Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

File

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 215

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30,
BOGOR PERIODE 03 MARET – 12 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RANI WULANDARI, S.Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30,
BOGOR PERIODE 03 MARET – 12 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

RANI WULANDARI, S.Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

ii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


iii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


iv

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


v

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda
No.30, Periode 3 Maret – 12 April 2014. Pelaksanaan PKPA di Apotek menjadi
sangat penting bagi mahasiswa Profesi Apoteker agar dapat mempelajari dan
memahami berbagai peran apoteker di apotek. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si,selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2. Dr. Hayun, MSi, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI.
3. Drs. Medy Hidayat, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma
No.7 dan pembimbing penulis atas saran dan ilmu pengetahuan yang
diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
4. Dr. Arry Yanuar, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung hingga
penyusunan laporan akhir.
5. Bapak Evan dan Ibu Anisa selaku Apoteker Pendamping Apotek Kimia
Farma No.7 atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
6. Ibu Fitri dan Ibu Tuti, selaku Supervisor Apotek Kimia Farma No.7 atas
saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.

vi

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


7. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No.7, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan selama
pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman,
dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
9. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78 yang telah mendukung dan
bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
10. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucap syukur dan berterima kasih kepada
keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material yang tidak
terhingga kepada penulis.
11. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan selama
penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan
laporan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk berkarya
lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Penulis
2014

vii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


viii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Rani Wulandari, S. Farm


NPM : 1306344103
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia
Farma No. 07, Jln Ir. H. Juanda No. 30 Bogor Periode 3
Maret – 12 April 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 07 bertujuan untuk
mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian, peran dan fungsi
apoteker baik teknis maupun non-teknis kefarmasian serta aspek managerial.
Tugas khusus yang diberikan berjudul penyakit rematik; analisis resep; dan
analisis service level oleh distribution center business management terhadap enam
produk pareto di apotek Kimia Farma No. 07. Tujuan dari tugas khusus ini adalah
untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyakit rematik yang meliputi definisi,
etiologi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosa dan pemeriksaan laboratorium serta
terapi farmakologi dan nonfarmakologi; menganalisa kelengkapan resep; dan
mengetahui pemenuhan service level enam produk pareto di Apotek Kimia Farma
No. 07 periode maret 2014.

Kata kunci : Apotek Kimia Farma; Apotek; Rematik; Analisa Resep; Service
Level
Tugas umum : xv + 81 halaman; 18 lampiran
Tugas khusus I : v + 46 halaman
Tugas khusus II : iv + 52 halaman
Tugas khusus III : vi + 7 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 15 (1978-2011)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 9 (2002-2014)

ix Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


ABSTRACT

Name : Rani Wulandari, S. Farm


NPM : 1306344103
Program Study : Apothecary profession
Title : Pharmacist Internship Program at Apotek Kimia Farma
No. 07, Jalan Ir. H. Juanda No.. 30 Bogor period March 3rd
- April 12th

Pharmacists Professional Practice at Apotek Kimia Farma No. 07 aims to


describe the general activities of pharmacy services, roles and functions of
pharmacists both technical and non-technical pharmacy and managerial aspects.
Given a special task called rheumatic diseases; analysis of prescription; and
analysis by distribution center service level management business of six pareto
products in Apotek Kimia Farma No. 07. The purpose of this special task is to
examine more deeply about rheumatic diseases that includes definition, etiology,
pathophysiology, classification, diagnosis and laboratory tests as well as
pharmacological and non-pharmacological therapies; analyze the completeness of
prescription; and determine compliance with service level six pareto products in
Apotek Kimia Farma. No. 07 period March 2014.

Keywords: Apotek Kimia Farma ; Apotek; rheumatism; predcription analysis;


service level
General Assignment : xv + 81 pages; 18 appendices
Specific Assignment I : v + 46 pages
Specific Assignment II: iv + 52 pages
Specific Assignment III: vi + 7 pages
General Assignment References: 15 (1978-2011)
Specific Assignment References: 9 (2002-2014)

x Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... iii
HAKAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBILKASI ILMIAH ...................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
2. TINJAUAN UMUM APOTEK ......................................................................... 3
2.1 Definisi Apotek ........................................................................................... 3
2.2 Landasan Hukum Apotek .............................................................................. 3
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................................................. 4
2.4 Tata Cara Perizinan Apotek ......................................................................... 4
2.5 Persyaratan Apotek........................................................................................ 6
2.6 Pencabutan Izin Apotek................................................................................. 8
2.7 Tenaga Kerja Apotek..................................................................................... 9
2.8 Apoteker Pengelola Apotek........................................................................... 11
2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ......................................................... 12
2.10 Pengelolaan Apotek ..................................................................................... 13
2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek .............................................................. 14
2.12 Sediaan Farmasi .......................................................................................... 17
2.13 Pengelolaan Narkotika ............................................................................... 19
2.14 Pengelolaan Psikotropika ............................................................................ 23
2.15 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) ....................................................... 25
2.16 Pelayanan Swamedikasi .............................................................................. 27
3. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (Persero), TbK32 ...................... 31
3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .................................................... 31
3.2 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek ................................................................ 32
3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .......................................... 33
3.4 Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .................................. 34
3.4 Budaya Perusahaan ..................................................................................... 34
3.5 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................. 35
4. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NOMOR 7 .................... 36
4.1 Lokasi Apotek ............................................................................................. 36
4.2 Ruang Apotek .............................................................................................. 36
4.3 Struktur Organisasi ....................................................................................... 38
4.4 Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek ...................................................... 38
xi Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


4.5 Kegiatan Apotek ........................................................................................... 40
5. PEMBAHASAN ................................................................................................. 45
6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 55
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 55
6.2 Saran ........................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 56
LAMPIRAN ........................................................................................................... 58

xii Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas.............................................................. 17


Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas……...................................... 17
Gambar 2.3 Label Peringatan....................................................................... 18
Gambar 2.4. Penadaan Obat Keras................................................................ 19
Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika........................................................19

xiii Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1 ........................................................... 59


Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2............................................................ 60
Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3............................................................ 61
Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4............................................................ 65
Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5............................................................ 66
Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6............................................................ 69
Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7............................................................ 70
Lampiran 8. Surat Pesanan Barang................................................................ 71
Lampiran 9. Form Dropping Barang Dari Gudang (Dcs) Ke Apotek........... 72
Lampiran 10. Formulir Serah Terima Barang Dcs............................................. 73
Lampiran 11. Bon Permintaan Barang Apotek................................................ 74
Lampiran 12. Kartu/ Buku Stok Obat ............................................................. 75
Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep................................................................ 76
Lampiran 14. Salinan/ Copy Resep.................................................................. 77
Lampiran 15. Etiket Obat................................................................................. 78
Lampiran 16. Label Obat ................................................................................. 79
Lampiran 17. Kemasan Obat ........................................................................... 80
Lampiran 18. LIPH........................................................................................... 81

xiv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelas Kebersihan Berdasarkan Jumlah Partikulat Udara yang


Diperbolehkan ....................................................................................10
Tabel 3.1. Pengambilan Contoh Bahan Kemas ...................................................75
Tabel 3.2. Perbedaan n1 dan n2 ..........................................................................76

xv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004,
apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Apotek dalam perannya sebagai salah satu satu sarana penunjang kesehatan
dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah, menjadi
sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat
serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai
sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat
dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Departemen Kesehatan
RI, 2004).
Selain sebagai tempat dilakukannya tugas profesional, apotek juga
merupakan suatu tempat bisnis. Oleh karena itu, apoteker juga berperan dalam hal
manajerial dan retailer, sehingga apotek mampu berjalan dengan baik dan
memperoleh keuntungan. Apoteker merupakan profesi yang diberi wewenang
untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.
Dalam menjalankan perannya di apotek, apoteker dituntut untuk bekerja
secara profesional. Dalam hal ini, apoteker harus memahami pengelolaan
perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian
dengan patient-oriented.
Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk meningkatkan
kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
1 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


2

UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek


Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 3 Maret – 12 April 2014.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerial serta pelayanan
kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.

1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7
bertujuan agar mahasiswa:
a. Mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Mengetahui secara langsung bagaimana peran dan fungsi apoteker di apotek,
baik dalam aspek pengelolaan teknis kefarmasian maupun non teknis
kefarmasian di apotek.
c. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek terutama dalam aspek
managerial yang mencakup pengelolaan sumber daya manusia kesehatan,
pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan, pengelolaan
administrasi keuangan apotek.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek


Pengertian apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah
semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

2.2 Landasan Hukum Apotek


Apotek sebagai tempat menjalankan praktik kefarmasian memiliki
landasan hukum yang diatur dalam :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


4

e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang


Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek.
h. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
i. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26
Tahun 1965 tentang Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang
tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.4. Tata Cara Perizinan Apotek


Surat Izin Apotek atau SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri
kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan Apotek di suatu tempat. Sebelum melaksanakan kegiatannya,
Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek. Izin apotek berlaku
untuk seterusnya selama Apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan
kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan
masih memenuhi persyaratan. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin
apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Kepala Dinas

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


5

Kesehatan Kabupaten/Kota selanjutnya wajib melaporkan pelaksanaan pemberian


izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun
kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
KesehatanRepublik Indonesia No. 992/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 7, tata cara pemberian izin apotek
adalah sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1
(Lampiran 1).
b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3).
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT-4 (Lampiran 4).
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5).
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


6

kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir


Model APT-6 (Lampiran 6).
g. Terhadap Surat Penundaan, sebagaimana dimaksudApoteker diberi kesempatan
untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
Dalam hal Apoteker menggunakan sarana pihak lain maka penggunaan
sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan
pemilik sarana. Pemilik sarana dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat
sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. Selain itu
apabila terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-
alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7 (Lampiran 7).

2.5. Persyaratan Apotek


Persyaratan apotek berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6 yaitu :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan
farmasi.
Sebuah apotek yang akan didirikan harus memenuhi sejumlah persyaratan
seperti bangunan dan kelengkapannya, perlengkapan kerja, perlengkapan
adminsitrasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


7

2.5.1 Persyaratan Bangunan dan Kelengkapannya


Bangunan apotek hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan,
dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, serta toilet
Bangunan apotek perlu dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, sumber penerangan yang memadai, alat pemadam, ventilasi, sanitasi,
papan nama bertuliskasn nama APA, nomor SIA, alamat apotek dan nomor
telpon, serta billboard nama apotek.

2.5.2 Persyaratan Perlengkapan Kerja


Perlengkapan kerja yang harus dimiliki apotek meliputi:
a. Alat pengolahan atau peracikan, seperti batang pengaduk, cawan penguap,
corong, gelas ukur, kompor/ pemanas, labu erlenmeyer, mortar-alu, penangas
air, panci, spatel logam, spatel tanduk, spatel gelas, spatel porselen,
termometer skala 100ºC, serta timbangan mg atau g ditambah anak timbangan
(ditera).
b. Wadah berupa pot / botol, kertas perkamen, klip, dan kantong plastik serta
etiket (putih dan biru).
c. Tempat penyimpanan: lemari/ rak obat, lemari narkotika, lemari psikotropika,
kulkas, dan lemari bahan berbahaya.

2.5.3 Persyaratan Perlengkapan Administrasi


Perlengkapan administrasi seperti blanko surat pemesanan, faktur penjualan,
nota penjualan, salinan resep, serta blanko laporan narkotika dan psikotropika;
buku catatan pembelian dan catatan penjualan, catatan narkotika dan psikotropika,
catatan racun dan bahan berbahaya, serta kartu stok obat.

2.5.4 Persyaratan Kelengkapan Buku Pedoman


Kelengkapan buku-buku yang tersedia di apotek:
a. Buku standar yang wajib: Farmakope edisi IV 1995 dan kumpulan peraturan /
UU;
b. Buku lainnya: IMMS, ISO, Farmakologi dan terapi

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


8

2.5.5 Persyaratan Tenaga Kerja


Daftar tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek meliputi:
a. Daftar tenaga farmasi: nama APA, nama apoteker pendamping, dan nama
asisten apoteker;
b. Daftar tenaga non farmasi: Petugas administrasi, petugas juru resep dan
keamanan.

2.6 Pencabutan Izin Apotek


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 25, Kepala Suku
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin apotek apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai APA.
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan
dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin.
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus
menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang-
Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan.
e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) APA dicabut.
f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin apotek.
Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah
dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,
dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


9

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Keputusan Pencabutan Izin Apotek oleh
Kepala Kantor wilayah disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan
tembusan Direktur Jendral dan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti
tata cara sebagai berikut :
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras
tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang
olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang
dimaksud dalam huruf (a).

2.7 Tenaga Kerja Apotek


Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja
yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek.
c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten
Apoteker di bawah pengwasan apoteker.
Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek
terdiri dari :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


10

b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan
serta pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan
membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di apotek
menurut WHO (World Health Organization) dikenal dengan Nine Stars Pharmacist,
yaitu:
a. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
b. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil
keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien
c. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan
pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional
kesehatan lainnya).
d. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek.
Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di
apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen
pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta bertanggung
jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.
e. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal
pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan
administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan
manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu
manajemen.
f. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu
pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya
serta mampu mengembangkan kualitas diri.
g. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi
stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni
profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus
dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


11

h. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna


mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
i. Entrepreneur, artinya seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi
wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu
mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat,
kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala
besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya

2.8 Apoteker Pengelola Apotek


Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker
adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. APA
adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas permohonan
SIA, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk
kemudian menjadi APA:
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.
Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek,
puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang
apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu)
Apotik, atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat
fasilitas kefarmasian.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


12

Untuk memperoleh SIPA, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Apoteker mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan dengan melampirkan:
a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian yang memiliki izin;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2(dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2
(dua) lembar.
Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih
memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi
persyaratan:
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.

2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek


Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu :
a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping.
b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti
adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


13

tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
c. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat
d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan
sebagaimana Apoteker Pengelola Apotek.
e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.
Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang
disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotek kepada Apoteker
Pengganti wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan
farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika. Pada serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima
sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditanda
tangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima.
Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat
jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak
terdapat apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai
penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada penyerahan resep, narkotika,
psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima
dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

2.10 Pengelolaan Apotek


Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek.Pengelolaan apotek dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi.
2.10.1 Pengelolaan Teknis Kefarmasian
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


14

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi


lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan
infomasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada
dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta
pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau
mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

2.10.2 Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian


Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi
keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang
lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek
dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam
bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui
oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah :
a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan
asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan
merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang
berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas
khusus dan berhubungan secara keseluruhan.
c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi
pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk
kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiata
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diingkan
dapat tercapai.

2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


15

Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan


tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care).Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi
pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dari pasien.Pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep, pemberian
informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi,
serta Pelayanan Residensial (Home Care).

2.11.1 Pelayanan Resep


a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif
(nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter
penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien),
kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan obat
Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta
penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis,
jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus
jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


16

Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien.

2.11.2 Pemberian Informasi Obat


Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.

2.11.3 Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling,
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau
perbekalan kesehatan lainnya.Untuk penderita penyakit tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.11.4 Pemantauan Penggunaan Obat


Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit
jantung, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.Pemantauan dilakukan
terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi.

2.11.5 Promosi dan Edukasi


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan dan
lain-lain.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


17

2.11.6 Pelayanan Residensial (Home Care)


Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai
care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Untuk
aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record).

2.12 Sediaan Farmasi


Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta
narkotik dan psikotropik.
2.12.1 Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran
bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contoh Parasetamol

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

2.12.2 Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat
berwarna biru dengan garis tepi hitam (Gambar 2.3). Contoh CTM.

Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas


Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


18

Gambar 2.3. Berbagai label peringatan

Tanda peringatan pada obat bebeas terbatas berbentuk kotak hitam dengan huruf
putih didalamnya (Gambar 2.3). Tanda peringatan tersebut berupa:
a. Tanda P no. 1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh:
Stopcold® dan Inza®
b. Tanda P no. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh:
Betadine gargle® dan Listerin®
c. Tanda P no. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh:
Canesten® dan Rivanol®
d. Tanda P no. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret astma
e. Tanda P no. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Suppositoria
untuk laksatif
f. Tanda P no. 6 Awas! Obat Keras.Obat wasir, jangan ditelan. Contoh:
Suppositoria untuk wasir

2.12.3 Obat keras dan psikotropika


Obat keras adalah obat yang dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


19

dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus
mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Contoh Asam Mefenamat.

Gambar 2.4. Penandaan obat keras


Obat Psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh
Diazepam, Phenobarbital.

2.12.4 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat narkotika ditandai
dengan palang medali berwarna merah (Gambar 2.5). Contoh Morfin, Petidin.

Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika

2.13 Pengelolaan Narkotika


Berdasarkan Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam
golongan-golongan yaitu :
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


20

mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan.


Contohnya adalah Papaver somniferu L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya (kecuali bijinya), kokain, tanaman koka, ganja,
heroin, amfetamin dan sebagainya.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadona, morfina,
petidina, tebaina, tebakon dan sebagainya.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya adalah kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina,
polkodina, propiram, dan sebagainya.
Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-Undang Nomor 22
tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin
ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika.Pengelolaan narkotika di
apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan,
pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

2.13.1 Pengadaan/Pemesanan Narkotika


Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma
dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan
narkotika dilakuakan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang
ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang
dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek,
tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan
hanya untuk satu jenis narkotika.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


21

2.13.2 Penyimpanan Narkotika


Berdasarkan Permenkes Nomor 28/Menkes/Per/V/1978 tentang
penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan
narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat
c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x
100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
e. Lemari harus dikunci dengan baik.
f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika.
g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau
pegawai lain yang dikuasakan.
h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.

2.13.3 Pelayanan / penyerahan Narkotika


Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya
dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya
dapat menyerahkan narkotika kepada pasien dengan resep asli dari dokter. Apotek
dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari
seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang No. 9 Tahun
1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh
membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek
yang menyimpan resep asli.Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan
tulisan “iter” pada resep yang mengandung narkotika.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


22

2.13.4 Pemusnahan Narkotika


Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus
pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin
narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar
yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi
resiko terjadinya penggunaan obat yang substandard (Departemen Kesehatan RI,
2008).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi
standard dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam
proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
atau berkaitan dengan tindak pidana.
Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara
pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-Undang No.
22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat :
a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.
b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik
narkotika.
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau
badan tersebut.
d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
e. Cara pemusnahan.
f. Tanda tangan penanggung jawab apotek / pemegang izin khusus, dokter
pemilik narkotika dan saksi-saksi.
Berita acara pemusnahan tersebut dibuat rangkap empat untuk ditujukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai
arsip di apotek.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


23

2.13.5 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika


Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan setiap bulan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.Dalam laporan tersebut diuraikan
mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada
dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Pelayanan Kesehatan
setempat dengan tembusan ke Balai Besar POM, dan arsip apotek. Laporan
penggunaan narkotika terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika serta
laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
Saat ini telah keluar peraturan baru yang berdasarkan Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan,
dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika
telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh
Kementrian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
adalah system yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika
dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes
Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang
menggunakan fasilitas internet.

2.14 Pengelolaan Psikotropika


Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


24

Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu :


a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah ekstasi.
b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah amfetamin.
c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah fenobarbital.
d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Contohnya adalah diazepam, nitrazepam.
Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 tahun 1997 adalah
segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu
untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan
memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di Apotek
meliputi kegiatan :

2.14.1 Pemesanan Psikotropika


Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan
Psikotropika yang ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA.
Surat pesanan tersebut dibuat rangkat tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk
memesan beberapa jenis psikotropika.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


25

2.14.2 Penyimpanan Psikotropika


Walaupun belum ada peraturan yang mengatur penyimpanan psikotropika,
namun untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan maka psikotropika
disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan
tidak harus dikunci.Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu
stok psikotropika.

2.14.3 Penyerahan Psikotropika


Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien.Penyerahan
psikotropika oleh apotek dilaksanakna berdasarkan resep dokter.

2.14.4 Pemusnahan Psikotropika


Pada Undang-Undang No.5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa
pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak
pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa,
dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib
dibuatkan berita acara.

2.14.5 Pelaporan Psikotropika


Pelaporan psikotropika dilakuakn sebulan sekali dengan ditandatangani
oleh APA.Pelaporan ini dilakukan secara berkala dan dilaporkan kepada Suku
Dinas Pelayanan DATI II dengan tembusan ke kepala Balai POM. Namun
sekarang Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan
melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan sama dengan pelaporan narkotika.

2.15 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


26

OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat
yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter. Peraturan mengenai Daftar
Obat Wajib Apotek tercantum dalam :
1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 2
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 3
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang
dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat
dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan
informasi yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat
tersebut.
Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu
ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Walaupun APA boleh
memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam
penyerahan OWA.
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk
OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi,
kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat
yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak
dikehendaki tersebut timbul.

Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek antara lain:
a. Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi.
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


27

b. Obat saluran cerna, yang terdiri dari : antasida + sedatif/spasmodik; anti


spasmodik; spasmodik + analgetik; sntimual; dan laksan
c. Obat mulut dan tenggorokan
d. Obat saluran napas
e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari :
analgetik; antihistamin
f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing
g. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari: semua salep/krim antibiotik;
semua salep/krim kortikosteroid; semua salep/krim/gel antiinflamasi
nonsteroid (AINS); antijamur; antiseptik lokal; enzim antiradang topikal;
pemutih kulit

2.16 Pelayanan Swamedikasi


Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah suatu perawatan sendiri oleh
masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-
obatan yang dijual bebas dipasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep
dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Penggunaan obat bebas, obat
bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA) dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara aman dan
rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan
produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta
membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan
kondisi pasien.
Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan
bantuan, nasihat, dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan
swamedikasi agar masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara bertanggung
jawab.Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat
diperoleh tanpa resep dokter, penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas, dan
OWA tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki
jika dipergunakan secara tidak semestinya.
Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang
sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan,

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


28

khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau


memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara
aman, tepat dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam
mempertimbangkan:
a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit.
b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis.
c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa
resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah


meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan
produk-produk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga
diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memantau
penyakitnya dan kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus
berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker
pada masyarakat dalam pelaksanaan swamedikasi antara lain:
1. Khasiat obat
Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


29

2. Kontraindikasi
Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat
yangdiberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi
dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada)
Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin
muncul dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian
Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien
untukmenghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup,
dioleskan,dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
5. Dosis
Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat
menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana
petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Waktu pemakaian
Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,
misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur
7. Lama penggunaan
Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien,
agarpasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya
belum hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter.
Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
8. Hal yang harus dilakukan jika lupa meminum obat.
9. Cara penyimpanan obat yang baik.
10. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
11. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.
Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang
obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


30

keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini
penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek
farmakoekonomi dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, Apoteker
juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam
pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical
Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi
yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai
berikut:
1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasihat dan
informasi yang benar, cukup, dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk
yang tersedia untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan
kepada pasien agar segera mencari nasihat medis yang diperlukan
apabiladipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang berwenang dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan mengenai efek yang tidak dikehendaki
(adverse drug reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut
dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, serta tidak boleh dipergunakan tanpa
indikasi yang jelas.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN UMUM
PT. KIMIA FARMA (Persero), Tbk

3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk


Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas bekas perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan terbatas sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya,
yang sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia.
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang
menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.
Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan
bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
budaya perusahaan "I CARE" (Innovative, Costumer First, Accountability,
Responsibility, dan Eco Friendly), secara konsisten tetap dijalankan, sebagai dasar
perusahaan dalam berkarya membangun kesehatan bangsa.
Sekarang, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memiliki beberapa anak
perusahaan, antara lain PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia
Farma Apotek. Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT Kimia Farma Apotek,
melalui pengoperasian apotek, sedangkan kegiatan distribusi dilaksanakan oleh
PT Kimia Farma Trading & Distribution, anak perusahaan yang berperan penting

31 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


32

dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk Perseroan (PT Kimia Farma


Tbk., 2012a).

Saat ini PT. Kimia Farma Trading &Distribution memiliki wilayah pasar
di Sumatera, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Indonesia wilayah
timur, dan 34 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi), sedangkan PT. Kimia
Farma Apotek memiliki 36 unit bisnis dan 502 Apotek yang tersebar di seluruh
Indonesia.

3.2 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek


PT Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero)
Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang
dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah
dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny.
Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.: AHU-
45594.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (PT Kimia Farma Tbk.,
2012a).
Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui
pengoperasian apotek. Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai
program transformasi dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi
menjadi jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan
solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. .Penambahan jumlah apotek merupakan
bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas
AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan
diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani
resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan
pelayanan obat bebas atau Over the Counter (OTC) atau swalayan, serta pusat
pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma memfasilitasi jasa pelayanan
kesehatan lainnya berupa klinik kesehatan dan laboratorium klinik.
Klinik kesehatan yang semula berada di PT Kimia Farma (Persero) Tbk
holding, sejak Maret 2009, dikelola oleh PT Kimia Farma Apotek, yang
merupakan salah satu produk layanan yang terintegrasi dengan apotek,

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


33

menyediakan jasa layanan konsultasi dan pemeliharaan kesehatan. Jenis klinik


yang dikembangkan meliputi klinik pratama, utama, dan khusus yang berlokasi di
Jawa dan Bali. Laboratorium klinik menyediakan jasa layanan pemeriksaan
kesehatan (medical check up). Laboratorium Klinik memiliki lebih dari 30 cabang
yang terdiri dari laboratorium klinik kelas utama, madya, dan pratama yang
berada di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang
sekarang disebut sebagai Bussiness Manager (BM) dan Apotek Pelayanan.
Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu
wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan
administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya (PT Kimia Farma
Apotek, 2012).
PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF), wilayah
usahanya terbagi menjadi 36 wilayah unit bisnis yang menaungi sejumlah 502
Apotek di seluruh Indonesia, mulai dari Banda Aceh hingga Papua. Tiap-tiap unit
bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah apotek pelayanan yang berada di
wilayah usahanya. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi 6 Unit Bisnis,
yaitu:
a. Unit Bisnis Jaya I ( Jakarta Selatan dan Jakarta Barat)
b. Unit Bisnis Jaya II ( Jakarta timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara)
c. Unit Bisnis Rumah Sakit (RSCM, RSPAL, dsb)
d. Unit Bisnis Bogor ( Bogor dan sekitarnya)
e. Unit Bisnis Tanggerang ( Tanggerang, cilegon, Banten, Serang, dan
sekitarnya)
f. Unit Bisnis Bekasi (Bekasi dan sekitarnya)

3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek


3.2.1 Visi
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan
mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


34

3.2.2 Misi
a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik,
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya
b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal.
c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya ( Fee-
Based Income)

3.3Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk


3.3.1 Tujuan
Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk adalah turut serta dalam
melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha di
bidang industri kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan
minuman. Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk sebagai salah satu pemimpin pasar (market leader) di bidang
farmasi yang tangguh.
3.3.2 Fungsi
PT. Kimia Farma (Persero), Tbk mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di
bidang pengadaan obat, mengingat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi.
b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha.
c. Sebagai “agent of development” yaitu menjadi pelopor perkembangan
kefarmasian di Indonesia.

3.4 Budaya Perusahaan


Budaya perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk adalah
mengembangkan dan mewujudkan pikiran, ucapan serta tindakan untuk
membangun Budaya Kerja berlandaskan pada tiga sendi, yaitu (Pengenalan
Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010):
a. Profesionalisme
1) Bekerja secara cerdik (smart and creative) dan giat (hard).

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


35

2) Berkemampuan memadai untuk melaksanakan tugas, dengan bekal


pengetahuan, keterampilan dan semangat.
3) Dengan perhitungan matang, berani mengambil resiko.
b. Integritas
1) Dilandasi iman dan taqwa.
2) Jujur, setia dan rela berkorban.
3) Menunjukkan pengabdian.
4) Tertib dan disiplin.
5) Tegar dan bertanggung jawab.
6) Lapang hati dan bijaksana.
c. Kerja sama
1) Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
2) Memupuk saling pengertian dengan orang lain.
3) Memahami dan menghayati dirinya sebagai bagian dari sistem.
PT. Kimia Farma (Persero), Tbk juga mempunyai motto perusahan yaitu
I-CARE yang merupakan singkatan dari :
a. Innovative (I): memiliki budaya berpikir “out of the box” dan membangun
produk unggulan.
b. Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra.
c. Accountability (A): bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan
kerjasama.
d. Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat
waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan.
e. Eco Friendly (E): menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan
yang ramah lingkungan.

3.5 Struktur Organisasi Perusahaan


PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat
Produksi, Direktorat Keuangan dan Direktorat Umum dan SDM (Pengenalan
Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010).

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 4
TINJAUAN KHUSUS
APOTEK KIMIA FARMA NO.7

4.1 Lokasi Apotek


Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu
berada di tepi jalan besar dua arah, Jl Ir. H Juanda, dengan halaman yang luas,
mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan
kebun raya Bogor, dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran.

4.2 Ruang Apotek


Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai, dimana lantai basement digunakan
untuk tempat laboratorium klinik dan optik, serta di tempat terpisah juga
digunakan sebagai gudang sementara berisi rak obat dan lemari pendingin untuk
meletakkan obat. Lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep
umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi
kesehatan (Askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3
digunakan untuk kegiatan Business Manager (BM) untuk wilayah Bogor.
Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien
dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam
apotek antara lain :
a. Ruang tunggu
Dalam ruang ini tersedia tempat duduk dengan jumlah yang memadai, tempat
sampah, ventilasi udara dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan
pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat
memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu.
b. Tempat penyerahan resep
Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan
penyerahan resep dan pengambilan obat. Terdapat 2 counteryang dapat
melayani penyerahan resep dan pembelian obat dan barang-barang swalayan
dengan 1 counter diantaranya terpisah dibagian swalayan farmasi. Masing-

36 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


37

masing counter tersebut dilengkapi komputer sehingga petugas dapat langsung


terhubung dengan sistem yang berisi harga, stok, dan lokasi penyimpanan obat
serta dapat menyimpan data tentang pasien dan penjualan obat.
c. Swalayan farmasi
Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah
terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan
farmasi adalah obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, berbagai
macam produk suplemen, produk susu, minyak angin, kosmetik, alat
kesehatan, biskuit, dan lain-lain.
d. Tempat peracikan obat
Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep.Di ruangan
ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter.
Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender,
lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku, dan alat-alat
untuk meracik lainnya.
e. Tempat penyiapan obat non racikan
Tempat penyiapan obat non racikan berada di sebelah tempat penyerahan
resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket,
plastik pengemas, solasi, copy resep, kuitansi, stempel, dan lain-lain.
f. Tempat penyimpanan obat
Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat.Rak obat dipisahkan
berdasarkan efek farmakologis obat dan bentuk sediaan serta disusun secara
alfabetis. Terdapat rak khusus untuk obat yang dikategorikan pareto menurut
apotek. Untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil, telah disediakan
lemari pendingin.Selain itu, terdapat lemari kaca terkunci yang berisi lemari
khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan psikotropika yang
kuncinya hanya dipegang oleh Apoteker atau Supervisor.
g. Tempat administrasi
Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang terhubung
dengan sistem informasi apotek.Kegiatan administrasi yang dilakukan
diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


38

Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep kredit, dan
perhitungan keuangan kasir.
h. Tempat penyerahan dan informasi obat
Apotek ini pun telah dilengkapi patient care sebaigai tempat penyerahan dan
informasi obat kepada pasien.Tempat ini berupa meja yang dilengkapi dengan
kursi untuk tempat duduk pasien.Fasilitas tersebut disediakan untuk
mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling.
i. Sarana penunjang
Apotek ini memiliki berbagai sarana penunjang seperti tempat parkir yang luas,
toilet, masjid yang cukup besar, ruang praktek untuk 13 dokter spesialis, optik,
laboratorium klinik, dan beberapa mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

4.3. Struktur Organisasi


Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang merangkap sebagai Business Manager (BM) yang bertanggung jawab
terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung
Pharmacy Manager (Manajer Apotek Pelayanan) yang terdapat di wilayah BM.
Terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain
selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten
Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit dengan
perusahaan atau instansi. Masingmasing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung
jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai kerapihan, kebersihan dan
kelengkapan persediaan obat.

4.4. Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek


4.4.1 Apoteker Pengelola Apotek
Pimpinan apotek adalah seorang APA yang telah memiliki Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer
apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek.
4.4.2 Apoteker Pendamping

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


39

Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping


APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Apotek ini mempunyai dua orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan
pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4.4.3 Supervisor Apotek Pelayanan
Supevisor apotek pelayanan bertanggung jawab langsung kepada Manajer Apotek
Pelayanan. Supervisor apotek pelayanan bertugas untuk mengawasi kinerja
asisten apotek dan turut membantu tugas manajer apotek pelayanan dalam
mengawasi jalannya apotek.
4.4..3 Asisten Apoteker (AA)
AA bertanggung jawab langsung kepada Manager Apotek Pelayanan.
Tugas AA adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan dan penyusunan dalam hal penyimpanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara
alfabetis.
b. Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep sesuai
dengan peraturan kefarmasian.
c. Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan
resep yang diterima.
d. Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk.
e. Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara lain
menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas
obat, dan memberikan etiket.
f. Pembuatan kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian
atau bila diperlukan pasien.
g. Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep, dan cara pemakaian.
h. Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat.
i. Penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang
dibutuhkan.
j. Pencatatan masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


40

k. Pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat


dari AA kepada pelanggan.
l. Pembuatan faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah
disepakati.
m. Pencatatan/perhitungan harga resep-resep kredit dari instansi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
n. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di
ruang peracikan.

4.4.4 Juru Resep


Juru resep bertugas membantu AA dalam menyiapkan obat dan perbekalan
farmasi lainnya di bawah pengawasan AA. Tugas juru resep adalah sebagai
berikut:
a. Membantu AA dalam penyiapan obat, pengerjaan obat-obatan racikan yang
telah disiapkan oleh AA sesuai dengan sediaan yang diminta.
b. Pembuatan obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA.
c. Menjaga kebersihan ruangan apotek.

4.5. Kegiatan Apotek


Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi
kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian.
4.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi
pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi
lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika.
a. Pengadaan barang
Pengadaan barang di apotek dilakukan melalui BM dengan sistem
Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini, kita dapat
mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah
BM, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek.
Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang/ SPB

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


41

(Lampiran 8). Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya
akan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping
(Lampiran 9) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 10) melalui jasa
ekpedisi. Permintaan barang dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang
Apotek/ BPBA (Lampiran 11) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk
pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing
apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika dan Psikotropika
dan diantar langsung ke apotek pelayanan.
Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF
Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/ berizin lainnya. Adapun
dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan barang
2) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan
3) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan
4) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu
5) Cara pembayaran.
b. Penyimpanan barang
Apotek memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan.
Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk men-display obat bebas dan obat
bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/ leaflet. Di dalam ruang
peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan di dalam
rak-rak/lemari yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang. Di tempat
ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan,
pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Penyimpanan sediaan farmasi
disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan,
suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi
di ruang peracikan terdiri dari:
1) Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas
terapi dan obat yang sering diresepkan dokter.
2) Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci
3) Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


42

4) Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci


5) Lemari penyimpanan bahan baku obat
6) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi
7) Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion
8) Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata
9) Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus
10) Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti:
suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu.
Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah
ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok obat yang ada di
lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu diinput ke
dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok (Lampiran 12), meliputi
tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/
diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/ pengambilan
barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta
diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang.
c. Penjualan
Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.7 meliputi penjualan tunai
dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan diri
sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan
yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar
secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai
berikut (Lampiran 13):
1) AA pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu dilakukan
pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
2) Ada tidaknya obat pada persediaan akan diperiksa oleh AA. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan pemberitahuan
kepada pasien.
3) Setelah disetujui oleh pasien, segera dilakukan pembayaran atas obat dan
dibuatkan struk pembayaran obat tersebut yang disatukan dengan resep
aslinya.Pasien menerima struk pembayaran dan diminta untuk menunggu.
Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patient

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


43

Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat
salinan resep/ copy resep (Lampiran 14) untuk pengambilan sisanya. Bagi
pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan
resep di belakang kuitansi tersebut.
4) Obat disiapkan.
5) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 15) dan label
(Lampiran 16) bila perlu dan dikemas dengan kemasan (Lampiran 17).
6) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor
resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya, serta dilakukan juga
pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi.
7) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai
dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian
informasi obat atas permintaan pasien.
8) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan
disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan
obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh
suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara
kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Contohnya kerja
sama dengan PT. Telkom, PT. Garuda Indonesia, PT. Simas, PT. PLN, Indosat,
BPJS, PRB, Antara dan lain-lain. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya
sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit
terdapat beberapa perbedaan seperti:
1) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan
penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi
langsung dikerjakan oleh petugas apotek.
2) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh
intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda
dengan pembelian resep tunai.
3) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang
dibeli secara tunai.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


44

4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai
kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-
masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh
tempo pembayaran yang telah disepakati bersama.
Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi
yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat
bebas dan obat bebas terbatas. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut:
1) Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung
menginformasikan ketersediaan obat.
2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir.
3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota
penjualan bebas.
4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien.
4.5.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia
Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar
Penerimaan Harian (LIPH) (Lampiran 18) baik tunai maupun kredit, serta
memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan
oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer, meliputi kegiatan
administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf
adiministrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada supervisor
administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir
Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggung jawab
langsung kepada BM.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Lokasi dan Tata ruang Apotek


Lokasi Apotek Kimia Farma No. 7 berada di Jalan H. Juanda No. 30
Bogor yang letaknya strategis dan mudah diakses oleh masyarakat karena terletak
di tepi jalan besar dua arah yang cukup ramai, banyak dilalui oleh kendaraan
pribadi maupun kendaraan umum. Apotek beroperasi selama 24 jam dan 7 hari
dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Lokasi apotek Kimia Farma ini
diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang sarana dan prasarana menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek,
yang menyebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali dan
dapat mudah diakses oleh masyarakat.
Apotek Kimia Farma No.7 Bogor terdiri dari empat lantai dan berada satu
gedung dengan Bisnis Manager wilayah Bogor sehingga lebih memudahkan
dalam urusan operasional. Lantai basement digunakan untuk tempat laboratorium
klinik, optik dan beberapa praktek dokter. Lantai pertama digunakan untuk
kegiatan apotek pelayanan resep umum dan lantai kedua digunakan untuk
beberapa praktek dokter dan kegiatan apotek pelayanan resep Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta pelayanan resep kredit dari
perusahaan/instansi yang telah menjalin kerja sama. Sedangkan lantai 3 digunakan
untuk kegiatan Bisnis Manager (BM) untuk wilayah Bogor dan beberapa praktek
dokter. Sehingga apotek Kimia Farma No. 7 ini ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang baik seperti praktek dokter, pelayanan fisioterapi, laboratorium
klinik, dan optik.
Tata ruang apotek terdiri dari ruang tunggu, swalayan, tempat
penerimaan resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang
apoteker, dan ruang administrasi. Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma
No. 7 ini sudah sesuai dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,
dimana bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang
administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan
dan penyerahan obat, tempat pencucian obat dan toilet yang dilengkapi dengan

45 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


46

sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, ventilasi dan
sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis.
Bagian depan apotek juga dilengkapi neon box yang bertuliskan logo
Kimia Farma dan berdampingan dengan papan nama bertuliskan praktek dokter
sehingga apotek mudah dikenali dan dapat menarik pelanggan terutama yang telah
mengenal reputasi Kimia Farma. Bagian depan apotek berupa kaca tembus
pandang sehingga dapat terlihat dari luar. Penting untuk mengatur pencahayaan
yang masuk ke bagian swalayan farmasi karena menjadi tempat men-display obat
OTC sehingga cahaya dan panas matahari yang masuk dapat mempengaruhi suhu
ruangan. Ruang tunggu apotek dirasa cukup nyaman karena dilengkapi dengan
pendingin ruangan, televisi, dan disediakan koran. Apotek juga dilengkapi sarana
penunjang seperti toilet dan mushola yang dapat digunakan oleh pelanggan
apotek.Apotek juga harus dilengkapi dengan papan nama yang memuat nama
apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA, alamat dan nomor
telepon apotek.
Penataan swalayan farmasi sudah baik dan bertata rapi. Penataan barang di
swalayan farmasi didesain berdasarkan kelompok terapinya dan bentuk
sediaannya untuk obat-obatan (medicines) dan berdasarkan penggunaanya,
misalnya hair care, skin care dan baby care untuk persedian alkes dan barang-
barang di luar kategori medicines. Papan petunjuk yang bertuliskan kelompok
tertentu sudah tertata dengan baik, sehingga memudahkan pelanggan atau
konsumen untuk mencari produk yang diinginkan, namun dengan penulisan
informasi dalam bahasa asing terkadang membuat pelanggan atau konsumen
masih kesulitan untuk mencari produk yang dia inginkan, sehingga harus bertanya
kepada petugas apotek mengenai letak produk yang dicarinya. Sebagian produk
OTC (Over The Counter) masih belum dilengkapi dengan label harga sehingga
menyulitkan konsumen untuk mengetahui atau membandingkan harga obat atau
barang yang ingin dibelinya.
Obat-obat di ruang racik dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun di rak penyimpanan menurut efek farmakologisnya dan secara alfabetis.
Penyusunan obat berdasarkan efek farmakologis dinilai baik karena memudahkan
asisten apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya untuk mengetahui obat-obat

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


47

yang termasuk ke dalam efek farmakologis tertentu. Selain itu, hal tersebut juga
memudahkan tenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada pasien tentang
obat tersebut. Selain itu, penyusunan obat berdasarkan kelompok farmakologinya
tersebut untuk mengurangi resiko kesalahan terapi apabila terjadi kesalahan
pengambilan obat. Obat sediaan padat dan cair yang tidak memerlukan kondisi
penyimpanan khusus diletakkan di tempat terpisah dengan tidak terkena cahaya
matahari langsung. Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus
seperti suppositoria, insulin, dan obat dengan suhu penyimpanan khusus disimpan
dalam lemari pendingin. Setiap obat diletakkan dalam kotak disertai label nama
obat, potensi obat (jika obat tersebut tersedia dalam dua potensi atau lebih) dan
dilengkapi dengan kartu stok. Penyimpanan dua macam obat dalam satu kotak
atau dua obat sejenis dengan kekuatan yang berbeda memiliki kelemahan, dimana
dapat terjadi salah pengambilan obat sehingga dapat merugikan pasien dan juga
apotek. Untuk obat-obat generik hanya disusun berdasarkan alfabetis tidak
berdasarkan efek farmakologinya.
Hal yang juga harus diperhatikan adalah beberapa posisi lemari obat yang
tidak ergonomis sehingga menyulitkan pengambilan obat yang dilakukan oleh
personil yang bekerja. Penyimpanan obat di kotak obat dilakukan dengan
mengeluarkannya dari dus aslinya. Tujuannya agar membuat susunan obat terlihat
rapi. Namun perlu diperhatikan bagaimana pengelolaan obat kadaluarsa,
khususnya obat yang harusnya dapat dikembalikan kepada distribusi dengan dus
aslinya.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari obat-
obat lain di dalam lemari khusus yang terdapat pada ruangan tertentu di apotek.
Lemari khusus tersebut dilengkapi dengan kunci dan dipegang oleh asisten
apoteker penanggung jawab narkotika dan psikotropika. Lemari narkotika dan
psikotropika tersebut dikunci setiap selesai digunakan. Hal ini untuk menjamin
tidak terjadinya penyalahgunaan obat-obat tersebut. Penggunaan kartu stok dalam
pencatatan dan pemasukan dan pengeluaran obat untuk mempermudah
penelusuran dengan lebih baik.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


48

5.2 Personalia
Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang merangkap sebagai Business Manager (BM) yang bertanggung jawab
terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung Manajer
Apotek Pelayanan yang terdapat di wilayah BM. Petugas apotik lainnya antara
lain satu apoteker pendamping yang dibantu oleh asisten apoteker dan juru racik.
Apoteker pendamping di apotik hanya satu orang saja sehingga ada waktu dimana
kegiatan penyerahan obat, PIO, serta konseling tidak dilakukan oleh apoteker.
Oleh karena itu, tugas tersebut digantikan oleh beberapa asisten apoteker yang
sudah senior.
Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek, asisten apoteker bekerja
dengan merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi. Tugas administrasi
menjadi tanggung jawab asisten apoteker seperti laporan narkotika, laporan
psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan
rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi. Selain petugas apotek,
terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di bagian
swalayan untuk membantu penjualan produk-produk swalayan dan membantu
petugas apotek dalam menyusun produk-produk di area swalayan farmasi.

5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek


Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek kimia Farma No. 7
meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat
dan perbekalan farmasi kepada pelanggan. Pengadaan merupakan suatu proses
kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis
yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang
ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
Kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara
terpusat oleh bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Business Manager
(BM). Sistem DCs ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembelian
barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan
harga yang diperoleh lebih besar. Dasar perencanaan pengadaan sistem ini dibuat

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


49

berdasarkan stock level seluruh apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan


per hari yang diperoleh dari data I minimal 1 bulan dari masing-masing apotek.
Dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui
stock level mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk
masing-masing apotek. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat
ditentukan dengan cepat.
Distribution centers (DCs) menjalankan fungsi QR Delivery system (Quick
Response Delivery System) yaitu sistem monitoring dan pengisian persediaan di
apotek (Reorder Point of Purchase) untuk mengurangi lead time, sehingga apotek
dapat mengurangi cost inventory investment dan diharapkan dapat memperbaiki
tingkat pelayanan apotek kepada konsumen. Namun, terdapat kendala dari sistem
DC ini dimana terkadang terjadi ketidakcocokan antara data persediaan di
komputer dengan stok fisik barang. Hal ini dapat menyebabkan pelayanan obat di
apotek menjadi lebih lama karena masalah kekosongan persediaan karena
memerlukan waktu untuk pengambilan barang CITO langsung ke gudang.
Penyebab lain yang juga menyebabkan kekosongan/kelebihan persediaan, yaitu
perencanaan persediaan yang tidak akurat dan kurangnya disiplin dari petugas
dalam menjaga stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi,
tercecer ditempat lain atau persediaan rusak atau hilang). Oleh karena itu, jumlah
stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) diharapkan dapat sama
dengan stok fisiknya.
Untuk obat dalam golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan
dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung ke PBF dengan lembar
Surat Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah
dibuat harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia
Farma selaku distributor tunggal.
Kegiatan pendistribusian barang dari gudang DCs ke apotek pelayanan
dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu setiap hari rabu dan sabtu. Penerimaan
barang dilakukan oleh AA dengan memeriksa kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, expired date antara barang yang diterima dengan form dropping

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


50

barang apotek dari DCs. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas


apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DC.
Barang yang datang dari DCs kemudian disimpan di dua area yaitu area
apotek dan area swalayan farmasi. Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak
obat dan di setiap barisnya obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Penyimpanan
obat di Apotek Kimia Farma No.7 sudah sesuai dengan program GPP (Good
Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi yang
dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis. Hal ini baik dilakukan untuk
meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk
memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama.
Untuk produk tertentu seperti produk supossitoria, vaksin, dan serum disimpan
pada kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-8°C). Penyimpanan obat tertentu
seperti narkotika, psikotropika dan obat mahal yang diletakkan di lemari yang
terkunci dan hanya dapat diakses oleh AA yang diberi kuasa untuk memegang
kunci. Obat-obat yang dimasukkan dalam rak-rak obat ditulis dalam kartu stok.
Pencatatan kartu stok juga sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini
penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara
jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering dilupakan
terutama pada jam-jam sibuk apotek. Oleh karena itu, pada saat stock opname
dilakukan, banyak ditemukan ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan
jumlah pada kartu stok.
Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out
(FIFO)dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan
penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun
komputerisasi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih
kurang mendapat perhatian dari petugas apotek sehingga masih banyak ditemukan
obat-obat yang waktu kadaluarsanya dekat belum terjual.Oleh karena itu setiap
petugas apotek yang diberi tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada
di lemari penyimpanan sebaiknya lebih dapat mengoptimalisasi kerjanya agar
dapat mencegah ketidaksesuaian stok dan kadaluarsa obat.
Upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expired date obat dengan

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


51

memberi label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak
obat. Namun, hal tersebut tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan harus
dilakukan secara berkala. Buku/ kartu stok barang digunakan sebagai catatan
manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan
pemasukan/pengeluaran obat.

5.4 Kegiatan Pelayanan Apotek


Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 7 adalah
melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC
(Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai
pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek)
yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).
Apotek Kimia Farma No.7 terdapat dua pelayanan resep yaitu resep tunai
dan resep kredit. Pelayanan resep untuk resep tunai dan resep pasien kredit
mempunyai alur yang sama. Yang membedakan untuk resep umum pasien
melakukan pembayaran sedangkan resep kredit tidak dilakukan pembayaran. Alur
pelayanan resep yang pertama yaitu resep diterima dari pasien oleh petugas kasir.
Kemudian resep yang diterima dicek kelengkapannya. Setelah dicek kelengkapan
resep, lalu resep tersebut diberi harga sesuai dengan obat-obat yang diinginkan
pasien. Kemudian setelah resep diberi harga, dilakukan kegiatan dispensing oleh
petugas yang berbeda. Petugas yang berbeda diharapkan terjadi beberapa kali
pengecekan dari awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada pasien.
Hal ini dimaksud untuk menghindari kesalahan dalam dispensing obat.
Dalam melakukan kegiatan dispensing obat, juru racik menggunakan alat
pelindung diri (APD) untuk meracik obat baik kapsul, puyer, salep, atau sediaan
lainnya. APD yang dapat digunakan adalah tutup kepala, sarung tangan, masker
dan jas lab. APD digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat
dari lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat. Namun terkadang
ada petugas yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Hal ini sebaiknya
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dengan
lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


52

Selanjutnya setelah dispensing obat adalah pembuatan etiket obat. Etiket


obat harus mencantumkan nama obat, jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa
disamping aturan pakai obat. Sesuai dengan GPP hal ini bertujuan untuk
menjamin kemanan pasien dalam menggunakan obat. Untuk pemakaian obat
antibiotik, apotek telah menyediakan stiker khusus yang berisi perhatian untuk
meminum habis obat antibiotik. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai
dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan
pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep. Pengecekan dilakukan oleh apoteker yang menyerahkan obat. Pelayanan
Informasi Obat (PIO) diberikan oleh apoteker kepada pasien pada saat
penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat dan indikasi,
cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya
seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan
lain-lain. Konseling diberikan pada pasien yang membutuhkan konseling terkait
dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter atau karena permintaan pasien
sendiri.
Pengawasan dalam penyiapan obat dilakukan dengan dilakukan dengan
mengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah singkatan dari
Etiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap petugas yang
melaksanakan masing-masing pekerjaan tersebut menandatangani atau
memberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan dalam
monitoring kerja petugas dan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan
penyiapan obat.
Pelayanan non resep di Kimia Farma No.7 antara lain pelayanan obat OTC
dan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Konsep yang dijalankan adalah
konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine) yang dilakukan untuk
menentukan terapi yang tepat harus dipastikan obat yang akan dibeli untuk siapa,
gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama berlangsung, pengobatan apa
yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit, dan obat-obat lain yang sedang
dikonsumsi. Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah masuk
dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Dalam proses pelayanan UPDS,
petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


53

dibeli dan apakah pasien telah sering menggunakan obat tersebut. Apabila pasien
belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat di
daftar OWA, pasien akan merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter
terlebih dahulu.
Jumlah layanan resep maupun non-resep di Apotek Kimia Farma No. 7
cukup banyak, terutama pada saat jam praktik dokter sehingga membuat
pelayanan apotek tidak dapat berjalan secara maksimal. Lamanya pelayanan
menimbulkan ketidakpuasan bagi pasien. Hal ini harus dihindari karena justru
akan memperburuk citra apotek. Saat menerima resep pasien dapat diberitahu
terlebih dahulu terutama resep racikan bahwa penyiapan resep akan memakan
waktu sehingga diharapkan pasien dapat bersabar dan menunggu antrian.

5.5 Kegiatan Pengarsipan dan Pengelolaan


Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan
sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi
narkotika dan psikotropika dipisahkan dan nama narkotika digarisbawahi dengan
tinta merah. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis
keterangan kelompok resep (umum atau narkotika & psikotropika), tanggal,
bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah
ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan
teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan
penelusuran resep. Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk
memudahkan penyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat.
Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan
psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan.
Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan
sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan
Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan
Bogor dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten
apoteker yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk
barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali bersamaan dilakukannya

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


54

stock opname. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal
kadaluarsa.

5.6 Kegiatan Administrasi dan Keuangan


Pengelolaan kegiatan administrasi dan keuangan digunakan Kimia Farma
Informasi Sistem (KIS) untuk seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di
Indonesia. Dengan adanya KIS maka kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi
keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung
kepada Bisnis Manajer. Sedangkan petugas kasir kecil (kasir di apotek)
menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti
setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya
dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor sebelum
diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang
ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari
penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dimasukkan atau ada penyebab
lainnya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan uang, kasir
kecil tidak bisa membuka LIPH. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas
tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme
pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan
uang. Secara umum, fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik
sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
a. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
No.7 Bogor meliputi pelayanan resep dokter, pelayanan swamedikasi/usaha
penyembuhan diri sendiri (UPDS), pelayanan swalayan farmasi, manajemen
perbekalan farmasi, dan perbekalan kesehatan.
b. Apoteker Kimia Farma No. 7 Bogor telah melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai pengelola apotek baik dalam bidang teknis kefarmasian dan fungsi
non teknis kefarmasian
c. Peran dan fungsi apoteker dalam aspek manajerial di apotek Kimia Farma No.
7 telah berjalan dengan baik yaitu, melakukan pengawasan seluruh aspek
pelayanan kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan dimulai dari pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengelolaan
dan penyaluran sediaan farmasi di apotek. Selain itu, melakukan pengelolaan
dan administrasi mengenai keuangan apotek

6.2 Saran
a. Penulisan stok barang di kartu stok dilakukan dengan disiplin dan tanggung
jawab sehingga dapat riwayat pengeluaran atau pemasukan obat dapat
diketahui
b. Produk farmasi maupun non-farmasi yang ada di swalayan hendaknya diberi
label harga sehingga memudahkan pelayanan bagi pasien dan efisiensi waktu.
c. Hendaknya digunakan slogan sebagai jaminan waktu tunggu untuk resep
racikan sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.

55 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan


No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun
1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang


Psikotropika. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan


No.1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.


Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat


Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
56 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


57

Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


LAMPIRAN

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


59

Lampiran 1. Contoh formulir APT-1

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


60

Lampiran 2. Contoh formulir APT-2

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


61

Lampiran 3. Contoh formulir APT-3

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


62

(lanjutan)

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


63

(lanjutan)

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


64

(lanjutan)

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


65

Lampiran 4. Contoh formulir APT-4

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


66

Lampiran 5. Contoh formulir APT-5

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


67

(lanjutan)

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


68

(lanjutan)

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


69

Lampiran 6. Contoh formulir APT-6

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


70

Lampiran 7. Contoh formulir APT-7

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


71

Lampiran 8. Surat pesanan barang

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


72

Lampiran 9. Form dropping barang dari gudang (DCs) ke apotek

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


73

Lampiran 10. Formulir serah terima barang DCs

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


74

Lampiran 11. Bon permintaan barang apotek

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


75

Lampiran 12. Kartu/ buku stok obat

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


76

Lampiran 13. Alur pelayanan resep

Penerimaan Resep

Resep Tunai
Resep Kredit

Pemeriksaan kelengkapan Pemeriksaan kelengkapan


administrasi resep

Resep dihargai & diberi


Pemberian nomor urut
nomor urut

Bagian peracikan & penyiapan obat

Obat racikan diracik & obat jadi disiapkan

Pemberian etiket & pemeriksaan

/ Copy resep Penyerahan obat

Obat diterima oleh pasien/pelanggan

Resep di simpan oleh petugas Resep di simpan oleh petugas

Penagihan pada masing-masing


instansi atau perusahaan sesuai
perjanjian kerja sama

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


77

Lampiran 14. Salinan Resep/ Copy resep

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


78

Lampiran 15. Etiket obat

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


79

Lampiran 16. Label obat

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


80

Lampiran 17. Kemasan obat

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


81

Lampiran 18. LIPH

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENYAKIT REMATIK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RANI WULANDARI, S. Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENYAKIT REMATIK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker

RANI WULANDARI, S. Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

ii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v

1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2


2.1 Anatomi dan Fusiologi Sendi .................................................................. 2
2.2 Definisi Rematik ...................................................................................... 3
2.3 Jenis Rematik ........................................................................................... 4
2.3.1 Osteartritis ..................................................................................... 4
2.3.2 Artritis Reumatoid ......................................................................... 12
2.3. 3 Gout Artritis ................................................................................. 21

3. METODE PENGKAJIAN ........................................................................ 32


3.1 Lokasi dan Waktu………………………………………………...............32
3.2 Metodologi Pengkajian…………………………………………............ 32

4. KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN ................................................ 33


4.1 Kajian resep di Apotek Kimia Farma 6 ................................................. 33
4.2 Kajian resep di Apotek Kimia Farma 7 ................................................. 40

5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 45


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 45
5.2 Saran ...................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46

iii Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sendi Normal ................................................................................... 3


Gambar 2.2 Karakteristik Osteoartrtis pada sendi aiartodial .............................. 5
Gambar 2.3 Pengobatan Osteoartritis ............................................................... 11
Gambar 2.4 A. Skema persendian normal. B. Skema Persendian dengan
atritis reumatoid yang menunjukkan kerusakan kartilago dan
tulang. ............................................................................................ 13
Gambar 2.5 Algoritma terapi artritis reumatoid. ................................................ 16
Gambar 2.6 Metabolisme Purin dalam Tubuh ................................................... 23
Gambar 2.7 Algoritma terapi untuk terapi arthritis gout .................................. 26
Gambar 4.1. Resep rematik di Apotek Kimia Farma 6 ..................................... 33
Gambar 4.2. Resep rematik di Apotek Kimia Farma 7 ..................................... 40

iv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat-Obat untuk OA ........................................................................... 9


Tabel 2.2 AINS dan Dosisnya ........................................................................... 17
Tabel 2.3 Obat dan Dosis pada Terapi AR serta Monitoringnya ...................... 20
Tabel 4.1 Kelengkapan Administratif Resep Apotek Kimia Farma No.6 ............ 35
Tabel 4.2 Kesesuaian Farmasetik Resep Apotek Kimia Farma No.6................... 35
Tabel 4.3 Komposisi dan Sediaan Pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ......... 36
Tabel 4.4 Indikasi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ......................... 36
Tabel 4.5 Mekanisme Kerja Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 .......... 37
Tabel 4.6 Efek Samping Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ............... 37
Tabel 4.7 Dosis Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ........................... 38
Tabel 4.8 Interaksi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ........................ 38
Tabel 4.9 Kelengkapan Administratif Resep Apotek Kimia Farma No.7 ............ 41
Tabel 4.10 Kesesuaian Farmasetik Resep Apotek Kimia Farma No.7 ................ 41
Tabel 4.11 Efek Samping Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No7 .............. 42
Tabel 4.12 Dosis Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.7 ........................... 42
Tabel 4.13 Interaksi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.7 ...................... 43

v Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthritis atau rematik adalah istilah umum bagi peradangan (inflamasi) dan
pembengkakan di daerah persendian. Penyakit ini cukup banyak menyerang
masyarakat Indonesia pada usia 25-74 tahun dengan prevalensi dan keparahan
yang meningkat dengan usia.. Penyakit rematik terkadang dianggap bukan
permasalahan besar karena jarangnya pasien yang berakhir pada kematian.
Namun jika penyakit ini tidak segera ditangani dapat mengalami hambatan
aktivitas sehari-hari karena rasa sakit yang timbul ataupun anggota tubuh yang
tidak dapat berfungsi normal. Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu,
kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari
tubuh; menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang
bengkak
Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar
sendi. Yang paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai),
arthritis rheumatoid (AR), dan fibromialgia.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengidap penyakit ini maka
diperlukan suatu kepedulian dari tenaga kesehatan seperti apoteker untuk berperan
serta dalam pemberian informasi yang benar untuk penyakit tersebut. Dengan
tugas khusus ini diharapkan agar dapat menambah informasi bagi apoteker yang
bekerja di sarana pelayanan umum sehingga dapat berkontribusi dalam
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga tercapai tujuan pengobatan
pasien.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai
penyakit rematik, yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi,
diagnosa dan pemeriksaan laboratorium serta terapi farmakologi dan
nonfarmakologi.

1 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi


Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Terdapat tiga tipe sendi:
1. Sendi fibrosa (siantrodial)
merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Dapat dibedakan menjadi
dua:
a. Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan
ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.
b. Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan.
Contoh: hubungan antarsegmen padatulang belakang.

2. Sendi sinovial (diartrodial)


merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Dapat
dikelempokkan menjadi:
a. Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.
b. Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi,
namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan
jari tangan.
c. Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi).
Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
d. Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu
bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
e. Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh:
sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.
3. Sendi kartilaginosa, (amfiartrodial)
merupakan sendi yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.

2 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


3

a. Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan


ligamen. Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
b. Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang
berbentuk seperi cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang
belakang.

Gambar 2.1 Sendi normal

2.2 Definisi Rematik


Rematik adalah sekumpulan penyakit yang melibatkan sistem tulang,
sendi, otot dan jaringan lunak di sekitarnya (ligamen, tendon, entesis), serta
gangguan pada sistem imun (sistem kekebalan tubuh). Terdapat lebih dari 100
penyakit yang termasuk ke dalam kelompok rematik, dan sebagian besar
mempunyai keluhan utama yang sama yaitu nyeri sendi. Jadi, seseorang dengan
keluhan nyeri sendi harus dibedakan diagnosisnya.
Menegakkan diagnosis penyakit reumatologis sangat tergantung pada pola
klinis, karena pola keterlibatan sendi, struktur periartikular, dan jaringan ikat
biasanya sangat khas untuk keadaan tertentu. Ada tiga pola yang diketahui:
a. Ganguan lokal dimana terdapat satu sendi yang bengkak/area yang terasa
nyeri (misalnya gout, nyeri punggung bawah, tennis elbow) disebabkan oleh
peradangan, infeksi, atau ganguan mekanis dan biasanya timbul sebagai
sindrom nyeri regional.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


4

b. Gangguan meluas yang menyebabkan gejala terutama pada salah satu


komponen sistem muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid (RA) jika
terutama mengenai sendi.
c. Gangguan meluas dengan tambahan manifestasi ekstra-artikular: melibatkan
banyak komponen sistem muskoskeletal dan jaringan ikat., misalnya lupus
eritematosus sistemik (SLE) yang mengenai sendi, kulit, permukaan serosa,
dan juga organ utama seperti ginjal dan otak.

2.3 Jenis Rematik.

Terdapat beberapa penyakit rematik yang sering ditemui antara lain ,


Osteoartritis/pengapuran, Artritis reumatoid, Artritis gout/pirai (asam urat) dan
lainnya. Berikut penjelasan mengenai beberapa penyakit rematik.

2.3.1 Osteoatritis

Osteoatritis (OA) merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa


mempengaruhi terutama sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini
ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi.

2.3.1.1 Etiologi dan patogenesis osteoatritis

Beberapa faktor risiko yang berperan dalam kejadian OA diantaranya adalah


kadar estrogen rendah, kadar insulin-like growth factor 1 (IGF1) rendah, usia,
obesitas, jenis kelamin wanita, ras, genetik, aktifitas fisik yang melibatkan sendi
yang bersangkutan, trauma, tindakan bedah orthopedik seperti menisektomi,
kepadatan massa tulang, merokok, endothelial cell stimulating factor dan diabetes
mellitus. OA idiopatik, terutama pada sendi DIP (nodus Heberden), memiliki
dasar genetik yang kuat dengan pola penurunan secara dominan pada wanita dan
pola resesif pada pria.
Meski berlainan proses kejadian OA pada sendi penumpu berat badan atau
bukan, nyatanya ada kesamaan akibat yang ditimbulkannya, yakni kerusakan

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


5

rawan sendi. Dasar utama konsep degenerasi pada patogenesis OA adalah proses
wear and tear, yaitu kerusakan sendi yang diikuti perbaikan sebagai respons
tulang subkhondral yang tampak berupa pembentukan osteofit atau spur. Konsep
ini umumnya dikaitkan dengan faktor risiko usia dan beban biomekanik pada
sendi tanpa mengabaikan proses inflamasi yang terjadi secara bersamaan. Teoritis,
proses perbaikan tersebut dapat dideteksi melalui pengukuran 2,6-
dimethyldifuro8-pyrone (DDP) yang merupakan petanda mutakhir degradasi
rawan sendi. Selain itu, tampak peningkatan granulocyte macrophage-colony
stimulating factor (GMCSF) yang berperan pada metabolisme khondrosit.
Sedangkan efusi yang terjadi pada beberapa
kasus OA berkaitan dengan peran sinovium yang berfungsi dalam sintesis cairan
sendi.
Gambaran patofisiologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago
dengan terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang.
Hipertropi tulang reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan
menimbulkan pembentukan osteofit yang khas. Tulang subkondral di bawahnya
mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan pembentukan kista dan
sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis subkondral, dan
kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan menjadi temuan radiologis utama
OA.

Gambar 2.2 Karakteristik osteoatritis pada sendi diartodial

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


6

2.3.1.2 Manifestasi klinik


a. Nyeri yang bersifat tumpul pada sendi yang terkena terutama saat aktivitas.
b. Kaku, terutama setelah imobilisasi (tidak bergerak beberapa saat). Biasanya
berkurang setelah beberapa menit atau setelah sendi digerakkan.
c. Gesekan permukaan sendi yang tidak rata (crepitus) saat digerakkan.
d. Bengkak. Jika bengkaknya bersifat lunak merupakan hasil dari cairan
tambahan di synovium. Jika bengkaknya bersifat keras merupakan hasil dari
tulang-tulang yang menonjol.
e. Perubahan bentuk sendi, yang disebabkan oleh bentuk tulang yang berubah
dan otot yang kejang.
f. Rentang gerak sendi menjadi terbatas

2.3.1.3 Diagnosa Osteoatritis


Osteoarthritis biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:
a. Usia diatas 50 tahun.
b. Memiliki rasa nyeri pada sendi yang tidak kunjung hilang, dan rasa nyeri
bertambah seiring penggunaan sendi.
c. Tidak mengalami kekakuan sendi pada pagi hari atau kekauan sendi
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Diagnosis OA sederhana dikerjakan dengan menggali riwayat pengobatan


pasien, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologi.
Sasaran Diagnosis adalah membedakan arthritis primer dan sekunder serta
menegaskan sendi mana yang terkena, keparahannya dan respon terhadap terapi
sebelumnya yang menjadi dasar pengobatan sebelumnya.

2.3.1.4 Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi


Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila
dikombinasikan dengan strategi terapi non farmakologis.
1. Terapi Non Farmakologis untuk OA :
a. Edukasi pasien
b. Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


7

c. Latihan Fisik
d. Istirahat dan merawat persendian
e. Penurunan berat badan
f. Bedah (pilihan terakhir)
g. Akupunktur
h. Biofeedback
i. Cognitive Behavioural Therapy
j. Hipnosis
k. Teknik relaksasi (yoga dan meditasi), dll.

2. Terapi Farmakologis untuk OA :


a. Parasetamol
ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan parasetamol
sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi,
dan harga murah dibanding NSAID. Penghilang rasa sakit setara dengan aspirin,
naproksen, ibuprofen, dan beberapa NSAID bagi beberapa pasien dengan OA.
Walau demikian ada beberapa pasien mempunyai respons lebih baik dengan
NSAID2. Tidak mengurangi peradangan. Tidak mengiritasi lambung, relatif lebih
aman, harga lebih murah. Peringatan: pasien dengan penyakit hati, peminum berat
alkohol, dan yang minum antikoagulan atau NSAID harus hati-hati minum
parasetamol. Drug of choice bagi pasien dengan masalah ginjal.
Paracetamol bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) untuk menghambat sintesa
prostaglandin, (yang berfungsi meningkatkan sensasi rasa nyeri). Dengan cara
memblok kerja siklooksigenase pusat. Parasetamol oral diabsorpsi, mencapai
konsentrasi puncak 1-2 jam, diaktivasi di hati dengan cara konjugasi dengan sulfat
atau glukoronid, dan metabolitnya diekskresi lewat ginjal. Parasetamol, penurun
rasa sakit ringan sampai sedang, 2,6-4g/hari setara dengan aspirin 650mg empat
kali sehari, ibuprofen 1200-2400mg/hari, naproksen 750mg/hari, seperti halnya
NSAID lain

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


8

b. NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug)


Obat NSAID Nonselective, yaitu Aspirin (Obat bebas),Ibuprofen (Obat bebas),
Diklofenak, Naproksen, Sulindak, Ketoptofen, Indometasin, Tolmetin, Piroksikam.
Sedangkan yang selective diantaranya, Celecoxib dan Valdecoxib.
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug), dari penelitian tidak ditemukan
ranking efikasi. Dokter menyadari pasien akan memilih berdasarkan pengalaman
pribadinya. NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui
inhibisi enzim cyclooxygenase (COX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit.
NSAID memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah persendian
kronis, tetapi juga menimbulkan masalah penyakit gastrointestinal yang serius.
Prinsip mekanisme NSAID sebagai analgetik adalah blokade sintesa
prostaglandin melalui hambatan cyclooxcigenase (Enzim COX-1 dan COX-2),
dengan mengganggu lingkaran cyclooxygenase. Enzim COX-1 adalah enzim yang
terlibat dalam produksi prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran
darah di gastrik dan menghasilkan bikarbonat. COX-1 berada secara terus
menerus di mukosa gastrik, sel vaskular endotelial, platelets, renal collecting
tubules, sehingga prostaglandin hasil dari COX-1 juga berpartisipasi dalam
hemostasis dan aliran darah di ginjal.
Sebaliknya enzim COX-2 tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat
muncul bila dirangsang oleh mediator inflamasi, cedera/luka setempat, sitokin,
interleukin, interferon dan tumor necrosing factor. Blokade COX-1 (terjadi
dengan NSAID nonspesifik) tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak
lambung dan meningkatnya risiko pendarahan karena adanya hambatan agregasi
platelet. Hambatan dari COX-2 spesifik dinilai sesuai dengan kebutuhan karena
tidak memiliki sifat di atas, hanya mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik.

c. .Glukosamin dan Chondroitin


Glukosamin dan chondroitin sulfate sendiri-sendiri atau dalam kombinasi
tidak menurunkan rasa sakit secara efektif untuk keseluruhan kelompok pasien
dengan OA lutut. Keduanya efektif untuk subkelompok pasien dengan rasa nyeri
yang moderat sampai parah.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


9

d. Obat-obat lain
Obat luar seperti krem gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat.
Kortikosteroid yang merupakan antiinflamasi yang kuat, dapat diberikan secara
suntik pada sendi. Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan
untuk lebih dari 2-3 x suntik per tahun. Tidak diberikan per oral. Asam
hyaluronidase disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah
komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.

Tabel 2.1. Obat-obat untuk OA


Golongan dan nama obat Dosis dan Frekuensi Maksimum (per hari)
Analgetika oral
a. Asetaminophen 325mg – 650mg setiap 4000mg
4 – 6 jam atau 1 g, 3-
4x/hari
b. Tramadol 50mg – 100mg setiap 400mg
4 – 6 jam
Analgetika topical Dioleskan pada sendi, -
Capsaicin 0,025 atau 0,075 % 3 – 4 kali sehari

Suplemen
a. Glukosamin sulfat 500mg , 3 kali sehari 1500mg
atau 1500mg per hari
b. Jahe dan kunyit - -
AINS
a. COX non selektif
- Aspirin 325mg – 650mg setiap 3600mg
4 – 6 jam untuk nyeri
dan inflamasi mulai
3600mg/hari dalam
dosis terbagi
- Diflunisal 500mg – 1000mg, 2 2000mg
kali sehari

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


10

- Dikofenak 100mg – 150mg dalam 200mg


dosis terbagi
- Indometasin 25mg 2– 3x/hari atau 200mg
75 mg SR 1x/hari 150 mg
- Ibuprofen 1200-3200mg/hari, 3200mg
dalam 3-4 dosis
terbagi
- Ketoprofen 150-300 mg/hari, 300mg
dalam 3-4 dosis
terbagi
- Naproksen 250mg – 500mg, 2 1500mg
x/hari
- Asam mefenamat 250mg setiap 6 jam 1000mg
- Piroksikam 10-20mg per hari 20mg
b. COX-2 selektif
- Celekosib 100mg 2x/hari atau 200mg
- 200mg/hari
- Valdecoxib 10mg/hari, 10 mg

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


11

Gambar 2.3 Pengobatan Osteoartritis

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


12

2.3.2 Artritis reumatoid


Artritis reumatoid adalah ganguan autoimun sistemik, ditandai dengan
adanya artritis erosif pada sendi sinovial yang simetris dan kronis yang
menyebabkan gangguan fungsi yang berat serta kecacatan. Kelainan ini juga
dihubungkan dengan adanya manifestasi ekstraartikular dan autoantibodi terhadap
imunoglobulin dalam sirkulasi, dikenal sebagai faktor reumatoid (rhemumatoid
factor [RF]).

2.3.2.1 Etiologi dan patogenesis artritis reumatoid


RA (Reumatoid Arthritis) merupakan manifestasi dari suatu respon sistem
imun terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik.
Proses ini memicu terjadinya inflamasi, aktivasi sel-sel endotel dan penarikan sel-
sel inflamasi spesifik ke arah sendi, difasilitasi oleh adanya aktivasi molekul
adhesi pada endotel pembuluh darah sinovial dan pada sel-sel inflamasi
yangberedar di sirkulasi. Bertambah kuatnya proses inflamasi ini muncul sebagai
respon terhadap produksi lokal sitokin inflamasi (TNFα dan Interleukin-1 [IL-1] )
di dalam sendi oleh makrofag yang teraktivasi.
Jaringan sinovial berproliferasi dan menjadi invasif secara lokal pada
persendian. Pannus adalah lesi patologis yang khas pada RA., suatu jarinagn
granulasi inflamasi yang menebal.
Sel-sel di dalam pannus menghasilkan protease dan kolagenase yang
bersifat destruktif. Enzim-enzim ini memperantai erosi kartilago pada tulang
subkondral/sambungan kartilago dan terus menuju ke arah dalam sampai kartilago
sendi dihancurkan. Destruksi kartilago menyebabkan subluksasi, kerusakan
mekanis dan akhirnya menyebabkan ketidakstabilan sendi yang menyebabkan
artopati destruktif RA yang khas baik secara klinis maupun secara radiologis.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


13

Gambar 2.4 A. Skema persendian normal. B. Skema Persendian dengan atritis


reumatoit yang menunjukkan kerusakan kartilago dan tulang.

2.3.2.2 Manifestasi Klinik


Gejala prodromal klinik yang berkembang indsidiously selama beberapa
minggu hingga bulan dapat meliputi kelelahan, capek, demam tingkat bawah,
hilang selera makan, dan rasa sakit pada persendian kekakuan dan myalgias dapat
mengawali peningkatan sinovitis. Pergerakan sendi cenderung menjadi simetrik
dan mempengaruhi sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan tangan, dan kaki,
siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki dapat juga dipengaruhi.
Kekakuan persendian umumnya memburuk pada pagi hari, biasanya
melebihi 30 menit dan dapat berlangsung sepanjang hari. Pada pemeriksaan,
pembengkakan sendi dapat terlihat hanya dengan perabaan. Jaringan terasa lebut
dan berpori dan dapat tampak erythematous dan rasa hangat, terutama pada awal-
awal penyakit.
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


14

2.3.2.3 Diagnosa Reumatoid Atritis


a. Uji Darah
1. Tingkat Sedimentasi Eritrosit (Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR)
Dalam uji ESR, sampel sel darah merah ditempatkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian sel-sel tersebut diamati seberapa cepat jatuh ke dasar tabung (diukur
dalam satuan milimeter per jam). Jika sel-sel tersebut tenggelam lebih cepat dari
biasanya, kemungkinan terdapat kondisi peradangan, seperti rheumatoid arthritis.
2. Protein C - reaktif (C-Reactive Protein/CRP)
Tes CRP dapat menunjukkan ada atau tidaknya peradangan di tubuh dengan
memeriksa berapa banyak CRP yang terdapat dalam darah. CRP diproduksi oleh
hati. Jika kadar CRP lebih dari biasanya, dapat disimpulkan terdapat peradangan
pada tubuh.
3. Perhitungan Darah Lengkap (Full Blood Count)
Perhitungan darah lengkap akan mengukur sel darah merah untuk mengetahui
kondisi anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana darah tidak dapat
membawa oksigen yang cukup karena kurangnya sel darah. Delapan dari 10 orang
dengan rheumatoid arthritis memiliki anemia. Namun, anemia dapat memiliki
banyak penyebab, termasuk kurangnya zat besi. Oleh karena itu, memiliki anemia
tidak selamanya membuktikan menderita rheumatoid arthritis.
4. Faktor Rheumatoid
Tes darah ini memeriksa untuk melihat apakah antibodi spesifik, yang dikenal
sebagai faktor rheumatoid, terdapat dalam darah. Antibodi ini ditemukan pada
delapan dari 10 orang dengan rheumatoid arthritis. Namun, tidak selalu dapat
dideteksi pada kondisi tahap awal. Antibodi ini juga ditemukan pada satu dari 20
orang yang tidak memiliki rheumatoid arthritis, jadi tes ini tidak dapat
memastikan rheumatoid arthritis. Jika negatif, tes antibodi lain (anti - CCP) dapat
dilakukan, yang lebih spesifik untuk penyakit ini.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


15

b. Penilaian Sendi
1. Sinar X
Hasil sinar X dari sendi dapat membantu membedakan antara berbagai jenis
arthritis. Serangkaian sinar X juga dapat membantu menunjukkan perbaikan atau
perburukan kondisi.
2. Musculoskeletal Ultrasound
USG muskuloskeletal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kehadiran,
distribusi dan tingkat keparahan pada peradangan dan kerusakan sendi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI scan dapat membantu menunjukkan kerusakan yang terjadi pada sendi.

2.3.2.4 Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi


Berikut terapi farmakologi dan nonfarmakologi rheumatoid atritis:
1. Terapi non farmakologi :
a. Cukup istirahat pada sendi
b. Mengurangi berat badan jika gemuk dan obesitas
c. Fisioterapi (dilakukan beberapa pergerakan sendi secara sistematis)
d. Kompres dingin atau panas
e. Pembidaian untuk imobilisasi dan untuk mengistirahatkan satu atau beberapa
sendi
f. Pembedahan untuk memperbaiki deformitas

2. Terapi farmakologi :
Obat antireumatik yang memodifikasi penyakit / disease-modifying
antirheumatic drug (DMARD) seharusnya dimulai pada 3 bulan pertama dari
onset simtomatik RA. NSAID dan/atau kortikosteroid bisa digunakan untuk
pengobatan simtomatik. Keduanya dapat mempengaruhi simtom lebih baik
daripada DMARD yang membutuhkan waktu minggu hingga bulan baru terlihat.
Namun bagaimanapun juga NSAID tidak mempengaruhi perkembangan penyakit
dan penggunaan jangka panjang kortikosteroid memberikan dampak yang tidak
diinginkan. Penggunaan DMARD dapat menurunkan jumlah mortalitas akibat
RA.
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


16

DMRAD termasuk aden biologi seharusnya diberikan pada semua pasien


kecuali dengan keterbatasan penyakit atau penyakit kelas IV. DMRAD yang
umumnya digunakan adalah metotreksat (Rheumatrex, Trexall), dan
hydroxychloroquine (Plaquenil), Sulfasalazine, dan leflunomide (Arava) dan agen
biologi yang mempunyai aktivitas memodifikasi penyakit termasuk dalam anti-
TNF drug. obat etanercept (Enbrel), infliximab (Remicade), anakinra (Kineret),
adalimumab (Humira), rituximab (Rituxan), dan abatacept (Orencia).

Gambar 2.5 Algoritma terapi artritis reumatoid

Terapi kombinasi dengan dua atau lebih DMRAD ketika menggunakan single-
DMRAD tidak efektif. Kombinasi siklosporin-metotreksat serta metotreksat-
sulfasalzine dan hidroksikloroquin

a. AINS
Untuk terapi simtomatik pilihan pertama untuk mengurangi gejala yang
timbul akibat AR seperti nyeri, pembengkakan, dan memperbaiki fungsi sendi

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


17

Tabel 2.2 AINS dan Dosisnya


Nama Dewasa(mg) Anak-anak Diberikan
Aspirin 2600-5200 60-100mg/kg 4 kali
Diklofenac 150-200 - 3-4 kali
Diflunisal 500-1500 - 2 kali
Etodolak 200-1200 - 3-4 kali
Ibuprofen 1200-3200 20-40mg/kg 3-4 kali
Indometasin 50-200 2-4mg/kg 2-3 kali
Ketoprofen 150-300 - 3-4 kali
Meklofenamat 200-400 - 3-4 kali
Meloksikam 7,5-15 - Sekali
Naproksen 1000-2000 - 2 kali
Piroksikam 500-1000 10mg/kg 2 kali
Refekosib 10-20 - Sekali
Selekosib 12,5-50 - Sekali
Sulindak 200-400 - 1-2 kali
Tolmetin 300-400 - 2 kali
600-1800 15-30mg/kg 3-4 kali

b. DMARDs
AINS merupakan terapi simtomatik utama untuk nyeri dan inflamasi,
tetapi efeknya sangat kecil bahkan tidak ada dalam mengurangi progresif
kerusakan tulang, tulang rawan, tulang sendi. DMARD dapat mengubah
perjalanan penyakit atau memperlambat kerusakan pada tulang dan sendi dan
sekitarnya. Kerjanya sangat lambat, maka diperlukan terapi dalam jangka yang
lama, yaitu mulai dari 6 minggu sampai 6 bulan.
Obat obat yang dapat berfungsi untuk memperlambat atau mengubah
perjalanan penyakit adalah metotreksat, azathioprin, penisillamin,
hidroksiklorokuin, sulfasalazin, leuflonamid, antagonis tumor, necrosis factor
(TNF). Obat ini dipakai dalam jangka relatif panjang, maka banyak efek samping
dan efek toksik yang terjadi.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


18

1. Metotreksak
Adalah DMARD utama untuk terapi AR pada dosis yang lebih rendah jika
dibandingkan untuk terapi kanker. Metotreksak bekerja menghambat sintesis
sitokinin dan biosintesis purin yang bertanggung jawab terhadap timbulnya
inflamasi pada AR. Onzet obat cepat 2-3 minggu.
Efek toksik pada lambung (mual, muntah, stomatitis, diare), hematologi
(trombositopenia, leucopenia), Paru-paru( fibrosis dan pneumositis), pada hepar
(peningkatan SGPT dan SGOT).
Pemberian Asam Folat dapat mengurangi efek toksik tanpa mengurangi
efektifitasnya.

2. Klorokuin dan hidroklorokuin


Obat ini biasa untuk terapi malaria. Obat ini bekerja menekan limfosit T
pada saat mitogen, mengurangi kemotaksis dari leukosit,stabilisasi enzim
lisosomal, menghambat sintetis DNA dan RNA, dan mengikat radikal bebas (R*).
Toksisitas pada ocular terjadi pada dosis lebih besar dari 250mg/hari untuk
klorokuin dan 6,4 mg/kg/hari pada hidroklorokuin, tetapi jarang terjadi pada dosis
rendah. Pemeriksaan pada mata harus dilakukan6-12 bulan bila menggunakan
obat ini. Toksisitas lain yang terjadi adalah dyspepsia, mual muntah, nyeri
lambung, rash kulit, dan mimpi buruk, toksisitas pada tulang punggung, hepar,
dan ginjal, tetapi lebih rendah dari DMRDs lainnya. Relatif aman pada wanita
hamil.

3. Azathioprin
Adalah analog pirin yang akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi
metabolit aktifyang bernama 6-Thioguanin. Metabolit ini akan mensintesis asam
inosinat, fungsi sel-T, sel B, produksi immunoglobulin, dan sekresi IL-2. Selain
itu juga akan mempengaruhi sintesis DNA dan RNA.
Efek antirematiknyakemungkinan akan tercapai setelah pemberian 3-4
minggu. Bila tidak ada respon pengobatan selama 12 minggu, maka pengobatan
harus dihentikan. Efek toksik obat ini antara lain menekan sumsum tulang

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


19

belakang, stomatitis, GI, intoleran, infeksi, hepatitis,dan potensial memacu


timbulnya kanker.

4. Ciklosporin
Bekerja dengan menekan produksi sitokin, makropage, tulang,dan sel
kartilago. Onzet terapi 3-4 bulan. Toksisitas dari obat ini antara lain hipertensi,
hiperglikemi, neprotoksik, tremor,GI intoleran dan hirsutism. Obat ini sebagai
cadangan jika penderita AR refrakteratau intoleranterhadap, DMARDs yang lain.

5. Penisilamin, sulfasalasin adalah DMARDs yang sudah jarang digunakan karena


toksisitasnya relatif lebih besar.

c. TNF-α blocking agent


Sitokin berperan penting untuk respon imun pada AR. Meskipun sangat
banyak sitokin yang diekspresikan pada sendi penderita AR, TNF-α nampaknya
berperan penting dalam timbulnya inflamasi. Obat dalam golongan ini antara lain
bekerja dengan cara mengikat TNF dan mencegah interaksi dengan reseptornya
sehingga proses inflamasi berkurang. Contoh obat dalam golongan ini adalah
etanercept, infliximab dan anakintra.

d. Glukokortikoid (Kortikosteroid)
Kortikosteroid pada terapi RA berfungsi untuk menekan inflamasi dan
mempunyai sifat sebagai immunosupresif tetapi tidak merubah perjalanan
penyakit. Dosis oral rendah < 10mg/hari prednisone atau yang setara dapat
digunakan sebagai jembatan terapi sebelum penggunaan DMARD’s menghasilkan
efek yang diinginkan atau untuk terapi yang kontinyu pada pasien yang sukar
terkontrol dengan AINS dan satu atau lebih DMARD’s.
Penggunaan dosis yang tinggi baik oral atau injeksi dimungkinkan
diberikan untuk beberapa hari untuk mengontrol inflamasi (flares), setelah
terkontrol dosis diturunkan secara bertahap hingga mencapai dosis efektifnya.
Sediaan depot dari triamcinolon hexacetonid dan methylprednisolon asetat dapat
diberikan melalui injeksi IM pada pasien yang kurang patuh dalam berobat.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


20

Tabel 2.3. Obat dan dosis pada terapi AR serta monitoringnya


Obat Dosis lazim Monitoring Gejala toksik
toksisitas
Methotreksat 7,5mg – Myelosupresi, Simtom
15mg per hepatic fibrosis, myelosupressi
minggu sirrhosis, infiltrasi (ekstrem lelah,
paru, stomatitis pendarahan,
dan rash infeksi),
mual/muntah,
pembengkakan
limpa, batuk,
luka dimulut,
diare dan
jaundine

Hidroklorokuin Oral : 200mg Kerusakan ocular, Penurunan


– 300mg 2x, rash dan diare visual pada
setelah 2 malam hari,
bulan rash dan diare
diturunkan
200mg 1 – 2
kali perhari
Azathioprin Oral : 50mg Myelosuppresi, Simtom
– 150mg per hepatotoksik, Myelosuppresi
hari gangguan (ekstrem lelah,
lymphoproliferatif pendarahan,
infeksi) dan
jaundine

Cyclosporine Oral : Serum kreatinin, Gangguan


2,5mg/kg BB tekanan darah ginjal.
perhari Hipertensi

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


21

Etanercept Sub kutan : Reaksi ditempat Gejala infeksi


25mg 2 kali injeksi dan infeksi
per minggu
Infliximab Inj iv : Reaksi imun dan
3mg/kg BB infeksi
pada minggu
ke 0, 2, 6
kemudian
setiap 8
minggu
Glukokortikoid Oral, im, iv, Hipertensi, Tekanan darah,
intraartikular hiperglikemia dan polidipsi,
dan injeksi osteoporosis edema, sakit
pada jaringan kepala, patah
lunak tulang atau
nyeri tulang

Pemberian depot obat diatas akan mengontrol symptom sekitar 2 – 8


minggu. Pemberian injeksi intraartikular sediaan depot dapat diberikan jika hanya
sedikit sendi yang terserang RA. Jika efektif, injeksi dapat diulang setiap 3 bulan,
tetapi tidak boleh satu sendi diinjeksi lebih dari 3 kali dalam setahun.
Efek sitemik yang merugikan dari kortikosteroid membatasi
penggunaannya dalam jangka panjang. Dosis harus dikurangi secara gradual atau
kalau perlu dihentikan pada beberapa pasien yang menerima kortikosteroid untuk
terapi kronik

2.3.2 Gout Artritis


Gout menggambarkan suatu spektrum penyakit termasuk hiperurisemia
serangan akut sendi beberapa kali yang berkaitan dengan adanya monososium urat
dalam leukosit yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi sinovial, endapan
kristal monosodium urat dalam jaringan (tofi), penyakit ginjal interstisial,
nefrolitiasis asam urat.
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


22

Kondisi hiperurisemia dapat hanya berupa peningkatan kadar asam urat


dalam serum yang abnormal, tetapi asimtomatik. Untuk menentukan risiko untuk
gout, hiperurisemia didefinisikan sebagai kondisi konsentrasi urat yang
supersaturasi . Dengan definisi ini konsentrasi urat lebih besar dari 7,0mg/dL
adalah abnormal dan dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk gout.

2.3.3.1 Etiologi dan patogenesis Gout Artritis


Menurut studi, konsentrasi asam urat (risiko gout), berkorelasi dengan
umur, kadar kreatinin dalam serum, kadar nitrogen urea dalam darah, gender laki-
laki, tekanan darah, berat badan, dan konsumsi alkohol. Asam urat merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak mempunyai
peran fisiologi. Manusia tidak memiliki urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim
yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air. Asam urat
yang terbentuk setiap hari di buang melalui saluran pencernaan atau ginjal.
Pada keadaan normal, jumlah asam urat terakumulasi pada laki-laki
kurang lebih 1200mg dan pada perempuan 600mg. Jumlah akumulasi ini
meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Berlebihnya akumulasi ini
dapat berasal dari produksi berkelebihan atau ekskresi yang kurang. Meskipun
asupan purin berlebih, dalam keadaan normal, seharusnya ginjal dapat
mengekskresikannya. Pada kebanyakan pasien gout (75-90%), clearence asam
urat oleh ginjal sangat menurun.
Produksi normal asam urat dalam tubuh manusia dengan fungsi ginjal
normal dan diet bebas purin adalah 600mg per hari. Meningkat pada penderita
gout maupun hiperurisemia. Hiperurisemia didefinisikan sebagai konsentrasi
asam urat dalam serum yang melebihi 7mg/dL. Konsentrasi ini adalah batas
kelarutan monosodium urat dalam plasma. Pada konsentrasi 8mg/dL atau lebih,
monosodium urat lebih cenderung mengendap di jaringan. Pada PH 7 atau lebih
asam urat ada dalam bentuk monosodium urat.
Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber:
purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari
dalam tubuh. Ketiga-tiganya masuk dalam lingkaran metabolisme menghasilkan
diantaranya asam urat.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


23

Gambar 2.6 Metabolisme Purin dalam Tubuh

Beberapa sistim enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistim


regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat yang berlebihan.
Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi karena adanya peningkatan
penguraian asam nukleat dari jaringan, seperti pada myeloproliferative dan
lymphoproliferative disorder. Purin dari makanan tidak ada artinya dalam
hiperurisemia, selama semua sistim berjalan dengan normal.
Dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat
berlebih: peningkatan aktivitas Phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) synthetase
menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin,
berarti juga asam urat. Yang kedua adalah defisiensi hypoxanthine guanine
phosphoribosyl transferase (HGPRT). Defisiensi HGPRT meningkatkan
metabolisme guanine dan hipoxantin menjadi asam urat.
Berkurangnya ekskresi asam urat ditemukan pada kurang lebih 90 %
penderita gout. Penyebab kurangnya ekskresi asam urat tidak diketahui, tetapi
faktor seperti obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, menurunnya fungsi ginjal,
konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu memegang peranan.

2.3.3.2 Manifestasi klinik


Serangan akut gout ditandai dengan onset rasa nyeri yang menyiksa,
pembengkakan, dan inflamasi. Serangan ini pada awalnya khas monoartikular,

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


24

lebih sering mempengaruhi sendi metatarsofalangeal (podagra), dan kemudian


mempengaruhi bagian dorsal kaki, pergelangan kai, tumit, lutut, pergelanagn
tangan, jari, dan siku. Serangan biasanya dimuali pada malam hari, dengan pasien
terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang meyiksa. Sendi yang dipengaruhi
eritamentosus, hangat, dan membengkak. Demam dan leukositosis umum terjadi.
Serangan yang tidak diobati dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari sebelum
penyembuhan spontan.
Meskipun serangan akut atritis gout dapat terjadi tanpa provokasi yang
jelas, serangan dapat timbul oleh stres, trauma, konsumsi alkohol, infeksi, operasi,
penurunan kadar asam urat serum yang cepat akibat mengkonsumsi obat penutun
asam urat, dan mengkonsumsi obat-obat tertentu yang diketahui dapat
meningkatkan konsentrasi asam urat serum

2.3.3.3 Diagnosa Gout


a. Uji Serum Asam Urat
Uji serum asam urat biasanya dilakukan empat sampai enam minggu setelah
serangan gout, kadar serum asam urat seringkali tidak mengalami kenaikan pada
saat serangan. Uji ini dilakukan dengan cara menganalisis sampel darah yang
diambil dari pembuluh vena di lengan. Kenaikan asam urat mengindikasikan
kemungkinan menderita gout. Namun, uji asam urat serum tidak definitif.
Beberapa orang sehat tanpa gout memiliki kadar asam urat yang tinggi dalam
darahnya, sementara beberapa yang mengalami serangan gout memiliki kadar
yang normal.

b. Uji Cairan Sinovial


Cairan sinovial berfungsi untuk melumasi sendi dan mencegah tulang
bergesekan satu sama lain. Sampel cairan diambil dengan menggunakan jarum
suntik. Kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada penderita gout, akan
terdapat kristal natrium urat pada sampel.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


25

c. Sinar X
Sinar X dapat membantu mendiagnosis gout, namun metode ini jarang
digunakan untuk mendiagnosis gout karena peradangan yang disebabkan oleh
gout biasanya sulit terdeteksi dengan menggunakan metode ini.

d. Penetapan Diagnosis
Oleh karena memeriksa kristal natrium urat terkadang sulit dilakukan, daftar
periksa sering digunakan untuk menetapkan diagnosis. Daftar periksa yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Memiliki lebih dari satu serangan dengan gejala nyeri, pembengkakan dan
peradangan.
2. Mengalami peradangan tingkat tinggi dalam waktu hanya satu hari dari
timbulnya gejala.
3. Gejala hanya mempengaruhi satu sendi pada suatu waktu.
4. Timbul gejala pada sendi di jempol kaki atau sendi kaki yang lain.
5. Hasil uji asam urat menunjukkan adanya kenaikan kadar asam urat dalam
darah.
6. Pemeriksaan fisik atau sinar X telah mendeteksi pembengkakan di dalam sendi.
7. Tidak ada bukti bahwa sendi terinfeksi oleh bakteri.

Pasien dapat didiagnosis menderita gout jika setidaknya enam dari daftar
periksa diatas sesuai dengan kondisi yang terjadi.

2.3.3.4 Terapi Farmakologi dan non farmakologi


Berikut adalah terapi farmakologi dan nonfarmakologi gout atritis:
1. Terapi non farmakologi :
a. Penurunan berat badan (bagi yang obesitas)
b. Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi seperti
emping melinjo, hati sapi, kalkun) dan minuman tertentu yang dapat menjadi
pencetus gout
c. Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
d. Meningkatkan asupan cairan
Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


26

e. Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid)


f. Terapi es pada tempat yang sakit

2. Terapi farmakologi :
a. Arthritis Gout Akut
Tujuan terapi serangan Arthritis gout akut adalah menghilangkan simtom.
Penting untuk menghindarkan fluktuasi konsentrasi urat dalam serum karena
dapat memperpanjang serangan atau memicu episoda lebih lanjut. Sebab itu
hipourisemik seperti alopurinol tidak diberikan sampai paling sedikit tiga minggu
setelah serangan akut berhenti dan diteruskan pada pasien yang mengalami
serangan pada saat minum alopurinol. Sendi yang sakit harus diistirahatkan dan
terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjamin respons yang cepat dan
sempurna Ada tiga pilihan obat untuk Arthritis gout akut: NSAID, kolkhisin,
kortikosteroid.

Gambar 2.7 Algoritma terapi untuk terapi artritis gout.

Setiap obat ini memiliki keuntungan dan kerugian. Pemilihan untuk pasien
tetentu tergantung pada beberapa faktor, termasuk waktu onset dari serangan yang

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


27

berhubungan dengan terapi awal, kontraindikasi terhadap obat karena adanya


penyakit lain, efikasi versus resiko potensial.

1. NSAID
NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding kolkhisin dan lebih
mempunyai efek yang dapat diprediksi.
NSAID tidak mempengaruhi kadar urat dalam serum. Ada beberapa NSAID yang
sering diperuntukan untuk Arthritis gout Diklofenak, indometasin, ketoprofen,
naproksen, piroxikam, sulindak.
Indometasin cenderung paling sering dipakai, walau tidak ada perbedaan
yang signifikan antara obat ini dengan obat NSAID lain. Pemakaian aspirin harus
dihindarkan sebab mengakibatkan retensi asam urat, kecuali kalau dipakai dalam
dosis tinggi tergantung pada keparahan serangan dan waktu antara onset dan
permulaan terapi, dosis 50-100mg indometasin oral akan menghilangkan nyeri
dalam dua-empat jam. Dapat diikuti menjadi 150-200mg sehari, dengan dosis
dikurangi bertahap menjadi 25mg tiga kali sehari untuk 5 sampai 7 hari, hingga
nyeri hilang. Cara ini dapat mengurangi toksisitas gastrointestinal. NSAID
biasanya dibutuhkan antara 7 sampai 14 hari tergantung respons pasien, walau
pasien dengan kronik atau gout tofi membutuhkan terapi NSAID lebih lama untuk
mengendalikan simtom. Pemanfaatan NSAID menjadi terbatas karena efek
sampingnya, yang menimbulkan masalah terutama pada manula dan pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. Pada manula, atau mereka dengan riwayat PUD
(Peptic Ulcer Disease), harus diikuti dengan H2 antagonis, misoprostol atau PPI
(Proton Pump Inhibitor).
Untuk Misoprostol, perlu kehati-hatian dalam pemakaiannya,
kontraindikasi untuk wanita hamil karena dapat , dan penggunaannya masih
sangat terbatas di Indonesia. Untuk pasien dengan gangguan ginjal, NSAID harus
dihindarkan sedapat mungkin, atau diberikan dengan dosis sangat rendah, apabila
keuntungan masih lebih tinggi dibanding kerugian. Apabila demikian maka harus
dilakukan pemantauan creatinin clearance, urea, elektrolit secara reguler.
NSAID selektif COX-2 (Celecoxib), pada dosis 120mg sehari sebanding
dengan indometasin dosis tinggi (150 mg/hari) dalam mengobati tanda-tanda gout

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


28

akut dalam waktu 4 jam, ini akan sangat berguna bagi pasien yang tidak dapat
memakai NSAID.

2. Kolkhisin
Kolkhisin dipakai untuk Arthritis gout akut, sebagian rematologis
menganggap tidak efektif, karena cenderung menyebabkan diare berat terutama
bagi pasien dengan mobilitas terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja
atau sebagai pilihan terakhir.
Kolkhisin telah dipakai sejak tahun 1920. Kolkhisin adalah antimitotik,
menghambat pembelahan sel, dan diekskresi melalui urin. Tidak menurunkan
kadar urat dalam serum, dan kalau menjadi pilihan maka harus diberikan secepat
mungkin saat serangan terjadi agar efektif. Kolkhisin dapat juga dipakai untuk
mencegah serangan, dan direkomendasikan untuk diberikan dalam dosis rendah
sebelum memulai obat penurun urat, kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun setelah
urat dalam serum menjadi normal.
Bila diberikan secara oral maka diberikan dosis awal 1 mg, diikuti dengan
dosis 0,5 mg. Walau BNF menganjurkan diberikan setiap 2 jam sampai timbul
diare atau total pemberian 8 mg, kenyataan jarang diikuti. Kebanyakan pasien
merespons dalam waktu 18 jam dan inflamasi menghilang pada 75-80% pasien
dalam 48 jam. Reaksi yang tidak dikehendaki dari kolkhisin adalah gangguan
gastrointestinal, disfungsi sumsum tulang belakang, dan disfungsi neuromuskular.
Hal ini lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati dan
manula. Kolkhisin sebagai vasokonstriktor dan mempunyai efek stimulasi pada
pusat vasomotor, sebab itu hatihati bagi pasien dengan gagal jantung kronis.

3. Kortikosteroid
Injeksi intra-artikular kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau
kolkhisin bermasalah, misalnya pada pasien dengan gagal jantung kronis atau
gangguan ginjal atau hati. Ini juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang
terbatas hanya sendi atau bursa tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa
penyakit ini bukan Arthritis septik, sebelum menyuntikkan steroid. Kortikosteroid
dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-40mg) atau intramuskular,

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


29

berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik untuk pasien yang
tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini, juga
bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal
jantung.

b. Gout Kronis
Pengobatan gout kronis membutuhkan waktu jangka panjang untuk mereduksi
serum urat sampai dibawah normal; Harus dijaga agar tidak terjadi
seranganserangan gout akut, mengurangi volume tofi, mencegah perusakan
selanjutnya. Terapi penurunan urat hendaknya tidak direkomendasikan saat terjadi
serangan akut.
Sebelum memberi pasien alopurinol, beberapa hal harus dipertimbangkan
apakah pasien adalah kandidat yang tepat untuk urikosurik
Obat penurun urat diindikasikan untuk :
• Pasien dengan serangan lebih dari 2 kali setahun
• Gout tofi yang kronis
• Produksi berlebih asam urat (primary dan purin enzyme defect)
• Gout kronis yang berkaitan dengan kerusakan ginjal atau batu ginjal urat
• Tambahan terapi sitotoksik untuk hematological malignancy

Obat ini dibagi menjadi 3 kategori


• Urikostatik (xantin oksidase inhibitor) misalnya alopurinol
• Urikosurik misalnya benzbromaron, sulfinperazon, probenesid
• Urikolitik misalnya urat oksidase

1. Urikostatik (Xantin oxidase inhibitor)


Alopurinol adalah drug of choice untuk menurunkan urat dalam serum.
Alopurinol menghambat pembentukan asam urat. Risiko untuk menimbulkan
serangan gout akut pada awal pengobatan dapat dihindarkan dengan memakai
dosis awal yang rendah (50-100mg), dan ditingkatkan bila perlu. Kolkhisin atau
NSAID ditambahkan sebagai pencegahan terjadinya episode akut.Dosis 50-
600mg sehari untuk mengurangi kadar urat. Normalisasi kadar urat dalam serum

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


30

biasanya terlihat dalam 4 minggu dan serangan gout akut berhenti dalam 6 bulan
dengan terapi yang kontinyu. Reduksi tofi memakan waktu tahunan. Kadang-
kadang dosis dibutuhkan sampai 900mg.
Waspada:
• Banyak interaksi, terutama dengan antikoagulan oral, teofilin,
azatioprin.
• Efek samping utama : ruam (2%)
• Reaksi hipersensitif: (0.4%), meningkat bila dimakan bersama
ampisilin (20%), tiazid. Reaksi hipersensitif dapat mengakibatkan
mortalitas.
• Karena ekskresi hanya lewat ginjal, hati-hati bagi yang mengalami
kerusakan ginjal, sebab itu dosis harus disesuaikan dengan creatinin
clearance.
Fobuxostat: obat dalam penelitian.

2. Urikosurik
Obat urikosurik meningkatkan ekskresi urat di ginjal dengan menghambat
reabsorpsi pada proksimal tubule. Karena mekanisme ini ada kemungkinan terjadi
batu ginjal atau batu di saluran kemih. Untuk mencegah risiko ini dosis awal harus
rendah ditingkatkan perlahan-lahan, dan hidrasi yang cukup. Tidak boleh dipakai
pada kondisi overproduction atau nefrolitiasis ginjal. Obat ini ternyata dapat
dipakai untuk hiperurisemia yang disebabkan diuretik. Probenesid dan
sulfinpirazon* sebaiknya tidak dipakai untuk pasien dengan kerusakan ginjal
Benzbromaron* suatu alternatif dari alopurinol, untuk pasien normal dan pasien
dengan fungsi ginjal yang terganggu, hasilnya bagus. Telah dipakai pula untuk
pasien yang tidak mengalami kemajuan dengan pengobatan alopurinol, dan pada
pasien transplan ginjal dalam terapi siklosporin.
Ada kekhawatiran tentang hepatoksisita, dan pemakaiannya pada pasien yang
alergi alopurinol dengan gangguan ginjal belum diteliti lebih lanjut. Dosis 25- 150
mg Losartan, suatu angiotensin II converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)
yang dipakai untuk terapi hipertensi, menghambat reabsorpsi tubular ginjal sebab
itu bekerja sebagai urikosurik. Losartan juga menunjukkan penurunan urat dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


31

serum yang meningkat akibat diuretik. Obat ini berguna sebagai terapi tambahan
pada pasien dengan hipertensi dan gout/hiperurisemia.
Fenofibrat, obat penurun lipid, ternyata mempunyai efek urikosurik juga.
Penurunan sebesar 20-35% terjadi. Akan berguna bagi pasien dengan
hiperlipidemia dan gout/hiperurisemia Terapi kombinasi dari fenofibrat atau
losartan dengan obat anti-hiperurisemik, termasuk benzbromaron(50mg sekali
sehari) atau alopurinol (200mg dua kali sehari), secara signifikan mengurangi urat
dalam serum sesuai dengan peningkatan ekskresi asam urat. Kombinasi ini adalah
pilihan yang baik untuk terapi pasien gout dengan hipertrigliseridamia dan/atau
hipertensi, walau efek tambahan hipourisemik sifatnya sedang.

3.Urikolitik
Sebagai katalisator, urat oxidase merubah asam urat menjadi alantoin pada
binatang tingkat rendah. Manusia tidak memiliki enzim ini. Bila dipakai secara
parentral urikase* adalah penurun urat yang lebih cepat dibanding alopurinol. Urat
oxidase mencegah terbentuknya urat dan juga menguraikan asam urat yang telah
ada, tidak seperti alopurinol.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 3
METODE PENGKAJIAN

3.1 Lokasi dan Waktu


Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 3-21 Maret 2014 di
Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor dan Apotek Kimia Farma
6, Jl. Tondano No. 1 Pejompongan, Jakarta Pusat 10210.

3.2 Metodologi Pengkajian


Tugas khusus ini dibuat dengan studi literatur dari beberapa buku dan sumber
elektronik sebagai tinjauan pustaka tentang rematik. Setelah itu dilakukan analisis
resep mengenai rematik yang masuk ke Apotek Kimia Farma No. 7 dan No. 6
berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari.

32 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 4
KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN

4.1 Kajian resep dari Apotek Kimia Farma 6


Untuk mengetahui tentang obat – obat yang digunakan pada penyakit rematik,
maka penulis melakukan pengkajian resep obat rematik.

Gambar 4.1 Resep Rematik di Apotek Kimia Farma 6

34 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


35

a. Kelengkapan Administratif
Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep apotek Kimia Farma No.6
No. Persyaratan Administrasi Ada Tidak
1. Nama dokter √
2. Sip dokter √
3 Alamat dokter √
4. Tanggal penulisan resep √
5. Tanda tangan dokter √
6. No. Telp dokter √
7. Nama pasien √
8. Alamat pasien √
9. Umur pasien/Tgl lahir √
10. Jenis kelamin pasien √
11. Berat badan pasien √

Menurut persyaratan, kelengkapan administratif pada resep


tersebut tidak lengkap karena tidak ada alamat pasien dan berat badan
pasien, akan tetapi resep tersebut dapat dilayani karena alamat pasien,
berat badan pasien dapat dilengkapi dengan menanyakan pada keluarga
pasien saat pengambilan obat.

b. Kesesuaian Farmasetik
Tabel 4.2 Kesesuaian farmasetik resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Jumlah Aturan pakai
1. Nonflamin capsul 10 capsul 3 x sehari 1 cap
Sesudah makan
2. Piroxicam 10mg 20 tablet 3 x sehari 1 cap
Sesudah makan

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


36

c. Pertimbangan klinis
Tabel 4.3 Komposisi dan sediaan pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Komposisi Sediaan
1. Nonflamin capsul Nonflamin mengandung
: Tinoridini HCl 55,8 mg
yang setara dengan
basanya 50,0 mg.
2. Piroxicam Piroxicam 10mg dan
20mg

Tabel 4.4 Indikasi obat pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Indikasi
1. Nonflamin capsul Dapat diberikan untuk pengobatan
Peradangan setelah pembedahan, luka
atau sarana pemeriksaan pada urologi,
peradangan saluran pernapasan bagian
atas akut, lumbago (sakit pinggang), nyeri
punggung, atralgia (nyeri sendi), nyeri
setelah pencabutan dan pemotongan gigi,
nyeri pada penyakit rematik kronik.

2. Piroxicam Terapi simptomatik rematoid artritis,


osteoartritis, ankilosing spondilitis,
gangguan muskuloskeletal akut dan gout
akut.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


37

Tabel 4.5 Mekanisme kerja obat pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Mekanisme Kerja
1. Nonflamin capsul Tinoridini adalah non-steroid (NSAID)
dan mempunyai daya anti-peradangan
dan analgetik. Mekanisme kerja dari
Tinoridini untuk menstabilkan
biomembran terutama pada lisosom
yang berhubungan dengan sel atau
jaringan yang rusak sewaktu terjadinya
peradangan, yaitu dengan cara
melepaskan enzim hidrolisis.

2. Piroxicam Piroksikam adalah obat antiinflamasi non


steroid yang mempunyai aktifitas
antiinflamasi, analgetik – antipiretik.
Aktifitas kerja piroksikam belum
sepenuhnya diketahui, diperkirakan
melalui interaksi beberapa tahap respon
imun dan inflamasi, antara lain :
penghambatan enzim siklo-oksigenase
pada biosintesa prostaglandin

Tabel 4.6 Efek samping obat pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Efek Samping
1. Nonflamin capsul Nausea, anoreksia, diare, dan konstipasi.

2. Piroxicam Keluhan gastrointestinal, misalnya


anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare,
flatulen, mual, muntah, perforasi, tukak
lambung dan duodenum.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


38

Tabel 4.7 Dosis obat pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Dosis dalam Dosis Keterangan
resep
1. Nonflamin 3 x sehari 1 sehari 3 x 1-2 kapsul. Masih dalam
cap dosis lazim

2. Piroxicam 3 x sehari 1 Dewasa : Rematoid Masih dalam


tab (10mg) artritis, osteoartritis dan dosis lazim
ankilosing spondilitis,
dosis awal 20 mg
dalam dosis tunggal.
Gout akut, 40 mg
sehari dalam dosis
tunggal selama 4–6
hari.

Tabel 4.8 Interaksi obat pada resep apotek Kimia Farma No.6
No. Nama Obat Interaksi dengan obat lain
1. Nonflamin capsul -

2. Piroxicam Pemberian piroksikam bersama


antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat
harus hati-hati dan dipantau.
Asetosal dan piroksikam tidak boleh
diberikan secara bersama-sama.
Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan
kadar litium dalam darah.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


39

d. Informasi obat dan konseling


1. Nonflamin capsul
- Aturan pakai : 3 kali sehari 1kapsul. Sesudah makan
- Indikasi : nyeri pada penyakit rematik kronik.
- Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan
dari jangkauan anak-anak.
2. Piroxicam capsul
- Aturan pakai : 3 kali sehari 1kapsul. Sesudah makan
- Indikasi : Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing
spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
- Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan
dari jangkauan anak-anak.
- Segera hubungi dokter apabila mengalami efek samping obat

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


40

4.2 Kajian resep dari Apotek Kimia Farma 7

Gambar 4.2 Resep Rematik di Apotek Kimia Farma 7

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


41

b. Kelengkapan Administratif

Tabel 4.9 Kelengkapan administratif resep apotek Kimia Farma No.7


No. Persyaratan Administrasi Ada Tidak
1. Nama dokter √
2. Sip dokter √
3 Alamat dokter √
4. Tanggal penulisan resep √
5. Tanda tangan dokter √
6. No. Telp dokter √
7. Nama pasien √
8. Alamat pasien √
9. Umur pasien/Tgl lahir √
10. Jenis kelamin pasien √
11. Berat badan pasien √

Kelengkapan administratif pada resep kedua tersebut tidak lengkap


karena tidak ada alamat pasien dan berat badan pasien, akan tetapi resep
tersebut dapat dilayani karena alamat pasien, berat badan pasien dapat
dilengkapi dengan menanyakan pada keluarga pasien saat pengambilan
obat.

c. Kesesuaian Farmasetik

Tabel 4.10 Kesesuaian farmasetik resep apotek Kimia Farma No.7


No. Nama Obat Jumlah Aturan pakai
1. Allupurinol tablet 15 tablet 1 x sehari 1
tablet pada
malam hari

2. Atorvastatin tablet 7,5 tablet 1 x sehari 1/2


tablet pada
malam hari

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


42

d. Pertimbangan klinis
Tabel 4.11 Efek samping obat pada resep apotek Kimia Farma No.7
No. Nama Obat Efek Samping
1. Allupurinol Gangguan GI, sakit kepala, mialgia,
astenia, insomnia, edema angioneurotik,
kram otot, miositis, miopati, ikterus
kolestatik, neuropati perifer, pruritus
2. Atorvastatin Trombositopenia, agranulositosis & anemia
aplastik pd pasien dg ggn fungsi ginjal

Tabel 4.12 Dosis obat pada resep apotek Kimia Farma No.7
Nama Obat Dosis dalam Dosis Keterangan
No. resep
1. Allupurinol 100 mg sehari Berdasarkan literatur Masih dalam
selama 15 hari dosis allopurinol 100 dosis lazim
mg sehari,
ditingkatkan setiap
minggu dengan 100
mg sehari sampai 300
mg sehari setelah 2
minggu (dan sampai
600 mg sehari dalam
4-6 minggu bila
dibutuhkan).
2. Atorvastatin 1 x sehari 1/2 Dosis harian 5 mg dan Masih dalam
tab (20mg) dosis maksimum 40 dosis lazim
mg/hari

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


43

Tabel 4.13 Interaksi obat pada resep apotek Kimia Farma No.7
No. Nama Obat Interaksi dengan obat lain
1. Allupurinol Resiko miopati meningkat jika digunakan
bersama dengan siklosporin, derivat asam
fibrat, eritromisin, niasin, atau anti jamur
golongan azol.
Penurunan kadar atorvastatin dalam plasma
jika digunakan dengan suspensi antasida per
oral yang mengandung mg dan al
hidroksida, dan kolestipol.
Peningkatan kadar "steady-state"
atorvastatin dalam plasma jika digunakan
dengan eritromisin.
Penurunan nilai auc (daerah di bawah
kurva) untuk noretindron dan etinilestradiol.

2. Atorvastatin  Gunakan 0,25 dosis 6-merkaptopurin atau


azatioprin bila diberikan bersamaan dengan
atorvastatin.
 Atorvastatin dapat meningkatkan waktu
paruh adenine arabinoside dalam plasma.
 Efek atorvastatin dikurangi oleh urikosurik
& salisilat dosis tinggi
Penggunaan statin banyak dikaitkan dengan
insiden miopati. Miopati didefinisikan
sebagai nyeri, kaku, lemah, dan atau kram di
otot dan juga peningkatan kreatinin kinase
(CK).

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


44

d. Informasi obat dan konseling


1. Alupurinol
- Aturan pakai : 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari.
- Indikasi : profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal
- Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan
dari jangkauan anak-anak.
2. Atorvastatin
- Aturan pakai : 1 kali sehari ½ tablet pada malam hari.
- Indikasi : digunakan untuk terapi pengobatan hiperlipidemia.
- Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan
dari jangkauan anak-anak.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penyusunan makalah tugas khusus ini adalah:
Arthritis atau remaik adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan
pembengkakan di daerah persendian atau sekumpulan penyakit yang melibatkan
sistem tulang, sendi, otot dan jaringan lunak di sekitarnya (ligamen, tendon,
entesis), serta gangguan pada sistem imun (sistem kekebalan tubuh). Arthritis
dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa sakit, kehilangan
kemampuan bergerak dan kadang bengkak. Terdapat lebih dari 100 macam
penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Yang paling banyak adalah
Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai) dan arthritis rheumatoid (AR). Gejala
klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi.
Menegakkan diagnosis penyakit reumatologis sangat tergantung pada pola klinis,
karena pola keterlibatan sendi, struktur periartikular, dan jaringan ikat biasanya
sangat khas untuk keadaan tertentu. Diagnosa yang dilakukan dengan melihat
manifestasi klinik penyakit dan juga pengujian laboratorium klinik. Obat-obat
yang dapat diberikan umumnya adalah untuk meredakan gejala nyeri yang timbul
seperti analgetik dan antiinflamasi.

5.2. Saran
Perlu dilakukan pengkajian resep rematik dengan variasi pengobatan yang
berbeda agar dapat menjadi bahan pembelajaran dalam penanganan terapi
penyakit rematik.

45 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2002. At a Glance: Medicine. Jakarta: Erlangga


Dipiro, Joseph T., et al. 2005. Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach
6thEdition. New York : Mc Graw-Hill.
Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit
Arthritis Rematik. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Joewono, S et. al. 2006.. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Chapter 279 :
Osteoartritis 1195-1202. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
NHS. (2012)a. Gout – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014, pukul 16.00 WIB.
http://www.nhs.uk/Conditions/Gout/Pages/Diagnosis.aspx.
NHS. (2012)b. Osteoarthritis – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014, pukul 16.15
WIB. http://www.nhs.uk/Conditions/Osteoarthritis/Pages/Diagnosis.aspx.
NHS. (2012)c. Rheumatoid Arthritis – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014,
pukul 16.30 WIB. http://www.nhs.uk/Conditions/Rheumatoid-
arthritis/Pages/Diagnosis.aspx.
Mandelbaum, B & David, W. 2005. Etiology and Pathophysiology of
Osteoarthritis. ORTHO Supersite.
Sukandar, E. Y, et.al. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI penerbitan.

46 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA No. 7


PERIODE MARET-APRIL 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RANI WULANDARI, S. Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII
Universitas Indonesia

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA No. 7


PERIODE MARET-APRIL 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker

RANI WULANDARI, S. Farm

1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

ii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
Analisa Resep Apotek Kimia Farma No. 7 ............................................ 1

iii Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


iv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


ANALISA RESEP
APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR

No. Resep Nama Obat Komposisi Indikasi Dosis Efek Samping Konseling
1. R/ Calnic suspensi Kalsium (Ca) Untuk membantu Anak : 1-3 sdt 1x Gangguan Diminum 1 kali sehari
Calnic Susp No.1 memenuhi sehari gastrointestinal 5 ml sendok takar.
S1dd 5 ml kebutuhan ringan Dihindari konsumsi
kalsium (Ca) bersama dengan
sediaan tetrasiklin oral
atau preparat fluorid,
dan susu karena akan
terjadi interaksi.
1

2. R/ Lasal sirup Salbutamol sulfate Asma bronkial, Dewasa : 5-10 ml Tremor, palpitasi. Diminum 1 kali sehari
Lasal syrup No.1 bronkitis kronik, Anak 6-12 tahun : 5 ml (sendok takar)
S1dd CI malam emfisema, dan 5 mL. Anak < 6
R/ kondisi tahun : 2.5-5 mL
bronkospastik Diberikan 2-3
C last No. XL
lain. kali/hari.
S2dd1 pc C last tablet Kleboprida maleat 0,5 Tukak peptik, Dewasa : 1 tablet Dalam dosis besar Diminum 2 kali sehari
R/ mg gastroduodenitis. 3 x per hari menyebabkan : 1 tablet sebelum
Wiacid 150 mg No. XC
Universitas Indonesia

mengantuk dan makan pagi dan


S2dd1 pc pusing malam.
Efek samping
mengantuk dan pusing
karena itu hindari
mengendarai
kendaraan setelah
mengkonsumsi obat
ini.

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


Wiacid tablet Ranitidine HCl Ulkus 1 tab 2x per hari Hepatitis Diminum 2 kali sehari
duodonenum dan selama 4-8 reversibel, sakit 1 tablet setelah makan
lambung. minggu kepala, pusing. pagi dan malam.

3. R/ Vibramycin tablet Doxycycline hyclate Infeksi bakteri Dewasa : 200 mg Gangguan Diminum 2 kali sehari
Vibramycin 50 mg saluran nafas, (100 mg BB/hari gastrointestinal, 1 tablet.
No. XXVIII saluran untuk ruam Hindari konsumsi
S2dd1 urogenital, pemeliharaan). makulopapular & bersama dengan susu.
jaringan lunak. eritematosa,
fotosensitivitas,
reaksi
hipersensitivitas.

4. R/ Harnal tablet Tamsulosin HCl Gejala gangguan 0,2 – 0,4 mg 1x Gangguan fungsi Diminum 1 kali sehari
Harnal No. V saluran kemih per hari hati, ikterus, 1 tablet.
bagian bawah pusing, sakit Dapat mengganggu
yang kepalagelisah, kemampuan
berhubungan penurunan tekanan mengemudi/menjalank
dengan darah, gangguan an mesin karena itu
hiperplasia prostat gastrointestinal, hindari mengendarai
jinak. dan palpitasi. kendaraan setelah
mengkonsumsi obat
ini.
5. R/ Galvusmet tablet Vildagliptin, Tambahan Dewasa 1 tablet 2 Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
Galvusmet 50/500 No. Metformin HCl terhadap diet dan x/hari (pagi dan tremor, pusing, 1 tablet pada pagi hari
Universitas Indonesia

60 olahraga untuk sore hari). Dosis mual. dan sore hari.


S2dd1 memperbaiki harian anjuran:
kontrol glukosa 100 mg
darah pada pasien vildagliptin/2000
DM tipe 2 yang mg metformin
tidak dapat HCl.
dikendalikan
dengan metformin
HCL atau

2
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
vidagliptin saja
atau pasien DM
yang sebelumnya
telah diterapi
dengan kombinasi
vildagliptin dan
metformin HCl.
6. R/ Methioson tablet Metionin 100 mg, Gangguan fungsi Sehari 3x 2-3 tab Diminum 3 kali sehari
Methioson tab No. X kolin bitartrat 100 mg, hati (misalnya setelah makan 1 tablet.
S3dd1 vit B1 2 mg, vit B2 2 pada penyakit
mg, nikotinamid 6 mg, kuning, zat
vit B6 2 mg, hepatotoksik, dan
pantotenat 3 mg, infeksi), infiltrasi
biotin 0,1 mg, asam lemak.
folat 0,4 mg, vit B12
0,67 mcg, vit E 3 mg.
7. R/ Allopurinol tablet Allopurinol 100 mg Hiperurisemia Sehari 100 mg Reaksi kulit, Diminum 1 kali sehari
Allopurinol 100 mg primer (gout) dan sampai kadar gangguan 1 tablet pada malam
No. XV hiperurisemia asam urat normal, gastrointestinal, hari.
S 0-0-1 sekunder maksimum 8 diare.
(mencegah tablet.
R/
pengendapan
Atorvastatin 10 mg No. asam urat dan
XV kalsium oksalat)
S 0-0-1 Atorvastatin tablet Artovastatin 10 mg Menurunkan Awal : 10 mg 1x Konstipasi, Diminum 1 kali sehari
Universitas Indonesia

kadar LDL total per hari. kembung, 1 tablet pada malam


dan trigilserida Kisaran dosis dispepsia, nyri hari sebelum tidur.
yang meningkat anjuran : 10-80 perut, mual, diare,
pada pasien mg 1x per hari. sakit kepala.
dengan
hiperkolesterolam
ia primer

3
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
8. R/ Hyperil tablet Ramipril 5 mg Hipertensi, gagal Hipertensi awal Reaksi Diminum 1 kali sehari
Hyperil 5 mg tab No. jantung kongestif. tanpa diuretik : anafilaktoid, 1 tablet.
XV sehari 1x2,5 mg. gangguan
S1dd1 Pemeliharaan : kardiovaskular,
hingga 2 mg per gannguan ginjal,
R/
hari terbagi dalam gangguan saluran
Bisoprolol 5 mg tab 1-2 dosis. cerna.
No. VIII Bisoprolol tablet Bisoprolol 5 mg Sebagai terapi Awal : 5 mg 1x Mual, muntah, Diminum 1 kali sehari
S1dd½ tunggal atau per hari, dapat diare, sakit kepala. setengah tablet
R/ kombinasi dengan dinaikan sampai
Lansoprazole No. XV antihipertensi lain 10-20 mg 1x per
S1dd1 hari.
R/ Lansoprazole Lansoprazol 30 mg Pengobatan Tukak usus dan Konstipasi, diare, Diminum 1 kali sehari
Spironolakton 25 mg kapsul jangka pendek refluks esofagus : mulut kering, mual. 1 tablet
No. XV tukak usus, tukak sehari 1x 30 mg Diminum sebelum
S1dd1 lambung, dan selama 4 minggu. atau 1 jam setelah
refluks esofagus. Tukak lambung ; makan.
sehari 1x 30 mg
selama 8 minggu
Spironolakton Spironolakton 25 mg Hipertensi, 25-100 mg per Diare, mual, sakit Diminum 1 kali sehari
tablet kondisi edema hari kepala, mengantuk 1 tablet
seperti pada gagal
jantung
9. R/ Captopril tablet Kaptopril 25 mg Hipertensi ringan Awal : sehati 2x Batuk kering, Diminum 3x sehari 1
Captopril 25 mg No. sampai sedang. 12,5 mg iritasi tablet
Universitas Indonesia

CXX Pemeliharaan : 2x gastrointestinal.


S3dd1 25 mg
V-bloc tablet Carvedilol Hipertensi Hipertensi esensial Edema, pusing, Diminum 1 kali sehari
R/
esensial dan gagal dewasa dan orang bradikardia, mual, 1 tablet
V-bloc 6,25 mg No. jantung kronik. tua diawali dosis : diare, gangguan
XXX 12,5 mg sekali penglihatan
S1dd1 sehari dalam dua
R/ hari pertama
Furosemide 40 mg No. dilanjutkan 25 mg

4
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
XXX sekali sehari.
S1dd1 Dosis dapat
R/ ditingkatkan
Phenoxymethylpenicilli dalam interval 2
minggu hingga
n 500 mg No. LX
dosis maks. 50 mg
S2dd1 perhari.
Pasien gagal
jantung kongestif
: 3,125 mg dua
kali sehari selama
2 minggu dapat
ditingkatkan
menjadi 6,25 mg
dua kali sehari.
Furosemid tablet Furosemide 40 mg Udema yang Awal : 20-80 mg Hiperurisemia, Diminum 1 kali sehari
disebabkan oleh per hari hipokalemia. 1 tablet.
payah jantung,
sirosis hati,
penyakit ginjal
termasuk sindrom
nefrotik,
hipertensi ringan
sampai sedang.
Phenoxymethyl- Phenoxymethylpenicil Infeksi saluran Dewasa : 2 tablet Reaksi alergi, Diminum 2 kali sehari
Universitas Indonesia

penicillin tablet lin nafas, saluran 3x/hari. anafilaksis, 1 tablet.


cerna. Anak : 1 tab gangguan Diminum pada saat
3x/hari. gastrointestinal. perut kosong, 1 jam
sebelum makan atau 2
jam setelah makan.

10. R/ Ketesse tablet Dexketoprofen Nyeri Tab 12,5 mg tiap - Diminum 2 kali sehari
Ketesse tab No. X trometamol muskuloskeletal 4-6 jam atau 25 1 tablet
akut, dismenore, mg tiap 8 jam. Berikan 30 menit

5
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
S2dd1 sakit gigi, nyeri sebelum makan,
pasca operasi. terutama untuk
meredakan nyer akut
dengan cepat.
11. R/ Spasminal tablet Metampiron 500 mg, Meringankan rasa 1 tablet, - Diminum 2 kali sehari
Spasminal No. X ekstrak beladona 10 sakit disertai kolik berikutnya 1 tab 1 tablet.
S2dd1 mg, papaverin (spasme). setiap 6-8 jam;
hidroklorida 25 mg,. maks 4 tab.
12. R/ Rimactazid tablet Rifampisin 75 mg, Pengobatan Pasien dengan Rifampisin : urin Diminum 1 kali sehari
Rimactazid No. XXX INH 50 mg. tuberkulosa akibat berat badan berwarna 1 tablet sebelum
S1dd1 ac turunan kurang dari 50 kg kemerahan. makan.
Mycobacterium : 2 kaptab sehari Gangguan Diberikan pada saat
tuberculosae yang selama gastrointestinal, perut kosong (1 jam
sensitif terhadap pengobatan awal. gangguan fungsi sebelum makan, atau 2
Rifampisin dan hati, leukopenia, jam setelah makan)
INH. eosinofilia.
Sindrom flu.
13. R/ Cendo vitrolenta Tiap ml larutan Kekeruhan & Teteskan 1 tetes - Teteskan 4 kali sehari
Cendo Vitrolenta MD MD mengandung : pendarahan pada pada kantung 1 tetes pada kantung
No. II Potassium Iodide 5 vitreous body konjungtiva, 1-3 konjungtiva.
S4dd gtt 100/5 mg, Sodium Iodide 10 dikarenakan kali sehari
mg segala
penyebabnya
(usia, myopia,
hypertonia,
Universitas Indonesia

diabetes,
periphlebitis).
Kekeruhan pada
lensa sebagai
ggejala awal
katarak senilis

6
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
14. R/ Regit tablet Domperidone Maleate Mual dan muntah 10-20 mg tiap 4-8 Galaktore, Diminum 3 kali sehari
Regit No. XVI fungsional, jam ginekomastia, setengah tablet
S3dd½ ac organik, infeksi diare, sakit kepala, Diminum sebelum
R/ atau diet. ruam kulit. makan.
Omeprazole Omeprazole 20 mg Tukak duodenal, Sehari 1x 20 atau Mual. Diminum 1 kali sehari
Omeprazole No. XVI
granule dalam tukak gastik, 40 mg. setengah kapsul
S1dd½ ac kapsul tukak peptik.
R/
Fastro No. VII Fastro kapsul Fucoidan 100 mg Membantu Sehari 1 kapsul - Diminum 1 kali sehari
memelihara 1 kapsul
S1dd1
kesehatan
lambung
15. R/ Lanabal kapsul Mecobalamin 500 mcg Untuk terapi Sehari 3 kali 1 Mual, penurunan Diminum 1 kali sehari
Lanabal 500 mg No. neuropati perifer kapsul nafsu makan, diare. 1 kapsul
XX Diminum setalah
S1dd1 pc malam makan pada malam
hari.
R/
Astria kapsul Astaxanthin Membantu 1 kapsul lunak/ - Diminum 1 kali sehari
Astria memelihara hari 1 kapsul pada pagi
S1dd1 pc pagi kesehatan tubuh hari.
16. R/ Minosep gargle Chlorhexidine Gingivitis, 2x sehari gunakan Kelainan warna 2x sehari gunakan 10
Minosep Gargle No. I gluconate periodontitis, 10 ml, kumur pada gigi dan ml, kumur selam 1
S2dd 10 ml ulkus aptosa selam 1 menit mengurangi daya menit
R/ pengecapan Jangan ditelan
Kalmoxillin 500 mg Menghambat
Universitas Indonesia

No. VI pembentukan
S3dd1 plek, mencegah
karies gigi

Kalmoxillin tablet Amoxicillin Infeksi kulit dan Dewasa dan anak Ruam, urtikaria, Diminum 3 kali sehari
jaringan lunak, lebih dari 20 kg : hipersensitif, mual, 1 tablet
infeksi saluran 250 - 500 mg muntah, diare.
napas, infeksi setiap 8 jam.

7
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
saluran Anak kurang dari
genitourinaria, 20 kg : 20 - 40 mg
infeksi gonore. / kgBB / hari
terbagi dalam 3
dosis.
Uretritis gonore:
3 g dosis tunggal.
17. R/ Kotrimoksazol 80 mg trimetoprim dan Infeksi saluran Dewasa dan anak - Diminum 3 kali sehari
Kotrimoksazol 1 tab tablet 400 mg kemih dan diatas 12 tahun: 1 puyer setelah makan.
Dexametason 1 tab sulfametoksazol. kelamin yang 960 mg, 2 kali Puyer harus
CTM 1 tab disebabkan oleh sehari. dihabiskan.
E. coli. Klebsiella
Zinc 1 tab
sp, Enterobacter
mf pulv No. X sp, Morganella
S3dd1 pc habiskan morganii, Proteus
mirabilis, Proteus
vulgaris.
Otitis media akut
yang disebabkan
Streptococcus
pneumoniae,
Haemophilus
influenzae.,
Infeksi saluran
pernafasan bagian
Universitas Indonesia

atas dan
bronchitis kronis
yang disebabkan
Streptococcus
pneumoniae,
Haemophilus
influenzae.,
Pneumonia yang
disebabkan

8
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Pneumocystis
carinii.
Diare yang
disebabkan oleh
E. coli.
Dexametason tablet Dexametason Antiinflamasi, 0,5 mg - 10 mg Menambah nafsu
pengobatan per hari makan, menimbun
reumatoid artritis (rata2 1,5 mg - 3 garam dan air,
mg per hari). memberikan efek
5 mg - 40 mg per katabolik.
hari.
CTM tablet Chlorpheniramine Keadaan alergi, ½ - 1 tablet 3- Sedasi, gangguan
maleat ultikaria 4x/hari gastrointestinal,
sakit kepala, reaksi
alergi.
Zinc tablet Zinc sulfat pelengkap untuk Anak 6 bulan - 5 Muntah
pengobatan diare tahun: 1 tablet
pada anak-anak di dispersibel (zinc
bawah 5 tahun, 20 mg) diberikan
diberikan bersama setiap hari selama
larutan oralit. 10 hari berturut-
turut (bahkan
ketika diare telah
berhenti).
18. R/ Linoral tablet Ethinylestradiol Gangguan siklus 0.05 mg/hari Gangguan Gl, Diminum 2 kali sehari
Universitas Indonesia

Linoral tab No. VI menstruasi, selama 25 hari. ikterus kolestatik; 1 tablet


S2dd1 misalnya amenore Hari ke-16 sampai trombosis
primer dan dengan hari ke-25 peningkatan TD;
sekunder ditambahkan migren, perubahan
terseleksi progesteron. mood; retensi
Ulangi selama ≥ 3 cairan; perubahan
siklus BB, perubahan
payudara;
perdarahaan

9
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
intermenstrual;
proliferasi
endometrium,
peningkatan ukuran
fibromiomata uteri;
sakit kepala
19. R/ Biostrum sirup Colostrum bovine 300 Suplemen untuk  Anak,usia diatas 4 - Diminum 3 kali sehari
Biostatin syrup No. I mg, DHA 200 mg, cod meningkatkan 5 ml (sendok takar).
liver oil 10 mg, lysine tahun : 1 -3 x 1 Berikan pada saat
S3dd cth 5 kekebalan tubuh,
HCl 200 mg, vit A nafsu makan, sendok teh. setelah makan.
2,000 iu, vit D 200 iu, pencegahan dan  Anak,usia
vit B1 0.6 mg, vit B2 terapi defisiensi
0.15 mg, vit B6 0.6 dibawah 4 tahun :
vitamin,
mg, vit B12 1.5 mcg, pembentukan 1 x sehari 1
nicotinamide 5 mg,
tulang dan gigi, sendok teh.
dexpanthenol 2.5 mg,
adjuvan pada
Zn picolinate 5 mg
diare.

20. R/ Vitanam kapsul Asam folic 800 mcg, Suplemen vitamin 1 kasul 1x/hari - Diminum 1 kali sehari
Vitamam No. XXX vit A 5000 iu, vit B6 dan mineral untuk 1 kapsul
S1dd1 15 mg, vit B12 4 mcg, kehamilan.
R/ vit D 400 iu, Mg 100
mg, Zn 15 mg, fructo-
Vossecal No. XXX
oligosaccharide 50
Universitas Indonesia

S1dd1 mg, ginger extr 200


R/ mg.
Duvadiline No. XX Vossecal kapsul Microcrystalline Suplemen vitamin 1 kapsul lunak 2x - Diminum 1 kali sehari
S2dd½ Hydroxyapatite dan mineral untuk / hari 1 kapsul
(MCHA) 500 mg (Ca masa kehamilam
130 mg, phosphorus dan laktasi,
14,3 mg), vit C 50 mg, pertumbuhan gigi

10
vit D3 5 mcg, Mg 100 dan tulang pada

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


mg, Zn 5 mg. anak, lanjut usia.

Duvadiline tablet Isoxsuprine Gangguan Tablet : 1 tablet 3- Kadang : palpitasi Diminum 2 kali sehari
peredaran darah 4 kali/hari. Ampul sementara, setengah tablet
berupa : 1 ampul 3 penurunan TD atau
insufisiensi kali/hari. pusing (turunkan
pembuluh darah dosis).
perifer karena
adanya spasme :
kedinginan, kaku,
kram, iskemik
pada ekstremitas,
tukak diabetik.
21. R/ Sibelium tablet Flunarizine 5 mg Pemeliharaan 2 tablet pada sore Samnolen dan Diminum 1 kali sehari
Sibelium tab 5 mg No. terapi migrain, hari atau dalam 2 letih. 1 tablet pada sore hari
XV pusing vestibular, dosis terbagi. Diminum setelah
S1dd1 pc gangguan makan.
sirkulasi perifer
karena arteriopati
organik.
22. R/ Resorchin tablet Chloroquine Pencegahan dan Profilaksis dewasa Kerusakan retina Diminum 1 kali sehari
Resorchin tab No. XII phosphate pengobatan 300 mg yang irreversibel, 1 tablet
S1dd1 serangan akut chloroquine base kesulitan
malaria, (2 tab) 1x/minggu akomodasi mata,
Universitas Indonesia

amebiasis oenglihatan
ekstraintestinal. berkabut
23. R/ Ardium tablet Ekstrak citrus sinensis Nyeri tungkai, Nyeri tungkai : 2x Gangguan GI Diminum 2 kali sehari
Ardium No. XL pericarpium setara bengkak atau sehari 1 tablet. 1 tablet
S2dd1 diosmin 90% dan edema terutama Wasir : 6tab
hesperidin 10% padda malam selama 4 hari,
hari, pada gejala kemudian 4 tab
fungsional sehari selama 3

11
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
diakibatkan oleh hari.
wasir.
24. R/ Lyrica kapsul Pregabaline 50 mg Neuropati perifer 150-600 mg per Pusng, somnolen, Diminum sekali sehari
Lyrica 50 mg No. V hari terbagi dalam peningkatan nafsu 1 kapsul
S1dd1 2-3 dosis makan, bingung,
R/ emosi labil,
impotensi,
Topgesic 500 mg No. X
iritabilitas,
S2dd1 pc pagi gangguan
penglihatan,
vertigo
Topgesic kaplet Asam mefenamat 500 Nyeri pada Dewasa & anak > Gangguan GI & Diminum 2 kali sehari
salut enterik mg reumatik akut & 14 tahun: awal perdarahan, ulkus 1 kaplet
kronis, luka 500 mg, kemudian peptikum, sakit Sebaiknya diminum
jaringan lunak, 250 mg tiap 6 jam kepala, mengantuk, segera setelah makan
pegal otot & Anak > 6 bulan: 3- pusing, cemas, Dapat menyebabkan
sendi, dismenore, 6,5 mg/kgBB tiap gangguan visual, kantuk, hindari
sakit kepala, gigi, 6 jam. Maks 7 hari ruam kulit, mengemudi &
nyeri pasca bedah diskrasia darah, kegiatan yang
nefropati memerlukan
kewaspadaan
25. R/ Itraconazole kapsul Itraconazole 200 mg Kandidiasis 2 kapsul 2 kali Gangguan GI, sakit Diminum sekali sehari
Itraconazole 200 mg vulvovagina sehari selama kepala 1 kapsul
No. VII sehari atau 2 Sebaiknya diminum
S1dd1 kapsul sekali setelah makan
Universitas Indonesia

sehari selama 3 Harus dihabiskan


hari
26. R/ Lipitor tablet salut Kalsium atrovastatin Pelengkap diet Dosis awal : 10 Dispepsia, nyeri Diminum sekali sehari
Lipitor 20 mg No. selaput 20 mg untuk mg perut, sakit kepala, 1 tablet pada malam
XXX menurunkan Dosis maks sehari: mual, diare, hari
S1dd1 malam kolesterol total, 80 mg mialgia Sebaiknya diminum
LDL-koesterol, setelah makan
R/
apolipoprotein B Tidak dianjurkan
Salmon Omega 3 No.

12
dan trigliserida untuk pasien yang

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


XXX pada mengidap penyakit
S1dd1 pagi hiperkolesterolimi hati, wanita hamil dan
R/ Acetram No. X a, hiperlipidemia ibu menyusui
S2dd1 Tidak diperkenankan
mengkonsumsi
R/
minuman atau
Celebrex 200 mg No. X makanan beralkohol
S2dd1 selama dalam
pengobatan
Salmon Omega 3 Kalori 10 g Diformulasikan 1 kapsul lunak 1-3 - Diminum sekali sehari
kapsul lunak Kalori dari lemak 10 g untuk memelihara kali sehari setelah 1 kapsul
Lemak total 1 g kesehatan jantung makan atau sesuai Sebaiknya diminum
Lemak tak jenuh anjuran ahli setelah makan
jamak 0,5 g
Kolesterol 0
Minyak Ikan
Salmon 1000 mg
EPA 400 mg
DHA 300 mg
Vitamin E 10 IU
Lesitin 50 mg
Acetram tablet Tramadol 37,5 mg, Terapi jangka Dewasa >16 Mual, pusing, rasa Diminum 2 kali sehari
Parasetamol 325 mg pendek nyeri akut tahun: 3-4 kantuk, sembelit, 1 tablet, tidak
seperti sakit tablet/hari. mulut kering, diare, dianjurkan untuk
punggung bawah, Maksimal: 8 sakit kepala, pasien
Universitas Indonesia

osteoartritis, sakit tablet/hari. bingung, Epilepsi atau kejang.


setelah operasi Lanjut Usia >75 berkeringat Kehamilan &
tahun: min dosis menyusui
minimal interval
sebaiknya tidak <
6 hari
Celebrex kapsul Celecoxib 200 mg Meredakan gejala Penggunaan dosis Nyeri abdomen, Diminum 2 kali sehari
dan tanda OA dan terendah harus diare, dispepsia, 1 kapsul

13
AR pada orang disesuaikan kembung, mual, Penggunaan kronik

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


dewasa dengan kondisi nyeri punggung, dapat menyebabkan
tiap pasien. edema perifer, luka peningkatan risiko
Osteoartritis: 200 karena kecelakaan, kejadian trombosis KV
mg kapsul OD pusing, sakit serius, MI, dan stroke
atau 2 kali sehari kepala, insomnia, yang fatal
100 mg faringitis, rinitis,
Artritis sinusitis, ruam
Rheumatoid: 2 kulit,
kali sehari 100- memperburuk
200 mg hipertensi, angina
pektoris. Dapat
menyebabkan
tukak dan
perdarahan GI
27. R/ Provera tablet 10 Medroksiprogesteron Amenore (tidak Amenore sekunder Provera 10 mg Medroksiprogesteron
Provera 10 mg No. X mg asetat 10 mg haid) sekunder, : 2,5-10 mg sehari asetat 10 mg
S1dd1 perdarahan rahim selama 5-10 hari.
disfungsional - Perdarahan
akibat rahim
ketidakseimbanga disfungsional
n hormonal akibat
dengan tidak ketidakseimbanga
adanya kelainan n hormonal
patologis organik dengan tidak
seperti fibroid adanya kelainan
Universitas Indonesia

uterus atau kanker patologis organik


rahim, seperti fibroid
endometriosis uterus atau kanker
(keadaan rahim : 2,5-10
terdapatnya mgsehari selama
jaringan serupa 5-10 hari dimulai
selaput lendir pada hari ke-16
rahim di luar atau hari ke-21

14
rongga rahim). siklus haid.

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


Pengobatan
diberikan selama 2
siklus haid
berturut-turut dan
tidak dilanjutkan
untuk melihat jika
terjadi
regresi/kemundura
n.
Perdarahan putus
obat biasanya
terjadi dalam
waktu 3-7 hari
setelah terapi
dihentikan.
- Endometriosis :
3 kali sehari 10
mg selama 90 hari
pada hari-hari
permulaan siklus
haid.
28. R/ Adona Forte Carbazochrome Na Kecenderungan Dewasa : 30-90 Adona Forte Carbazochrome Na
Adona Forte No. X sulfonate terjadi perdarahan mg/hari terbagi sulfonate
S3dd1 (purpura) karena dalam 3 dosis atau
menurunnya 1 ampul (2 mL)
Universitas Indonesia

resistensi kapiler SK/IM dosis


dan meningkatnya tuggal harian atau
permeabilitas 1 ampul (5 mL)
kapiler. sampai 2 ampul
Perdarahan dari (10 mL) secara
kulit, membran IV/IV drip. Dosis
mukosa dan dapat ditingkatkan
internal, atau dikurangi,

15
perdarahan sekitar tergantung usia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


mata, perdarahan dan beratnya
nefrotik dan gejala.
metroragia.
Perdarahan
abnormal selama
dan setelah
pembedahan
karena
menurunnya
resistensi kapiler.
29. R/ Mefinal tablet Asam mefenamat 500 Nyeri pada Dewasa & anak > Gangguan GI & Diminum 3 kali sehari
Mefinal 50 mg No. VI mg reumatik akut & 14 tahun: awal perdarahan, ulkus 1 kapsul
S3dd tab 1 kronis, luka 500 mg, kemudian peptikum, sakit Sebaiknya diminum
jaringan lunak, 250 mg tiap 6 jam kepala, mengantuk, segera setelah makan
pegal otot & Anak > 6 bulan: 3- pusing, cemas, Dapat menyebabkan
sendi, dismenore, 6,5 mg/kgBB tiap gangguan visual, kantuk, hindari
sakit kepala, gigi, 6 jam. Maks 7 hari ruam kulit, mengemudi &
nyeri pasca bedah diskrasia darah, kegiatan yang
nefropati memerlukan
kewaspadaan
30. R/ Enzymfort Drage Pancreatin triple Menstimulasi 1 – 2 tablet 3 kali - Diminum 2 kali sehari
Enzymfort Drage No. strength 150 mg, vit B sekresi empedu, sehari 1 tab
X 2 mg, vit B2 2 mg, vit memperbaiki
S2dd1 B6 250 mg, pencernaan dari
nikotinamid 7,5 mg, karbohidrat,
Universitas Indonesia

bile extr 25 mg protein dan lemak


31. R/ Inlacta DHA caps Minyak ikan 10/50 Suplemen untuk 1 kapsul/ hari pada - Diminum 1 kapsul
Inlacta DHA caps No. EPA/DHA 500 mg, ibu hami dan pagi hari. sehari pada pagi hari.
XXX vitamin E 5 mg. menyusi
S1dd1

16
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
R/ Prenamia caps Fe fumarate 360 mg, Vitamin dan 1 kapsul per hari Mual, muntah, Diminum 1 kali sehari
Prenamia caps No. folic acid 1.5 mg, mineral suplemen feses berwarna 1 kapsul, dapat
XXX vitamin B12 15 mcg, pada anemia hitam diminum sebelum atau
S1dd1 vitamin C 75 mg, seperti anemia sesudah makan.
vitamin D3 400 iu, Ca selama kehamilan Jika feses berwarna
carbonate 200 mg dan menyusui hitam itu adalah efek
samping dari obat.
32. R/ Recustein Erdosteine Mukolitik pada 2-3 kali sehari 1 Dapat Diminum 3 kali sehari
Recustein No. X gangguan saluran kapsul. menyebabkan 1 kapsul.
S3dd1 pernafasan akut gangguan lambung, Obat ini dianjurkan
R/ dan kronik. mual. diminum sesudah
makan untuk
Ancefa 500 mg VI
mengurangi rasa tidak
S2dd1 nyaman pada GI.
Tidak boleh diberikan
bersama obat Sirosis
hati dan defisiensi
enzim sistationin
sintetase. Gagal ginjal
berat (bersihan
kreatinin <25
mL/menit) dan tidak
dianjurkan untuk
wanita Hamil, laktasi.
Anak.
Universitas Indonesia

Ancefa kapsul 500 Cefadroxil Sal napas, Dewasa dan anak Mual, muntah, Diminum 2 kali sehari
mg urogenital, kulit ≥ 40 kg : 1 - 2 diare. Reaksi sesudah makan.
dan jar lunak g/hari dibagi 2 hipersensitif. Obat ini tidak boleh
dosis. Anak < 40 Kolitis diberikan bersamaan
kg : 25 mg/kg pseudomembran dengan antibiotic gol
BB/hari dibagi 2 sefalosporin tidak

17
dosis dianjurkan untuk

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


pasien yang memiliki
gagal ginjal, dan
wanita hamil

33. R/ Sifrol tablet Pramipexole diHCl Pengobatan tanda Awal : 0.375 Perilaku dan mimpi Diminum 2 kali sehari
Sifrol No. XXX dan gejala mg/hari dibagi abnormal, bingung, sebelum makan untuk
S2dd1 penyakit dalam 3 dosis. konstipasi, delusi, mengurangi gangguan
Parkinson Dosis dapat pusing, diskinesia, pada GI.
idiopatik lanjut ditingkatkan tiap kelelahan yang Tidak boleh
dalam kombinasi 5-7 hari sampai menyeluruh, dikonsumsi secara
dengan levodopa. maksimal : 4.5 halusinasi, sakit bersamaan dengan
Terapi simtomatik mg/hari. kepala, Simetidin, amantadin,
idiopathic restless Pemeliharaan : hiperkinesia, antipsikotik, sedatif
legs syndrome 0.375-4.5 mg/hari hipotensi, atau alkohol (efek
gangguan makan, aditif).
hiperfagia, Tidak dianjurkan
insomnia, untuk pasien yang
gangguan libido, memiliki riwayat
mual, edema gangguan ginjal,
perifer, paranoia, gangguan psikotik,
somnolen, penyakit KV berat.
peningkatan BB Wanita hamil dan
laktasi. Hindari
penghentian terapi
secara mendadak.
Universitas Indonesia

Dapat mengganggu
kemampuan
mengendarai dan
mengoperasikan mesin
34. R/ Hepsera Adefovir dipivoxl Pengobatan Dewasa : 18 -65 Nyeri perut, mual, Diminum 1 kali sehari
Hepsera No. XXX hepatitis B kronik tahun dosis kembung, diare, sebelum makan untuk
S1dd1 pada orang anjuran : 1 kali dispepsia; astenia; menguragi terjadinya
R/ dewasa dengan sehari 10 mg. sakit kepala; gangguan pada GI.

18
bukti adanya peningkatan kadar Perlu dilakukan :

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


Heplav No. XXX replikasi virus kratinin, fungsi Monitor fungsi ginjal
S1dd1 hepatitis B. ginjal abnormal pada semua pasien.
R/ dan gagal ginjal. Pada pasien dengan
Proliva No. XXX risisko untuk terjanya
atau dengan riwayat
S1dd1
gangguan fungsi
ginjal, dianjurkan
untuk pemantauan
rutin terhadap
perubahan pada
kreatini serum dan
fosfat serum. pasien
dengan penyakit hati
terhadap lanjut atau
sirosis perlu dipanttau
ketat selama awal
dimulai terapi. paasien
dengan hepatomegali,
hepatitis atau diketahui
memiliki faktor risiko
penyakit hati;
defisiensi karnitin
kongenital. Tidak
dianjurkan pada wania
hamil dan laktasi.
Universitas Indonesia

Heplav Lamivudine Pengobatan 100 mg perhari Dapat meninbulkan Diminum 1 kali sehari
hepatitis B kronis gejala-gejala yang sesudah makan atau
dengan tanda- berkaitan dengan sebelum makan.
tanda atau replica infeksi saluran
tiruan virus nafas bagian atas,
hepatitis B. sakit kepala, mual,

19
lesu, nyeri perut,

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


diare.

Proliva Selenium 200 mcg, Membantu 1 tablet perhari. - Diminum 1 kali sehari
milk thistle 300 mg, menjaga 1 tablet sesudah
citrus bioflavonoids kesehatan fungsi makan.
120 mg, bilberry 100 hati
mg, α-lipoic acid 100
mg, quercetin 95% 50
mg, turmeric 40 mg,
licorice 40 mg,
dandelion 35 mg.

35. R/ Allegysal ED Pemirolast Kalium Konjungtivitis 1 tetes 2 kali Gatal pada kelopak Digunakan dengan
Allegysal ED alergi dan sehari pada pagi mata, iritasi mata, cara diteteskan 1 tetes
S2dd gtt 1 ops konjungtivitis dan sore blefaritis, secret 2 kali sehari pada pagi
R/ vernal abnormal dari mata hari dan sore hari
dan infeksi untuk mata yang sakit.
Optimax Plus syrup
konjungtiva.
S3dd cth ½

Optimax Plus syrup Per 5 ml: Lutein 1 mg, Supplemen untuk Dewasa 3 x sehari - Diminum 3 kali sehari
lycopene 0.5 mg, memelihara 10 ml setngah sendok teh (5
zeaxanthin 350 mcg, kesehatan fungsi Anak 6-12 tahun 3 ml)
vit E 12.5 mg, vit C 50 mata. Membantu x sehari 5 ml, 1-6
Universitas Indonesia

mg, Zn 2.5 mg, β- meningkatkan tahun 3 x sehari


carotene 10% 2.5 mg, mikrosirkulasi 2.5 ml.
ekstrak bilberry kering retina.
40 mg.
36. R/ Lutenyl tablet Nomegestrol acetate. Gejala yang 5 mg per hari Gangguan Diminum 1 kali sehari
Lutenyl tab No. X berhubungan selama 10 hari per menstruasi, 1 tablet.
S1dd1 dengan defisiensi siklus haid (dari amenore, Tidak dianjurkan
progesteron. hari ke 16 - 25) perdarahan terus untuk pasien yang

20
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Perdarahan uterin menerus. memililki riwayat
fungsional dan infark miokard atau
menoragia pada penyakit kardio
fibroma. vaskular, hipertensi
Endometriosis, arterial atau diabetes,
dismenore. laktasi.
Terapi hormon tidak boleh
pengganti mengkonsumsi obat
dikombinasi bersamaan dengan
dengan estrogen. obat : antidiabetik,
antikonvulsan,
barbiturat, griseofilvin,
rifampisin
37. R/ Trolac tablet Triamcinolone IA : Sinovitis of Intra Disfungsi cairan Di konsumsi 2 kali
Trolac tab No. X Acetonide OA, AR, bursitis artikular/intra dan elektrolit; sehari sesudah makan.
S2dd1 akut dan subakut, bursitis awal 2.5 - muski;osketel, Gl,
artritis gout akut, 5 mg untuk sendi- dermatologik, dan
epikondilitis, sendi kecil dan 5 - gangguan
tendosinovitis 15 mg untuk endokrin; konvulsi,
nonseptik akut sendi-sendi besar. peningkatan TIK
dan OA pasca Maksimal : ≥ 20 dengan
traumatik. mg. intradermal papiledema,
Intradermal : awal 1 mg/tempat vertigo, sakit
pengobatan injeksi kepala, neuritis,
keloid, parestesia,
Universitas Indonesia

eritematosus perburukan kondisi


lupus diskoid, kejiwaan; katarak
nekrobiosis subkapsular
lipoidika posterior,
diabetikorum, peningkatan TIO,
alopesia areata glaukoma,
dan hipertrofi eksoftalmos;
terlokalisir, lesi hiperglikemia,

21
lichen planus glikosuria,

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


yang mengalamai keseimbangan
inflitrasi dan negatif nitrogen,
inflamasi, plak necrotizing
psoriatik, angiitis,
granuloma tromboflebitis,
anulare dan tromboemboli,
neurodermatitis perburukan infeksi
atau menyamarkan
gejala-gejala
infeksi, episode
sinkop
38. R/ Lycoxy kaplet Lutein 3 mg Suplemen untuk 1 kaplet salut - Diminum 1 kali sehari
Lycoxy No. XX Lycopene 8 mg memelihara daya selaput 1 kali 1 kaplet.
S1dd1 Vitamin E 50 mg tahan tubuh. sehari. Hindari penggunaan
500,00% bersamaan dengan
Vitamin C 250 mg antikoagulan.
416,67% Tidak dianjurkan
Seng 20 mg 133,33% dikonsumsi bersamaan
ß-karoten 10000 IU dengan antasida,
Selenium yeast 30 steroid, kontrasepsi
mcg oral (estrogen) dan
makanan.
39. R/ Forneuro kapsul Vit B1 100 mg, vit B6 Mencegah dan 1kapsul/hari - 1kapsul/hari diberikan
Forneuro No. V 50 mg, vit B12 100 mengobati sesudah makan.
S1dd1 mcg, vit E natural 200 defisiensi vit B1,
Universitas Indonesia

R/ iu,folic acid 400 mcg. B6, B12, E,


anemia
Zeufor 500 mg No. X
S2dd1 Zeufor 500 mg Citicoline Sesuaikan dengan Untuk penurunan Hipotensi, ruam Diminum 2 kali sehari
R/ dosis kesadaran akibat kulit, insomnia, sesudah makan.
Epiven 300 mg No. X cedera kepala atau mengantuk.
S2dd1 operasi otak : 100-
500 mg 1-2

22
kali/hari secara

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


infus drip IV atau
Inj IV. Untuk
penurunan
kesadaran akibat
infark serebral
akut : 1000 mg 1
kali/hari secara Inj
IV. Untuk
hemiplegia
apopleksi : 1000
mg 1 kali/hari
secara oral atau Inj
IV.

Epiven tablet 300 Gabapentin Pengobatan Dosis efektif 900 Somnolen, pusing, Diminum 2 kali sehari,
mg serangan epilepsi mg - 1800 ataksia, lelah, sebelum makan
terutama serangan mg/hari. nistagmus, sakit maupun sesudah
parsial sederhana kepala, tremor, makan.
dan komplek serta diplopia, mual &
serangan umum muntah, rhinitis,
tonik klonik. Juga amblyopia.
diindikasikan
untuk
Neurophatic Pain
Universitas Indonesia

Syndrome.

40. R/ Metoprolol tablet Metoprolol Hipertensi, Hipertensi : sehari - 2 kali sehari 1tablet
Metoprolol 25 mg No. 25 mg Angina 100-200mg dalam
LX pectoris,aritmia 1-2 dosis aatu
S2dd1 terutama sebagai dosis
takikardia, supra- tunggal pada pagi
R/
ventikular, hari, : jika perlu
Aspicef 80 mg No.

23
fibrilasi atrium, dapat ditingkatkan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


XXX ekstrasistol atau
S1dd1 ventrikel setelah dikombinasikan.
infark miokard Angina pectoris :
akut dan tremor sehari 100-200 mg
essensial. dalam 2 dosis,
kalau perlu dosis
dapat ditingkatkan
atau
dikombinasikan

Aspicef tablet 80 Telmisartan Terapi hipertensi Dewasa : 40 mg 1 Gangguan Gi, Diminum 1 kali sehari
mg essensial, kali/hari. artralgia, pada malam hari
Maksimal : 80 mg berkeringat sebelum atau sesudah
1 kali/hari. banyak, gangguan makan.
penglihatan,
vertigo, infeksi
saluran napas atas,
cemas, eksema,
kram atau
nyeritungkai,
tenditinitis, gejala
influenza, nyeri
dada dan
punggung, milgia,
ISK.
Universitas Indonesia

41. R/ Arcoxia tablet 90 Etorikoksib 90 mg Menghilangkan Osteoartritis, nyeri Asthina / fatigue, Ddiminum 1 kali
Arcoxia 90 mg No. X mg gejala pada kronik pusing, edema sehari.
S1dd1 pengobatan mussculoskeletal: ekstrim ringan, Tidak dianjurkan
osteoartritis, sehari 1 x 60 mg. HTN, dispepsia, dikonsumsi bersamaan
menghilangkan Nyeri akut rasa panas dalam dengan Warfariin ,
nyeri akut pada analgesia yang perut, nausea, sakit rinampisin,
pembedahan digunakan pada kepala, ALT dan mtehorexat, ACEI,
pengobatan gigi perawatan gigi: AST meningkat Lithium, Aspirin.

24
sehari 1 x 120 mg

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


42. R/ Provelyn tablet Pregabalin. Nyeri neuropati Kisaran dosis 150- Pusing dan Diminum 2 kali sehari
Provelyn tab No. X perifer pada 600 mg/hari, mengantuk, pada pagi hari dan sore
S 1-0-1 pasien dewasa; diberikan dalam 2- umumnya hari.
sebagai terapi 3 dosis terbagi. berintensitas Hindari mengemudi
tambahan pada Dapat diberikan ringan-sedang. karena dapat
kejang parsial dengan atau tanpa menyebabkan kantuk.
dengan atau tanpa makanan. Dosis
generalisasi awal yang
sekunder pada direkomendasikan
pasien dewasa. adalah 75 mg, dua
kali sehari (150
mg/hari). Pada
umumnya, dosis
optimum adalah
150 mg, dua kali
sehari. Dosis dapat
ditingkatkan
setelah interval
pemberian 1
minggu, dan bila
diperlukan dapat
ditingkatkan
hingga dosis
maksimum 300
mg dua kali
Universitas Indonesia

sehari, pada
minggu
berikutnya.
Catatan: pada
pasien dengan
gangguan hati
tidak diperlukan
penyesuaian dosis,

25
efektifitas dan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


keamanan
pregabalin pada
pasien anak di
bawah 12 tahun
dan remaja belum
diketahui dengan
pasti, penyesuaian
dosis perlu
dilakukan pada
pasien usia lanjut,
mengingat
menurunnya
fungsi ginjal pada
kelompok usia ini.
43. R/ Proliva tablet Selenium 200 mcg, Membantu 1 tablet perhari. - Diminum 1 kali sehari
Proliva tab No. X milk thistle 300 mg, menjaga 1 tablet sesudah
S 3x1 citrus bioflavonoids kesehatan fungsi makan.
120 mg, bilberry 100 hati.
mg, α-lipoic acid 100
mg, quercetin 95% 50
mg, turmeric 40 mg,
licorice 40 mg,
dandelion 35 mg.
44. R/ Twynsta tablet 40/5 40 mg telmisartan and Pengobatan Diminum 1 kali Reaksi samping Diminum 1 kali sehari
Twynsta 40/5 mg No. mg 5 mg amlodipine hipertensi esensial sehari pada malam yang paling umum pada malam hari
Universitas Indonesia

X pada orang hari sebelum atau termasuk pusing sebelum atau sesudah
S1dd1 malam dewasa sesudah makan. dan edema perifer. makan.
Sinkop yang serius
dapat terjadi jarang
45. R/ Indexon tablet Dexamethasone Alergi serius, 3 kali sehari 1 Retensi cairan dan Diminum 2 kali sehari
Indexon tab 0,5 mg No. inflamasi yang tablet elektrolit, 1 tablet, sesudah
XV responsif terhadap peningkatan makan.
S 2x1 pc terapi kepekaan terhadap

26
kortikosteroid infeksi; hambatan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


R/ pertumbuhan;
Arcoxia 60 mg No. XV status Cushingoid;
S 2x1 pc amenore;
R/ hiperhidrosis,
gangguan mental;
Rocer 20 mg No. XV
hipertensi
S 2x1 ac intrakranial;
pankreatitis akut;
osteonekrosis
aseptic

Arcoxia tablet 60 Etorikoksib 60 mg Menghilangkan Osteoartritis, nyeri Asthina / fatigue, Diminum 2 kali sehari,
mg gejala pada kronik pusing, edema sesudah makan.
pengobatan mussculoskeletal: ekstrim ringan, Tidak dianjurkan
osteoartritis, sehari 1 x 60 mg. HTN, dispepsia, dikonsumsi bersamaan
menghilangkan Nyeri akut rasa panas dalam dengan Warfariin ,
nyeri akut pada analgesia yang perut, nausea, sakit rinampisin,
pembedahan digunakan pada kepala, ALT dan mtehorexat, ACEI,
pengobatan gigi perawatan gigi: AST meningkat. Lithium, Aspirin.
sehari 1 x 120 mg.

Rocer kapsul 20 Omeprazole Pengobatan Dewasa : 20-40 Sakit kepala, mual, Diminum 2 kali sehari,
mg jangka pendek mg/hari Untuk diare, konstipasi, sebelum makan.
untuk tukak ulkus duodenum : ruam kulit,
Universitas Indonesia

duodenal, tukak selama 2-4 kembung


lambung, refluks minggu Untuk
esofagitis, ulkus lambung,
sindrom refluks esofagitis :
Zollinger-Ellison selama 4 minggu,
dilanjutkan sampai
dengan 4 minggu
jika gejala tidak

27
membaik Untuk

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


sindrom Zollinger-
Ellison : awal 60
mg/hari.
Pemeliharaan : 20-
120 mg/hari.
Dosis > 80 mg
harus diberikan
dalam 2 dosis
terbagi..
46. R/ Imunos syrup Per 5 mL : Echinacea Suplemen nutrisi Anak > 2 tahun : 1 - Diminum 1 kali sehari
Imunos syrup No. I (EFLA 894) 500 mg, untuk menstimulir sendok takar/hari. 1 sendok the (5 ml0, di
S1dd cth 1 zinc picolinate 5 mg, sistem imun tubuh Anak <= 2 tahun : konsumsi sesudah
selenium 15 mcg selama terjadi ½ sendok makan.
infeksi saluran takar/hari.
nafas akut dan
kronik; terapi
penunjang untuk
infeksi akut dan
kronik
47. R/ Co-vitala kapsul Coenzyme Q10 50 Membantu proses 2 kapsul 1 - Diminum 1 kali sehari
Co-vitala caps No. XX mg, L-carnitine 250 metabolisme kali/hari 2 tablet.
S1dd2 mg, alpha lipoic acid lemak dan Tidak dianjurkan
50 mg karbohidrat untuk mengkonsumsi
bersamaan dengan
obat warfarin. Dan
Universitas Indonesia

tidak dianjurkan untuk


wanita hamil, laktasi.

48. R/ Scabicide cream Gameksan (gama memberantas Dioleskan tipis- Gameksan sedikit Dioleskan tipis-tipis
Scabicide cream No. I benzen heksaklorida) infeksi sekunder, tipis pada tempat banyak ditempat yang sakit 2-
Sue 10 mg yang umumnya yang sakit. merangsang selaput 3 kali sehari, setelah
R/ Asam Usnat (Usnic menyertai scabies. lendir, maka dibersihkan.
Acid) 10 mg Infeksi sekunder Scabicid tidak
Prolic 300 mg No. XVI

28
biasanya boleh terkena mata

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


S3dd1 disebabkan oleh atau selaput lendir
R/ bakteri-bakteri lainnya.
Ocuson No. X gram-positif, Obat ini tidak
S 2x1 seperti boleh digunakan
Streptokokus dan lebih dari 3 kali
Stafilokokus. berturut-turut,
Terhadap bakteri- karena penggunaan
bakteri tersebut terlalu sering
asam usnat adalah ditempat yang
sangat efektif. sama dapat
merangsang kulit.

Prolic kapsul 300 Clindamycin Pengobatan Dewasa : Infeksi Gangguan saluran Diminum 3 kali sehari
mg infeksi serius serius : 150-300 pencernaan, reaksi sesudah makan.
yang disebabkan mg tiap 6 jam. hipersensitivitas, Habiskan.
oleh bakteri Infeksi lebih berat sakit kuning,
anaaerob, : 300-450 mg tiap perubahan
Staphylococcus, 6 jam. Anak-anak hematopoietic
Pneumococcus, & : Infeksi serius : 8-
Streptococcus 16 mg/kg BB/hari.
yang rentan Infeksi lebih berat
terhadap : 16-20 mg/kg
Klindamisin. BB/hari.

Ocuson tablet Betametasone Keadaan alergi & Dewasa & anak Osteoporosis, Dimium 2 kali sehari
Universitas Indonesia

Dexchrolphelamine peradangan berusia lebih dari pankreatitis, sesudah makan.


maleat 12 tahun : 3-4 kali eritema, katarak Tidak dianjurkan
sehari 1-2 tablet. subkapsular, untuk anak di bwah
Maksimum 8 glaucoma usia 6 tahun.
tablet/hari

49. R/ Ferospat Fe pyrophosphate membantu 1 Tablet - 1 kali sehari 1 tablet.


Ferospat effervescent effervescent (microencapsulated) memenuhi effervescent /hari Dilarutkan ke dalam

29
kebutuhan zat gelas berisi air.

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


No. XX 175 mg, besi dan mineral
S1dd1 selama hamil dan
manganese sulfate 100 menyusui
mcg,

copper sulfate 100


mcg,

vit C 50 mg,

folic acid 0.5 mg,

vit B12 7.5 mcg

50. R/ Vagistin ovula Metronidazole 500 Vaginitis karena Masukkan 1 Iritasi lokal Masukkan 1 ovula/hari
Vagistin ovula No. V mg, nystatin 100.000 jamur terutama ovula/hari ke ke dalam vag selama
S1dd1 iu kandida dan dalam vag selama 7-10 hari.
trikomonas. 7-10 hari.
51. R/ Noperten tablet Lisinopril 5 mg Hipertensi, gagal Hipertensi: Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
Noperten 5 mg No. XV jantung kongestif Awal 10 mg sekali pusing, diare, 1 tablet
S2dd1 yang tidak dapat sehari, batuk, mual, ruam Sebaiknya diminum
R/ dikontrol oleh pemeliharaan 10- kulit, palpitasi, setelah makan
diuretic & 20 mg sekali nyeri dada, letargi,
ISDN 5 mg No. XXX
Universitas Indonesia

digitalis sehari urtikaria, edema


S2dd1 Gagal jantung angioneurotik
R/ kongestif:
Lansoprazole No. XV Awal 2,5 mg per
S1dd1 hari,
pemeliharaan 5-20
mg diberikan
sekali sehari

30
dalam dosis

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


tunggal
ISDN tablet Isosorbide dinitrate 5 Angina pektoris Terapi jangka Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
mg panjang: 10-20 mg hipotensi 1 tablet
3-4 kali sehari ortostatik, reflex Sebaiknya diminum
takikardia saat perut kosong
Hindari minum
bersamaan dengan
noperten, beri jeda 2-3
jam
Lansoprazole Lansoprazole 30 mg Ulkus duodenum, Ulkus duodenum: Sakit kepala, nyeri Diminum 1 kali sehari
granul dalam ulkus gaster jinak 30 mg sekali abdomen, 1 kapsul
kapsul & refluks sehari selama 4 dyspepsia, mual, Sebaiknya diminum
esofagitis minggu Ulkus muntah, mulut saat perut kosong
gaster jinak: kering, konstipasi,
30 mg sekali perut kembung,
sehari selama 8 pusing, lelah, ruam
minggu kulit, urtikaria,
Refluks esofagitis: pruritus
30 mg sekali
sehari selama 4
minggu
52. R/ Gentamisin salep Gentamisin sulfate Konjungtivitis, Digunakann pada Iritasi Digunakan pada mata
Gentamisin salep mata mata 0,3% blefaritis, blefaro- mata 2-3 kali 2 kali sehari
No. I konjungtivitis, sehari
S2dd1 keratitis, kerato-
Universitas Indonesia

konjungtivitis,
episkleritis,
dakriosistitis,
tukak kornea,
hordeleum &
infeksi pada
kelopak mata

31
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
53. R/ Nopril tablet Lisinopril dyhidrate 10 Hipertensi, gagal Hipertensi: Pusing, sakit Diminum 1 kali sehari
Nopril 10 mg No. XV mg jantung kongestif Awal 10 mg, kepala, diare, lelah, 1 tablet
S1dd1 pemeliharaan 20 batuk, mual, ruam Sebaiknya diminum
R/ mg dosis tunggal. kulit, astenia setelah makan
Dosis dapat
ISDN 5 mg No. XLV
ditingkatkan bila
S3dd1 respon terapi tidak
tercapai setelah 2-
4 minggu. Maks
80 mg
Gagal jantung
(kombinasi
dengan diuretic &
digitalis):
Awal 2,5 mg
sekali sehari,
pemeliharaan 5-20
mg per hari dosis
tunggal
ISDN tablet Isosorbide dinitrate 5 Angina pektoris Terapi jangka Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
mg panjang: 10-20 mg hipotensi 1 tablet
3-4 kali sehari ortostatik, reflex Sebaiknya diminum
takikardia saat perut kosong
Hindari minum
bersamaan dengan
Universitas Indonesia

nopril, beri jeda 2-3


jam
54. R/ Profilas sirup Ketotifen hydrogen Profilaksis jangka Anak: 0,125 Mengantuk, Diminum 2 kali sehari
Profilas syrup No. I fumarate 0,2 mg/ml panjang pada ml/kgBB, pusing, mulut 1 sendok teh
S2dd cth 1 asma bronchial, diberikan 2 kali kering Dapat menyebabkan
rhinitis alergi & sehari kantuk, hindari
dermatitis kegiatan yang
memerlukan

32
kewaspadaan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


55. R/ Acyclovir tablet Acyclovir 400 mg Herpes simpleks, Herpes simpleks: Gangguan GI, Diminum 4 kali sehari
Acyclovir 400 mg tab herpes zoster & Dewasa & anak > ruam kulit 1 tablet
No. XX varicella zoster 2 tahun 200 mg 5 Sebaiknya diminum
S4dd1 kali sehari tiap 4 bersamaan dengan
jam, < 2 tahun ½ makanan
dosis dewasa Harus dihabiskan
Herpes zoster:
Dewasa 800 mg 5
kali sehari tiap 4
jam selama 7 hari,
anak > 6 tahun
800 mg 4 kali
sehari selama 5
hari, anak < 6
tahun 200-400 mg
4 kali sehari
selama 5 hari
56. R/ Primolut N tablet Norethisterone 5 mg Perdarahan Perdarahan Perubahan dalam Diminum 2 kali sehari
Primolut N No. X disfungsional, disfungsional: bentuk perdarahan, 1 tablet
S2dd1 amenore primer & 1 tab 3 kali sehari gangguan Hindari penggunaan
sekunder, sindrom selama 10 hari penglihatan, mual, saat hamil & menyusui
pra-menstruasi, Amenore primer sakit kepala,
mastopati siklik, & sekunder: edema, migren,
pengaturan haid, 1 tab 1-2 kali dispnea, reaksi
endometriosis sehari selama 10 hipersensitivitas
Universitas Indonesia

hari
Sindrom pra-
menstruasi:
1 tab1-3 kali
sehari
Pengaturan haid:
1 tab 2-3 kali
sehari tidak lebih

33
dari 10-14 hari

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


dimulai 3 hari
sebelum
menstruasi yang
diharapkan
Endometriosis:
Dimulai pada hari
ke 1-5 dari siklus
dengan dosis 1 tab
2 kali sehari.
Pengobatan dapat
dilanjutkan selama
4-6 bulan
57. R/ Hyperil tablet Ramipril 5 mg Hipertensi, gagal Hipertensi: Reaksi Diminum 2 kali sehari
Hyperil 5 mg No. XV jantung kongestif Awal tanpa anafilaktoid, 1 tablet
S2dd1 diuretik 2,5 mg gangguan KV,
R/ sekali sehari, gangguan
pemeliharaan 2,5- hematologi,
Nitrokaf 2,5 mg No.
5 mg per hari gangguan ginjal,
XV terbagi dalam 1-2 edema
S1dd1 dosis. Bila TD angioneurotik,
tidak dapat batuk tidak
dikontrol, produktif,
kombinasikan gangguan GI,
dengan diuretik gangguan kulit,
gangguan
Universitas Indonesia

neurologic &
psikiatrik
Nitrokaf kapsul Glyceryl trinitrate 2,5 Pencegahan & 2,5 mg 2-3 kali Hipotensi Diminum 1 kali sehari
mg terapi jangka sehari ortostatik, reflex 1 tablet
panjang angina takikardi, aritmia Sebaiknya diminum
pektoris bradikardi, sakit saat perut kosong, 1
kepala, mengantuk, jam sebelum makan
ruam kulit Dapat menyebabkan

34
kantuk, hindari

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


mengemudi &
kegiatan yang
memerlukan
kewaspadaan
58. R/ Prolacta kapsul gel Minyak ikan alami Suplemen bagi 1 kapsul sekali - Diminum 1 kali sehari
Prolacta No. XXX lunak mengandung DHA ibu hamil untuk sehari 1 kapsul
S2dd1 214 mg, EPA 20 mg, mempercepat Cara meminumnya
R/ vit E 10 mg pertumbuhan otak potong kapsul lalu
fetus & keluarkan isinya ke
Cal-95 No. XXX
mencukupi dalam sendok atau
S2dd1 kebutuhan nutrisi makanan
yang meningkat
Cal-95 kapsul salut Coral Ca 500 mg, Terapi suportif 1 kapsul 1-3 kali - Diminum 2 kali sehari
selaput isoflavone 20 mg, vit untuk sehari 1 kapsul
D3 200 iu, vit K 25 osteoporosis.
mcg, Mg 100 mg, Zn 5 Peningkatan
mg, boron 1 mg kebutuhan akan
Ca, misalnya pada
anak masa
pertumbuhan,
hamil &
menyusui
59. R/ Ritez sirup Cetirizine HCl 5 mg/5 Alergi rhinitis Dewasa & anak ≥ Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
Ritez syrup No. I ml musiman, alergi 12 tahun: 2 sendok pusng, mengantuk, 1 sendok teh
S2dd cth 1 rhinitis tahunan, teh sehari agitasi, mulut Dapat menyebabkan
Universitas Indonesia

urtikaria kronis Anak 6-11 tahun: kering, rasa tidak kantuk, hindari
idiopatik 1-2 sendok teh enak pada GI, mengemudi &
sehari reaksi kegiatan yang
Anak 2-5 tahun: hipersensitivitas memerlukan
½-1 sendok teh kewaspadaan
sehari

35
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
60. R/ Ocuson tablet Betamethasone 0,25 Alergi & Dewasa & anak > Osteoporosis, Diminum 3 kali sehari
Ocuson No. VI mg, dex- inflamasi 12 tahun: awal 1-2 pancreatitis, ½ tablet
S3dd½ chlorpheniramine tab 3-4 kali sehari, eritema, katarak
R/ maleat 2 mg maks 8 tab per subskapsular,
hari glaukoma
Cefat 250 mg No. X
Cefat kapsul Cefadroxil Infeksi saluran Dewasa: 1-2 g per Gangguan GI, Diminum 2 kali sehari
S2dd1 monohydrate 250 mg nafas, kulit & hari terbagi dalam reaksi 1 kapsul
jaringan lunak, 2 dosis tiap 12 jam hipersensitivitas. Sebaiknya diminum
ISK & infeksi Anak: 25-50 Jarang kolitis bersamaan dengan
kelamin,, mg/kgBB/hari pseudomembran makanan
osteomielitis, terbagi dalam 2 Harus dihabiskan
arthritis, dosis
septikemia,
peritonitis, sepsis
puerperium
61. R/ Biolincom kapsul Lincomycin HCl 500 Infeksi berat oleh Dewasa: 500 mg Gangguan GI, Diminum 3 kali sehari
Biolincom 500 mg No. mg bakteri gram + 3-4 kali sehari reaksi 1 kapsul
X yang rentan, Bayi > 1 bulan: hipersensitivitas Sebaiknya diminum 1
S3dd1 strain strep, 30-60 mg/kgBB/ jam sebelum makan
pneumokokus & hari terbagi dalam atau 2 jam setelah
R/
staph 3-4 dosis makan
Mefinal 500 mg No. VI Harus dihabiskan
S3dd1 Mefinal kapsul Asam mefenamat 500 Nyeri pada Dewasa & anak > Gangguan GI & Diminum 3 kali sehari
mg reumatik akut & 14 tahun: awal perdarahan, ulkus 1 kapsul
kronis, luka 500 mg, kemudian peptikum, sakit Sebaiknya diminum
Universitas Indonesia

jaringan lunak, 250 mg tiap 6 jam kepala, mengantuk, segera setelah makan
pegal otot & Anak > 6 bulan: 3- pusing, cemas, Dapat menyebabkan
sendi, dismenore, 6,5 mg/kgBB tiap gangguan visual, kantuk, hindari
sakit kepala, gigi, 6 jam. Maks 7 hari ruam kulit, mengemudi &
nyeri pasca bedah diskrasia darah, kegiatan yang
nefropati memerlukan
kewaspadaan
62. R/ Mucera drops Ambroxol 15 mg/ml Penyakit saluran Anak 6-12 tahun: Gangguan GI, Diminum 3 kali sehari

36
Mucera drops No. I pernafasan akut & 1 ml drops 2-3 reaksi 0,5 ml

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


S3dd 0,5 ml kronis disertai kali sehari hipersensitivitas Cara meminumnya
bronchial Anak 2-6 tahun: teteskan drops ke
abnormal 0,5 ml drops 3 kali dalam sendok terlebih
sehari dahulu untuk
Anak <2 tahun: memudahkan
0,5 ml drops 2 kali Sebaiknya diminum
sehari setelah makan
63. R/ Fladystin ovula Metronidazole 500 Pengobatan 1-2 ovula per hari Gangguan GI, Diberikan sekali sehari
Fladystin ovula No. IV mg, nystatin 100.000 vaginitis terutama dimasukkan ke reaksi 1 ovula
S1dd1 iu karena dalam vagina. hipersensitivitas, Cara pemberiannya
Trichomonas Berikan pada gangguan dimasukkan ke dalam
vaginalis & malam hari selama neurologic, vagina pada malam
Candida albicans 5-10 hari leucopenia, hari
trombositopenia,
peningkatan kadar
enzim hati, ikterus
kolestatik
64. R/ Cefspan kapsul Cefixime 50 mg ISK tanpa Dewasa & anak ≥ Syok, Diminum 2 kali sehari
Cefspan No. X komplikasi, otitis 30 kg: 50-100 mg hipersensitivitas, 1 kapsul
S2dd1 media, faringitis, 2 kali sehari, gangguan Sebaiknya diminum
R/ tonsillitis, untuk infeksi berat hematologi, setelah makan
bronchitis akut & 200 mg 2 kali gangguan GI, Harus dihabiskan
Kaltrofen No. VI
eksaserbasi akut sehari defisiensi vit K
S1dd1 Kaltrofen tablet Ketoprofen 50 mg Pengobatan 50 mg 3-4 kali Dispepsia, mual, Diminum sekali sehari
salut enterik simptomatis pada sehari atau 100 mg muntah, nyeri 1 tablet
Universitas Indonesia

AR, OA, gout 2-3 kali sehari abdomen, sakit Sebaiknya diminum
akut & spondilitis kepala, pusing, segera setelah makan
ankilosa tinnitus, gangguan Telan utuh, jangan
penglihatan, ruam dikunyah/ dihancurkan
& gangguan fungsi
ginjal
65. R/ Olmetec tablet salut Olmesartan Hipertensi Dewasa: awal 20 Pusing, bronchitis, Diminum sekali sehari
Olmetec Plus 40 mg selaput medoxomil 40 mg esensial mg sekali sehari, batuk, faringitis, 1 tablet pada pagi hari

37
dapat ditingkatkan rhinitis, nyeri Hindari penggunaan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


No. III maks 40 mg per abdomen, diare, saat hamil & menyusui
S1dd1 pagi hari atau gastroenteritis,
dikombinasikan mual, arthritis,
dengan HCT nyeri punggung,
nyeri tulang,
hematuria, ISK,
nyeri dada, rasa
lelah, gejala
menyerupai flu,
edema perifer,
dyspepsia & nyeri
66. R/ Adalat OROS Nifedipine GITS 30 Hipertensi, angina 1 tablet sekali Asthenia, edema Diminum sekali sehari
Adalat Oros 30 mg No. tablet mg pektoris kronik sehari perifer, palpitasi, 1 tablet
XXX stabil, angina sakit kepala, edema Hindari diminum
S1dd1 pektoris paska & vasodilatasi, bersamaan dengan jus
infark miokard konstipasi, pusing anggur
R/
Telan utuh, jangan
Interpril 10 mg No. dikunyah/ dihancurkan
XXX Interpril tablet Lisinopril 10 mg Hipertensi, gagal Hipertensi: Pusing, sakit Diminum sekali sehari
S1dd1 jantung kongestif Awal 2,5 mg per kepala, lesu, batuk, 1 tablet
hari, pemeliharaan mual, ruam kulit, Kontrol asupan kalium
10-20 mg per hari, angioneurotik saat menggunakan
maks 40 mg per edema interpril
hari hiperkalemia
Gagal jantung
Universitas Indonesia

kongestif:
Awal 2,5 mg per
hari, pemeliharaan
10-20 mg per hari,
67. R/ Nutrivision tablet GliSODin 37,5 mg, β- Suplemen untuk 1 kapsul sekali - Diminum sekali sehari
Nutrivision tab No. X carotene 5000 iu, membantu sehari 1 kapsul
S1dd1 vitamin C 187,5 mg, menjaga Sebaiknya diminum
vitamin E 50 iu, kesehatan mata setelah makan

38
vitamin B2 6,25 mg, Hindari penggunaan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


selenium 17,5 mcg, Zn saat hamil & menyusui
3,75 mg, chromium 30
mcg, lutein 2,5 mg,
rutin 12,5 mg,
quercerin 12,5 mg,
taurine 25 mg, carrot
root 25 mg, citrus
bioflavonoids 31,25
mg, N-Acetyl L-
Cysteine (NAC) 25
mg, bilberry fruit
extrak 1,25 mg, L-
glutathione 1,25 mg,
zeaxanthin 0,25 mg,
BioAstin Astaxanthin
125 mcg, zanthin 125
mcg, Futurebiotics
BioAccelerators 5,75
mg
68. R/ Gentasolon krim Fluccinolone Pengobatan Dioleskan 2-3 kali Kulit kering, Dioleskan pada bagian
Gentasolon cream No. I acetonide 0,025%, topikal dermatitis sehari pruritus, iritasi, yang sakit setipis
Sue gentamicin sulfate rasa terbakar/pedih, mungkin
0,1% hiperkortisme, Hindari penggunaan
gatal, folikulitis, pada jangka panjang &
hipertrikosis, pada kehamilan
Universitas Indonesia

hipopigmentasi,
dermatitis perioral,
erupsi seperti
jerawat, dermatitis
kontak & alergik,
kulit menjadi lunak
& tipis, infeksi
sekunder, striae &

39
milliaria

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


69. R/ Metformin tablet Metformin 500 mg NIDDM, terapi Awal 500 mg 3 Gangguan GI, Diminum sekali sehari
Metformin 500 mg No. salut selaput penunjang IDDM kali sehari, maks 3 asidosis laktat 2 tablet
LX g per hari Sebaiknya diminum
S2dd1 bersamaan dengan
makanan atau setelah
R/
makan
Neurodex No. XXX Hentikan terapi segera
S1dd1 jika terjadi asidosis
R/ Neurodex drag Vit B1 100 mg, vit B6 Gejala neutropik 1 drag 2-3 kali - Diminum sekali sehari
Glimepiride 1 mg No. 200 mg, vit B12 200 karena defisiensi sehari 1 tablet
XV mcg vitamin, Sebaiknya diminum
S1dd½ gangguan bersamaan dengan
neurologik, mual makanan
& muntah pada
kehamilan,
anemia

Glimepiride tablet Glimepiride 1 mg Tambahan terapi Awal 1 mg sekali Hipoglikemia, Diminum sekali sehari
terhadap diet & sehari, gangguan ½ tablet
olahraga untuk pemeliharaan 1- 4 penglihatan Sebaiknya diminum
NIDDM. Dapat mg per hari, pada sementara, segera sebelum makan
digunakan kasus tertentu gangguan GI. besar pada tiap harinya
bersamaan diberikan hingga 8 Jarang: & jangan mengurangi
dengan metformin mg trombopenia, jadwal makan
& insulin anemia hemolitik,
Universitas Indonesia

eritrositopenia,
leukopenia,
agranulositosis
70. R/ Levofloxacin tablet Levofloxacin 500 mg Kronik bronkitis, Dewasa: 500mg Gangguan GI, sakit Diminum 1 kali sehari
Levofloxacin 500 mg pneuminia, selama 7 hari. kepala, insomnia, 1 tablet
No. X sinusitis, infeksi depresi, halusinasi. Sebaiknya diminum
S1dd1 pc kulit, Infeksi sebelum atau setelah
makan
R/

40
Harus dihabiskan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


Paracetamol No. XV Paracetamol kaplet Paracetamol 500 mg Analgesik, Dewasa: 3x 1 tab Kerusakan liver, Diminum 1 kali sehari
S3dd1 pc antipiretik iritasi lambung, 3 tablet
R/ mual, muntah Sebaiknya diminum
Lansoprazole No. VII sebelum atau setelah
makan
S1dd1 ac
Lansoprazole Lansoprazole 30 mg Ulkus duodenum, Ulkus duodenum: Sakit kepala, nyeri Diminum 1 kali sehari
granul dalam ulkus gaster jinak 30 mg sekali abdomen, 1 kapsul
kapsul & refluks sehari selama 4 dyspepsia, mual, Sebaiknya diminum
esofagitis minggu Ulkus muntah, mulut saat perut kosong
gaster jinak: kering, konstipasi,
30 mg sekali perut kembung,
sehari selama 8 pusing, lelah, ruam
minggu kulit, urtikaria,
Refluks esofagitis: pruritus
30 mg sekali
sehari selama 4
minggu
71. R/ Tomit tablet Metoclopramide HCl Refluks Dewasa: 10 mg 3 Reaksi Diminum 3 kali sehari
Tomit 10 mg No. XV 10 mg esofagitis, kali sehari ekstrapiramidal, 1 tablet
S3dd1 mencegah/ Anak 6-14 tahun: pusing, lesu, Sebaiknya diminum
mengurangi 2,5-5 mg 3 kali mengantuk, sakit saat perut kosong, ½
muntah akibat sehari kepala, depresi, jam sebelum makan
radiasi & paska Anak <6 tahun: cepat lelah, Dapat menyebabkan
bedah 0,1 mg/kgBB gangguan GI, kantuk, hindari
hipertensi mengemudi &
Universitas Indonesia

kegiatan yang
memerlukan
kewaspadaan
72. R/ Catapres tablet Clonidine HCl 0,075 Hipertensi Awal 0,075-0,15 Mulut kering, Diminum 1 kali sehari
Catapres 75 mcg No. X mg mg per hari, dapat sedasi, rasa lelah 1 tablet pada malam
S1dd1 ditingkatkan hari
setelah 2-4
minggu, pada

41
hipertensi berat

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


dapat ditingkatkan
0,3 mg 3 kali
sehari
73. R/ Nipe sirup Isothipendyl HCl 2 Untuk meredakan Anak >6 tahun: 10 Gugup, insomnia, Diminum 3 kali sehari
Nipe syrup No. I mg, acetaminophen gejala influenza ml 3-4 kali sehari, sakit kepala, mual 1 sendok takar 5 ml
S3dd 5 ml 120 mg, phenylephrine anak 2-6 tahun: 5 & iritasi lambung. Dapat diminum saat
HCl 5 mg ml 3-4 kali sehari Pada dosis tinggi perut kosong maupun
dapat bersamaan dengan
menyebabkan makanan
kerusakan hati
74. R/ Urdafalk tablet Ursodeoxycholic acid Batu empedu 8-10 mg/kgBB/hr diare, ruam kulit, Diminum 2 kali sehari
Urdafalk tab No. LX tembus sinar X dg dibagi dlm 2-3 gatal - gatal 1 tablet
S2dd1 diameter ≤ 20 mm dosis
R/ Pasien dg risiko
tinggi jika op atau
Zyloric No. XXX
pasien yg
S1dd1 siang menolak op
kandung empedu
Penderita usia
lanjut & penderita
dg reaksi
idiosinkrasi thd
anestesi umum &
pasien yg
menolak
Universitas Indonesia

intervensi bedah
Zyloric tablet Allupurinol 100 mg Artritis gout dan Dewasa: awal Reaksi kulit, Diminum 1 kali sehari
produksi asam sehari 100 mg . gangguan GI, diare 1 tablet pada siang hari
urat berlebihan Maks sehari 800
mg
75. R/ Valdoxan tablet Agomelatine 25 mg Depresi Sekali sehari 1 Nyeri punggung, Sebaiknya obat
Valdoxan 25 mg No. tablet konstipasi, diare, diminum pada malam
XXX merasa cemas, hari, 1-2 jam sebelum

42
sakit kepala,

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


S1dd1 malam berkeringat, tidur
R/ mengantuk, mual, Dapat menyebabkan
Alganax 0,5 mg No. muntah, nyeri kantuk, hindari
XXX abdomen, mengemudi &
kelelahan kegiatan yang
S1dd1 malam
memerlukan
kewaspadaan
Alganax tablet Alprazolam 0,5 mg Ansietas, ansietas Ansietas: dosis Mengantuk, Obat diminum hanya
yang awal, 0,75-1,5 mg kelemahan otot, bila diperlukan, 1 kali
berhubungan dalam dosis ataksia, amnesia, sehari 1 tablet
dengan depresi, terbagi, dosis depresi light-
Sebaiknya obat
gangguan panik lazim sehari 0,5- headness, bingung,
dengan atau tanpa 4,0 mg dalam halusinasi, blurred diminum pada malam
agoraphobia dosis terbagi vision hari, 1-2 jam sebelum
tidur
Dapat menyebabkan
kantuk, hindari
mengemudi &
kegiatan yang
memerlukan
kewaspadaan
76. R/ Polycrol tablet Metilpolisiloksan 125 Hiperasiditas 1 tab 3-4 x/hari Mual (jarang) Diminum 3 kali sehari
Polycrol 400 mg tab mg (125mg), Mg- lambung 1 tablet. Diberikan 1
No. XV hidroksida 400 mg jam sesuadah makan
Universitas Indonesia

S3dd1 (400 mg), Al- dan menjelang tidur


hidroksida koloidal malam
400 mg ( 400 mg) / 5
ml jeli (jeli forte)
77. R/ Arcoxia tablet salut Etorikoksib 60 mg Menghilangkan Osteoatritis, nyeri Asthenia/fatigue, Diminum 1 kali sehari
Arcoxia 60 No. V selaput gejala pada kronik, pusing, edema 1 tablet
S1dd1 pengobatan mussculoskeletal: ekstrim ringan,
osteoatritik, sehari 1x60. Nyeri HTN, dispepsia,

43
menghilangkan akut analgesia rasa panas dal

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


nyeri kronik, yang digunakan perut, nausea, sakit
muskuloskeletal, pada perawatan kepala, ALT, dan
menghilangkan gigi:sehari 1x120 AST meningkat
nyeri akut pada mg
pengobatan gigi
78. R/ Ixor tablet Roksitromisin 150 mg Infeksi THT, sal Dws: 1 tab Mual, muntah, Diminum 2 kali sehari
Ixor No. XIV nafar, sal 2x/hari. Anak 5-8 nyeri abdomen. 1 tablet. Dihabiskan.
S2dd1 urogenital, kulit, mg/kg/BB/hari Reaksi alergi kulit Diberikan sebelum
dan jaringan dalam dua dosis makan
lunak dan lama terapi
maks 10 hari
79. R/ Keto-Cote gel Polysiloxane, silicon Penanganan awal Oleskan titip-tipis Belum ada laporan Dioleskan tipis pada
Kelo-Cote gel 6 gr No. dioxide utk jaringan parut pada daerah yang daerah yang
I 15% baru & lama, membutuhkan membutuhkan
Sue teruta,a utk 2x/hari. Biarkan
pengobatan & kering. Lama
pencegahan jar terapi yang
parut dianjurkan : min
hipertrofik/keloid 60-90 hr
akibat
pembedahan
umum (pascaop),
trauma, luka
bakar & luka, dll
80. R/ Tensivask tablet Amlodipine besilate 5 Hipertensi; Hipertensi: sehari Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
Universitas Indonesia

Tensivask 5 No. XXX mg iskemia jantung 1x5 mg, maks 100 edema, lelah, mual, 1 tablet
S2dd1 karena angina mg. Pasien dengan flushing, pusing
R/ stabil, angina disfungsi hati,
Prinzmetal atau lansia, dan bayi,
Fritens 150 No. XXX
varian mulai sehari 1x2,5
S2dd1 mg. Angina stabil
kronik atau
Prinzmetal 5-10

44
mg

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


Fritens kaplet Irbesartan 150 mg Hipertensi Awal dan Sakit kepala, Diminum 2 kali sehari
esensial pemeliharaan trauma muskulo- 1 kaplet
sehari 1x150 mg. skeletal, rash
Dosis dapat
ditingkatkan s/d
300 mg/hari
81. R/ Prolic kapsul Klindamisin HCl 300 Infeksi saluran Infeksi berat: Kolitis, sakit perut, Diminum 3 kali sehari
Prolic 300 No. XX mg pernapasan, Anak, 8-16 mual, muntah, 1 kapsul
S3dd1 pc septikemia, kulit, mg/kbBB/hari diare Dihabiskan
Habiskan dan jaringan dalam 3-4 dosis
lunak, intra bagi; dws, 150-
abdominal, 300 g setiap 6 jam.
panggul, dan sal Infeksi lebih berat:
reproduksi Anak, 16-20
mg/kgBB/hari dlm
3-4 dossis bagi;
dws, 300-450 mg
setiap 6 jam
82. R/ Mezatrin kapsul Azitromisin 250 mg Infeksi sal nafas Penderita berumur Mual, nyeri perut, Diminum 2 kali sehari
Mezatrin No. X atas dan bawah, >16 thn: infeksi muntah, kembung, 1 kapsul
S2dd1 kulit, dan struktur sal pernafasan atas dan diare, palpitasi, Dihabiskan
kulit, peny. Yang dan bawah, infeksi nyeri dada,
ditularkan melalui kulit dan struktur dispepsia,
hubungan seks kulit tidak flatulansi, vomitus,
terkomplikasi; hari melena dan
Universitas Indonesia

pertama 500 mg jaundice kolestatik,


sbg dosis tunggal; monilia, vaginitis,
hari kedua sampai dan nefritis,
kelima: sehari 250 pusing, sakit
mg, jumlah kepala, vertigo,
pemakaian mengatuk, letih,
seluruhnya selama ruam,
5 hari 1,5 gram; fotosensitivitas,

45
servictis dan dan angioedema.

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


uretritis non
gonokokal

83. R/ Cravox tablet salut Levofloxacin Eksaserbasi, Dws Eksaserbasi Ggn GI, sakit Diminum sekali sehari
Cravox 500 No. VI selaput pneumonia, akut dr bronkitis kepala, 1 tablet
S1dd1 sinusitis kronik 500 insomnia,mengantu Dihabiskan
maksilaris, infkesi mg/harii selama 7 k, gangguan tidur, Pastikan kecukupan
kulit dan ISK hari. Pneumonia ansietas, depresi, kebutuhan cairan
yang diadapat dari halusinasi, rekasi
masyarakat 500 psikotik, ggn
mg/hr selama 7-14 pengecapan, ruam
hari. Sinusitis kulit, gatal,
maksilaris akut urtikaria, edema,
500mg.hari keringat
selama 10-14 hari. berlebihan,
Infeksi kulit dan vaginitis,
struktur kulit tdk moniliasis gential,
terkomplikasi 500 lekore,td enak
mg.hari selama 7- badan, lelah
10 hari, ISK
terkomplikasi,
pielenefritis akut
250 mg/hari
84. R/ Utrogestan kapsul Progesteron 100 mg Terapi pergantian 200 mg pada Gangguan GI, rash Diminum 1 kali sehari
Utrogestan 100 No. hormon waktu istirahat 1 kapsul
Universitas Indonesia

XXX
S1dd1
85. R/ Valvir kaplet salut Valasiklovir 500 mg Herpes zoster, Herpes zoster: Jarang, sakit Diminum 3 kali sehari
Valvir 500 No. XV selaput herpes simpleks Sehari 3 x 2 kapl kepala, mual, 1 kaplet
S3dd1 tipe 1 dan 2 selama 7 hari; gangguan ginjal Dihabiskan
Herpes simpleks
episode 1: sehari 2
x 1 kapl selama 10

46
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
hari; Episode
kambuh: Sehari 2
x 1 kapl selama 5
hari; Terapi
supresif: Sehari 1
x 1 kapl selama 6
bulan
86. R/ Duodart kapsul Dutasterid 500 mcg, Hiperplasia Sehari 1 kapsul Impotensi, Satu kapsul per hari.
Duodart cap No. XXX tamsulosin HCl 400 prostat penurunan libido, Diminum 30 menit
S1dd1 mcg kesulitan ejakulasi setelah makan
87. R/ Interhistin tablet Mebhidrolin Alergi termasuk Dws dan anak > Mual, muntah, Diminum 1 kali sehari
Interhistin No. X napadisilat 50 mg urtikaria, rinitis 10 thn : Sehari 2-6 mulut kering, 1 tablet
S1dd1 tab atau 2-6 sdtk; penglihatan kabur
R/ anak 5-10 thn:
sehari 2-4 tab atau
Telfast 180 No. X
2-4 sdtk; 2-5 thn:
S1dd1 sehari 1-3 tab atau
1-3 sdtk; anak <
2thn : sehari 1-2
sdtk, diberikan
dalam dosis
terbagi
Telfast HD tablet Feksofenadin HCl 180 Pengobatan gejala Sehari 1 tablet Sakit kepala, susah Diminum 1 kali sehari
mg alergi sprt rinitis tidur, mual, 1 tablet
alergi dan muntah, mulut
Universitas Indonesia

urtikaria idiopatik kering


kronik
88. R/ Meloxicam tablet Meloxicam 15 mg OA, AR OA: 7,5 mg sekali Gangguaan GI, Diminum 1 kali sehari
Meloxicam 15 No. X sehari, edema, nyeri, 1 tablet
S1dd1 ditingkatkan pusing, sakit
menjadi 15 mg kepala, anemia,
sekali sehari artralgia, nyeri
AR: 15 mg sekali punggung,

47
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
sehari, dikurangi insomnia, batuk,
menjadi 7,5 mg infeksi saluran
sekali sehari pernafasan, ruam
kulit, pruritus,
sering berkemih,
ISK
89. R/ Patanol eyedrop Olopatin HCl 0,1% Pengobatan tanda Sehari 2 x 1 tetes Sakit kepala, Diteteskan 2 kali
Patanol ED No. 1 dan gejala pada tiap mata astenia, sehari pada mata
S2dd gtt ODS konjungtivitis yang sakit dengan penglihatan kabur, sebelah kanan, bila
Bila gatal alergi interval 6-8 jam rasa terbakar, stsu gatal
tersengat, gejala
yang menyerupai
flu, mata kering ,
sensasi pada mata
spt kemasukan
benda asing,
hiperemia,
hipersensilivitas,
keratitis, edema
kelopak mata,
mual, faringitis,
pruritus, rinitis,
sinusitis, ggn daya
pengecap.
90. R/ Sistenol kaplet Parasetamol 500 mg, Demam, sakit Dws & anak >11 Jarang: reaksi Diminum 3 kali sehari
Universitas Indonesia

Sistenol No. X salut selaput asetil sisteina 200 mg kepala, dan tahun 1 kaplet 3 alergi, mual 1 kaplet
S3dd1 kondisi nyeri kali sehari, 6-11
ringan sampai tahun ½-1 kaplet 3
sedang lainnya, kali sehari, 1-5
mukolitik tahun ¼-1/2 kaplet
3 kali sehari
91. R/ Glucosamine tablet Glukosamin 500 mg Memelihara BB < 55 kg: sehari Jarang: gangguan Diminum 3 kali sehari
Glucosamin 500 No. kesehatan 3 x 1 tab; BB > 55 GI 1 tablet

48
persendian kg: sehari 3 x 2

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


XXI tab
S3dd1
92. R/ Cinolon krim Fluosinolon asetonid Meredakan Oleskan pada Hipersensitivitas Dioleskan 2 kali sehari
Cinolon Cr 10 gr No. I 0,25 mg/g inflamasi dan tempat yang sakit, pada tempat yang sakit
S2dd (Sue) prurtus pada sehari 3-4x setipis mungkin
dermatonis yang
responsif oleh
kortikosetroid,
peny. Kulit
disebabkan alergi,
inflamasi, pruritus
93. R/ Temisil krim Terninafine HCl 1% Terapi topikal Oleskan 1-2 x per Iritas lokal, Dioleskan 3 kali sehari
Temisil Cr 10 gr No.1 untuk tinea pedis, hari. Tinea pedis: eritema, kulit terasa pada tempat yang sakit
Sue 3x kruris, korposis 2-4 minggu. Tinea terbakar & kering setipis mungkin
korposis/kruris: 1-
2 minggu
94. R/ Methiason tablet Metionin 100 mg, Ggn fungsi hati Sehari 3x 2-3 tab - Diminum 1 kali sehari
Methioson No. X kolin bitartrat 100 mg, misalnya pada setelah makan 1 sehari
S1dd1 vit-B1 2 mg, vit-B2 2 peny. Kuning, zat
mg, nikotinamid 6 mg, hepatotoksik dan
vit-B6 2 mg, infeksi, infiltrasi
pantotenat 3 mg, lemak
biotin 0,1 mg, asam
folat 0,4 mg, vit-B12
0,67 mcg, vit-E 3 mg
Universitas Indonesia

95. R/ Kalnex tablet Asam traneksamat 250 Fibrinolisis dan Sehari 3-4x 1 Gangguan GI, Diminum 3 kali sehari
Kalnex 250 mg mg epitaksis lokal, tablet mual, pusing,
dain pulv prostetktomi, muntah, anoreksia,
S3dd1 No. IX konisasi serviks, eksantema & sakit
edema kepala
angioneurotik,
pendarahan
abnormal

49
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
96. R/ Glimepiride tablet Glimepiride 3 mg Tambahan terapi Awal 1 mg sekali Hipoglikemia, Diminum sekali sehari
Glimepiride 3 No. terhadap diet & sehari, gangguan 1 tablet
XXX olahraga untuk pemeliharaan 1- 4 penglihatan Sebaiknya diminum
S1dd ac pagi NIDDM. Dapat mg per hari, pada sementara, segera sebelum makan
digunakan kasus tertentu gangguan GI. besar pada tiap harinya
bersamaan diberikan hingga 8 Jarang: & jangan mengurangi
dengan metformin mg trombopenia, jadwal makan
& insulin anemia hemolitik,
eritrositopenia,
leukopenia,
agranulositosis
97. R/ Amoksan kapsul Amoksisiklin 500 mg Infeksi saluran Awal: 500 mg, Ggn GI & Diminum 3 kali sehari
Amoksan cap 500 mg napas, GUT, kulit kmd 250 mg tiap 6 perdarahan, ulkus 1 tab, segera sesudah
No. X & jaringan lunak jam k/p Maks. 7 peptikum; sakit makan
S3dd1 karena rentan hari kepala, mengantuk,
organisme gram + pusing, cemas;
R/
dan Gram - ganguan visual,
Mefinal 500 No. X ruam kulit,
S3dd1 diskarasia darah,
R/ nefropati
Danocrine 200 No. Mefinal kapsul Asam mefenamat 500 Nyeri pada Dewasa & anak > Gangguan GI & Diminum 3 kali sehari
XXX mg reumatik akut & 14 tahun: awal perdarahan, ulkus 1 kapsul
S2dd1 kronis, luka 500 mg, kemudian peptikum, sakit Sebaiknya diminum
jaringan lunak, 250 mg tiap 6 jam kepala, mengantuk, segera setelah makan
pegal otot & Anak > 6 bulan: 3- pusing, cemas, Dapat menyebabkan
Universitas Indonesia

sendi, dismenore, 6,5 mg/kgBB tiap gangguan visual, kantuk, hindari


sakit kepala, gigi, 6 jam. Maks 7 hari ruam kulit, mengemudi &
nyeri pasca bedah diskrasia darah, kegiatan yang
nefropati memerlukan
kewaspadaan
Danocrine kapsul Danzol 200 mg Endometriosis, Dws: 200-800 mg Akne, edema, Diminum 1 kali sehari,
mastalgia, kista /hari terbagi dalam hirsutisme ringan, secara konsisten, tanpa
payudara jinak, 4 dosis pengecilan ukuran atau selalu dengan

50
penarahan uterin, payudara makanan

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


ginekomastia
98. R/ Burnazin krim Silver sulfadiazine 10 Luka bakar semua Oleskan 1-2 kali - Dioleskan 1-2 kali
Burnazin Cr 35 No. I mg/g derajat sehari sehari pada tempat
Sue yang sakit setipis
mungkin
99. R/ Ubi Q kapsul Coenzym Q10 Antioksidan Sehari 1 kaps, jika 1 kaps/ hari, jika Diminum 3 kali sehari
Ubi Q 30 No. X diperlukan dosis perlu dosis tinggi, 1 kapsul
S1dd1 tinggi, dapat dpt diberikan Sebaiknya diminum
R/ diberikan samapai sampai 3 kaps/hari setelah makan
sehari 3 kaps.
Hyperil 2,5 No. X
Hyperil tablet Ramipril 5 mg Hipertensi, gagal Hipertensi: Reaksi Diminum 2 kali sehari
S1dd1 jantung kongestif Awal tanpa anafilaktoid, 1 tablet
diuretik 2,5 mg gangguan KV,
sekali sehari, gangguan
pemeliharaan 2,5- hematologi,
5 mg per hari gangguan ginjal,
terbagi dalam 1-2 edema
dosis. Bila TD angioneurotik,
tidak dapat batuk tidak
dikontrol, produktif,
kombinasikan gangguan GI,
dengan diuretik gangguan kulit,
gangguan
neurologic &
psikiatrik
Universitas Indonesia

100. R/ Biolincom kapsul Lincomycin HCl 500 Infeksi berat oleh Dewasa: 500 mg Gangguan GI, Diminum 3 kali sehari
Biolincom 500 No. XV mg bakteri gram + 3-4 kali sehari reaksi 1 kapsul
S3dd1 yang rentan, Bayi > 1 bulan: hipersensitivitas Sebaiknya diminum 1
R/ strain strep, 30-60 mg/kgBB/ jam sebelum makan
pneumokokus & hari terbagi dalam atau 2 jam setelah
Cataflam 50 No. X
staph 3-4 dosis makan
S3dd1 Harus dihabiskan
R/ Cataflam tablet Kalium diklofenak 50 Pengobatan Dewasa : awal Gangguan GI Diminum 3 kali sehari

51
Mefinal 500 No. X mg jangka panjang 100-150 mg seperti mual, diare, 1 tablet

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


S3dd1 untuk nyeri dan sehari. Tidak kejang perut, Sebaiknya diminum
inflamasi boleh untuk dispepsia, setelah makan
anakKadang- kembung,
kadang nyeri snoreksia, sakit
epigastrum, sakit kepala, pusing,
kepala, pusing, vertiligo, erupsi
atau vertigo, ruam kulit, atau ruam,
kulit peningkatan
transaminase dalam
serum
Mefinal kapsul Asam mefenamat 500 Nyeri pada Dewasa & anak > Gangguan GI & Diminum 3 kali sehari
mg reumatik akut & 14 tahun: awal perdarahan, ulkus 1 kapsul
kronis, luka 500 mg, kemudian peptikum, sakit Sebaiknya diminum
jaringan lunak, 250 mg tiap 6 jam kepala, mengantuk, segera setelah makan
pegal otot & Anak > 6 bulan: 3- pusing, cemas, Dapat menyebabkan
sendi, dismenore, 6,5 mg/kgBB tiap gangguan visual, kantuk, hindari
sakit kepala, gigi, 6 jam. Maks 7 hari ruam kulit, mengemudi &
nyeri pasca bedah diskrasia darah, kegiatan yang
nefropati memerlukan
kewaspadaan
Universitas Indonesia

52
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS SERVICE LEVEL OLEH DISTRIBUTION CENTER


BUSINESS MANAGEMENT TERHADAP ENAM PRODUK
PARETO DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
PERIODE MARET 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RANI WULANDARI, S. Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS SERVICE LEVEL OLEH DISTRIBUTION CENTER


BUSINESS MANAGEMENT TERHADAP ENAM PRODUK
PARETO DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
PERIODE MARET 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

RANI WULANDARI, S. Farm


1306344103

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

ii

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR RUMUS ............................................................................................ vi

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 2


2.1 Analisis ABS/ Analisis Pareto ................................................................. 2
2.2 Service Level ............................................................................................ 3

3. METODE PENGKAJIAN ............................................................................ 5


3.1 Lokasi dan Waktu………………………………………………..... 5
3.2 Metodologi Pengkajian………………………………………….............. 5
3.3 Analisa service level oleh distribution center business management
terhadap enam produk pareto di apotek Kimia Farma No. 7 .......................... 5

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 6

5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 7


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 7
5.2 Saran ........................................................................................................ 7

iii Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Batang Service Level Enam Produk Pareto KF 7 Periode
Maret 2014 ........................................................................................................... 6

iv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Service Level Enam Produk Pareto KF 7 Periode Maret 2014 ............ 6

v Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


DAFTAR RUMUS

Service level ........................................................................................................ 5

vi Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan majunya berkembangnya dan makin banyaknya apotek,
menjadikan semakin ketatnya kompetisi dalam bisnis apotek. Untuk menjaga
eksistensinya, apotek dituntut untuk mampu bertahan dan memenangkan
persaingan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memenangkan persaingan
antara lain dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen.
Apotek sebagai ujung tombak industri farmasi memiliki peran yang
penting dalam menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat. Demi menjamin
kepuasan konsumen, apotek harus memperhatikan kualitas produk dan
pelayanannya. Salah satu pelayanan pada apotek dapat berupa pemenuhan
permintaan tepat waktu atau ketersediaan obat saat dibutuhkan konsumen.
Umumnya, setiap konsumen memiliki tingkat kepentingan dan keinginan
permintaan yang berbeda-beda. Ukuran kinerja dalam pemenuhan order
konsumen biasa disebut service level.
Service level harus ditentukan dengan tepat dengan asumsi pemenuhan
mendekati 100%. Apabila service level kurang dari 100% berisiko menimbulkan
ketidakpuasan konsumen karena ketidaktersediaan obat. Sedangkan, apabila
service level lebih dari 100% berisiko meningkatnya total cost akibat berlebihnya
stok obat dibandingkan yang dibutuhkan dan berisiko kerugian karena rusaknya
obat sebelum dapat terjual.
Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisa untuk menilai service level
dari Distribution Center (DC) Business Management (BM) Kimia Farma Bogor
kepada Apotek Kimia Farma No 7 Bogor.

1.2 Tujuan
1. Memilih 6 (enam) produk yang masuk ke dalam pareto periode maret 2014
apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
2. Mengetahui pemenuhan service level untuk 6 (enam) produk pareto
tersebut oleh Distribution Center (DC) Business Management (BM) Kimia
Farma Bogor kepada Apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
1 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis ABC/ Analisis Pareto


Analisa ABC (ABC analysis) atau dikenal dengan nama analisis pareto
(Pareto analysis) dibuat berdasarkan sebuah konsep yang dikenal dengan Hukum
Pareto (Pareto’s Law). Kata ‘Pareto’ berasal dari nama seorang ekonom Itali,
Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki
persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%).
Sebagai contoh, 20% dari total barang biasanya bernilai 80% dari total nilai.
Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi
menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C.
Kelompok A biasanya sejumlah 10-20% dari total item dan
merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B berjumlah 20% dari total item
dan merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70%
dari total item dan merepresentasikan 10-20% total nilai.
Pengelompokkan dengan menggunakan prinsip ini akan membantu
seseorang untuk bekerja lebih fokus pada item-item yang bernilai tinggi (grup A)
dan memberikan kontrol yg secukupnya untuk item-item yang bernilai rendah
(grup C). Prinsip ABC ini bisa digunakan dalam pengelolaan pembelian, stok
barang, penjualan, dsb. Prinsip pengelompokan ABC adalah :

% Nilai A>B>C

% Item A<B<C

Langkah-langkah melakukan analisis ABC :


1. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya.
2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
4. Hitung persentase harga dari masing-masing item.
5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
2 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


3

7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.


Kelompok A merupakan kelompok obat yang paling cepat laku dan dalam
beberapa kasus merupakan obat yang sangat mahal. Kelompok A merupakan
kelompok mayoritas obat di apotek, oleh karena itu kelompok A seharusnya di
monitoring dengan sangat ketat, agar tidak mudah dicuri orang. Obat seharusnya
dikalkulasi ulang paling sedikit 6 bulan.
Kelompok B merupakan obat yang penjualannya agak lambat dan dalam
beberapa kasus obat yang lebih murah dibandingkan kelompok A. Kelompok ini
cukup di kendalikan dengan menggunakan kartu stok saja, tidak perlu
dimonitoring seketat kelompok A.
Kelompok C adalah kelompok obat yang penjualannya paling lambat dan
dalam beberapa kasus merupakan obat yang paling murah dibandingkan kelompok
A dan B. Kelompok ini tidak perlu dimonitor terlalu ketat. Apoteker seharusnya
secara periodik memonitoring kelompok C untuk menentukan apakah obat
tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan kelompok C
yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan
investasi persediaan.

2.2 Service Level


Service level merupakan salah satu kunci sukses pengelolaan persediaan
barang di sebuah apotek. Service level yang sangat baik diasumsikan sebesar
100%, artinya apotek mampu memenuhi semua permintaan akan obat (baik resep
maupun non resep), sehingga ratio penolakannya 0%. Untuk dapat
menjamin service level tersebut, diperlukan perencanaan (planning) yang sangat
matang sehingga tidak terjadi penumpukan barang (over stock) yang dapat
menimbulkan kerusakan terhadap obat, atau persediaan habis (out of stock) yang
dapat menimbulkan ketidakpuasan pelanggan. Hal ini merupakan salah satu tugas
seorang apoteker sebagai manager. Tujuannya yaitu agar perputaran persediaan
(Inventory Turn Over) dapat maksimal, kemudian risiko over stock dan out of
stock dapat diminimalisir. Apabila hal tersebut tercapai, maka akan menambah
kepuasan pelanggan karena permintaan akan obat selalu terpenuhi.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 3
METODE PENGKAJIAN

1.1 Lokasi dan Waktu


Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 21 Maret-12 April
2014 di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor.

1.2 Metodologi Pengumpulan Data


Data dikumpulkan meliputi data permintaan dan pemenuhan produk yang
diperoleh dari outlet Kimia Farma No. 7 pada periode maret 2014.

1.3 Analisa service level oleh distribution center business management


terhadap produk pareto di apotek kimia farma no. 7 periode maret 2014
Dalam analisis ini akan digunakan data pareto penjualan produk apotek
Kimia Farma No. 7 periode 1-30 Maret 2014. Dari data tersebut dipilih 6 (enam)
produk yang termasuk ke dalam pareto kelas A yang akan dianalisa service level
yang diberikan DC terhadap keenam produk tersebut. Service level dihitung
dengan perbandingan antara droping DC dan bon permintaan barang apotek
(BPBA).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (3.1)


𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 = × 100%
𝐵𝑃𝐵𝐴 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

4 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 4
PEMBAHASAN

Kepuasan pelanggan menjadi salah satu hal penting bagaimana sebuah


apotek dapat berkembang. Kepuasan pelanggan akan berimbas kepada loyalitas
pelanggan dan juga menambah pelanggan-pelanggan baru. Pelanggan puas disaat
permintaan akan obat selalu terpenuhi terutama persediaan obat-obat yang
mempunyai perputaran yang cepat seperti produk pareto.
Pemenuhan persediaan obat di Apotek Kimia Farma No 7 menggunakan
sistem Distribution Centre. Kunci sukses pengelolaan persediaan barang di apotek
pada saat service level mendekati 100%. Artinya apotek mampu memenuhi
semua permintaan akan obat hingga ratio penolakannya 0%. Service level yang
dapat diberikan DC terhadap pemenuhan barang di apotek Kimia Farma No. 7
akan menjadi gambaran bagaimana apotek Kimia Farma No. 7 dapat menjaga
persediaan barang. Nilai Service Level yang diharapkan lebih dari 75%. Nilai ini
diharapkan lebih tinggi untuk produk pareto. Karena produk pareto memiliki
perputaran persediaan barang yang cepat dengan jumlah dan frekuensi yang besar
sehingga menjadi sumber pemasukkan bagi apotek lebih besar. Dengan demikian
diharapkan service level DC untuk produk pareto sebaiknya mendekati 90%.
Untuk menghitung nilai service level tersebut maka dipilih beberapa
produk pareto. Enam produk yang tersebut adalah Claneksi 500 mg, Rhinos SR,
Telfast HD 180 mg, Aerius 5 mg, FG Troches, dan Nutriflam.
Untuk menghitung service level DC maka dilakukan perbandingan jumlah
produk tersebut pada BPBA bulan Maret 2014 dan Dropping Maret 2014. Hasil
yang didapatkan dpada gambar 4.1 bahwa untuk produk Telfast HD 180 mg dan
FG Troches memiliki nilai service level 100%. Sedangkan Nutriflam, Rhinos SR
dan Aerius 5 mg masing-masing 88,70%, 93,04% dan 97,30%. Namun untuk
produk Claneksi 500 mg yang mempunyai permintaan paling tinggi hanya
terpenuhi 36,69%, bahkan tidak mencapai 50%. Walaupun demikian, rata-rata
nilai service level untuk enam produk pareto ini mencapai 85,95%.

5 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


6

Tabel 4.1.Service Level 6 Produk Pareto KF 7 Periode Maret 2014


BPBA Maret Droping Maret Service Level
Nama Obat 2014 2014 (%)
Claneksi 200mg 3838 1408 36.69
Rhinos SR 1150 1070 93.04
Telfast HD 180mg 780 780 100
Aerius 5mg 555 540 97.3
FG Troches 2850 2850 100
Nutriflam 531 471 88.7
Nilai rata-rata service level 85.95

93.04 100 97.3 100 88.7 85.95


Persentase (%)

36.69

Claneksi Rhinos Telfast Aerius FG Nutriflam Nilai


200mg SR HD 5mg Troches rata-rata
180mg service
level

Gambar 4.1 Diagram batang service level 6 produk pareto KF 7 periode


maret 2014

Akan tetapi, nilai service level ini belum cukup untuk mengevaluasi baik
bagi Distribution Center maupun apotek KF 7. Namun demikian, selain
permintaan produk yang besar dari jumlah dan frekuensinya, produk pareto
menjadi sumber pemasukkan yang besar bagi apotek sehingga sedapat mungkin
menghindari penolakkan resep dikarenakan tidak tersedianya barang. Pengaturan
ini tidak hanya diatur dari pemenuhan jumlah, tetapi juga waktu yang diperlukan
Distribution Center untuk memenuhi permintaan.

Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Enam produk pareto periode maret 2014 Apotek Kimia Farma No 7 Bogor
yang dipilih antara lain: Claneksi 500 mg, Rhinos SR, Telfast HD 180 mg,
Aerius 5 mg, FG Troches, dan Nutriflam.
2. Persen service level dari enam produk pareto Apotek Kimia Farma No 7
Bogor, antara lain: Claneksi 500 mg 36,69%; Rhinos SR 93,04%; Telfast HD
180 mg 100%; Aerius 5 mg 97,30%; FG Troches 100%; dan Nutriflam
88,70% dengan rata-rata nilai service level untuk enam produk pareto ini
mencapai 85,95%.

5.2 Saran
Perlu dikembangkan teknik sampling yang lebih lanjut agar hasil dapat
mewakili nilai service level DC terhadap permintaan apotek Kimia Farma No.

7 Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai