Makalah Kel 3 Askep Luka Bakar
Makalah Kel 3 Askep Luka Bakar
Makalah Kel 3 Askep Luka Bakar
Disusun oleh
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena atas berkat rahmat
beliulah, sehingga makalah l ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar”
Disadari sepenuhnya oleh penulis bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan masukan yang bersifat membangun untuk memperbaiki penyusunan makalah ini
sangat di harapkan. Dengan segala keterbatasan yang di miliki penulis mohon maaf sebesar-besarnya
jika ada dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang tidak berkenan di hati pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................6
2.1Definisi....................................................................................................................................6
2.2Etiologi....................................................................................................................................6
2.3Patofisiologi............................................................................................................................6
2.4fase luka bakar.........................................................................................................................7
2.5Manifestasi klinis....................................................................................................................7
2.6Komplikasi..............................................................................................................................7
2.7 Klasifikasi………….……………………………………………………………………........7
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus
sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut.
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu
yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami oleh bakteri patogen, mengalami eksudasi dengan
perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan kerap kali memerlukan pencangkokan
kulit dari bagian tubuh untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Rittenhouse et al, 2019).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012, secara global, trauma luka
bakar termasuk kedalam peringkat ke 15 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa muda
yang berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun.
Lebih dari 95% trauma luka bakar yang serius terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Asia Tenggara merupakan wilayah penyumbang terbesar kasus luka bakar di dunia dengan angka
kematian tertinggi adalah perempuan dan anak-anak dibawah usia 5 tahun serta orang tua yang
berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan luka bakar karena lsitrik menyebabkan sekitar 1.000 kematian
per tahun. Sekitar 90% luka bakar terjadi di negara berkembang, secara keseluruhan hampir 60% dari
luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat kejadian 11,6 per 100.000
penduduk (Luka Bakar Kita, n.d.)
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia listrik dan radiasi. Juga disebabkan oleh kontak
dengan suhu rendah (ferosbite), luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian atau akibat lain yang
berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik(Luka Bakar : Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll |
Hello Sehat, n.d.)
1. Luka bakar termal : agen pencedera, dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas
3. Luka bakar kimia : terjadi dari tipe/kandungan agen pencedera serta konsentrasi dan suhu agen
4. Luka bakar listrik : suatu trauma yang disebabkan oleh arus listrik, yang mengenai kulit mukosa
dan jaringan yang lebih dalam
2.2 Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas
dapat dipindahkan melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi denaturasi protein atau iosinasi isi sel. Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar :
1. Api
2.3 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan oleh radiasi elektromgnetik. Pada kasus luka bakar listrik kerusakan
diakibatkan oleh arus listrik yang masuk ke tubuh dan menjalar ke jaringan. Ekstremitas biasanya
terkena kerusakan jaringan yang lebih parah, karena ukurannya lebih kecil dibanding tubuh,
menyebabkan arus yang besar terkumpul di ekstremitas. Luka tambahan karena listrik adalah luka
bakar pada kulit pada tempat masuk dan keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran
arus listrik. Luka bagian dalam biasanya termasuk kerusakan otot, kerusakan saraf dan kemungkinan
penggumpalan darah disebabkan tekanan arus listrik, kerusakan organ dalam rongga atau perut(Luka
Bakar : Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll | Hello Sehat, n.d.)
1. Fase akut : disebut fase awal yaitu fase syok, penderita mengalami ancaman gangguan jalan nafas,
breathing, circulation. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut : berlangsung setelah syok teratasi, masalah yang sering terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
3. Fase lanjut : akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ fungsional(Luka Bakar - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter, n.d.)
Beratnya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka :
1. Luka bakar derajat I : merupakan luka bakar yang ringan, kulit yang terbakar akan menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan daerah yang
terbakar akan menjadi memutih dan belum menjadj lepuhan
2. Luka bakar derajat II : menyebabkan kerusakan yang paling dalam, kerusakan terjadi di epidermis
dan dermis. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan yang kental
dan jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan nyeri.
3. Luka bakar derajat III : kerusakan yang paling dalam, terjadi di seluruh epidermis dan dermis telah
rusak dan juga merusak jaringan dibawahnya (lemak atau otot) permukaan bisa berwarna putih dan
lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar(BAB III luka bakar, n.d.)
2.6 Komplikasi
1. Syok hipofolemik
3. Hipermetabolisme
4. Infeksi
2.7 Klasifikasi
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau Total
Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules Of Nine Of Walles dari
Walles. Perhitungan cara ini dapat diterapkan pada orang dewasa karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule Of Nines menurut Lund and
Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun(Luka Bakar - Gejala, penyebab
dan mengobati - Alodokter, n.d.)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan luka bakar yang paling awal adalah resusitasi kemudian diikuti dengan
perlakuan khusus terhadap luka bakar dengan manajemen luka atau debridemen
bedah.Penatalaksanaan Awal, sebelum memulai penatalaksanaan, perlu diingat perlindungan diri bagi
penolong, khususnya bagi penolong yang berada di tempat kejadian. Pajanan seperti api atau listrik
harus dipastikan tidak ada lagi atau diminimalisir oleh alat pelindung diri saat penolong masuk.
Seringkali korban cedera elektrik mengalami gangguan kardiak seperti aritmia atau bahkan fibrilasi
ventrikel. Dapat diusahakan untuk menangani masalah tersebut sesuai prinsip ATLS (Advanced
Trauma Life Support) di rumah sakit atau sebelum ke rumah sakit bila fasilitas tersedia.
Penatalaksanaan lanjutan, Penatalaksanaan lanjutan dimulai dari penatalaksanaan kegawatdaruratan
hingga manajemen luka(Da, n.d.)
Penatalaksanaan lanjut untuk pernapasan terkait dengan adanya gangguan ekspansi toraks akibat luka
bakar melingkar atau adanya eskar di daerah dada atau abdomen. Dalam hal ini perlu dilakukan
eskarotomi segera setelah resusitasi jalan napas. Eskaratomi dilakukan dengan melakukan sayatan
menembus eskar hingga keluar darah (pertanda sudah mencapai sub-eskar).
Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan dilakukan setelah penanganan airway dan breathing selesai. Prinsip resusitasi cairan
adalah penggantian volume secara adekuat dalam waktu singkat. Untuk mencapai resusitasi cairan
yang cukup dapat digunakan beberapa jalur intravena sekaligus.
Resusitasi Syok
Resusitasi syok (untuk luka bakar berat: luas luka bakar >25%, dengan syok, atau keterlambatan > 2
jam). Untuk mengetahui berapa cairan yang harus digantikan, terlebih dahulu harus diprediksi volume
sirkulasi. Volume sirkulasi merupakan 10% dari total volume tubuh. Bila volume sirkulasi yang
hilang > 25% syok hipovolemia akan terjadi. Cairan kristaloid dapat diberikan di awal sesuai jumlah
volume sirkulasi. Pada kasus resusitasi masif, sebaiknya menggunakan koloid non-protein [3]. Jika
resusitasi awal tidak mengalami masalah, dapat digunakan koloid iso-onkotik seperti HES 6% sebagi
plasma substitute. Untuk kebutuhan resusitasi yang lebih besar (contoh: kasus terlambat datang, CVP
tetap rendah setelah pemberian cairan dalam jumlah besar), maka dapat diberikan plasma expander
seperti HES 10%.
4. Penilaian perfusi seluler dengan melihat apakah ada peningkatan glukosa, serum laktat, trigliserida,
dan hipoalbuminemia
5. Penilaian hemodinamik dengan melihat tekanan darah dan produksi urin, serta menilai balans
cairan
Cairan Pemeliharaan
2. Anak: 100 ml/10 kgBB pertama, 50 ml/10 kgBB kedua, dan 25 ml/10 kgBB sisanya.
Pakaian atau kain yang menempel harus dilepaskan terlebih dahulu dengan bantuan irigasi.
Debridement dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi, [10] dengan membersihkan sisa-sisa jaringan
nekrotik dan material asing (contoh: aspal) yang masih menempel. Saat ini disarankan agar luka
dibersihkan dengan menggunakan cairan saline normal dan sabun saja, tidak menggunakan
disinfektan (contoh: Povidon iodine) yang dapat menghambat epitelisasi luka.
Bula yang telah ruptur dibersihkan hingga tidak ada jaringan tersisa. Untuk bula yang belum ruptur,
belum terdapat rekomendasi yang tepat apakah sebaiknya dipecahkan atau tidak. [11] Secara umum,
bula yang relatif kecil dapat dibiarkan karena justru bekerja sebagai barrier infeksi [10], sementara
bula yang sangat besar dan mungkin memberikan tekanan ke jaringan di bawahnya dipecahkan
dengan hati-hati dengan membuat lubang kecil pada ‘atap’ bula. Aspirasi bula tidak disarankan karena
dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selain penatalaksanaan luka bakar secara umum yang telah dibahas di atas, terdapat beberapa
penatalaksanaan khusus untuk luka bakar karena bahan kimia.Perlu diingat bahwa konsentrasi toksin
dari bahan kimia serta durasi kontak menjadi penentu utama derajat kerusakan jaringan. Karenanya,
penanganan harus dilakukan sedini mungkin. Komponen penting dari terapi aktif cedera kimia adalah
irigasi yang adekuat pada semua luka dan area yang terpajan dengan volume air yang besar dan
tekanan sedang. Setelah diirigasi, dapat pula digunakan sabun untuk membersihkan daerah luka.
Khususnya untuk daerah mata, paparan terhadap asam tidak perlu diirigasi terlalu lama (hanya hingga
pH mata netral tercapai). Namun, paparan terhadap alkali sebaiknya diirigasi selama 2-3 jam.
BAB III
KASUS SEMU
Seorang pasien bernama Tn. A berusia 27 tahun dengan BB 60 kg datang ke RSUA jam 11.00 pagi
karena terkena ledakan tabung gas. Kejadian pasien terluka bakar pada jam 08.00. Daerah luka bakar
terjadi pada sebagian besar dada klien ( Nilai : 18%). Keluhan utama klien saat datang ke RSUA
merintih kesakitan saat di kaji skala nyeri 7. Klien juga mengeluhkan nyeri pada area luka bakar .
Pasien mendapatkan 500 cc cairan.
Resusitasi cairan
Rumus Baxter :
a. Pengkajian
Anamnesa
a. Nama : Tn. S
d. Usia:27 tahun
g. Alamat: Surabaya
h. Agama: Islam
b. Riwayat Penyakit Sekarang: 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. A menderita luka bakar karena
terkena ledakan tabung gas elpiji . Tn. S tidak memiliki riwayat Diabetes dan hipertensi. Kesadaran
composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 36,8 °C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60
kg
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Tn.A mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk rumah
sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC
e. Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis
Suhu : 36,8°C
Pernapasan: 29x/menit
Berat badan : 60 kg
Kepala
Rambut : hitam
Leher
Dada
Bentuk : simetris
Perut
Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian dada (18%). Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit
tampak cairan.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus
sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut. Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-
bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami oleh bakteri
patogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan
kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh untuk menghasilkan penutupan luka
yang permanen (Rittenhouse et al, 2019).
4.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman mahasiswa agar
mencari reverensi lain selain dari makalah ini, dan penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah yang
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Luka Bakar : Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll | Hello Sehat. (n.d.). Retrieved October 13, 2021,
from https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/luka-bakar/
Luka Bakar - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter. (n.d.). Retrieved October 13, 2021, from
https://www.alodokter.com/luka-bakar
SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.