BPJS Amlodipin EXB Hindari
Captopril (Allopurinol & penggunaan
Atorvstatin Captopril): bersamaan,
Clopidogrel Kemungkinan jika mungkin,
Allopurinol kerentanan terutama pada
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Meloxicam terhadap steven- pasien dengan
johnson gagal ginjal
walaupun
mekanisme
terjadinya tidak
diketahui.
42 L 53 BPJS glimepiride
metformin
amlodipin
simvastatin
vitamin B12
43 P 59 BPJS simvastatin
Captopril
Amlodipin
Microlax
Pyridoxine
Cyanocobalamin
44 P 76 BPJS Glimepiride
Metformin
Amlodipin
Candersarta-n
Gabapentin
Neurodex
45 P 53 BPJS captopril
amlodipin
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
metformin
levemir
jarum
46 L 60 BPJS neurodex
Ambroxol
Candersarta-n
Amlodipin
Metformin
47 L 66 BPJS Simvastatin BXA Monitor Gejala
Ranitidin (Ranitidin & klinis
Candersartan Simvastatin) :
Neurodex Kemungkinan
Allupurinol toksisitas
Ambroxol simvastatin
Salbutamol mekanisme
Loratadin tidak di tetapkan
48 L 59 BPJS glimepiride EXF Pantau tekanan
Metformin (Amlodipin & darah.
Omeprazole Ketokonazol):
Vit-c Penurunan efek
Amlodipin antihipertensi .
Ketokonazo-le
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
DXE Pantau status
(Vitamin C & klinis.
Amlodipin) :
Kemungkinan
efek
beahistinnya
menurun.
FXB
(Ketokonazol & Pantau status
Metformin): klinis
Kemungkinan
gangguan ginjal
akibat adanya
ketokonazole.
49 L 50 BPJS Amlodipin DXB Hindari
Asetosal (Captopril & penggunaan
Simvastatin Asetosal) : bersamaan jika
Captopril Efek hipotensi memungkinka
Metformin yang n.
Meloxicam menurun(kemun
gkinan
penurunan
sintesis
prostaglandin).
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
DXF Hindari
(Captopril & penggunaan
Meloxicam) : jika
Efek hipotensi memungkinka
yang menurun( n.
kemungkinan
penurunan
sintesis
prostaglandin).
FXB
(Meloxicam & Pantau status
Asetosal) : klinis.
Penghambatan
efek antiplatelet
asetosal
50 P 51 BPJS Captopril AXC Pantau tekanan
Amlodipin (Captopril & darah dan
Furosemid Furosemid) : fungsi ginjal
Spironolakton Peningkatan
Isdn risiko gagal
ginjal
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
51 P 66 BPJS Candersarta-n CXD Monitor status
Amlodipin (Paracetamol & klinis.
Parasetamol Diazepam) :
Diazepam kemungkinan
Amytripilin toksisitas
diazepam
(mekanisme
tidak ditetapkan.
Pantau status
EXD klinis
(Amitryptilin &
Diazepam) :
Efek
Amitryptilin
berkurang
52 L 60 BPJS Bisoprolol BXC Hindari
Lisinopril (Lisinopril & penggunaaan
Aspilet Aspilet) : Efek bersamaan jika
Omeprazol hipotensi yang memungkinka
Sukralfat menurun( n.
kemungkinan
penurunan
sintesis
prostaglandin).
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
53 P 51 BPJS Amlodipin FXH Pantau status
Bisoprolol (Aspirin & klinis.
Candesartan Spironolakton) :
Clobazam Penurunan efek
Furosemide diuetik dengan
Aspirin aspirin
Simvastatin (gangguan pada
Sprironolakton eksresi tubulus
ginjal dari
metabolit
spironolakton) .
BXD
(Bisoprolol &
Clobazam) :
Kemungkinan Hindari
metabolism penggunaan
diazepam bersamaan.
menurun.
54 L 63 BPJS Amlodipin EXD Pantau status
Atorvastatin (Meloxicam & klinis.
Levedopa Aspilet) :
Aspilet Penghambatan
Meloxicam efek antiplatelet
aspirin(aspilet)
dengan
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
meloxicam .
EXB
(Meloxicam &
Atorvastatin) : Monitor status
Kemungkinan klinis.
toksisitas
meloxicam
karena
penurunan
metabolisme
55 L 54 BPJS Aspirin
Amlodipin
Candersarta-n
Nitrocaf
Simvastatin
56 P 45 BPJS Asetosal CXA Hindari
Simvastatin (Captopril & penggunaan
Captopril Asetosal) : bersamaaan
Amlodipin Efek hipotensi jika
Candersarta-n yang menurun memungkinka
Bisoprolol (kemungkinan n
penurunan
sintesis
prostaglandin
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
57 L 53 BPJS Amlodipin
Candesartan
Furosemide
Nitroglycerin
Glicuidon
58 P 40 BPJS meloxicam CXD Monitor status
Methyl prednisolon (Amitryptilin & klinis.
Amitriptylin Ranitidin) :
Ranitidin Kemungkinan
Phenobarbital toksisitas
(barbiturates) amitryptilin
Amlodipin dengan adanya
ranitidin akibat
penurunan
metabolism.
CXE
(Amitryptilin &
Phenobarbital) : Hindari
Penurunan efek penggunaan
amytriptilin bersamaan
akibat kecuali
peningkatan barbiturates
metabolisme penting
sebagai
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
antikonvulsan
AXF
(Atorvastatin & Monitor status
Meloxicam) : klinis.
Penurunan
metabolisme
meloxicam.
FXD
(Meloxicam &
Metformin) :
kemungkinan Pantau status
gangguan ginjal klinis.
yang diinduksi
OAINS.
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
60 P 67 BPJS parasetamol
Amlodipin
Candersarta-n
Asam folat
Aminefron
Tramadol
61 L 64 BPJS Meloxicam CXD Monitor status
Methyl prednisolon (Amitryptilin & klinis.
Amitriptylin-e Ranitidin) :
Ranitidin Penurunan m
Amlodipin metabolism
amitryptilin.
Pantau status
AXD klinis
(Meloxicam &
Ranitidin) :
Penurunan
metabolismemel
oxicam
62 P 57 BPJS Atorvastatin
Neurodex
Metformin
Glimepiride
Amlodipin
Candersarta-n
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Pregabalin
EXB
(Atorvastatin & Pantau status
Natrium klinis.
phenitoin) :
Peningkatan
metabolisme
CYP3A4.
Kemungkinan
peningkatan
aktivitas P-
glikoprotein
64 P 67 BPJS furosemid BXA Monitor status
Bisoprolol Bisoprolol & klinis.
Candersastan Furosemid) ;
Folic acid Kemungkinan
Loratadin toksisitas
Codein propranolol
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
walaupun
mekanisme
tidak ditetapkan
65 L 53 BPJS amlodipin
Furosemid
Candersarta-n
Gabapentin
Asam folat
Aminefron
66 P 73 BPJS ibuprofen FXC Pantau status
Methyl prednisolon (Alprazolam & klinis.
Amytripilin Amitryptilin):
Candersarta-n Kemungkinan
Ambroxol efek amitryptilin
Alprazolam berkurang
dengan
alprazolam
walaupun
mekanisme
tidak ditetapkan.
67 L 54 BPJS Atorvastatin BXF Monitor
Captopril (Captopril & fungsi
Cyacobalamin Ranitidin) : neurologis.
Na.diklofenak Neuropati berat
Pyridoxine dengan
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Ranitidine kaptopril.
BXD
(Captopril & Hindari
Natrium penggunaan
diklofenak) : bersamaan jika
Efek hipotensi memungkinka
yang menurun n, monitor
(kemungkinan tekanan darah.
penurunan
sintesis
prostaglandin).
AXF
( Atorvastatin & Pantau status
Ranitidin) : klinis
Kemungkinan
toksisitas
atorvastatin
walau
mekanisme
tidak ditetapkan.
68 L 45 BPJS Amlodipin FXD Hindari
Metformin (Allopurinol & penggunaan
Clopidogrel Lisinopril) : bersamaan.
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
Lisinopril Kemungkinan
Atorvastatin kerentanan
Allopurinol terhadap
sindrom steven-
johnson
walaupun
mekanisme
belum diketahui
69 L 58 BPJS Aspilet DXA Pantau status
Candersarta-n ( Meloxicam & klinis.
Amlodipin Aspilet) :
Meloxicam Penghambat
Diazepam efek antiplatelet
aspilet.
EXD
(Diazepam & Pantau status
Meloxicam) : klinis.
Penyerapan
meloxicam
tertunda atau
terlambat.
70 P 57 BPJS Captopril AXD Hindari
Simvastatin (Captopril & penggunaan
Bisoprolol Meloxicam) : bersamaan
Meloxicam Efek hipotensi
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
yang menurun
(kemungkinan
penurunan
sintesis
prostaglandin)
71 P 52 BPJS Meloxicam AXD Monitor status
Aspilet (Meloxicam & klinik
Amlodipin Simvastatin) :
Simvastatin Terjadi toxisitas
Meloxicam
72 L 48 BPJS Natrium phenitoin
Amlodipin
Candesartan
Clobasam
73 P 42 BPJS Vit c AXB Pantau status
Bisoprolol ( Vitamin c & klinis
Bisoprolol) :
Kemungkinan
efek bisoprolol
menurun
74 P 63 BPJS Amlodipin CXD Pantau efek
Captopril ( Hallopuridol & haloperidol
Halopuridol Trihexyphenidil
Trihexy phenidil ) : Efek
haloperidol
Interaksi Polifarmasi Jenis interaksi
N Umur Nama obat
JK JP Farmako Farmak Rekomendasi
O (thn) Ya Tidak Ya Tidak
dinamik okinetik
berkurang
Keterangan :
JK : Jenis kelamin
JP : Jaminan pengobatan
Lampiran 3
REKAPITULASI DATA
REKAPITULASI DATA
P = Perempuan
JK = Jenis Kelamin
Lampiran 5
REKAPITULASI DATA
REKAPITULASI DATA