Makalah Pengantar Ilmu Farmasi
Makalah Pengantar Ilmu Farmasi
Makalah Pengantar Ilmu Farmasi
TENTANG
OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang sejarah, obat, pendidikan, serta pelayanan farmasi ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah pengantar ilmu farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
sejarah, obat, pendidikan, serta pelayanan farmasi bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 16 oktober
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi
dengan baik (Anonimb, 2004). Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication
error) dalam proses pelayanan. Medication error adalah kejadian yang
merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Oleh sebab itu,
apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada
untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan
terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Anonimb,
2004).
B. Rumusan Masalah
C. MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FARMASI
3
tentang filsafat, hukum, maupun tata bahasa. Hasil karyanya di
bidang farmasi uraian mengenai penyediaan obat yang sekarang
dikenal dengan sebutan farmasi galenik( Haeria (2017)).
B. OBAT
4
gangguan kronis ("Drug". The American Heritage Science
Dictionary. Houghton Mifflin Company.)
1. Pengembangan obat
5
fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan
struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut
juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J.
Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di
Jerman.
6
Kebanyakan obat mahal harganya untuk dibeli pasien ketika
pertama kali dipasarkan, namun asuransi kesehatan dapat
dipakai untuk meringankan biaya. Ketika paten untuk suatu obat
berakhir, obat generik dibuat dan diedarkan oleh perusahaan
lain. Obat yang tidak membutuhkan resep dari dokter dikenal
dengan nama obat OTC (bahasa Inggris: Over the Counter,
yang berarti di kasir) dapat dijual di toko biasa.
Di Indonesia, obat mahal lebih banyak karena besarnya biaya
pemasaran yang ditanggung oleh perusahaan farmasi, terutama
untuk obat resep.
1) OTC (Over The Counter)
Obat OTC merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep
dokter biasa disebut juga dengan obat bebas yang terdiri atas
obat bebas dan obat bebas terbatas.
2) Obat bebas
Ini merupakan tanda obat yang dinilai "aman" . Obat bebas
yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung,
tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris
tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala
penyakit yang ringan misalnya vitamin dan antasida.
3) Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-
obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek,
tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza).
Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang
bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih
bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut:
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari
badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit
yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan
sendiri, yang tentunya juga obat yang dipergunakan adalah
7
golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah
diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin
serius sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk
tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap
obat - obat yang seharusnya diperoleh dengan
mempergunakan resep dokter.
Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah
diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau yang dikenal
dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas
Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki
izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan,
terdapat hal- hal yang perlu diperhatikan, di antaranya: Kondisi
obat apakah masih baik atau sudak rusak, Perhatikan tanggal
kedaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti
keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat
atau pada brosur / selebaran yang menyertai obat yang berisi
tentang Indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam
pengobatan), kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat
yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang
timbul, yang bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran
pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan informasi
tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan
dengan makanan yang dimakan.
3. Klasifikasi obat
8
o Kodein
Sintetik dan setengah-sintetik opioid
o Heroin
o Oxycodone
o Vicodin
o Demerol
o Darvocet
o Tramadol
o Fentanyl
Alkohol
Nikotin
Kafeina
Hallucinogens (termasuk LSD, Magic
mushrooms dan Dissociative drug)
Cannabis
MDMA
GHB
Heroin
Cocaine
Inhalant
9
Rogaine
Antidepressant
6. obat Psychiatric
Antidepressants
1. Prozac
2. Paxil
Tranquilizers
1. Typical antipsychotic tranquilizers
a. Thorazine
2. Atypical antipsychotic tranquilizers
Sedative
1. Valium
7. Obat diare digunakan untuk mengatasi penyakit diare
C. PENDIDIKAN FARMASI
10
peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
John Stuart Mill. pendidikan adalah meliputi segala sesuatu
yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan
oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada
tingkat kesempurnaan.
H. Horne. Menurut Horne, pendidikan adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Prof. Richey. Pengertian pendidikan adalah yang berkenaan
dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban
dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
2. Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifes) berikut:
a) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
b) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi
dan bagi kepentingan masyarakat.
c) Melestarikan kebudayaan.
d) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam
demokrasi.
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
a) Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan,
sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya
dalam mendidik anak kepada sekolah.
b) Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki
potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di
masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan
pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu
hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
c) Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah
diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak
didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan
status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan
11
menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih
tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
d) Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula
memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih
tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan
yakni sebagai berikut:
12
Yaku Daigaku . Tahun 1946 dibuka Perguruan Tinggi Ahli Obat
di Klaten yang kemudian pindah dan berubah menjadi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Tahun 1947
diresmikan Jurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan
Ilmu Alam (FIPIA), Bandung sebagai bagian dari Universitas
Indonesia, Jakarta, yang kemudian berubah menjadi Jurusan
Farmasi, Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Mei 1959.
Lulusan Apoteker pertama di UGM sebanyak 2 orang
dihasilkan pada tahun 1953. Saat ini di Indonesia terdapat 8
perguruan tinggi farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi
swasta
3.3 Pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Sekolah Menengah Farmasi
Peran pendidikan menengah farmasi (Sekolah Asisten Apote-
ker, SAA) sangat besar, khususnya pada saat langkanya
tenaga kefarmasian berpendidikan tinggi. Pada saat peralihan
sampai keluarnya PP 25 tahun 1980, masih dimungkinkan
adanya ”Apotik Darurat” yaitu Apotik yg dikelola oleh Asisten
Apoteker yang sudah berpengalaman kerja. Tenaga menengah
farmasi ini masih sangat diperlukan dan ber-peranan,
khususnya pada Farmasi Komunitas, baik di Apotik maupun di
Rumah Sakit. Dengan bertambahnya tenaga farmasi
berpendidikan tinggi, peranan ini akan semakin kecil, sehingga
perlu dipikirkan untuk meningkatkan pendidikan AA (setingkat
SMA) ini setingkat akademi. Mulai tahun 2000, pendidikan
menengah ini mulai “phasing out”, ditingkatkan menjadi
Akademi Farmasi.
Program Diploma Farmasi
Sejak 1991 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga
farmasi ahli madya dalam bentuk Prog-ram Diploma (D-III) oleh
Departemen Kesehat-an, yaitu Program Studi Analis Farmasi.
Kebutuhan ini merupakan konsekuensi perkem-bangan di
bidang kesehatan yang semakin memerlukan tenaga ahli, baik
dalam jumlah maupun kualitas, dan semakin memerlukan
diversifikasi tenaga keahlian. Tujuan utama program studi ini
ialah menghasilkan tenaga ahli madya farmasi yang berkom-
petensi untuk pelaksanaan pekerjaan di bidang pengendalian
13
kualitas (Quality Control). Peranan yang diharapkan dari
lulusan program Studi Analis Farmasi yaitu mampu
melaksanakan analisis farmasi dalam lab.; obat, obat
tradisional, kosmetika, makanan-minuman, bahan berbahaya
dan alat kesehatan; di industri farmasi, instalasi farmasi rumah
sakit, instansi pengawasan mutu obat dan makanan-minuman
atau lab. sejenisnya, di sektor pemerintah maupun swasta,
dengan fungsi :pelaksanaan analisis, pengujian mutu,
pengembangan metode analisis dan peserta aktif dalam
pendidikan dan penelitian di bidang analisis farmasi. Program
ini diharapkan dapat dikelola oleh Perguruan Tinngi Negeri
yang mempunyai Fakultas atau Jurusan Farmasi dengan
status Program Diploma (D3). Sekolah Menengah Farmasi
saat ini berbenah diri untuk ditingkatkan menjadi Program
Diploma seperti yang diuraikan di atas
Pendidikan Tinggi Farmasi
Tahun 1984 dibentuk Forum Komunikasi (ForKom) dengan
anggota 8 Perguruan Tinggi Farmasi Negeri (Dekan atau
Ketua Jurusan) bertemu satu kali dalam satu tahun tahun
sebagai wadah sumbang saran dalam rangka meningkatkan
atau mengembangkan pendidikan. Beberapa kesepakatan
penting yang dibuat antara lain :
1. Usaha penyeragaman status pendidikan tinggi Farmasi
menjadi Fakultas Farmasi.
2. Usaha penyeragaman lulusan Farmasis, khususnya
Apoteker dengan menetapkan kurikulum minimal selain
Kurikulum Inti.
3. Pelaksanaan ujian negara bagi Perguruan Tinggi Swasta
(sekarang ini sudah dihapus)
4. Pengembangan program studi baru, misalnya D-III Farmasi,
Pascasarjana Farmasi, dan Spesialis.
14
Tantangan pembangunan di bidang kesehatan, khususnya bagi
Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia ialah menghasilkan
produk yang memenui Standar Profesi Apoteker (Standard
Operating Procedure = SOP) sebagai berikut :
15
D. PELAYANAN FARMASI
16
peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring, visite,
dan lain-lain.
2. Decision-Maker
Seorang Farmasis/apoteker merupakan seorang yang mampu
menetapkan/ menentukan keputusan terkait pekerjaan
kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian jenis
sediaan, penyesuaian dosis, yang bertujuan agar pengobatan lebih
aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang Farmasis/apoteker harus mempunyai keterampilan
berkomunikasi yang baik, sehingga pelayanan kefarmasian dan
interaksi antar tenaga kesehatan berjalan dengan baik, misalnya
konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke
bangsal/ruang perawatan pasien.
4. Manager
Seorang Farmasis/apoteker merupakan seorang pengelola dalam
berbagai aspek kefarmasian, sehingga kemampuan ini harus
ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh pengelola
obat (seperti Pedagang Besar Farmasi/PBF), seorang manager
Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi,
dan lain lain.
5. Leader
Seorang Farmasis/apoteker harus mampu menjadi pemimpin
dalam memastikan terapi berjalan dengan aman, efektif dan
rasional, misalnya sebagai direktur industri farmasi (GM), direktur
marketing, dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang Farmasis/apoteker harus memiliki semangat belajar
sepanjang waktu, karena informasi/ilmu kesehatan terutama
farmasi (obat, penyakit dan terapi) berkembang dengan pesat,
sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan.
7. Teacher
Seorang Farmasis/apoteker dituntut juga dalam mendidik generasi
selanjutnya, baik secara real menjadi guru maupun dosen, ataupun
sebagai seorang farmasi yang mendidik dan menyampaikan
informasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang
membutuhkan informasi.
8. Researcher
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama
dalam penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik,
disamping itu farmasi juga bisa meneliti aspek lainnya misal data
17
konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula,
penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik).
9. Pharmapreneur
Seorang Farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha
dalam mengembangkan kemandirian serta membantu
mensejahterakan masyarakat, misalnya dengan mendirikan
perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan,
dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari segala seluk-beluk mengenai obat.
Ilmu farmasi adalah terapan dari (sedikitnya) tiga bidang ilmu
yaitu kedokteran, kimia, dan biologi. Ruang lingkup ilmu farmasi tak hanya
berfokus pada bidang ilmu eksakta, melainkan juga pada bidang ilmu
sosial seperti Manajemen Farmasi dan Farmakoekonomi.
SARAN
Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan guna membantu
berkembangnya makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
H.P., Rang; M.M, Dale; J.M., Ritter; R.J., Flower; G., Henderson (2011).
"What is Pharmacology". Rang & Dale's pharmacology (edisi ke-7th).
Edinburgh: Churchill Livingstone. hlm. 1. ISBN 978-0-7020-3471-8. a
drug can be defined as a chemical substance of known structure,
other than a nutrient of an essential dietary ingredient, which, when
administered to a living organism, produces a biological effect.
20
World Health Organization (2003). Introduction to drug utilization
research (PDF). Geneva: World Health Organization.
hlm. 33. ISBN 978-92-4-156234-8. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2016-01-22.
21