Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
411 tayangan12 halaman

Penyakit Karat Tanaman Kamboja: (Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

PENYAKIT KARAT TANAMAN KAMBOJA

(Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh

Riska Aristi
2014131041

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh


mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematoda). Penyakit
tanaman adalah suatu rangkaian proses fisiologis yang merugikan disebabkan oleh
rangsangan terus menerus pada tanaman oleh suatu penyebab primer. Hal
iniditunjukkan lewat aktivitas sel sakit dan dinyatakan dalam keadaan morfologi
dan histologi yang disebut gejala. Akibat serangan penyakit, tanaman menjadi
tidak produktif sehingga dapat menyebabkan gagal panen.

Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tanaman serta keberadaannya


sangat dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil tanaman, peramalan
tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk
meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh serangan patogen. Parah atau
tidaknya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriteria utama, yaitu insidensi
penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan
kehilangan hasil (crop loss) (Sastrahidayat, 2011).

Insidensi penyakit (desease insidence atau frequency) atau sering disebut


jugasebagai “Kejadian Penyakit” merupakan proporsi individual inang atau organ
yang terserang penyakit, tanpa mempedulikan seberapa berat penyakitnya.
Sedangkan Severitas penyakit (Desease Severity) atau disebut keparahan penyakit
yang merupakan proporsi permukaan inang yang terinfeksi terhadap total
permukaan inang yang diamati. Pengamatan keparahan penyakit dapat ditentukan
dengan dua cara, yaitu insitu dan pengamatan organ secara destruktif. Insitu
merupakan pengamatan penyakit yang dapat diperkirakan secara visual langsung
dari unit contoh (misalkan daun). Setiap keparahan, ataupun gejala berat dapat
dinyatakan ke dalam persentase luas gejala terhadap luas total permukaan daun
dengan skala kerusakan yang beragam, mulai dari 0% - 100%

Penilaian Penyakit yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan sistem
skoring. Penilaian penyakit ini penting dilakukan untuk menentukan tingkat
kepentingan suatu penyakit, peramalan dan pengambilan keputusan untuk
pengendalian yang akan dilakukan, evaluasi cara pengendalian, dan memprediksi
tingkat kehilangan hasil tanaman.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah


1. Untuk menetahui cara menentukan nilai keparahan penyakit
2. Untuk menetahui besarnya nilai keparahan penyakit pada daun kamboja
3. Untuk menetahui pengendalian yang harus dilakukan pada tanaman
kamboja
II. TINJAUN PUSTAKA

Penyakit tumbuhan adalah gangguan pada tumbuhan/tanaman


yangdisebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur,
cacingnematoda). Penyakit tanaman adalah suatu rangkaian proses fisiologis
yangmerugikan disebabkan oleh rangsangan terus menerus pada tanaman oleh
suatupenyebab primer. Hal ini ditunjukkan lewat aktivitas sel sakit dan
dinyatakandalam keadaan morfologi dan histologi yang disebut gejala (Djaya,
2014).

tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan


organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya adalah serangan dari
patogen yang akan berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman. Adanya
penyakit tumbuhan sudah lama diketahui sejak sebelum masehi, bahkan
dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan tanaman
(Sinaga, 2003).

Pengukuran penyakit seringkali masih bersifat subjektif sehingga dalam


mengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standard diagram yang spesifik untuk
masing-masing jenis tanaman, patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman yang
terserang, misalnya daun muda, daun tua, atau keseluruhan Pengukuran penyakit
seringkali masih bersifat subjektif sehingga dalam mengkuantitatifkan penyakit
perlu dibuat standard diagram yang spesifik untuk masing-masing jenis tanaman,
patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman yang terserang, misalnya daun
muda, daun tua, atau keseluruhan Menurut sifatnya gejala penyakit dapat
dibedakan menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala
morfologi adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenal dengan
panca indra yaitu dapat dilihat, raba, dan cium (Diana, 2009).
Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tanaman serta keberadaannya
sangat dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil tanaman, peramalan
tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk
meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh serangan patogen. Parah atau
tidaknya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriteria utama, yaitu insidensi
penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan
kehilangan hasil (crop loss) (Sastrahidayat, 2011)

Hubungan keparahan penyakit dengan kehilangan hasil yaitu dimana semakin


tinggi suatu keparahan penyakit, maka hasil yang diperoleh akan semakin rendah
bahkan bisa mengakibatkan gagal panen. Kehilangan hasil dapat dibagi menjadi
dua yaitu kehilangan hasil potensial dan kehilangan sebenarnya. Kehilangan
potensial dimana kehilangan yang mungkin timbul apabila tidak ada tindakan
pengendalian. Kehilangan sebenarnya yakni kehilangan yang telah terjadi dan
masih berjalan, yang dapat dibagi lagi menjadi: a) Kehilangan langsung (direct
loss), yaitu kerugian kualitas dan kuantitas produksi dan kapasitas panen. b)
Kerugian tak langsung (indirect loss), meliputi pengaruh ekonomi dan sosial dari
penyakit tanaman pada pertanian berikutnya yang timbul pada berbagai
sosial kemasyarakatan yang dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam
pandangan. Ada dua klasifikasi yakni: kerugian utama (primary loss), kerugian
pada saat sebelum panen atau setelah panen dari produksi tanaman akibat
penyakit; dan kerugian kedua (secondary loss), kehilangan kapasitas panen pada
tanaman yang dipanen berikutnya (efek samping) (Sastrahidayat 2011).
III. METODELOGI PRAKTIKUM
III.1.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 21 Oktober 2021 di Desa Marga
Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat,
Provinsi Lampung.

III.1.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop, alat tulis,
dan gambar sampel daun kamboja sebagai sumber pengamatan.

III.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Melakukan pengamatan terhadap sampel daun kamboja yang telah
disiapkan
3. Menentukan tingkat keparahan penyakit pada setiap daun berdasarkan
gejala yang telah diamati
4. Menulis hasil pengamatan lalu menyusun laopran praktikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Hasil dari pengamatan sampel kamboja adalah sebagai berikut :

Jumlah sampel daun yang diamati : 32


Jumlah daun dengan skor 0 : 3 daun pada sampel ke-12, ke-17 dan ke-23
Jumlah daun dengan skor 1 : 6 daun pada sampel ke-1, ke-6, ke-18, ke-24, ke-26,
dan ke-32
Jumlah daun dengan skor 2 : 6 daun pada sampel ke-8, ke-7, ke-13, ke-16, ke-20,
dan ke-31
Sampel daun dengan skor 3 : 8 daun pada sampel ke 2, ke-5, ke-10, ke-14, ke-15,
ke-22, ke-28, dan ke-29
Jumlah daun dengan skor 4 : 9 daun pada sampel ke-3, ke-4, ke-9, ke-11, ke-19, ke-
21, ke-25, ke-27 dan , ke-30
Persentase keparahan penyakit :

∑(nxv )
KpP = x 100%
NxZ

∑ ( 3 x 0 ) + ( 6 x 1 )+ ( 6 x 2 )+ ( 8 x 3 ) +(9 x 4)
= x 100%
32 x 4

78
= x 100%
128

= 61%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai keparahan penyakit adalah
sebesar 61%

4.2 Pembahasan

Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai gagalnya sel atau jaringan


melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya akibat gangguan terus–menerus oleh
agen atau penyebab primer (patogen) dan menimbulkan gejala.. Terdapat 3 daun
yang jumlah skornya 0 (sampel daun ke-12,17 dan 23); 6 daun dengan skor
1( sampel daun ke-1,6,18,24,26, dan 32); 6 daun dengan jumlah skor 2 (sampel
daun ke-7,8,13,16,20, dan 31); 8 daun dengan jumlah skor 3 (sampel daun ke-
2,5,10,14,15,22,28, dan 29); serta 9 daun dengan jumlah skor 4 (sampel daun ke-
3,4,9,11,19,21,25,27, dan 20).

Daun dengan jumlah skor keparahan penyakit 0 terlihat nampak sehat dan tidak
terlihat gejala serangan penyakit. Daun dengan jumlah skor 1 akan
memperlihatkan serangan gejala ringan yaitu bercak pada permukaan daun dengan
persentase luas peneyebaran 1%-10%. Pada daun dengan jumlah skor 2 akan
memperlihatkan serangan gejala yang sedang dengan luas penyebaran bercak pada
permukaan daun sekitar 10%-25%. Pada daun dengan jumlah skor 3, daun akan
memperlihatkan gejala yang semakin meluas, luas bercak pada permukaan daun
dapat mencapai 25%-50%. Untuk daun dengan jumlah skor 4, bercak daun akan
semakin luas dan dapat menyebabkan daun kering hingga kematian pada tanaman
kamboja, lebih dari 50% permukaan daun tertutupi gejala.

Dari tingkat keparahan penyakit sebesar 61% pada tanaman kamboja, dapat
diduga bahwa kondisi tanaman kamboja harus segera dilakukan pengendalian
penyakit tanaman tersebut karena dapat meluas hingga menyebabkan kematian
tanaman kamboja. Daun-daun ini dapat mengeriting, menjadi terdistorsi, berubah
menjadi coklat-abu-abu dan jatuhkan tanaman. Jika dibiarkan, karat pada daun
kamboja dapat merusak seluruh pohon dalam singkat.

Karat pada daun kamboja biasanya dikontrol oleh sanitasi yang layak, fungisida
dan pemilihan varietas tahan penyakit. Ketika plumeria karat ditemukan, semua
daun yang jatuh harus dibersihkan dan dibuang segera. Untuk meningkatkan
aliran udara di sekitar tanaman kamboja, jaga agar area di sekitar bebas gulma
dan tidak terlalu penuh. Juga dapat memangkas cabang kamboja untuk
membukanya hingga sirkulasi udara yang baik. Fungisida kemudian dapat
digunakan untuk menyemprotkan tanaman kamboja dan tanah di sekitar mereka.
Beberapa penelitian menunjukkan keberhasilan mengendalikan jamur plumeria
secara biologis dengan pengpenggunaan fungisida kimia membunuh dan pengusir
hama.Untuk mengendalikan penyakit karat daun pada tanaman kamboja dapat
dilakukan dengan cara terintegrasi melalui penggabungan berbagai teknik
pengendalian.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Penilaian keparahan penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara


menentukan skor lalu menghitung tingkat keparahan penyakit dan

∑(nxv )
ketersediaan penyakit menggunakan rumus KpP = x 100%
NxZ
2. Tingkat keparahan penyakit (KpP) pada daun tanaman kamboja adalah
61%
3. Pengendalian penyakit karat daun pada tanaman kamboja dapat dilakukan
dengan cara sanitasi yang layak, fungisida dan pemilihan varietas tahan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. F. 2009. Teknologi Penanganan Hama Tanaman Jagung. Prosiding


Seminar Nasional Tanaman Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Diana, 2009. Sistem pengambilan keputusan diagnosis penyakit tanaman padi.


Jurnal Telematik. 1 (1) : 26-32

Purwati, E., Jaya B., dan Duriat A.S. 2000. Penampilan Beberapa Varietas Cabai
dan Uji Resistensi Terhadap Penyakit Virus Kerupuk J.Hort 10 (2) : 88-94

Sastrahidayat, R I. 2011. Epidemiologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. Malang


(ID): UB Press Universitas Brawijaya.

Sinaga, M.S. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tuimbuhan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai