Makalah Abk
Makalah Abk
Makalah Abk
PELAYANAN ABK
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus)
Disusun oleh:
Umi Fadilah 11190183000003
Irma Etika 11190183000011
Firda Luthfiyatun Nisa 11190183000024
Kelas 5 A
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam beserta keluarga dan sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir
zaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Siti
Masyithoh, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis. penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat
menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca demi
kemajuan pendidikan.
Judul makalah ini ialah mengenai “Mengidentifikasi, Asesmen dan Tindak
Lanjut Pemberdayaan ABK”. Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis berharap agar makalah yang telah penulis susun ini dapat mudah dipahami
oleh siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
yang membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan
menerima segala bentuk kritikan yang bersifat membangun dan saran-saran yang
dapat memberikan manfaat bagi catatan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara dan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana cara dan proses asesmen anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana tindak lanjut pemberdayaan anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dimbil tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara dan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui cara dan proses asesmen anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui tindak lanjut pemberdayaan anak berkebutuhan khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
(screening) dan identifikasi aktual (actual identification). Menurut
Wardani (1995) dalam Gunawan (2016) identifikasi merupakan
langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan
atau kesulitan. Setiap anak unik. Anak-anak memiliki kekuatan dan
kelemahan mereka sendiri. Perkembangan mereka berkembang sesuai
dengan urutan tertentu, tetapi langkahnya dapat bervariasi. Wajar jika
beberapa anak dapat unggul di bidang tertentu tetapi memiliki
kekurangan di bidang lain1.
Namun, jika anak-anak menampilkan masalah atau kesulitan yang
ditandai dalam satu (atau lebih banyak) bidang perkembangan, dan
kinerjanya menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan
dengan anak-anak lain pada usia yang sama, disarankan untuk merujuk
anak-anak untuk penilaian profesional.
Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak-
anak berkebutuhan khusus, berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik
ada pada sesorang anak, yang mencakup kondisi fisik, kemampuan
intelektual, komunikasi, maupun sosial emosional.
a. Kondisi fisik, ini mencakup keberadaan kondisi fisik secara
umum (anggota tubuh) dan kondisi indera seorang anak, baik
secara organic maupun fungsional, dalam artian apakah kondisi
yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak, misalnya apakah
ada kelainan mata yang mempengaruhi fungsi penglihatan.
b. Kemampuan intelektual, dalam konteks ini adalah kemampuan
anak untuk melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah.
Kesanggupan mengikuti berbagai pelajaran akademik yang
diberikan guru.
c. Kemampuan komunikasi, kesanggupan seorang anak dalam
memahami dan mengekspresikan gagasannya dalam
berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya, baik secara
lisan/ucapan maupun tulisan.
d. Sosial emosial, mencakup aktivitas sosial yang dilakukan
seorang anak dalam kegiatan interaksinya dengan teman-teman
ataupun dengan gurunya serta perilaku yang ditampilkan dalam
pergaulan kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan lainnya.2
1
Mirnawati, M.Pd., Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, ( Yogyakarta :
Budi Utama, 2020) hlm.11
2
Dr. Dudi Gunawan, M.Pd, Modul Pembelajaran SLB Tuna Rungu, (Bandung: 2016) hlm.33-35
3
2. Tujuan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
a. Tujuan Identifikasi Secara Umum
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk Menghimpun
informasi secara lengkap mengenai kondisi anak berkebutuhan
khusus dalam rangka penyususnn program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhannya.Untuk menghimpun informasi apakah
seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual,
sosial, emosional). Disebut mengalami kelainan/penyimpangan
tentunya jika dibandingkan dengan anak lain yang sebaya
dengannya. Hasil dari identifkasi akan dilanjutkan dengan
asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan
progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.
4
3. Ruang Lingkup Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Contoh alat
identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam
rangka menemukenali anak yang memerlukan layanan pendidikan
khusus, antar lain sebagai berikut.
Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak
Form 2 : Informasi/ data orang tua anak/wali siswa
Form 3 : Informasi profil kelainan anak (AI-ALB)
Dari ketiga informasi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai
berikut.Informasi riwayat perkembangan anak.
a. Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi mengenai anak sejak di dalam kandungan hingga
tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD/MI. Informasi ini penting
sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak,
mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema
belajar.
b. Data orangtua/ wali siswa
Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai keadaan orang tua/wali siswa yang
bersangkutan. Data orang tua/wali siswa sekurang-kurangnya
mencakup informasi mengenai identitas orang tua/wali, hubungan
orang tua-anak, data sosial ekonomi orang tua, serta tanggungan
dan tanggapan orang tua/ keluarga terhadap anak. Identitas orang
tua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga
identitas ibu, misalnya umur, agama, status, pendidikan, pekerjaan
pokok, pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal. Data mengenai
tanggapan orang tua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi
orang tua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orang tua
terhadap anak yang bersangkutan, harapan orang tua dan bantuan
yang diharapkan orang tua untuk anak yang bersangkutan.
c. Informasi mengenai gangguan/ kelainan anak
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat
penting, tanda tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa
(jika ada) perlu diketahui guru. Kadang-kadang adanya kelainan
khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat
menjadi salah satu faktor timbulnya problema belajar. Tentu saja
hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang
dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.5
5
Mirnawati, M.Pd., Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, ( Yogyakarta :
Budi Utama, 2020) hlm.15
5
4. Sasaran Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Sasaran identifikasi yang dilaksanakan oleh peserta diklat yaitu
anak berkebutuhan khusus pengertian anak berkebutuhan khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan
yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam akademik dan
perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua
kategori yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan
khusus yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan
situasi lingkungan. Misalnya:
a. Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat
kerusuhan dan bencana alam, atau tidak bisa membaca karena
kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami kedwibahasaan
(perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan
karena kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer,
apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan
hambatan belajarnya bisa menjadi permanen.
b. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen
maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar
dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang
dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1) faktor lingkungan,
2) faktor dalam diri anak sendiri,
3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.
c. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak
berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan
khusus permanen, Seperti :
1) Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)
2) Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Wicara)
3) Anak dengan gangguan Penglihatan (Tuna Netra)
6
4) Anak dengan kelainan Kecerdasan Anak dengan gangguan
kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
5) Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
6) Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa).
7) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras)
8) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
9) Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
10) Anak gangguan belajar spesifik
11) Anak lamban belajar (slow learner)
12) Anak Autis
13) Anak ADHD
7
benar-benar objektif dan komprehensif terhadap kondisi dan
kebutuhan anak.6
6
Endang Pudjiastuti Sartinah & Sujarwanto, Bimbingan Dan Konseling Anak Berkebutuhan
Khusus, Surabaya : Jakad Media Publishing, 2019, H.35
7
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press Padang,
2015, Edisi Revisi, H.44
8
b. Klasifikasi, untuk mengklasifikasikan jenis dan berat atau
ringannya kebutuhan anak yang bersangkutan.
c. Perencaanaan program bimbingan dan pengajaran
d. Evaluasi siswa
e. Penempatan
f. Grading/penilaian
g. Prediction,untuk memperkirakan potensi atau kinerja anak atau
kelompok anak di masa datang.
h. Perencanaan individual, dapat digunakan untuk bimbingan
sehubungan karir.8
8
Rafael Lisinus & Pastiria Sembiring, Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus ( Sebuah Perspektif
Bimbingan Dan Konseling), Yayasan Kita Menulis, 2020, H.35
9
Ibid, H.36
9
a. Menentukan cakupan dan tahapan keterampilan yang akan
diajarkan.
Agar pelaksanaan asesmen dapat dilakukan secara efektif,
maka seyogyanya guru terlebih dahulu memahami tahapan
kompetensi pembelajaran siswa dalam bidang pembelajaran
tertentu. Ini penting dilakukan untuk mengetahui dengan jelas
keterampilanketerampilan apa yang telah dikuasai siswa. Secara
teknik guru dapat melakukannya melalui analisis tugas dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Menetapkan perilaku yang akan diasesmen.
Asesmen perilaku diawali dari tahapan yang paling umum
menuju tahapan yang khusus. Perilaku umum menunjuk pada
rentang kompetensi siswa dalam penguasaan materi kurikulum,
misalnya pada mata pelajaran bahasa mencakup kompetensi dasar
untuk semua aspek bahasa. Sedang yang khusus, mungkin hanya
pada aspek membaca saja.
c. Memilih aktivitas evaluasi.
Guru harus mempertimbangkan aktivitas yang akan
dilakukan itu untuk evaluasi dalam rentang kompetensi umum,
atau kompetensi khusus. Evaluasi kompetensi umum, lazirnnya
dilakukan secara periodik (semester), sedang untuk kompetensi
khusus sebaiknya dilakukan secara formatif dan
berkesinambungan.
d. Pengorganisasian alat evaluasi.
Hal ini dilakukan berkenaan dengan evaluasi pendahuluan,
yang mencakup; identifikasi masalah, pencatatan bentuk-bentuk
kesalahan yang terjadi, dan evaluasi keterampilan-keterampilan
tertentu. Setelah evaluasi awal dilakukan, selanjutnya ditentukan
tujuan dan strategi pembelajaran, serta implementasi dan
pemantauan kemajuan belajar siswa.
e. Pencatatan kinerja siswa.
Ada dua hal mengenai kinerja siswa yang harus dicatat
guru, yaitu kinerja siswa pada pelaksanaan tugas sehari-hari, dan
penguasaan keterampilan secara keseluruhan, yang umurnnya
dicacat pada laporan kemajuan belajar siswa.
f. Penentuan tujuan pembelajaran khusus untuk jangka pendek dan
jangka panjang
Di sini guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran khusus
bagi anak dalam jangka pendek secara spesifik misalnya dalam
10
aspek membaca atau mengeja dalam pelajaran bahasa, tetapi harus
tetap berkontribusi dalam tujuan jangka panjang.10
10
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press
Padang, 2015, Edisi Revisi, H.51
11
Ibid, H. 52
12
Septy Nurfadhillah, Pendidikan Inklusi SD, Jawa Barat : CV Jejak, 2020, H.96
11
5. Teknik-Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
Asesmen dapat dilakukan dengan baik jika menggunakan teknik
yang tepat akurat. Pemilihan teknik asesmen disesuaikan dengan
maksud, tujuan, dan ruang lingkup asesmen. Pemilihan teknik yang
tepat akan menghasilkan data yang komprehensif dan akurat. Berikut
ini ada beberapa teknik asemen yang dapat digunakan, teknik berikut
dapat digunakan pada asesmen formal danl atau asesmen informal.
a. Observasi
Metode observasi merupakan sebuah teknik pegumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penggalian data perilaku
subjek secara luas, menangkap berbagai macam interaksi, dan
secara terbuka mengeksplorasi topik-topik yang akan diteliti.
Cohen dan Swerdik (2010) menegaskan bahwa observasi
seringkali digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam berbagai
setting seperti penelitian perilaku di dalam labaratorium maupun di
dalam kelas, situasi klinis, industri guna untuk mengetahui perilaku
manusia dalam setting yang natural.
Dalam ilmu psikologi observasi menjadi salah satu metode
pengumpulan data yang sanat penting dan menjadi metode yang
paling diandalkan baik untuk tujuan asesmen maupun dalam proses
intervensi. 13
Selain dalam ilmu psikologi observasi juga bisa digunakan
dalam dunia pendidikan untuk memperoleh informasi tentang
perilaku spesifik seperti keterampilan sosial, keterampilan
akademik, kebiasaan belajar, dan keterampilan bantu diri.
Tahapan dalam observasi :
1) Menentukan perilaku apa yang akan diamati. Guru memilih
untuk mengamati semua perilaku anak dalam waktu tertentu
dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama waktu
tersebut. Teknik ini disebut dengan continuous recording
2) Memutuskan bagaimana perilaku tersebut akan diukur. Data
dikumpulkan setiap waktu sepanjang perilaku itu muncul.
3) Membuat keputusan.14
13
Ni’matuzahroh & Susanti Prasetyaningrum, Observasi Teori Dan Aplikasi Psikologi, Malang:
Universitas Muhammadiah Malang, 2018, H.45
14
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press
Padang, 2015, Edisi Revisi, h.58
12
4) Analisi sampel (Contoh ) Pekerjaan
Prosedur asesmen informal lain yang sering dilakukan oleh
guru adalah analisis contoh pekerjaan. Contoh pekerjaan tersebut
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh anak misalnya kertas
kerja, tugas menulis, respon membaca secara lisan atau karya seni.
Guru mengamati dan menganalisis contoh pekerjaan untuk
menentukan bidang mana anak mengalami keberhasilan dan bidang
mana anak mengalami kesulitan. Jenis analisis contoh pekerjaan
yang sering digunakan adalah analisis kesalahan. Analisis
kesalahan digunakan untuk memperoleh informasi tentang prestasi
anak. Saat ini analisis kesalahan digunakan dalam berbagai bidang.
Dalam menganalisis kesalahan, hasil pekerjaan anak dinilai sesuai
urutan untuk menentukan kesalahan, kemudian kesalahan anak
dideskripsikan dan dikategorikan untuk menentukan pola
kesalahan anak.15
6) Inventori Informal
Inventori informal digunakan untuk menilai prestasi anak
dalam kaitannya dengan kurikulum sekolah. Instrumen ini
dirancang untuk mengetahui prestasi anak dalam berbagai bidang
seperti membaca,. berhitung, dan menulis. Anastasi (1999)
rnenyatakan inventori informal sebagai suatu metode yang tidak
standar dalam menentukan kekuatan dan kelemahan anak dalam
bidang pendidikan.17
15
Ibdi, h.60
16
Ibdi, h.61-62
17
Ibid, h.62
13
b. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah proses menjabarkan tugas belajar ke
dalam beberapa komponen (unit yang terajarkan) untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam konteks asesmen, analisis tugas
merupakan teknik yang digunakan untuk mengasesmen dan
merencanakan pembelajaran. Gresham (1989) mendefinisikan
analisis tugas sebagai proses memisahkan, mengurutkan dan
menggambarkan semua komponen tugas dalam bentuk unit yang
terinci.18
c. Ceklist
Ceklist merupakan salah satu teknik asesmen yang
mengases perilaku yang tidak teramati (nonobservable behavior).
Ceklist mengungkap informasi terhadap sejumlah gambaran
perilaku anak yang disusun dalam bentuk sejumlah pemyataan, dan
anak mencocokkan pemyataan tersebut dengan kondisi dirinya. lsi
Ceklist bervariasi, misalnya tentang guru, orangtua anak, dan guru
terdahulu. Aspek yang diungkap juga bervariasi misalnya prestasi
akademik, perilaku di kelas, dan perkembangan anak.19
18
Ibid, h.63
19
Ibid, h.64
20
Ibid, h.69
14
Interviu dan kuesioner juga digunakan untuk memperoleh
informasi dari anak sendiri.21
21
Ibid, h.70
22
Ibid, h.72
23
Imam Yuwono, Identifikasi Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan
Inklisif, Banjarmasin : Pustaka Banua, 2015, H.27
15
3) Administrator
b. Orang tua dan anak
Orang tua dan anak yang bersangkutan dapat memberikan
informasi tentang semua aspek perkembangan. Hal ini perlu
dilakukan terutama jika anak memang telah mencapai usia sekolah
dan orangtua memang berkeinginan mengikuti proses asesmen.
c. Tenaga bantu kependidikan
1) Psikolog, psikolog perlu dilibatkan untuk menetapkan apakah
anak memang memerlukan layanan pendidikan khusu, dan
yang lebih penting untuk mengadministrasikan dan
menafsirkan beberapa tes, seperti tes intelegensi, tes
kepribadian, dan tes prestasi belajar.
2) Ahli bina bahasa dan wicara, bertugas mendiagnosis dan nanti
membina anak yang menunjukan gangguan bahasa dan wicara.
d. Tenaga medis
Tenaga medis yang terlibat dalam proses asesmen adalah
dokter, perawat, atau tenaga lain yang sudah menangani kesehatan
anak yang bersangkutan termasuk psikiater, neurolog,
operthamolog, peadiateris dan dokter ahli lain. Informasi yang
diperlukan adalah masalah/gangguan, kondisi, dan jenis penyakit
yang mungkin diderita anak.
16
dilakukan terutama jika anak memang telah mencapai usia sekolah
dan orangtua memang berkeinginan mengikuti proses asesmen.
h. Tenaga bantu kependidikan
3) Psikolog, psikolog perlu dilibatkan untuk menetapkan apakah
anak memang memerlukan layanan pendidikan khusu, dan
yang lebih penting untuk mengadministrasikan dan
menafsirkan beberapa tes, seperti tes intelegensi, tes
kepribadian, dan tes prestasi belajar.
4) Ahli bina bahasa dan wicara, bertugas mendiagnosis dan nanti
membina anak yang menunjukan gangguan bahasa dan wicara.
i. Tenaga medis
Tenaga medis yang terlibat dalam proses asesmen adalah
dokter, perawat, atau tenaga lain yang sudah menangani kesehatan
anak yang bersangkutan termasuk psikiater, neurolog,
operthamolog, peadiateris dan dokter ahli lain. Informasi yang
diperlukan adalah masalah/gangguan, kondisi, dan jenis penyakit
yang mungkin diderita anak.
Hasil asesmen ini selanjutnya akan dibawa oleh semua tim dalam
rapat untuk menetukan jenis dan intensitas layanan yang diperlukan
anak. Termasuk penempatan anak di sekolah. Dengan demikian anak
24
Haryanto, Pengantar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus, Univesitas Negeri Yogyakarta,
H.35-37
17
diharapkan memperoleh kualitas layanan yang sesuai dengan
kebutuhan individual anak.
25
Suparno, Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar
https://id.scribd.com/document/410042007/ABK-layanan-ABK-di-SD-pdf di akses pada 09,
Desember 2021 Pukul 16.56, Hal. 1
26
Abdul Hadi,Palasara Brahmani Laras, PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PENDIDIKAN INKLUSI JURNAL SELARAS. Kajian Bimbingan dan Konseling Serta Psikologi
Pendidikan Volume 4, Nomor 1,Mei 2021, Hal. 22
18
2. Pendekatan Pelayanan Pendidikan
Secara umum, dikenal adanya dua pendekatan yang sering
dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan
pendekatan individual.
a. Pendekatan Kelompok adalah pendekatan yang dilakukan secara
kelompok. Pendekatan ini memiliki kelebihan dalam hal waktu,
tenaga, dan biaya. Disamping kelebihan juga ada kelemahannya
yaitu kurang efektif dalam proses pembelajarannya.
b. Pendekatan individual yang dilakukan secara individu.
Pendekatan ini memiliki kelebihan dalam hal waktu, tenaga dan
biaya.
19
3) Communication media, yaitu penguasaan braille dalam
komunikasi.
Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (dalam
Suparno, 2008) menyatakan bahwa layanan khusus bagi anak
tuna netra yaitu sebagai berikut:
b. Anak Tunarungu
Menurut Suparno (2008) ada beberapa cara dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi anak tuna rungu, yaitu
sebagai berikut;
1) Metode oral, yaitu cara melatih anak tuna rungu dapat
berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang
mendengar.
2) Membaca ujaran, yaitu suatu kegiatan yang mencakup
pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara
sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup
pengertian atau pemberian makna pada apa yang diucapkan
lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa
turut berperan.
3) Metode manual, yaitu cara mengajar atau melatih anak tuna
rungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa
manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau
gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu
bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual. Bahasa
isyarat mempunyai beberapa komponen, yaitu: (a) ungkapan
20
badaniah, (b) bahasa isyarat lokal, dan (c) bahasa isyarat
formal.
4) Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan
menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan jari dengan satu
tangan (one handed), (2) ejaan jari dengan kedua tangan (two
handed), dan (3) ejaan jari campuran dengan menggunakan
satu tangan atau dua tangan.
5) Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan
salah satu modus atau semua cara komunikasi, yaitu
penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran,
amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar dan menulis, serta
pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan
kemampuan seseorang.
c. Anak Tunadaksa
Menurut Frieda Mangunsong (dalam Suparno, 2008) layanan
pendidikan bagi anak tuna daksa perlu memperhatikan tiga hal,
yaitu sebagai berikut:
1) Pendekatan Multidisipliner dalam Program Rehabilitasi Anak
Tunadaksa. Pendekatan multidisipliner merupakan layanan
pendidikan yang melibatkan berbagai ahli terkait secara terpadu
dalam rangka mengoptimalkan memampuan yang dimiliki oleh
anak. Beberapa ahli terkait memberikan layanan rehabilitasi
adalah ahli medis (dokter), dokter tulang, dokter syaraf, ahli
pendidikan, psikolog, pekerja sosial, konselor, ahli fisioterapi,
okupasi, dan ahli pendidikan khusus.
2) Program Pendidikan Sekolah. Program pendidikan sekolah
bagai mereka yang tidak mengalami kelainan mental relatif
sama dengan anak normal, hanya bina gerak masih terus
dikembangkan melalui fisioterapi dan terapi okupasi, utamanya
untuk perbaikan motoriknya.
3) Layanan Bimbingan dan Konseling. Layanan bimbingan dan
konseling diarahkan untuk mengembangkan self-respect
(menghargai diri sendiri).
d. Anak Tunagrahita
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tuna grahita lebih
diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remidiatif.
Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tuna grahita adalah
penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam
mengelola diri sendiri. Layanan pendidikan khusus bagi anak
21
tunagrahita meliputi latihan senso-motorik, terapi bermain dan
okupasi, serta latihan mengurus diri sendiri. Perkembangan
kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
e. Anak Tunalaras
Pendekatan pendidikan bagi anak tuna laras menggunakan
pendekatan bimbingan, konseling, dan terapi. Pendekatan terapi
yang sering digunakan untuk layanan pendidikan anak tuna laras
menurut Hardman (dalam Suparno, 2008) yaitu: (1) Insight-
oriented thterapies, (2) Play therapy, (3) Group therapy, (4)
Behavior therapy, (5) Marital and Family therapy, (6) Drug
therapy.27
22
a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan
secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk
anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus
diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus
untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau
Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa,
Sekolah Menangah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan
yang paling tua. Pada awal pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan
karena adanya kekhawatiran atau keraguan terhadap kemampuan
anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak
normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus
mereka. Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan
layanan khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Anak tunarungu
memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi; anak tunadaksa
memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan
terapi untuk mendukung fungsi fisiknya.
Terdapat empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan
sistem segregasi, yaitu:
1) Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang
paling tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan.
2) Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar
biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama.
3) Kelas jauh/Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan
untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.
4) Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga
kependidikan di SDLB terdiri dari kepala sekolah, guru untuk
anak tunanetra, guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak
tunagrahita, guru untuk anak tunadaksa, guru agama, dan guru
olahraga.
23
b. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak
biasa (normal) di sekolah umum. Terdapat tiga bentuk keterpaduan
dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut
Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah:
1) Bentuk Kelas Biasa: dalam bentuk keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa secara penuh
dengan menggunakan kurikulum biasa.
2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus: Pada
keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas
biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti
pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak
dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan
anak normal.
3) Bentuk Kelas Khusus; dalam keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan
kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah
umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu.
Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau
keterpaduan yang bersifat sosialisasi.28
28
Ibid, h.8-14
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Langkah awal yang dilakukan dalam menemukan dan menentukan
anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah melalui
identifikasi. Secara umum, identifikasi adalah upaya menemukenali
anak-anak yang diduga mengalami kelainan, atau berkebutuhan khusus.
Kegiatan ini sangat penting dilakukan oleh guru, untuk dapat
mememukan dan memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
pendidikannya.
Asesmen merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses
pembelajaran di sekolah, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar
dilakukan secara obyektif dan komprehentif terhadap kondisi dan
kebutuhan anak. Pada intinya asesmen berorientasi pada upaya
pengumpulan informasi secara sistematis dalam upaya perencanaan dan
implementasi pembelajaran siswa di sekolah.
Program pembelajaran individual (PPI) merupakan salah satu
program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak
berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek
atau jangka panjang Langkah awal untuk mengembangkan program
pembelajaran individu adalah dengan melakukan identifikasi dan
asesmen untuk mengetahui kompetensi dan bidang kesulitan yang
dialami oleh seorang anak. Informasi tersebut sangat diperlukan,
terutama untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Abdul & Palasara Brahmani Laras. PERAN GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM PENDIDIKAN INKLUSI JURNAL SELARAS.
Kajian Bimbingan dan Konseling Serta Psikologi Pendidikan Volume 4,
Nomor 1,Mei 2021
26
Nama : Umi Fadilah
NIM : 11190183000003
Kelas : 5A/PGMI
SLB NEGERI DEPOK
A. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Negeri Depok
Alamat Sekolah : Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya ( Regency Perumahan
Permata)
Kecamatan : Cipayung
Kabupaten/Kota : Depok
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 16439
Telepon : (021) 29097413
Status Sekolah : Negeri
B. Identitas Siswa
Nama Lengkap : Alika Ashadewi
Nama Panggilan : Alika
Tempat Tanggal Lahir : Depok, 20 Juni 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Khatolik
Penyita : TunaGrahita
Status Anak : Kandung
Anak ke : Ke-2
Alamat : Gang Duren No. 18 Parung Bingung RT 005/ RW 009 Kel.
Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Kota Depok
C. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Hendri Prihanto
Nama Ibu : Astrid Sri Unun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Gang Duren No. 18 Parung Bingung RT\ 005/ RW 009
Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec Pancoran Mas Kota Depok
27
D. Kunjungan Observasi
Tempat : Sekolah Luar Biasa Negeri Depok
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021
HASIL OBSERVASI
Lembar observasi
28
keagamaan, membantu orang tua, dan lain-lain.
29
temannya.
30
LAMPIRAN
31
Nama : Firda Luthfiyatun Nisa
NIM : 11190183000024
Kelas : 5A/PGMI
CATATAN LAPANGAN
A. Deskripsi
Pada tanggal 15 September 2021 tepatnya pukul 11:30 WIB, saya
mengunjungi Sekolah Luar Biasa Sumber Budi, pada saat itu saya bertemu
dengan Kepala Sekolah yang sedang menyapu di Sekolah Luar Biasa
Sumber Budi Yaitu Pak. Saufa Khairul. Pada pertemuan itu saya bertanya
dengan pak Saufa yang saya tidak ketahui bahwa dia kepala sekolah, saya
bertanya tentang bagaimana cara saya supaya bisa wawancara terkait anak
tunagrahita di SDLB ini, beliau menjawab besok saja datang kesini pagi-
pagi, soalnya guru disini sudah mau pulang setelah dzuhur. akhirnya
setelah saya bertanya dan mendapat jawaban tentang perizinan, saya
kemudian pulang untuk membuat pertanyaan.
Pada tanggan 16 september 2021 sekitar Pukul 08:30 WIB sesuai
dengan arahan pak Saufa kami datang pagi-pagi untuk melakukan
wawancara. Pada waktu itu kami disuruh menunggu kepala sekolah untuk
mendapatkan izin wawancara di Sekolah Luar Biasa Sumber Budi. Setelah
menunggu sekitae 30 menitan pukul 09:10 akhirnya Pak Kepala Sekolah
datang, saya langsung menemuinya untuk meminta izin, namun saya kaget
karena kepala sekolahnya adalah orang yang kemaren saya tanya. Nah
setelah berbincang sekitar 15 menitan, akhirnya saya mendapatkan izin
dan saya mewawancarai guru kelas IV yaitu pak Prabono, saya wawancara
di dalam kelas IV yang kosong karena pembelajaran masih bertahap
maksudnya kadang online kadang offline, tergantung peserta didiknya.
Setelah beberapa menit wawancara sayapun izin pamit kepada guru dan
kepala sekolah.
32
HASIL OBSERVASI
Waktu Dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Kamis, 16 September 2021
Pukul : 08.30 WIB s/d 11.00
Tempat : Jl. Inpres III No.15, RT.14/RW.2, Petukangan Sel., Kec.
Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12270
Lembar Observasi
No Aspek Yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
2. Assement atau cara untuk Berdasarkan dari hasil wawancara bisa disimpulkan,
mendaftar ke Sekolah bahwa untuk anak berkebutuhan khusus jika ingin
masuk, harus melewati assement, yang terdiri dari
wawancara, tes kognitif, dan tes bahasa. Nah setelah
ketiga test tersebut baru mereka dipilih kelasnya
berdasarkan tingkatan.
33
suka lupa dengan apa yang dipelajarainya, dan susah
fokus dalam belajar.
34
LAMPIRAN
35
Nama : Irma Etika
NIM : 11190183000011
Kelas : 5A/PGMI
PROFIL SEKOLAH
1. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SLB Negeri Depok
2) Tahun Berdiri : 2012
3) Alamat Sekolah : Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya. Kecamatan.
Cipayung, Kota Depok, Provinsi. Jawa Barat
4) Status : Negeri
5) Akreditasi : A
2. Visi Sekolah
Terwujudnya warga sekolah yang berkarekter religius, cerdas, dan
mandiri
3. Misi Sekolah
1) Mengembangnkan Mengembangkan pendidikan karakter agar
peserta didik menjadi insan yang bertaqwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, berbudi luhur, disiplin dan mandiri.
2) Menanamkan bakat minat peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
3) Menciptakan kemandirian dalam sikap mdan perbuatannya
4) Menciptakan lingkungan yang ramah, aman, nyaman
menyenangkan,sehat,indah dan tertib.
5) Memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten
dan professional
6. Narasumber
Nama : Ibu Ika
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Wali kelas 1 dan 2 tunagrahita
36
HASIL OBSERVASI
Kondisi Sekolah :
SLB Negeri Depok merupakan sekolah khusus untuk anak tunagrahita dan
tunarungu, sekolah ini berdiri pada tahun 2012 dengan status Negeri dan
terakreditasi A. Alamat sekolah ini terletak di Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya.
Kecamatan. Cipayung, Kota Depok, Provinsi. Jawa Barat. waktu
pembelajarannya dari hari senin-sabtu buka pada jam 08.00 dan tutup pada
jam 15.00. SLB Negeri Depok juga sudah melakukan Pembelajaran Tatap
Muka (PTM) secara terbatas. Siswa yang hadir dibatasi hanya 35% dari
kapasitas atau untuk satu kelas maksimal diisi 3-4 orang dan 1 pengajar.
Sebelum masuk ke sekolah siswa wajib dicek suhu tubuhnya, cuci tangan
pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak dan orang tua yang
mengantar hanya boleh sampai depan gerbang saja.
Sistem Pendidikan:
Untuk anak tunagrahita sistem pendidikannya jangan keluar dari
kurikulum, walaupun keluar itu hanya untuk menyederhanakan saja bukan
mengubah namun itu dilihat juga dari kemampuan anaknya. Selain itu
guru juga harus berperan aktif paling tidak bisa membuat media-media
pembelajaran dan bisa menyederhanakan buku paket menjadi LKS.
Namun untuk anak tunarungu guru tidak perlu menyederhakan buku paket
menjadi LKS karena biasanya anak tunarungu itu memiliki IQ yang lebih
bagus.
37
Kurikulum :
Di SLB Negeri Depok memakai kurikulum 2013 atau kurikulum yang ada
sekarang. Namun jika materi pembelajaran ada yang sulit untuk diterapkan
maka guru bisa menyederhanakan lagi tingkatannya. Contohnya pada
pelajaran tentang air anak-anak hanyak mempelajari 1 contoh air seperti
air kran.
Fasilitas :
Banyak fasilitas yang sudah disiapkan oleh sekolah, selain ruang kelas dan
perpustakaan sekolah ini juga banyak fasilitas permainan untuk melatih
motorik dan kekuatan otot anak seperti: jungkat-jungkit, kartu-kartu kata,
puzzel, dll, memang semua siswa tidak bisa memegang semua permaian
Cuma dari sekolahnya membagi sesuai dengan tingkatan kelasnya.
38
guru harus bisa mendesain kegiatan pembelajaran sebaik dan semenarik
mungkin.
39
LAMPIRAN
40