Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi Pada Murid Mi Istiqomah Medan
Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi Pada Murid Mi Istiqomah Medan
Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi Pada Murid Mi Istiqomah Medan
SKRIPSI
Departemen Ortodonsia
Tahun 2018
x + 44 halaman.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional, dengan
jumlah sampel penelitian adalah 120 murid MI Istiqomah Medan. Penelitian ini
dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh orang tua murid terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan intraoral pada 120 murid yang telah memenuhi
kriteria inklusi.
NIP : 197904142005012001
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
TIM PENGUJI
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi pada Murid MI Istiqomah
Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
banyak bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) dan Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort (K)
sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulis.
6. Nurhayati Harahap, drg., Sp. Ort (K) sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah memberi motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
9. Prana Ugiana Gio., M.Si sebagai pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam
analisis statistik.
10. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara terutama di Departemen Ortodonsia atas bantuan yang diberikan
sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
11. Sahabat-sahabat penulis yaitu Hasanah, Hisyam, Wiyah, Ibnu dan kak
Allya yang selalu membantu dalam segala hal, teman-teman seperjuangan skripsi di
Departemen Ortodonsia yaitu Michelle, Anisha, Oktavia dan Nadia, teman-teman
KKN Labura 3 serta teman-teman FKG angkatan 2014, senior, dan junior lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan selama
pengerjaan skripsi.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ortodonsia.
Penulis,
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................... 23
3.4.1 Variabel Operasional ............................................................................. 23
3.4.2 Definisi Operasional ............................................................................. 23
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 26
3.5.1 Alat Penelitian ....................................................................................... 26
3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................................... 27
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................. 27
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................................... 29
3.7.1 Pengolahan Data .................................................................................... 29
3.7.2 Analisis Data .......................................................................................... 29
3.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 29
LAMPIRAN
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4. Hasil Uji Statistik hubungan kebiasaan buruk oral dan jenis maloklusi
pada murid MI Istiqomah Medan ............................................................... 34
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebiasaan buruk oral biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Apabila
kebiasaan penyebab maloklusi tidak dieliminasi sebelum gigi insisivus permanen
erupsi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan wajah, fungsi rongga mulut,
hubungan oklusal dan estetis wajah tetapi apabila kebiasaan ini berhenti selama
periode gigi bercampur, perubahan gigi yang merugikan akan bisa kembali normal.7
Kebiasaan buruk pada mulut anak ada bermacam-macam antara lain, bernapas
melalui mulut (mouth breathing), menjulurkan lidah (tongue thrusting), mengisap ibu
jari (thumb sucking), mengisap bibir (lip sucking), menggigit bibir (lip biting),
menggigit kuku (nail biting), menopang dagu dan bruxism. 8
Penelitian lain juga dilakukan oleh Al-Atabi tahun 2014 di Sammawa, Iraq
pada 3300 sampel anak terdapat 786 (23,8%) anak memiliki kebiasaan buruk dengan
kebiasaan menjulurkan lidah 169, mengisap jari 147, bernapas melalui mulut 129,
menggigit kuku 184 dan mengisap bibir 111. Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan
usia yaitu terdapat 359 anak usia 6-12 tahun dan 427 anak pada usia 13-18 tahun.3
Kebiasaan buruk dapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi tetapi tidak
semua kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi.9 Maloklusi adalah oklusi
abnormal yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap
bidang spatial atau anomali abnormal dalam posisi gigi.10 Maloklusi disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik atau keturunan dan lingkungan. 11 Terdapat tiga syarat suatu
kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi yaitu lamanya kebiasaan berlangsung,
frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan kebiasaan buruk tersebut.9
Kebiasaan buruk pada anak usia sekolah merupakan faktor etiologi yang dapat
berpengaruh terhadap perkembangan maloklusi.12 Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Kasparaviciene dkk., tahun 2014 di Kaunsas, Lithuania melaporkan pada
503 anak usia sekolah diperoleh 71,4% anak memiliki satu atau lebih maloklusi dan
16,9% diantaranya mempunyai kebiasaan buruk, sedangkan penelitian Chour dkk.,
tahun 2014 di Kota Davangere, India melaporkan bahwa dari 800 total sampel
terdapat 47,2% anak memiliki kebiasaan buruk oral dan 8,9% anak memiliki
maloklusi diantaranya 3,4% gigitan terbuka anterior, 2,6% overjet berlebih, 1,6%
gigitan terbalik anterior, 1,2% gigitan terbalik posterior, 0,6% gigi berjejal anterior
bawah, 0,1% gigitan terbuka anterior, gigitan terbalik posterior unilateral.13,14
Menurut Saba dkk., kebiasaan mengisap jari dapat mengganggu
perkembangan dentofasial pada arah anteroposterior, vertikal, transversal dan
mengubah oklusi. Penelitiannya menunjukkan anak yang mempunyai kebiasaan
mengisap ibu jari memiliki rata-rata overjet sebesar 4,24 mm dan rata-rata overbite
1,66 mm. Pada anak dengan kebiasaan menjulurkan lidah memiliki rata-rata overjet
sebesar 2,65 mm dan rata-rata overbite -0,11 mm, sedangkan pada anak yang
mempunyai kebiasaan mengisap bibir memiliki rata-rata overjet 8,5 mm dan overbite
6,5 mm.15
b. Manfaat Praktis:
1.Sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua siswa tentang kebiasaan
buruk dan akibat yang ditimbulkannya.
2. Dokter gigi secara profesional dapat memahami dan mempromosikan
pentingnya menurunkan prevalensi maloklusi dan kebiasaan buruk oral sebagai bagian
dari peningkatan kesehatan dan kualitas mental anak secara menyeluruh tidak hanya
pada gigi dan mulut.
3. Sebagai data tambahan yang berguna bagi instansi pendidikan seperti
Fakultas Kedokteran Gigi dan instansi pemerintah seperti Dinas Kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
d. Meniru
Anak-anak suka memperhatikan dan meniru orang tua dan saudaranya seperti
berbicara dan lainnya.
pengisapan. Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu
banyak berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari
meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (lebih dari 6
jam) terutama saat malam dapat menyebabkan maloklusi yang nyata.7,9,20
Aktivitas mengisap jari sangat berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Efek
kebiasaan mengisap terhadap perkembangan oklusal sangat bervariasi tergantung
pada pola aktivitas kebiasaan yang sesungguhnya. Kebiasaan mengisap ibu jari akan
memberikan efek yang berbeda daripada mengisap jari lain. Kadang-kadang tidak
menimbulkan efek sama sekali, tetapi yang paling sering terjadi adalah timbulnya
gigitan terbuka anterior yang biasanya asimetris akibat ibu jari berada diantara gigi-
geligi yang sedang bererupsi. Apabila kebiasaan ini diteruskan sampai gigi permanen
erupsi maka dapat berakibat protrusi, diastema, insisivus bawah linguoversi, gigitan
terbuka anterior dan lengkung atas yang sempit. Keadaan ini dapat terjadi karena
adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat
istirahat.9
Tekanan pipi paling besar berada pada sudut mulut dengan kontraksi lebih
besar pada regio kaninus daripada molar sehingga lengkung maksila cenderung
berbentuk huruf V. Gigitan terbuka anterior yang disebabkan mengisap jari didapat
dari kombinasi adanya halangan pertumbuhan normal insisivus ke arah vertikal dan
erupsi berlebihan gigi posterior. Bila jari diletakkan di antara insisivus mandibula dan
maksila maka mandibula harus diturunkan untuk mengakomodasi adanya jari. Jari ini
menghalangi pertumbuhan insisivus maksila dan mandibula sehingga gigi posterior
bererupsi melebihi yang semestinya. 9,18,20
Kebiasaan buruk oral ini dapat diperiksa dengan melihat pembentukan callus,
kebersihan jari tangan dan warna kemerahan pada jari anak.2,4
tongue thrust adalah kebiasaan menjulurkan lidah dengan gigi terpisah pada saat
penelanan.8,24
Untuk mendapatkan anterior seal secara normal biasanya dilakukan dengan
mengatupkan bibir dan menempatkan lidah di palatal insisivus maksila untuk
mencegah keluarnya makanan maupun cairan dari mulut. Dengan kata lain
menempatkan lidah ke depan merupakan upaya adaptif fisiologis bila terdapat gigitan
terbuka anterior sehingga pada orang dengan gigitan terbuka biasanya juga
mempunyai kebiasaan menelan dengan mendorong lidah ke depan. Tekanan lidah
yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan
letak gigi. Pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan
yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung
lama dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik dalam arah vertikal ataupun
horizontal. Adapun hal yang lebih menentukan adalah posisi kebiasaan lidah, apakah
di depan ataukah normal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat istirahat,
mendorong lidah ke depan pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap
letak gigi.20
Manifestasi oral yang ditimbulkan antara lain meningkatnya overjet, gigitan
terbuka anterior dan gigitan terbalik posterior. 24 Kebiasaan buruk oral ini bisa
diperiksa dengan melihat posisi lidah anak pada saat penelanan apakah mendorong
gigi anterior atau tidak dan apakah gigi berada dalam posisi oklusi sentrik atau
tidak.2,4
c. Anatomi
Anak yang bernapas melalui mulut karena anatomi adalah anak yang
morfologi bibirnya tidak dapat menutup sepenuhnya, contohnya adalah pasien yang
memiliki bibir atas pendek.
Anak yang mempunyai kebiasaan bernapas melalui mulut biasanya memiliki
bibir yang tidak menutup, bibir atas yang pendek, proklinasi gigi anterior, gigi
anterior bawah elongasi dan lengkung berbentuk V.8,27
Kebiasaan buruk oral ini dapat diketahui dengan pemeriksaan klinis dan uji
spesifik.1,8,14
a. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis untuk menentukan ada tidaknya tanda-tanda di bawah ini
seperti : bibir kering, rongga hidung sempit, lip seal yang tidak adekuat dan gigitan
terbuka anterior.
b. Uji spesifik
Mirror test : Kaca mulut dua sisi diletakkan diantara
hidung dan mulut. Jika berembun di sisi hidung menandakan anak bernapas
melalui hidung, tetapi jika berembun di sisi oral menandakan anak bernapas
melalui mulut.
Water test : Anak diminta menahan air di dalam mulut selama 3 menit.
Anak yang bernapas melalui mulut akan sulit melakukan ini.
Cotton test / Massler’s butterfly test : Kapas berbentuk seperti kupu-
kupu diletakkan diantara bibir atas dan dibawah lubang hidung. Jika kapas
berkibar menandakan anak bernapas melalui hidung.
2.3.5 Mengisap dan Menggigit Bibir (Lip Sucking and Lip Biting)
Mengisap bibir (Lip Sucking) adalah suatu kebiasaan mengisap bibir yang
tidak normal yang dilakukan secara terus-menerus baik secara sadar maupun tidak.
Umumnya dilakukan pada bibir bawah (Gambar 6). Penyebab kebiasaan mengisap
bibir diduga karena faktor lingkungan dan psikis. Kebiasaan buruk ini tidak terlalu
berdampak negatif pada periode gigi sulung, namun bila kebiasaan ini menetap
sampai periode gigi insisivus permanen erupsi maka kelainan maloklusi akan
timbul.29 Mengisap dan menggigit bibir kadang-kadang muncul setelah kebiasaan
mengisap jari berhenti.1
Menggigit bibir kebanyakan melibatkan bibir bawah dan mengenai gigi
anterior rahang atas (Gambar 7).1 Ketika bibir bawah diletakkan berulang kali di
bawah gigi anterior maksila maka dapat terjadi labioversi pada gigi-gigi tersebut,
gigitan terbuka anterior, linguoversi dari gigi insisivus rahang bawah, abrasi pada
insisal dan kemerah-merahan pada bibir.4,30 Seseorang yang memiliki kebiasaan
menggigit dan mengisap bibir ini memiliki bibir kering, inflamasi, pecah-pecah dan
kemerahan.2,4,17
Manifestasi maloklusi di dalam rongga mulut akibat kebiasaan mengisap bibir
yaitu proklinasi gigi insisivus rahang atas, retroklinasi insisivus rahang bawah dan
bertambahnya overjet. Tekanan yang terus menerus dari bibir bawah dapat membuat
pola pertumbuhan yang abnormal. Bagian bawah bibir antara gigi maksila dan
mandibula dapat menggerakkan insisivus maksila ke arah labial dan insisivus
mandibula ke lingual.1,8,31
2.4 Maloklusi
Maloklusi merupakan masalah umum yang dijumpai pada seluruh bagian
dunia dan bervariasi tergantung pada genetik, lingkungan dan ras. 32 Maloklusi dapat
meliputi ketidakberaturan lokal dari gigi geligi atau malrelasi rahang pada tiap ketiga
bidang ruang sagital, vertikal atau transversal. Maloklusi disebabkan karena banyak
faktor antara lain kebiasaan buruk oral, genetika, kongenital dan trauma.1,4
2.4.1.4. Rotasi
Rotasi adalah malposisi gigi akibat terjadinya perputaran di sekeliling sumbu
gigi (Gambar 12).10 Rotasi dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti menggigit
kuku.1
2.4.1.5 Deepbite
Deepbite adalah jarak vertikal antara tepi insisal insisivus maksila ke tepi
insisal insisivus mandibula yang diukur tegak lurus terhadap bidang oklusal, dengan
gigi-gigi posterior berada dalam keadaan oklusi (Gambar 13).11,33 Nilai overbite yang
normal adalah 2-4 mm, yaitu gigi insisivus atas menutupi hampir sepertiga mahkota
gigi insisivus mandibula.11
Jenis Maloklusi
Mengisap Menjulukan Bernapas Menggigit Menggigit
ibu jari Lidah melalui Kuku dan
mulut Mengisap
Gigitan Overjet Gigitan Rotasi Deep
Bibir
Terbuka berlebih Terbalik
Anterior Anterior bite
dan dan
Posterior Posterior
19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
√ ) √ ))
n= )
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
= level of significant, penelitian ini menggunakan 1,96
= power of test, penelitian ini menggunakan
Po = proporsi hasil penelitian sebelumnya (hasil penelitian Parul dkk.,., tahun 2015
menunjukkan prevalensi hubungan kebiasaan buruk (tongue thrusting) dengan
maloklusi sebagai prevalensi tertinggi yaitu 65,13%), pada penelitian ini digunakan
Po = 65,13%
Pa = Proporsi kebiasaan buruk oral yang diharapkan, pada penelitian ini digunakan
Pa = 50,13%
Pa-Po = selisih proporsi yang diinginkan dengan proporsi penelitian sebelumnya
= 15%
√ ) √ ))
n= )
√ ) √ ))
= )
)
=
= 109,55
Kriteria inklusi :
a. Siswa yang terdaftar dan masih aktif di MI Istiqomah kelas I-VI
b. Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan/cekat/fungsional)
c. Memiliki kebiasaan buruk antara lain (mengisap ibu jari, menjulurkan lidah,
bernapas melalui mulut, menggigit kuku, menggigit bibir dan mengisap bibir)
Kriteria eksklusi :
a. Siswa yang tidak bersedia menjadi sampel atau tidak mendapat persetujuan
orang tua.
A B C
D
E F G
H I J
Gambar 14. Alat yang digunakan pada penelitian. (A) Pinset, (B) Kaca mulut,
(C) Jangka, (D) Penggaris, (E) Formulir pemeriksaan maloklusi dan kebiasaan
buruk, (F) Cheeck Retractor, (G) Senter, (H) Alat tulis dan papan ujian,
(I) Rubber bowl, (J) Kamera
A B
C
D E F
Gambar 15. Bahan yang digunakan pada penelitian. (A) Sarung Tangan,
(B) Masker, (C) Tisu, (D) Kapas, (E) Dettol, (F) Alkohol 70%.
A B C
D E
Gambar 16. Beberapa maloklusi dan tanda kebiasaan buruk oral yang ditemukan
(A). Overjet berlebih, (B). Rotasi, (C).Gigitan terbalik anterior, (D) Callus, (E). Kuku
yang pendek dan kasar pada anak yang menggigit kuku
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Kebiasaan 5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun TOTAL
Buruk
1 5 4 1 9 3 1 2 26
Mengisap
jari (0,83%) (4,17%) (3,33%) (0,83%) (7,5%) (2,5%) (0,83%) (1,67%) (21,67%)
1 1 3 5
Menjulurkan - - - - -
Lidah (0,83%) (0,83%) (2,5%) (4,17%)
Bernapas 6 3 2 2 13
Melalui - - - -
(5%) (2,5%) (1,67%) (1,67%) (10,83%)
Mulut
1 5 8 7 19 4 5 1 50
Menggigit
Kuku (0,83%) (4,17%) (6,67%) (5,83%) (15,83%) (3,33%) (4,17%) (0,83%) (41,67%)
Mengisap
1 4 3 5 6 5 2 26
dan -
Menggigit (0,83%) (3,33%) (2,5%) (4,17%) (5%) (4,17%) (1,67%) (21,67%)
Bibir
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
4.3 Hasil Uji Statistik hubungan kebiasaan buruk oral dan jenis maloklusi
pada murid MI Istiqomah Medan
BAB 5
PEMBAHASAN
perempuan pada kelompok usia yang berbeda memiliki perbedaan psikologis dan
kultural meskipun tidak signifikan hubungannya dengan kebiasaan buruk oral. 36
Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistik chi square, diperoleh nilai p = 0,031
(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel
yang dianalisis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kebiasaan buruk oral dengan terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Parul dkk., pada 1813 sampel anak usia 3-12
tahun pada tahun 2015 di Nepal mengenai hubungan kebiasaan buruk oral dengan
terjadinya maloklusi pada anak pedesaan dan perkotaan, ini dikarenakan kebiasaan
buruk oral merupakan perilaku rutin yang diulang dan cenderung tidak menyadari
ketika melakukan tindakan tersebut, terutama kebiasaan buruk oral yang sudah sejak
lama dilakukan, hal ini akan membentuk pola perilaku yang membekas di jalur saraf
kita sehingga menyebabkan perubahan pertumbuhan wajah, hubungan oklusal dan
2,3,40
estetis wajah. Jhonson dan Larson menyimpulkan bahwa suatu kebiasaan yang
berlanjut adalah suatu hasil yang didasari permasalahan emosional dan psikologis.
Kebiasaan buruk oral juga dapat disebabkan oleh adanya kelainan fungsi tubuh
seperti adanya polip nasopharyngeal alergi, rhinitis atrofi dan yang berhubungan
dengan kesehatan umum anak.17
BAB 6
6.1 Kesimpulan
1. Jenis kebiasaan buruk oral yang paling banyak dilakukan oleh murid MI
Istiqomah Medan adalah menggigit kuku sebanyak 41,67% (50 orang), diikuti oleh
mengisap jari 21,67% (26 orang) , mengisap dan menggigit bibir sebanyak 21,67%
(26 orang), bernapas melalui mulut 10,83% (13 orang) dan menjulurkan lidah 4,17%
(5 orang).
2. Distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral pada murid MI
Istiqomah Medan, yaitu :
a. Pada kebiasaan mengisap jari, maloklusi yang paling banyak terjadi
adalah gigitan terbalik anterior dan rotasi sebesar 15,38% (4 orang)
b. Pada kebiasaan menggigit kuku, maloklusi yang paling banyak terjadi
adalah rotasi sebesar 34% (17 orang)
c. Pada kebiasaan mengisap dan menggigit bibir, malokusi yang paling
banyak terjadi adalah rotasi sebesar 34,62% (9 orang)
d. Pada kebiasaan bernapas melalui mulut, maloklusi yang paling banyak
terjadi adalah rotasi sebesar 30,77% (4 orang)
e. Pada kebiasaan menjulurkan lidah, maloklusi yang paling banyak terjadi
adalah gigitan terbuka posterior 60% (3 orang)
3. Terdapat hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan terjadinya
maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science 3 rd ed. New Dehli: Arya
Publishing House, 2004: 97-108, 415-22, 423-32.
2. Parul dkk. Oral habits and its related malocclusion among 3-12 years rural
and urban school children: An OPD Survey. J Nepal Dent Assoc 2015; 15(2):
19-25.
3. Al-Atabi HS. Prevalence of bad oral habits and relationship with prevalence
of malocclusion in sammawa city students aged (6-18) years old. Medical
Journal of Babylon 2014; 11(1): 70-83.
4. Harun MA, Natsir M, Samad R. Maloklusi pada anak dan penanganannya.
Edisi 1., Jakarta: Sagung Seto. 2016: 253-72.
5. Kamdar RJ dkk. Damaging oral habits. J Intl Oral Health 2014; 7(4): 85-87.
6. Yaakob A, Narmada IB, Triwardhani A. Keparahan gigitan terbuka anterior
pada anak usia 8-12 tahun di klinik ortodonti fakultas kedokteran gigi
universitas airlangga (Tahun 2008-2010). J Orthod Dent 2011; 2(1): 41-4.
7. Christensen JR, Fields HW, Adair SM. Oral habits. In: Casamassimo, Fields,
Mctigue, Nowak. Pediatric dentistry: Infancy through adolescence 5 th ed.
China: Elsevier; 2013: 1-21.
8. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee Brothers Medical
Publisher (P) Ltd. 2007: 581-612, 648-54, 655-70.
9. Raharjo P. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press 2008:
35-8.
10. Harty F, Ogston R. Kamus Kedokteran Gigi. Ahli Bahasa. Sumawinata N.
Jakarta: EGC, 1995: 189,265,70.
11. Gill DS. Ortodonsia at a glance. Alih Bahasa. Titiek Suta. Jakarta: EGC,
2014: 81
12. Shetty dkk. Oral habits in children of Rajnandgaon, Chhattisgarh, India- A
prevalence study. Int J Public Health Dent 2013; 4(1): 1-7.
13. Kasparaviciene dkk. The prevalence of malocclusion and oral habits among 5-
7-year-old children. Med Sci Monit 2014; 20: 2036-42.
14. Chour dkk. Assessment of various deletrious oral habits and its effects on
primary dentition among 3-5 years old children in davangere city. J Pediatr
Dent 2014; 2(2): 37-43.
15. Jabur SF, Nisayif DH. The effect of bad oral habits on malocclusions and its
relation with age, gender and type of feeding. MDJ 2007; 4(2): 152-6.
16. Bittencourt MAV, Machado AW. An overview of the prevalence of
malocclusion in 6 to 10-year-old children in brazil. Dental press J Orthod
2010; 15(6): 113-22.
17. Septuaginta A, Kepel B, Anindita P. Gambaran oral habit pada murid SD
katolik II St.Antonius Palu. J E-Gigi 2013; 1(1): 18-27.
18. Goenharto S, Rusdiana E, Nurlaili Y. Tatalaksana mengatasi kebiasaan buruk
mengisap jari. Jurnal PDGI 2016; 65(2): 48-54.
19. Indushekar GB, Gupta B, Indushekar KR. Childhood thumb sucking habit: the
burden of a preventable problem. J Dent Medicine and Medical Sciences
2012; 2(1): 1-4.
20. Proffit WR, Henry W, David M Sarver. Contemporary Orthodontics. 5 th ed.,
St. Louis: Mosby Co. 2012: 137-46.
21. Finn S. Clinical Pedodontics. 2nd ed., Philadelphia: WB Saunders Company.
1962: 320-4.
22. Kumari AV dkk. Breaking the tongue thrusting habit: When Compliance is
essential- A case report. WJRR 2017; 5(1): 54-6.
23. Tarvade SM, Ramkrishna S. Tongue thrusting habit: A review. Int J Contemp
Dental Med Rev 2015: 1-5.
24. Sankar SG, Kumar C. Tongue thrust habit: A review. Annals and essences of
Dentistry 2009; 1(2): 14-23.
25. Kusuma A. Bernapas lewat mulut sebagai faktor ekstriksik etiologi maloklusi.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=3646&val=308 ( 1 Maret
2018)
26. Feroza NA dkk. Hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dan
tingkat keparahan maloklusi di SMPN 4 Banjarbaru dan SMAN 4 Banjarbaru.
Dentino (Jur. Ked. Gigi) 2017; 2(1): 39-43.
27. Jain A dkk. Mouth breathing: A menace to developing dentition. J Contem
Dent 2014; 4(3): 145-51.
28. Gartika M. The effect of oral habits in the oral cavity of children and its
treatment. Padj J Dent 2008; 20(2): 123-9.
29. Sachan A, Chaturvedi TP. Onychophagia (Nail biting), anxiety, and
malocclusion. Indian J Dental Research 2012; 23(5): 680-2.
30. Khanal L, Giri J, Gaire H. Epidemiology of malocclusion and assessment of
orthodontics treatment needs among BDS students of BPKIHS, Dharan,
Nepal. http://www.webmedcentral.com (Januari 1.2018).
31. Pinkham JR dkk. Pediatric dentistry: Infancy through adolescence 4 th ed.
China: Elsevier; 2005: 431-9.
32. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: Elsevier, 2001: 162.
33. Universitas Gajah Mada. Falsafah Ortodonsia. http://elisa.ugm.ac.id (8
Desember 2017)
34. Rasool G. Overjet as a predictor of sagital skeletal relationships. Pakistan Oral
Dent J 2016; 36(3): 395-8
35. Tonni I dkk. Overbite and overjet influence on cyclic masticatory movements:
A CT study. ISRN Radiology 2013: 1-6.
36. Omer MI, Abbuaffan AH. Prevalence of oral habit and its effect in primary
dentition among sudanese preschool children in Khartoum City. Indian J Dent
Education 2015; 8(2): 57-62.
37. Jaiswal D dkk. Prevalence of deletrious oral habits among school going
children; an epidemiological study. Int J Contemp Med R 2017; 4(12): 1-3.
38. Jajoo S dkk. Original research oral habits in school going vhildren of pune: A
prevalence study. J Int Oral Health 2015; 7(10): 96-101.
39. Joelijanto R. Oral habits that cause malocclusion problems. IDJ 2012; 1(2):
87-92.
40. Aloufi SA dkk. Meta-Analysis of prevalence of bad oral habits and
relationship with prevalence of malocclusion. EC Dental science 2017; 11(4):
111-17.
Kepada Yth
Bapak/Ibu orang tua murid
Di Tempat
Perkenalkan, nama saya Dara Dwi Syarfina. Saya adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya
berjudul “Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi pada
Murid MI Istiqomah Medan”
(INFORMED CONSENT)
Nama Anak :
Usia Anak :
Alamat :
Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan faham tentang apa yang
akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang berjudul
Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa anak saya
menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.
Yang menyetujui,
(...............................................)
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I. Identitas Responden
Nama Anak : ...............
Jenis Kelamin : ...............
Kelas : ...............
Pekerjaan orang tua : ................
5. Apakah anak bapak dan ibu masih mengedot (susu botol) sampai usia
6 tahun?
a. Ya b. Tidak
No. Urut :
Tanggal Pemeriksaan :
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PEMERIKSAAN
4. Pada saat bernapas, apakah kaca mulut yang diletakkan di depan mulut
berembun ?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
V. Mengisap bibir dan menggigit bibir (lip sucking and lip biting)
10. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut
a. Overjet berlebih
b. Deepbite
c. Retroklinasi Insisivus bawah
d. Gigitan terbuka anterior
PEMERIKSAAN MALOKLUSI
Overjet berlebih
Rotasi
Deepbite
Cases
Kebiasaan_Buruk *
120 100,0% 0 0,0% 120 100,0%
Maloklusi
Maloklusi
Menjulurkan Lidah 3 2 5
Menggigit Kuku 17 33 50
Chi-Square Tests
a. 3 cells (30,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telepon : 082236201454
Email : daradwi82@gmail.com
PENDIDIKAN
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dua juta dua
ratus sembilan puluh dua ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut :
Total Rp 2.292.000,-