Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Nurul Aini

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BUDAYA KERJA ORANG JEPANG

(MANAJEMEN DAN ETOS KERJA)

NAMA : NURUL AINI


NPM : 1910014321008
DOSEN :Oslan Amril,S.S,M.Si

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS BUNGHATTA
2020
1. Sejarah Awal Budaya Kerja di Jepang
Budaya kerja Jepang pada awalnya muncul saat para pelajar asli Jepang
belajar ke luar negeri. Salah satunya adalah belajar ke Cina untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan sistem dalam penulisan karakter. Ini
dibuktikan dengan adanya penemuan kertas dan pengobatan tradisional.
Pada waktu Perang Dunia 2, Jepang juga telah bekerja keras sampai
berkorban nyawa. Pada perang ini, Jepang mengalami kekalahan yang terjadi
karena peralatan militer Jepang tidak secanggih peralatan Amerika Serikat.
Setelah bom atom Amerika menghunjam Hiroshima dan Nagasaki yang
merupakan jantung kota Jepang tahun 1945, semua pakar ekonomi saat itu
memastikan Jepang akan segera mengalami kebangkrutan. Namun, kekalahan
Jepang ini tidak meruntuhkan semangat untuk selalu bekerja keras. Dalam kurun
waktu kurang dari 20 tahun, Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan
menyaingi perekonomian negara yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan
tahunan negara Jepang bersaing ketat di belakang Amerika Serikat. Apalagi di
bidang perteknologian, Jepang menjelma menjadi raksasa di atas negara-negara
besar dan berkuasa lainnya. Dengan segala kekurangan secara fisik, tidak fasih
berbahasa Inggris, kekurangan sumber tenaga kerja, dan selalu terancam bencana
alam rupanya tidak menghalangi mereka menjadi bangsa yang dihormati dunia.
2. Konsep budaya kerja di Jepang :
a. Rasa Disiplin yang Tinggi
Budaya kerja di Jepang terkenal dengan perfeksionis dan kedisiplinan.
Hal membuat jadwal kerja tertata dengan rapi. Waktu bekerja juga
dihitung dengan teliti.
b. Bekerja Dengan Detail
Masyarakat Jepang selalu memperhatikan pekerjaan yang sering dianggap
orang lain tidak penting. Karena budaya inilah, barang-barang yang
diproduksi Jepang memiliki kualitas yang bagus.
c. Berdedikasi Tinggi
Masyarakat Jepang selalu bersikap totalitas dan berdedikasi tinggi.
Bahkan, masyarakat Jepang biasanya memulai pekerjaan 30 menit
sebelum jam kerja untuk mempersiapkan semua kebutuhan kerja.
d. Sistem Kerja Senior - Junior yang Positif
Adanya sistem senioritas ini dapat mengajarkan para junior rasa hormat
terhadap atasan, senior, bahkan tamu. Salah satu contohnya adalah dengan
menggunakan bahasa yang sopan saat berkomunikasi. Dalam hal
senioritas, para junior mempunyai hal untuk diajari oleh senior. 
e. Tidak Membedakan Pekerjaan
Setiap orang harus siap untuk melakukan segala jenis pekerjaan. Bahkan,
harus siap untuk melakukan pekerjaan yang tidak disukai juga.
f. Kebiasaan Lembur
Kebiasaan lembur dilakukan oleh sebagian besar pekerja Jepang. Sistem
kerja masyarakat Jepang adalah berangkat di awal waktu dan pulang
paling akhir
3. Konsep Etos Kerja di Jepang:
a. Kaizen
Kaizen yang berarti sebuah pengembangan dan perbaikan yang dilakukan
berulang-ulang. Konsep ini bisa diterapkan tidak hanya dalam
pekerjaan,tapi konsep kaizen juga bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Konsep kaizen ini mengajarkan masyarakat untuk
berkomitmen dengan waktu.
Cara menerapkan konsep kaizen:
1) identifikasi terhadap waktu yang terbuang percuma.
2) lakukan langkah kecil untuk membuat waktu lebih efektif dan
efisien.
3) cobalah mengevaluasi langkah yang telah dibuat dan teruslah
perbaiki.
4) Standardize: Buat sebuah standar proses untuk setiap aktivitas
yang terorganisir dan bisa diulang secara rutin
5) Measure: Ukur proses tersebut dengan data numerik seperti
jumlah jam yang dibutuhkan, dsb
6) Compare: Bandingkan hasil pengukuran dengan ketentuan
standar.
7) Innovate: Cari metode baru yang lebih baik dan efisien untuk
mencapai hal yang sama atu bahkan lebih
8) Standardize: Ciptakan standar proses yang baru lagi dari metode
yang sudah lebih efisian tersebut
9) Repeat: Ulang dari langkah 1 dan mulai kembali

b. Bushido
Bushido mempunyai arti “ksatria”, merupakan kode etik dari golongan
samurai. Seorang samurai sangatlah loyal dan total terhadap tuannya.
Bahkan ia rela untuk melakukan hara-kiri untuk mengembalikan
kehormatan dirinya. Maka dari itu masyarakat Jepang memiliki loyalitas
dan pengabdian tinggi terhadap perusahaan. Mereka juga bekerja sangat
total sehingga orang Jepang cenderung loyal dan jarang berpindah
perusahaan.
Bushido memiliki serangkaian nilai-nilai inti adalah kegigihan atau
ketekunan(Kennin), keyakinan akan diri sendiri(Shinnen), kepedulian
dan kebijaksanaan(Shincho), keadilan dan kebenaran(Seigi),
kesederhanaan dan keseimbangan(Sessei), perbuataan baik dan
amal(Jizen), Kiharapan dan optimisme(Kibo).
cara menerapkannya:
1) Menghargai orang tua dan rekan kerja. 
2) Setia pada janji dan pekerjaan.
3) Bijak dalam menggunakan uang. 
4) Optimis dalam segala sesuatu

c. Meishi Kokan
Konsep meishi kokan merupakan konsep etos kerja yang dilakukan
dengan menukar kartu nama. Setiap orang harus menerima kartu nama
menggunakan kedua tangan. Baca informasi kartu nama dengan detail dan
ulangi informasi tersebut untuk konfirmasi. Terakhir, letakkan kartu nama
di meja agar bisa dijadikan acuan saat membahas perihal bisnis.

d. Keishan
Keishan berarti kreatif, inovatif dan produktif. Konsep ini membuat orang
Jepang selalu terbuka untuk berkarya, berinovasi dan mempelajari hal-hal
baru saat bekerja. Hal yang bisa dipelajari adalah mengajarkan kepada
kita supaya tidak pernah berhenti belajar sehingga bisa menghasilkan
karya-karya yang unik, kreatif, dan bermanfaat. cara menerapkannya:
1) Lakukan daily stand up meeting. 
2) Jangan berhenti mencari inspirasi. 
3) Cari rekan yang memiliki pemikiran serupa. 

e. Ganbatte
Konsep ganbatte dalam etos kerja Jepang diartikan sebagai tetap semangat
dan melakukan yang terbaik. Konsep ini muncul karena semangat
masyarakat Jepang yang tertanam sejak kecil. Hal yang bisa dipelajari
adalah Masyarakat Jepang dikenal dengan semangatnya yang tak kunjung
padam dalam menghadapi tantangan apapun dalam kehidupan mereka.
Semangat ini tertanam dari sejak mereka kecil hingga mereka dewasa.
cara menerapkannya:
1) Kejar sesuatu hingga titik darah penghabisan. 
2) Miliki mimpi yang besar dan target skala kecil. 
4. Beberapa tradisi warga Jepang yang diwariskan kepada anak cucu
mereka :
a. Kerja Keras
Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat
tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,
sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat
mobil yang bernilai sama. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh
dikatakan “agak memalukan” di Jepang.
b. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri
(bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era
samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Mereka malu
terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun
norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
c. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap
anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang
kehidupan.
d. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata
dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat
jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin
implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima
fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai
dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
e. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan
dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam
bentuk yang diminati oleh masyarakat.
f. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting
dan pantang menyerah. Kemiskinan sumber daya alam tidak membuat
Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,
batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal
dari negara lain termasuk Indonesia.
g. Budaya Baca
Jepang didalam densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya
baik anak-anak maupun dewasa membaca buku atau koran. Tidak peduli
duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk
membaca.
h. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu
bersifat individualistik. Ini tidak hanya di dunia kerja, tapi kampus dan lab
penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya
juga dalam bentuk kelompok.
i. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak
dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab
terhadap barang miliknya sendiri. Pada dibangku SMA ataupun kuliah
hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua.
Kebanyakan mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah
dan kehidupan sehari-hari..
j. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada
dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang
Jepang.

DAFTAR PUSTAKA :
1. https://we-xpats.com/id/guide/as/jp/detail/2590/

2. https://jic.co.id/budaya-kerja
3. https://glints.com/id/lowongan/5-etos-kerja-jepang/#.X5wa324zbDc

4. https://maxima.id/mengenal-budaya-kerja-yang-mampu-
membangkitkan-jepang-menjadi-negara-maju/
5. http://karir.mercubuana.ac.id/budaya-kerja-orang-jepang/

Anda mungkin juga menyukai