Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Abk

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 43

IDENTIFIKASI, ASESMEN DAN TINDAK LANJUT

PELAYANAN ABK
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus)

Dosen Pengampu : Dr. Siti Masyithoh M.Pd

Disusun oleh:
Umi Fadilah 11190183000003
Irma Etika 11190183000011
Firda Luthfiyatun Nisa 11190183000024

Kelas 5 A

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam beserta keluarga dan sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir
zaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Siti
Masyithoh, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis. penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat
menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca demi
kemajuan pendidikan.
Judul makalah ini ialah mengenai “Mengidentifikasi, Asesmen dan Tindak
Lanjut Pemberdayaan ABK”. Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis berharap agar makalah yang telah penulis susun ini dapat mudah dipahami
oleh siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
yang membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan
menerima segala bentuk kritikan yang bersifat membangun dan saran-saran yang
dapat memberikan manfaat bagi catatan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih.

Depok, 12 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 1
C. TUJUAN MASALAH ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ................. 2


1. Konsep Dasar Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus .......... 2
2. Tujuan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ..................... 4
3. Ruang Lingkup Identifikasi Anak berkebetuhan Khusus........ 5
4. Sasaran Identifikasi anak Berkebutuhan Khusus ..................... 6
B. ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.......................... 7
1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ................... 7
2. Tujuan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ......................... 8
3. Tahap Pelaksanaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus .... 9
4. Prosedur Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ...................... 11
5. Teknik-Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ............ 12
6. Ruang Lingkup Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ........... 15
7. Tim Ahli Dalam Pelaksanaan Asesmen ...................................... 15
C. TINDAK LANJUT PELAYAAN PENDIDIKAN ABK ................. 18
1. Pengertian Pelayanan Pendidikan ABK .................................... 18
2. Pendekatan Pelayanan Pendidikan ............................................ 19
3. Layanan Pendidikan Bagi ABK .................................................. 19
4. Model Layanan Pendidikan ABK ............................................... 22

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25

A. KESIMPULAN ................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, para guru di
sekolah reguler/sekolah umum perlu dibekali dengan berbagai
pengetahuan tentang anak dengan kebutuhan khusus atau sering juga
disebut anak berkebutuhan khusus. Dengan mengetahui siapa yang disebut
anak dengan kebutuhan khusus serta karakteristiknya, maka diharapkan
guru mampu melakukan identifikasi terhadap mereka, baik yang sudah
menjadi terdaftar sebagai peserta didik pada sekolah yang bersangkutan
maupun yang belum masuk sekolah yang ada atau bertempat tinggal di
sekitar sekolah.
Anak Berkebutuhan Khusus akan mencapai hasil belajar yang
optimal di sekolah apabila guru mampu mengidentifikasi dan atau
memperoleh data dari ahli lain tentang karakteristik anak berkebutuhan
khusus sebelum mengembangkan pembelajaran di Sekolah Dasar Inklusi.
Guru SD/MI memiliki pengetahuan tentang kebutuhan dan pelayanan bagi
anak berkebutuhan khusus ialah pengetahuan karakteristik umum dan
khusus. Pengetahuan karakteristik umum berupa pengetahuan tentang
sejumlah kelebihan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.
Pengetahuan karakteristik khusus ialah data yang dimiliki setiap anak di
kelas. Data tersebut dapat diperoleh guru baik dari hasil identifikasinya
maupun diterima dari identifikator profesional yang lain. Pengetahuan
khusus ini sama pentingnya dengan pengetahuan umum karena seorang
anak yang dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus biasanya hanya
memiliki sebagian dari karakteristik umum sehingga dengan demikian data
ini merupakan basis untuk menyusun rencana dan penerapan
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara dan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana cara dan proses asesmen anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana tindak lanjut pemberdayaan anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dimbil tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara dan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui cara dan proses asesmen anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui tindak lanjut pemberdayaan anak berkebutuhan khusus

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Konsep Dasar Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Identifikasi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui dan
mendikteksi anak berkebutuhan khusus, mengenal atau menandai
sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses
menemukan anakberkebutuhan khusus apakah mempunyai
kelainan/masalah, atau proses pendektesian dini terhadap anak
berkebutuhan khusus.
Mengidentifikasi masalah berarti mengidentifikasi suatu kondisi
atau hal yang dirasa kurang baik. Masalah-masalah ini didapat pasca
anak masuk sekolah pada anak ini didapat dari keluhan-keluhan orang
tua dan keluarganya, dan bisa didapat dari pengalaman-pengalaman
lapangan. Identifikasi anak berkebutuhan khusus diperlukan agar
keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Selanjutnya,
program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dapat
diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa penanganan medis, terapi,
dan pelayanan pendidikan dengan tujuan menghimpun informasi yang
lengkap mengenai kondisi dalam rangka penyusunan program
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga bisa
mengembangkan sesuai dengan potensinya.
Secara umum identifikasi adalah untuk menghimpun data apakah
seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual,
social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam
pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar
untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Dalam rangka mengidentifikasi (menemukan) anak
berkebutuhan khusus, diperlukan pengetahuan tentang
berbagai jenis dan tingkat kelainan anak, diantaranya adalah kelainan
fisik, mental, intelektual, sosial dan emosi. Selain jenis kelainan
tersebut terdapat anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa atau sering disebut sebagai anak yang memiliki kecerdasan
dan bakat luar biasa.
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses
asesmen. Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu,
yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan
anak apakah mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendeteksian
dini terhadap anak yang di duga memiliki berkebutuhan khusus.
Identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep penyaringan.

2
(screening) dan identifikasi aktual (actual identification). Menurut
Wardani (1995) dalam Gunawan (2016) identifikasi merupakan
langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan
atau kesulitan. Setiap anak unik. Anak-anak memiliki kekuatan dan
kelemahan mereka sendiri. Perkembangan mereka berkembang sesuai
dengan urutan tertentu, tetapi langkahnya dapat bervariasi. Wajar jika
beberapa anak dapat unggul di bidang tertentu tetapi memiliki
kekurangan di bidang lain1.
Namun, jika anak-anak menampilkan masalah atau kesulitan yang
ditandai dalam satu (atau lebih banyak) bidang perkembangan, dan
kinerjanya menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan
dengan anak-anak lain pada usia yang sama, disarankan untuk merujuk
anak-anak untuk penilaian profesional.
Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak-
anak berkebutuhan khusus, berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik
ada pada sesorang anak, yang mencakup kondisi fisik, kemampuan
intelektual, komunikasi, maupun sosial emosional.
a. Kondisi fisik, ini mencakup keberadaan kondisi fisik secara
umum (anggota tubuh) dan kondisi indera seorang anak, baik
secara organic maupun fungsional, dalam artian apakah kondisi
yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak, misalnya apakah
ada kelainan mata yang mempengaruhi fungsi penglihatan.
b. Kemampuan intelektual, dalam konteks ini adalah kemampuan
anak untuk melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah.
Kesanggupan mengikuti berbagai pelajaran akademik yang
diberikan guru.
c. Kemampuan komunikasi, kesanggupan seorang anak dalam
memahami dan mengekspresikan gagasannya dalam
berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya, baik secara
lisan/ucapan maupun tulisan.
d. Sosial emosial, mencakup aktivitas sosial yang dilakukan
seorang anak dalam kegiatan interaksinya dengan teman-teman
ataupun dengan gurunya serta perilaku yang ditampilkan dalam
pergaulan kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan lainnya.2

1
Mirnawati, M.Pd., Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, ( Yogyakarta :
Budi Utama, 2020) hlm.11
2
Dr. Dudi Gunawan, M.Pd, Modul Pembelajaran SLB Tuna Rungu, (Bandung: 2016) hlm.33-35

3
2. Tujuan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
a. Tujuan Identifikasi Secara Umum
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk Menghimpun
informasi secara lengkap mengenai kondisi anak berkebutuhan
khusus dalam rangka penyususnn program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhannya.Untuk menghimpun informasi apakah
seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual,
sosial, emosional). Disebut mengalami kelainan/penyimpangan
tentunya jika dibandingkan dengan anak lain yang sebaya
dengannya. Hasil dari identifkasi akan dilanjutkan dengan
asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan
progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.

b. Tujuan Identifikasi Secara Umum


Dalam penyelenggaraan pendidikan di SLB ataupun sekolah
penyelenggara inklusi, kegiatan identifikasi anak berkebutuhan
khusus dilakukan untuk lima keperluan,yaitu:
1) Penjaringan (screening)
Pada kegiatan penjaringan ini identifikasi berfungsi menandai
anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan (phisik,
intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis).3
2) Pengalih tanganan ( referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada kegiatan
penjaringan, selanjutnya anak-anak kebutuhan yang
teridentifikasi dikelompokkan menjadi dua:
a) Anak berkebutuhan khusus yang perlu dirujuk ke ahli lain
untuk memperoleh penanganan lebih lanjut mis: Psikolog,
Dokter Ahli THT, Mata, rehab medis dsb.
b) Anak berkebutuhan khusus yang tidak perlu di rujuk ke ahli
lain dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru SLB
dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhannya.4
3) Klasifikasi
Dilakukan untuk keperluan menentukan apakah anak
berkebutuhan khusus benar-benar memerlukan pelayanan
khusus atau tidak.
4) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran untuk keperluan menyusun program
pendidikan individual (PPI) dan pemantauan kemajuan belajar.
3
Dewi Ratih Rapisa, KEMAMPUAN GURU DALAM MENGIDENTIFIKASI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS, Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Ilmu Pendidikan
4
Renalatama Kismawiyati, Helper, Vol 35 No 1 (2018)

4
3. Ruang Lingkup Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Contoh alat
identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam
rangka menemukenali anak yang memerlukan layanan pendidikan
khusus, antar lain sebagai berikut.
Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak
Form 2 : Informasi/ data orang tua anak/wali siswa
Form 3 : Informasi profil kelainan anak (AI-ALB)
Dari ketiga informasi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai
berikut.Informasi riwayat perkembangan anak.
a. Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi mengenai anak sejak di dalam kandungan hingga
tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD/MI. Informasi ini penting
sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak,
mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema
belajar.
b. Data orangtua/ wali siswa
Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai keadaan orang tua/wali siswa yang
bersangkutan. Data orang tua/wali siswa sekurang-kurangnya
mencakup informasi mengenai identitas orang tua/wali, hubungan
orang tua-anak, data sosial ekonomi orang tua, serta tanggungan
dan tanggapan orang tua/ keluarga terhadap anak. Identitas orang
tua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga
identitas ibu, misalnya umur, agama, status, pendidikan, pekerjaan
pokok, pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal. Data mengenai
tanggapan orang tua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi
orang tua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orang tua
terhadap anak yang bersangkutan, harapan orang tua dan bantuan
yang diharapkan orang tua untuk anak yang bersangkutan.
c. Informasi mengenai gangguan/ kelainan anak
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat
penting, tanda tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa
(jika ada) perlu diketahui guru. Kadang-kadang adanya kelainan
khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat
menjadi salah satu faktor timbulnya problema belajar. Tentu saja
hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang
dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.5

5
Mirnawati, M.Pd., Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, ( Yogyakarta :
Budi Utama, 2020) hlm.15

5
4. Sasaran Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Sasaran identifikasi yang dilaksanakan oleh peserta diklat yaitu
anak berkebutuhan khusus pengertian anak berkebutuhan khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan
yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam akademik dan
perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua
kategori yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan
khusus yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan
situasi lingkungan. Misalnya:
a. Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat
kerusuhan dan bencana alam, atau tidak bisa membaca karena
kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami kedwibahasaan
(perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan
karena kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer,
apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan
hambatan belajarnya bisa menjadi permanen.
b. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen
maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar
dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang
dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1) faktor lingkungan,
2) faktor dalam diri anak sendiri,
3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.
c. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak
berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan
khusus permanen, Seperti :
1) Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)
2) Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Wicara)
3) Anak dengan gangguan Penglihatan (Tuna Netra)

6
4) Anak dengan kelainan Kecerdasan Anak dengan gangguan
kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
5) Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
6) Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa).
7) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras)
8) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
9) Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
10) Anak gangguan belajar spesifik
11) Anak lamban belajar (slow learner)
12) Anak Autis
13) Anak ADHD

B. ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
Asesmen merupakan proses memperoleh informasi yang relevan
untuk membantu anak dalam membuat keputusan pendidikannya.
Dikatakan proses karena kegiatan asesmen ini berlangsung secara terus
menerus dan berkelanjutan. Definisi asesmen dalam bahasa ingggris
assesment berarti penilaian terhadap suatu keadaan, penilaian dalam
konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi tertentu.
Pengertian asesmen menurut beberapa tokoh, yakni:
a. Menurut Taylor 2000, asesmen lebih difokuskan kepada proses
pencarian informasi yang relevan dalam membuat keputusan
pendidikan yang meliputi sasaran dan tujuan, strategi pembelajaran
dan program penempatan.
b. Menurut Westwoor 1995, mendefinisikan asesmen sebagai proses
menentukan dan memahami penampilan individu-individu dan
lingkungannya.
c. Menurut Du Paul 1994, asesmen adalah sebagai proses
pengumpulan informasi atau data tentang penampilan individu
yang bersangkutan untuk membuat keputusan.
d. Menurut Lerner 1988, menyatakan bahwa asesmen merupakan
suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak, yang
akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang
berkaitan dengan anak tersebut.
e. Walace,G & Larsen (1978:7) mendefiniskan bahwa asesmen
merupakan proses pengumpulan informasi pembelajaran yang
relevan. Asesmen merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
proses pembelajaran di sekolah, untuk itu pelaksanaannya harus

7
benar-benar objektif dan komprehensif terhadap kondisi dan
kebutuhan anak.6

Khusus di bidang pendidikan, (McLoughlin, 1981) menjelaskan


pengertian asesmen melalui 10 macam kecenderungan berikut:

a. Menilai anak berkebutuhan khusus secara individual.


b. Menggunakan berbagai prosedur, tidak hanya tes yang sudah
terstandar.
c. Mengembangkan tes baru dan prosedur lain untuk mengasesmen
kemampuan akademik, bahasa dan keterampilan lain.
d. Mengidentifikasi informasi lain yang relevan dengan pendidikan,
sehingga tercapai tujuan instruksional dan pendidikan.
e. Menilai lingkungan anak melalui beberapa pertanyaan dan tugas.
f. Mengevaluasi secara berkelanjutan atau memonitor program.
g. Mengembangkan prosedur asesmen nondiskriminasi.
h. Menggunakan pendekatan tim dalam asesmen.
i. Mengembangkan peran guru pendidikan khusus dalam asesmen.
j. Menggunakan data asesmen untuk membuat keputusan legal dan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak.7

Dari definisi beberapa tokoh di atas dapat diambil kesimpulan


bahwa asesmen adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mengumpulkan beberapa informasi secara valid, menyeluruh
dan relevan mengenai peserta didik atau anak agar mampu
menentukan pertimbangan dan keputusan yang baik terkait anak
tersebut.

2. Tujuan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Secara umum asesmen bertujuan untuk menganalisis keadaan
siswa atau anak didik dalam rangka mengumpulkan informasi tentang
kelemahan dan keungguan atau kekuatan yang dimiliki si anak sebagai
upaya untuk mempersiapkan pembuatan program bimbingan dan
materi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain tujuan umum asesmen memiliki tujuan yang spesifik yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Identifikasi dan screening, untuk mengidentifikasi anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus.

6
Endang Pudjiastuti Sartinah & Sujarwanto, Bimbingan Dan Konseling Anak Berkebutuhan
Khusus, Surabaya : Jakad Media Publishing, 2019, H.35
7
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press Padang,
2015, Edisi Revisi, H.44

8
b. Klasifikasi, untuk mengklasifikasikan jenis dan berat atau
ringannya kebutuhan anak yang bersangkutan.
c. Perencaanaan program bimbingan dan pengajaran
d. Evaluasi siswa
e. Penempatan
f. Grading/penilaian
g. Prediction,untuk memperkirakan potensi atau kinerja anak atau
kelompok anak di masa datang.
h. Perencanaan individual, dapat digunakan untuk bimbingan
sehubungan karir.8

Adapun pendapat lain mengenai tujuan asesmen dikemukakan oleh:

a. Robert M. Smith (2006), menyebutkan tujuan asesmen sebagai


berikut: 1) untuk menyaring dan mengidentifikasi anak. 2) untuk
membuat keputusan tentang penempatan anak. 3) untuk merancang
individualisasi pendidikan. 4) untuk memonitor kemajuan anak
secara individu. Dan 5) untuk mengevaluasi keefektifan program.
b. Menurut Sunardi & Sunaryi ( dalam Yosfan Azwandi, 2005),
bahwa asesmen bertujuan untuk : 1) memperoleh data yang
relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak
saat ini. 2) mengetahui profil anak secara utuh terutama
permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang
dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung
lingkungan yang dibutuhkan anak. 3) memenuhi layanan yang
dibutuhkan dan memonitor kemampuannya.9

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan


asesmen adalah untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu
(waktu dilakukan asesmen) baik potensi yang dimiliki maupun
berbagai kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun
suatu program pelayanan bimbingan dan konseling sehingga dapat
melakukan layanan/intervensi secara tepat.

3. Tahap Pelaksanaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Secara lebih spesifik Mercer & Mercer (1989:38) menjelaskan
adanya beberapa langkah yang dilakukan dalam asesmen anak
berkebutuhan khusus di sekolah, yaitu:

8
Rafael Lisinus & Pastiria Sembiring, Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus ( Sebuah Perspektif
Bimbingan Dan Konseling), Yayasan Kita Menulis, 2020, H.35
9
Ibid, H.36

9
a. Menentukan cakupan dan tahapan keterampilan yang akan
diajarkan.
Agar pelaksanaan asesmen dapat dilakukan secara efektif,
maka seyogyanya guru terlebih dahulu memahami tahapan
kompetensi pembelajaran siswa dalam bidang pembelajaran
tertentu. Ini penting dilakukan untuk mengetahui dengan jelas
keterampilanketerampilan apa yang telah dikuasai siswa. Secara
teknik guru dapat melakukannya melalui analisis tugas dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Menetapkan perilaku yang akan diasesmen.
Asesmen perilaku diawali dari tahapan yang paling umum
menuju tahapan yang khusus. Perilaku umum menunjuk pada
rentang kompetensi siswa dalam penguasaan materi kurikulum,
misalnya pada mata pelajaran bahasa mencakup kompetensi dasar
untuk semua aspek bahasa. Sedang yang khusus, mungkin hanya
pada aspek membaca saja.
c. Memilih aktivitas evaluasi.
Guru harus mempertimbangkan aktivitas yang akan
dilakukan itu untuk evaluasi dalam rentang kompetensi umum,
atau kompetensi khusus. Evaluasi kompetensi umum, lazirnnya
dilakukan secara periodik (semester), sedang untuk kompetensi
khusus sebaiknya dilakukan secara formatif dan
berkesinambungan.
d. Pengorganisasian alat evaluasi.
Hal ini dilakukan berkenaan dengan evaluasi pendahuluan,
yang mencakup; identifikasi masalah, pencatatan bentuk-bentuk
kesalahan yang terjadi, dan evaluasi keterampilan-keterampilan
tertentu. Setelah evaluasi awal dilakukan, selanjutnya ditentukan
tujuan dan strategi pembelajaran, serta implementasi dan
pemantauan kemajuan belajar siswa.
e. Pencatatan kinerja siswa.
Ada dua hal mengenai kinerja siswa yang harus dicatat
guru, yaitu kinerja siswa pada pelaksanaan tugas sehari-hari, dan
penguasaan keterampilan secara keseluruhan, yang umurnnya
dicacat pada laporan kemajuan belajar siswa.
f. Penentuan tujuan pembelajaran khusus untuk jangka pendek dan
jangka panjang
Di sini guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran khusus
bagi anak dalam jangka pendek secara spesifik misalnya dalam

10
aspek membaca atau mengeja dalam pelajaran bahasa, tetapi harus
tetap berkontribusi dalam tujuan jangka panjang.10

4. Prosedur Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk mendapatkan data yang akurat dari seorang anak yang akan
diases, maka diperlukan prosedur yang memadai. Ada dua jenis
prosedur asesmen, yaitu prosedur formal dan prosedur informal.
Penyusunan prosedur formal memerlukan keahlian tinggi, waktu
yang lama, dan biaya yang sangat besar. Untuk memperoleh suatu
bentuk instrumen asesmen berupa tes yang didasrkan validitas tertentu
juga memerlukan perhitungan reabilitas dan tiap butir soal perlu
dikalibrasi untuk mengetahui daya pembeda dan derajat kesulitannya.
Karena penggunaan prosedur formal ini sedikit susah maka para ahli di
bidang anak berkebutuhan khusus lebih banyak menggunakan
prosedur informal. Prosedur informal merupakan cara terbaik untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan, kesulitan/masalah yang
dihadapi, serta kebutuhan belajar siswa.
Atau secara singkatnya adalah prosedur formal menggunakan tes
dan instrumen yang terstandarisasi sedangkan prosedur informal
menggunakan instrumen yang dibuat guru atau dimodifikasi oleh guru.
Ada berbagai jenis prosedur asesmen informal antara lain teknik
observasi, analisis tugas, analisis hasil pekerjaan anak, tes acuan
kriteria, dan inventori informal. Di samping itu ada pula prosedur
asesmen informal seperti ceklist, skala rating, interviu, dan kuesioner.
Guru dapat memilih berbagai prosedur asesmen informal tersebut
sesuai dengan rancangan asesmen yang telah disusun.11
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru berkenaan
dengan penyusunan prosedur asesmen informal, diantaranya:
a. Memahami aspek dan ruang lingkup dari bidang yang akan
diasesmen ( akademik, mis membaca, menulis, berhitung,
perkembangan kognitif, perilaku adaptif). Asesmen hanya akan
bermakna jika mengetahui materi kurikulum, jenis keterampilan
yang dikembangkan, dan tahap-tahap perkembangan anak.
b. Menetapkan ruang lingkup ( memilih komponen/keterampilan
yang akan diasesmen dari bidang yang dipilih)
c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
d. Mengembangkan butir-butir instrumen yang diturunkan dari kisi-
kisi.12

10
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press
Padang, 2015, Edisi Revisi, H.51
11
Ibid, H. 52
12
Septy Nurfadhillah, Pendidikan Inklusi SD, Jawa Barat : CV Jejak, 2020, H.96

11
5. Teknik-Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
Asesmen dapat dilakukan dengan baik jika menggunakan teknik
yang tepat akurat. Pemilihan teknik asesmen disesuaikan dengan
maksud, tujuan, dan ruang lingkup asesmen. Pemilihan teknik yang
tepat akan menghasilkan data yang komprehensif dan akurat. Berikut
ini ada beberapa teknik asemen yang dapat digunakan, teknik berikut
dapat digunakan pada asesmen formal danl atau asesmen informal.

a. Observasi
Metode observasi merupakan sebuah teknik pegumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penggalian data perilaku
subjek secara luas, menangkap berbagai macam interaksi, dan
secara terbuka mengeksplorasi topik-topik yang akan diteliti.
Cohen dan Swerdik (2010) menegaskan bahwa observasi
seringkali digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam berbagai
setting seperti penelitian perilaku di dalam labaratorium maupun di
dalam kelas, situasi klinis, industri guna untuk mengetahui perilaku
manusia dalam setting yang natural.
Dalam ilmu psikologi observasi menjadi salah satu metode
pengumpulan data yang sanat penting dan menjadi metode yang
paling diandalkan baik untuk tujuan asesmen maupun dalam proses
intervensi. 13
Selain dalam ilmu psikologi observasi juga bisa digunakan
dalam dunia pendidikan untuk memperoleh informasi tentang
perilaku spesifik seperti keterampilan sosial, keterampilan
akademik, kebiasaan belajar, dan keterampilan bantu diri.
Tahapan dalam observasi :
1) Menentukan perilaku apa yang akan diamati. Guru memilih
untuk mengamati semua perilaku anak dalam waktu tertentu
dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama waktu
tersebut. Teknik ini disebut dengan continuous recording
2) Memutuskan bagaimana perilaku tersebut akan diukur. Data
dikumpulkan setiap waktu sepanjang perilaku itu muncul.
3) Membuat keputusan.14

13
Ni’matuzahroh & Susanti Prasetyaningrum, Observasi Teori Dan Aplikasi Psikologi, Malang:
Universitas Muhammadiah Malang, 2018, H.45
14
Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional, UNP Press
Padang, 2015, Edisi Revisi, h.58

12
4) Analisi sampel (Contoh ) Pekerjaan
Prosedur asesmen informal lain yang sering dilakukan oleh
guru adalah analisis contoh pekerjaan. Contoh pekerjaan tersebut
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh anak misalnya kertas
kerja, tugas menulis, respon membaca secara lisan atau karya seni.
Guru mengamati dan menganalisis contoh pekerjaan untuk
menentukan bidang mana anak mengalami keberhasilan dan bidang
mana anak mengalami kesulitan. Jenis analisis contoh pekerjaan
yang sering digunakan adalah analisis kesalahan. Analisis
kesalahan digunakan untuk memperoleh informasi tentang prestasi
anak. Saat ini analisis kesalahan digunakan dalam berbagai bidang.
Dalam menganalisis kesalahan, hasil pekerjaan anak dinilai sesuai
urutan untuk menentukan kesalahan, kemudian kesalahan anak
dideskripsikan dan dikategorikan untuk menentukan pola
kesalahan anak.15

5) Tes Acuan Kriteria (Criterion-Referenced Tests) (CRT)


CRT membandingkan prestasi anak dengan beberapa
kriteria. Kriteria yang dimaksud harus relevan dengan kurikulum
sekolah. CRT mengukur apakah seorang anak dapat atau tidak
dapat melakukan sesuatu, bukan memberikan informasi tentang
apakah prestasi anak sesuai dengan umurnya.
Namun Hasil tes CRT agak sulit untuk diinterpretasikan,
dan kualitas tes CRT juga sulit diketahui. Oleh karena itu, tes CRT
jarang digunakan oleh guru ataupun oleh tim asesmen pendidikan
khusus untuk menggali informasi yang menyeluruh tentang kondisi
seorang anak. Hal ini disebabkan oleh karena banyak instrumen
lain yang mampu mengukur kernarnpuan anak, dan instrurnen
tersebut juga telah dinyatakan rnerniliki validitas dan reliabilitas
yang tinggi.16

6) Inventori Informal
Inventori informal digunakan untuk menilai prestasi anak
dalam kaitannya dengan kurikulum sekolah. Instrumen ini
dirancang untuk mengetahui prestasi anak dalam berbagai bidang
seperti membaca,. berhitung, dan menulis. Anastasi (1999)
rnenyatakan inventori informal sebagai suatu metode yang tidak
standar dalam menentukan kekuatan dan kelemahan anak dalam
bidang pendidikan.17

15
Ibdi, h.60
16
Ibdi, h.61-62
17
Ibid, h.62

13
b. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah proses menjabarkan tugas belajar ke
dalam beberapa komponen (unit yang terajarkan) untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam konteks asesmen, analisis tugas
merupakan teknik yang digunakan untuk mengasesmen dan
merencanakan pembelajaran. Gresham (1989) mendefinisikan
analisis tugas sebagai proses memisahkan, mengurutkan dan
menggambarkan semua komponen tugas dalam bentuk unit yang
terinci.18

c. Ceklist
Ceklist merupakan salah satu teknik asesmen yang
mengases perilaku yang tidak teramati (nonobservable behavior).
Ceklist mengungkap informasi terhadap sejumlah gambaran
perilaku anak yang disusun dalam bentuk sejumlah pemyataan, dan
anak mencocokkan pemyataan tersebut dengan kondisi dirinya. lsi
Ceklist bervariasi, misalnya tentang guru, orangtua anak, dan guru
terdahulu. Aspek yang diungkap juga bervariasi misalnya prestasi
akademik, perilaku di kelas, dan perkembangan anak.19

d. Skala Rating (Rating Scale)


Pencatatan dengan rating scale adalah mencatat gejala
menurut tingkat-tingkatnya. Alat ini digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai keadaan subyek menurut tingkatnya.
Umumnya, rating scale terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri
tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Jadi, hampir
sama dengan ceklist tetapi faktor-faktor yang akan diobservasi
disusun bertingkat menurut kebutuhannya.20

e. Interviu dan Kuesioner


Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan
diselidiki. Interviu dan kuesioner sangat membantu dalam
memperoleh informasi, opini, dan sikap. Kuesioner umurnnya
merupakan instrumen tertulis, sedangkan interviu dilakukan secara
lisan (verbal).Interviu dan kuesioner sering digunakan untuk
memperoleh informasi dari orangtua tentang anaknya di masa lalu.

18
Ibid, h.63
19
Ibid, h.64
20
Ibid, h.69

14
Interviu dan kuesioner juga digunakan untuk memperoleh
informasi dari anak sendiri.21

f. Tes Acuan Normatif


Tes acuan normatif dilakukan jika ingin membandingkan
kemampuan seorang anak dengan kemampuan anak-anak lain
(kelompok) seusianya. Tes ini dilakukan pada sekelompok anak,
kemudian skomya dibandingkan dengan skor kelompok.22

6. Ruang Lingkup Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus,
secara garis besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf,
M.2005), yaitu:
a. Asesmen akademik
Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur
pencapaian prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek
yang diases adalah bidang-bidang kemampuan dan keterampilan
akademik seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung
atau matematika.
b. Asesmen perkembangan
Mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan
keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang
akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat berupa
perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan
komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan
motorik, perkembangan social, dan perkembangan emosi.23

7. Tim Ahli Dalam Pelaksanaan Asesmen


Proses asesmen sampai dengan penyusunan program layanan
khusus akan melibatkan satu tim multi disipliner, antara lain terdiri
dari:
a. Tenaga kependidikan
1) Guru kelas , guru kelas diharapkan dapat mengumpulkan
informasi tentang prestasi akademik dan keadaan sosial-
emosional anak. Hal ini dapat dilakukan baik dengan tes folmal
maupun alat pengumpulan data informal yang lain.
2) Guru SLB, bertugas mengumpulkan data prestasi anak dalam
kondisi yang lebih khusu dan individual.

21
Ibid, h.70
22
Ibid, h.72
23
Imam Yuwono, Identifikasi Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan
Inklisif, Banjarmasin : Pustaka Banua, 2015, H.27

15
3) Administrator
b. Orang tua dan anak
Orang tua dan anak yang bersangkutan dapat memberikan
informasi tentang semua aspek perkembangan. Hal ini perlu
dilakukan terutama jika anak memang telah mencapai usia sekolah
dan orangtua memang berkeinginan mengikuti proses asesmen.
c. Tenaga bantu kependidikan
1) Psikolog, psikolog perlu dilibatkan untuk menetapkan apakah
anak memang memerlukan layanan pendidikan khusu, dan
yang lebih penting untuk mengadministrasikan dan
menafsirkan beberapa tes, seperti tes intelegensi, tes
kepribadian, dan tes prestasi belajar.
2) Ahli bina bahasa dan wicara, bertugas mendiagnosis dan nanti
membina anak yang menunjukan gangguan bahasa dan wicara.

d. Tenaga medis
Tenaga medis yang terlibat dalam proses asesmen adalah
dokter, perawat, atau tenaga lain yang sudah menangani kesehatan
anak yang bersangkutan termasuk psikiater, neurolog,
operthamolog, peadiateris dan dokter ahli lain. Informasi yang
diperlukan adalah masalah/gangguan, kondisi, dan jenis penyakit
yang mungkin diderita anak.

e. Tenaga yang berkaitan dengan perkembangan motorik


1) Guru pendidikan jasmani khusu bertugas mengadakan
pengukuran tentang pola perkembangan fisik, fitness fisik dan
motorik, serta keterampilan anak dalam berbagai kegiatan
seerti menari, bermain, olahraga, dan sebagainya.
2) Ahli terapi fisik dan terapi okupasi, bertugas mengetahui semua
kemampuan fungsi motorik yang tidak dimiliki anak dan
memerlukan terapi, baik gerak motorik halus maupun kasar.

f. Tenaga yang berkaitan dengan kondisi emosi-sosial


Antara lain guru bimbingan dan konseling dan pekerja
sosial. Mereka mungkin akan melakukan unjungan rumah (home
visit) untuk mengetahui lebih banyak tentang latar belakang
kehidupan anak.
4) Administrator
g. Orang tua dan anak
Orang tua dan anak yang bersangkutan dapat memberikan
informasi tentang semua aspek perkembangan. Hal ini perlu

16
dilakukan terutama jika anak memang telah mencapai usia sekolah
dan orangtua memang berkeinginan mengikuti proses asesmen.
h. Tenaga bantu kependidikan
3) Psikolog, psikolog perlu dilibatkan untuk menetapkan apakah
anak memang memerlukan layanan pendidikan khusu, dan
yang lebih penting untuk mengadministrasikan dan
menafsirkan beberapa tes, seperti tes intelegensi, tes
kepribadian, dan tes prestasi belajar.
4) Ahli bina bahasa dan wicara, bertugas mendiagnosis dan nanti
membina anak yang menunjukan gangguan bahasa dan wicara.

i. Tenaga medis
Tenaga medis yang terlibat dalam proses asesmen adalah
dokter, perawat, atau tenaga lain yang sudah menangani kesehatan
anak yang bersangkutan termasuk psikiater, neurolog,
operthamolog, peadiateris dan dokter ahli lain. Informasi yang
diperlukan adalah masalah/gangguan, kondisi, dan jenis penyakit
yang mungkin diderita anak.

j. Tenaga yang berkaitan dengan perkembangan motorik


3) Guru pendidikan jasmani khusu bertugas mengadakan
pengukuran tentang pola perkembangan fisik, fitness fisik dan
motorik, serta keterampilan anak dalam berbagai kegiatan
seerti menari, bermain, olahraga, dan sebagainya.
4) Ahli terapi fisik dan terapi okupasi, bertugas mengetahui semua
kemampuan fungsi motorik yang tidak dimiliki anak dan
memerlukan terapi, baik gerak motorik halus maupun kasar.

k. Tenaga yang berkaitan dengan kondisi emosi-sosial


Antara lain guru bimbingan dan konseling dan pekerja
sosial. Mereka mungkin akan melakukan unjungan rumah (home
visit) untuk mengetahui lebih banyak tentang latar belakang
kehidupan anak.
l. Tenaga terkait lain, seperti anggota keluarga atu masyarakat lain
yang mengetahui perkembangan anak.24

Hasil asesmen ini selanjutnya akan dibawa oleh semua tim dalam
rapat untuk menetukan jenis dan intensitas layanan yang diperlukan
anak. Termasuk penempatan anak di sekolah. Dengan demikian anak

24
Haryanto, Pengantar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus, Univesitas Negeri Yogyakarta,
H.35-37

17
diharapkan memperoleh kualitas layanan yang sesuai dengan
kebutuhan individual anak.

C. MENYUSUN TINDAK LANJUT PELAYANAN PENDIDIKAN ABK


1. Pengertian Pelayanan Pendidikan ABK
Guru di sekolah haruslah dapat memberikan layanan pendidikan
pada setiap anak berkebutuhan khusus, hanya sayangnya masih banyak
guru-guru di sekolah dasar yang belum memahami tentang anak
berkebutuhan khusus. Hal demikian tentu saja mereka juga tidak akan
dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal. Apalagi anak-
anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai macam jenis dan
derajat kelainan yang bervariasi. Sejumlah itu pulalah sebenarnya
layanan pendidikan diberikan kepada mereka. Untuk itu perlu adanya
pemahaman dan kreativitas seorang guru di sekolah dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran sesuai kebutuhan anak.
Dengan demikian akan lebih mudah tercapai peningkatan kompetensi
siswa dalam belajarnya.25
Pemerintah dalam Kepmendiknas No 70 Tahun 2009 menyatakan
penyelenggaraan pendidikan inklusi juga harus mengembangkan
program pembelajaran individual (PPI) bagi anak-anak berkebutuhan
khusus dan menyiapkan guru pendamping khusus yang didatangkan
dari Sekolah Luar Biasa (SLB) ataupun guru di sekolah umum yang
telah mendapatkan pelatihan khusus.26
Layanan pendidikan merupakan satu kajian penting untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), yang
memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, dan
membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.Keadaan
inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan
pendidikan yang dibutuhkan.Keragaman yang terjadi, memang
terkadang menyulitkan guru dalam upaya pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai cara memberikan layanan
yang baik, maka akan dapat dilakukan secara optimal.

25
Suparno, Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar
https://id.scribd.com/document/410042007/ABK-layanan-ABK-di-SD-pdf di akses pada 09,
Desember 2021 Pukul 16.56, Hal. 1
26
Abdul Hadi,Palasara Brahmani Laras, PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PENDIDIKAN INKLUSI JURNAL SELARAS. Kajian Bimbingan dan Konseling Serta Psikologi
Pendidikan Volume 4, Nomor 1,Mei 2021, Hal. 22

18
2. Pendekatan Pelayanan Pendidikan
Secara umum, dikenal adanya dua pendekatan yang sering
dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan
pendekatan individual.
a. Pendekatan Kelompok adalah pendekatan yang dilakukan secara
kelompok. Pendekatan ini memiliki kelebihan dalam hal waktu,
tenaga, dan biaya. Disamping kelebihan juga ada kelemahannya
yaitu kurang efektif dalam proses pembelajarannya.
b. Pendekatan individual yang dilakukan secara individu.
Pendekatan ini memiliki kelebihan dalam hal waktu, tenaga dan
biaya.

Selain pendekatan individu dan pendekatan kelompok, bagi anak


berkebutuhan khusus ada pendekatan lain yang berorientasi ke
pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan
pendekatan akseleratif. Pendekatan remidial bertujuan untuk
membantu anak berkebutuhan khusus dalam upaya mencapai
kompetensi yang ditentukan dengan lebih menekankan pada hambatan
atau kekurangan yang ada pada anak berkebutuhan khusus. Pada
pendekatan akseleratif bertujuan untuk mendorong anak berkebutuhan
khusus, utamanya anak berbakat untuk lebih lanjut menguasai
kompetensi yang ditetapkan berdasar assesmen kemampuan anak.
Pendekatan akseleratif juga lebih bersifat individual.

3. Layanan Pendidikan Bagi ABK


Secara umum anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami
kelainan fisik membutuhkan layanan pendidikan dengan pendekatan
dan strategi khusus, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Anak Tunanetra
Strategi khusus dan isi layanan pendidikan bagi anak tuna netra
menurut Hardman (dalam Suparno, 2008), meliputi 3 hal, yaitu
sebagai berikut:
1) Mobility training and daily living skill, yaitu latihan untuk
berjalan dan orientasi tempat dan ruang dengan berbagai
sarana yang diperlukan serta latihan keterampilan kehidupan
keseharian yang berkaitan dengan pemahaman uang, belanja,
mencuci, memasak, kebersihan diri, dan membersihkan
ruangan.
2) Tradisional curriculum content area, yaitu orientasi dan
mobilitas, keterampilan berbahasa termasuk ekspresinya dan
keterampilan berhitung.

19
3) Communication media, yaitu penguasaan braille dalam
komunikasi.
Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (dalam
Suparno, 2008) menyatakan bahwa layanan khusus bagi anak
tuna netra yaitu sebagai berikut:

1) Penguasaan Braille, yaitu kemampuan untuk menulis dan


membaca braille.
2) Latihan orientasi dan mobilitas, yaitu jalan dengan
pendamping awas, latihan jalan mandiri, latihan jalan dengan
menggunakan alat bantu jalan (tongkat dan sign guide).
3) Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran berhitung dan
matematika, meliputi cubaritma, papan taylor frame, abacus
(sempoa) dalam operasi penambahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, dan beberapa konsep matematikan
braille.
4) Pembelajaran pendidikan jasmani bagai anak tuna netra.
Pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak tuna netra
menggunakan pendidikan jasmani adaktif.
5) Pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA sedapat
mungkin menggunakan model yang dapat diamati dan diraba
oleh anak.

b. Anak Tunarungu
Menurut Suparno (2008) ada beberapa cara dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi anak tuna rungu, yaitu
sebagai berikut;
1) Metode oral, yaitu cara melatih anak tuna rungu dapat
berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang
mendengar.
2) Membaca ujaran, yaitu suatu kegiatan yang mencakup
pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara
sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup
pengertian atau pemberian makna pada apa yang diucapkan
lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa
turut berperan.
3) Metode manual, yaitu cara mengajar atau melatih anak tuna
rungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa
manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau
gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu
bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual. Bahasa
isyarat mempunyai beberapa komponen, yaitu: (a) ungkapan

20
badaniah, (b) bahasa isyarat lokal, dan (c) bahasa isyarat
formal.
4) Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan
menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan jari dengan satu
tangan (one handed), (2) ejaan jari dengan kedua tangan (two
handed), dan (3) ejaan jari campuran dengan menggunakan
satu tangan atau dua tangan.
5) Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan
salah satu modus atau semua cara komunikasi, yaitu
penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran,
amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar dan menulis, serta
pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan
kemampuan seseorang.

c. Anak Tunadaksa
Menurut Frieda Mangunsong (dalam Suparno, 2008) layanan
pendidikan bagi anak tuna daksa perlu memperhatikan tiga hal,
yaitu sebagai berikut:
1) Pendekatan Multidisipliner dalam Program Rehabilitasi Anak
Tunadaksa. Pendekatan multidisipliner merupakan layanan
pendidikan yang melibatkan berbagai ahli terkait secara terpadu
dalam rangka mengoptimalkan memampuan yang dimiliki oleh
anak. Beberapa ahli terkait memberikan layanan rehabilitasi
adalah ahli medis (dokter), dokter tulang, dokter syaraf, ahli
pendidikan, psikolog, pekerja sosial, konselor, ahli fisioterapi,
okupasi, dan ahli pendidikan khusus.
2) Program Pendidikan Sekolah. Program pendidikan sekolah
bagai mereka yang tidak mengalami kelainan mental relatif
sama dengan anak normal, hanya bina gerak masih terus
dikembangkan melalui fisioterapi dan terapi okupasi, utamanya
untuk perbaikan motoriknya.
3) Layanan Bimbingan dan Konseling. Layanan bimbingan dan
konseling diarahkan untuk mengembangkan self-respect
(menghargai diri sendiri).

d. Anak Tunagrahita
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tuna grahita lebih
diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remidiatif.
Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tuna grahita adalah
penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam
mengelola diri sendiri. Layanan pendidikan khusus bagi anak

21
tunagrahita meliputi latihan senso-motorik, terapi bermain dan
okupasi, serta latihan mengurus diri sendiri. Perkembangan
kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.

e. Anak Tunalaras
Pendekatan pendidikan bagi anak tuna laras menggunakan
pendekatan bimbingan, konseling, dan terapi. Pendekatan terapi
yang sering digunakan untuk layanan pendidikan anak tuna laras
menurut Hardman (dalam Suparno, 2008) yaitu: (1) Insight-
oriented thterapies, (2) Play therapy, (3) Group therapy, (4)
Behavior therapy, (5) Marital and Family therapy, (6) Drug
therapy.27

4. Model Layanan Pendidikan Bagi ABK


Dari berbagai model atau bentuk layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kecacatan fisik, yaitu tunanetra,
tunarungu/wicara, tuna daksa, tunamental, tunalaras, dan anak
berbakat. Untuk mengenal lebih lanjut layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus terlebih dahulu akan diuraikan beberapa bentuk
atau jenis layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus secara
umum dan khusus. bentuk layanan pendidikan bagi anak bekebutuhan
khusus.
Menurut Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model
segregasi ke model mainstreaming seperti tersebut di bawah ini:

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, bentuk-bentuk


layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
27
Dra.Yuliane, M. Pd.2010. Bahan Ajar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.Pontianak :2010

22
a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan
secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk
anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus
diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus
untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau
Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa,
Sekolah Menangah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan
yang paling tua. Pada awal pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan
karena adanya kekhawatiran atau keraguan terhadap kemampuan
anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak
normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus
mereka. Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan
layanan khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Anak tunarungu
memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi; anak tunadaksa
memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan
terapi untuk mendukung fungsi fisiknya.
Terdapat empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan
sistem segregasi, yaitu:
1) Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang
paling tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan.
2) Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar
biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama.
3) Kelas jauh/Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan
untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.
4) Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga
kependidikan di SDLB terdiri dari kepala sekolah, guru untuk
anak tunanetra, guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak
tunagrahita, guru untuk anak tunadaksa, guru agama, dan guru
olahraga.

23
b. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak
biasa (normal) di sekolah umum. Terdapat tiga bentuk keterpaduan
dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut
Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah:
1) Bentuk Kelas Biasa: dalam bentuk keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa secara penuh
dengan menggunakan kurikulum biasa.
2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus: Pada
keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas
biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti
pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak
dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan
anak normal.
3) Bentuk Kelas Khusus; dalam keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan
kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah
umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu.
Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau
keterpaduan yang bersifat sosialisasi.28

28
Ibid, h.8-14

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Langkah awal yang dilakukan dalam menemukan dan menentukan
anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah melalui
identifikasi. Secara umum, identifikasi adalah upaya menemukenali
anak-anak yang diduga mengalami kelainan, atau berkebutuhan khusus.
Kegiatan ini sangat penting dilakukan oleh guru, untuk dapat
mememukan dan memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
pendidikannya.
Asesmen merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses
pembelajaran di sekolah, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar
dilakukan secara obyektif dan komprehentif terhadap kondisi dan
kebutuhan anak. Pada intinya asesmen berorientasi pada upaya
pengumpulan informasi secara sistematis dalam upaya perencanaan dan
implementasi pembelajaran siswa di sekolah.
Program pembelajaran individual (PPI) merupakan salah satu
program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak
berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek
atau jangka panjang Langkah awal untuk mengembangkan program
pembelajaran individu adalah dengan melakukan identifikasi dan
asesmen untuk mengetahui kompetensi dan bidang kesulitan yang
dialami oleh seorang anak. Informasi tersebut sangat diperlukan,
terutama untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mirnawati. 2020. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi,.


Yogyakarta : Budi Utama

Gunawan, Dudi. 2016. Modul Pembelajaran SLB Tuna Rungu. Bandung

Rapisa, Dewi Ratih. KEMAMPUAN GURU DALAM MENGIDENTIFIKASI


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Universitas Lambung Mangkurat.
Jurnal Ilmu Pendidikan

Kismawiyati, Renalatama. 2018. Helper. Vol 35 No 1

Sartinah, Endang Pudjiastuti & Sujarwanto. 2019. Bimbingan Dan Konseling


Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya : Jakad Media Publishing

Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan


Psikoedukasional. UNP Press Padang. Edisi Revisi

Lisinus, Rafael & Pastiria Sembiring. 2020. Pembinaan Anak Berkebutuhan


Khusus ( Sebuah Perspektif Bimbingan Dan Konseling). Yayasan Kita
Menulis

Nurfadhillah, Septy. 2020. Pendidikan Inklusi SD. Jawa Barat : CV Jejak

Ni’matuzahroh & Susanti Prasetyaningrum. 2018. Observasi Teori Dan Aplikasi


Psikologi. Malang: Universitas Muhammadiah Malang

Yuwono, Imam. 2015. Identifikasi Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Setting Pendidikan Inklisif. Banjarmasin : Pustaka Banua

Haryanto. Pengantar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Univesitas Negeri


Yogyakarta

Suparno, Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar


https://id.scribd.com/document/410042007/ABK-layanan-ABK-di-SD-pdf

Hadi, Abdul & Palasara Brahmani Laras. PERAN GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM PENDIDIKAN INKLUSI JURNAL SELARAS.
Kajian Bimbingan dan Konseling Serta Psikologi Pendidikan Volume 4,
Nomor 1,Mei 2021

Yuliane. 2010. Bahan Ajar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.Pontianak

26
Nama : Umi Fadilah
NIM : 11190183000003
Kelas : 5A/PGMI
SLB NEGERI DEPOK

A. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Negeri Depok
Alamat Sekolah : Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya ( Regency Perumahan
Permata)
Kecamatan : Cipayung
Kabupaten/Kota : Depok
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 16439
Telepon : (021) 29097413
Status Sekolah : Negeri

B. Identitas Siswa
Nama Lengkap : Alika Ashadewi
Nama Panggilan : Alika
Tempat Tanggal Lahir : Depok, 20 Juni 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Khatolik
Penyita : TunaGrahita
Status Anak : Kandung
Anak ke : Ke-2
Alamat : Gang Duren No. 18 Parung Bingung RT 005/ RW 009 Kel.
Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Kota Depok
C. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Hendri Prihanto
Nama Ibu : Astrid Sri Unun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Gang Duren No. 18 Parung Bingung RT\ 005/ RW 009
Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec Pancoran Mas Kota Depok

27
D. Kunjungan Observasi
Tempat : Sekolah Luar Biasa Negeri Depok
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021

HASIL OBSERVASI

Waktu Dan Tempat Kegiatan


Hari / Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021
Pukul : 08.30 WIB s/d 11.00
Tempat : Jln. Raya Citayam, Ratujaya (Regency Perumahan
Permata
(SLB Negri Depok)

Lembar observasi

No Aspek Yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

1. Kondisi Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri merupakan sekolah khusus


untuk anak tuna rungu dan tunagrahita, dalam
wawancara dijelaskan bahwa terdapat ada anak
tunagrahita pada kelas 1 ada 2 anak, dan kelas 3 ada 4
anak. Pembelajarannya dimulai pada pukul 08:00 dan
selesai pada jam 15:00.

2. Kendala Guru saat Berdasarkan dari hasil wawancara bisa disimpulkan,


mengajar bahwa Guru mengalami kesulitan saat pembelajaran
online seperti sekarang ini, karena harus menyesuaikan
dengan keadaan, kenadalanya seperti apakah
orangtuanya dapat memahami pembelajaran yang akan
diajarkan oleh anak? Apakah orang tuanya sibuk atau
tidak? Jadi guru hanya memberikan pembelajaran
rutinitas yang bersifat Kemandirian seperti; kegiatan

28
keagamaan, membantu orang tua, dan lain-lain.

3. Penilaian yang diberikan Berdasarkan hasil wawancara bahwa Penilaian yang


untuk Siswa digunakan untuk siswa adalah dengan menilai dari
Pengetahuan, Psikomotorik, Kegiatan sosial. Dan untuk
penilaian ini dilihat dari siswanya itu sendiri, karena
penilaian ini dinilai dengan menyesuaikan dengan
kondisi siswa.

4. Kurikulum yang Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk kurikulum


digunakan pada SLB Negeri Depok ini mengikuti kurikulum yng
ada seperti saat ini yaitu kurikulum 2013. Karena sudah
ada panduan jadi, mengikuti panduan yang terdapat di
buku guru dan buku siswa, Tetapi jika terlalu sulit dan
belum bisa di terapkan maka di rendahkan contohnya
seperti bab tentang air, air itu kan bermacam-macam,
maka yang diajarkan hanya 1 atau 2 macam seperti air
keran yang ada dirumah.

5. Fasilitas yang disediakan Berdasarkan hasil wawancara, fasilitas yang disediakan


di Sekolah di Sekolah ada banyak sekali, seperti; jungkajungkit,
perosotan, permainan-permainan seperti balok-balok,
trampolin, gambar, kartu, bola-bola dan lain sebagainya
yang dapat melatih otot dan motorik siswa.

6. Strategi Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara, strategi yang digunakan


bu Ratna adalah dengan menggunakan banyak variasi
metode yang digunakan dalam pembelajaran, krna anak
mudah jenuh. Jika anak sudah jenuh dan bosan maka
diajak kepermainan selanjutnya atau bermain keluar liat
ikan tanaman (sebelum covid) yang pernting jangan
sampai anak sangat jenuh dan berantem dengan

29
temannya.

7. Pemberdayaan / Bakat Berdasarkan hasil wawancara bahwa pemberdayaan


Siswa atau batak siswa yaitu dengan mengikuti siswa dnegan
beberapa kegiatan ekstrakulikuler, di SLB Negeri
Depok ini terdapat banyak sekali ekstrakulikuler,
diantaranya adalah menggambar, nari, olahraga,
membatik.

8. Memantau Berdasarkan hasil wawancara bahwa, memantau


perkembangan perkembangan siswa yaitu dari hasil harian, dan
perilakunya, jika online ini sulit, karena jika dirumah
kan bersama orang tua. Dan jika offline maka diliat dari
apakah si anak nyambung jika diajak berbicara, mampu
berbaur dengan teman2nya, dapat ber sosialisasi dengan
temannya. Karena kondisi sedang online seperti ini
maka guru menggunakan media vidiocall dengan
WhatsApp untuk mengetahui perkembangan anak,
seperti saat vidiocall memknta anak untuk mengucapkan
bismillah, menulis, menarik garis dan lain-lain.

9. Format Penilaian Berdasarkan hasil dari wawancara, bahwa penilaian


yang diberikan pada anak yaitu kemampuan apakah
anak bisa mengenali warna atau tidak, dan dinilai secara
individual, sosialisasi dengan temannya

30
LAMPIRAN

31
Nama : Firda Luthfiyatun Nisa
NIM : 11190183000024
Kelas : 5A/PGMI

CATATAN LAPANGAN

A. Deskripsi
Pada tanggal 15 September 2021 tepatnya pukul 11:30 WIB, saya
mengunjungi Sekolah Luar Biasa Sumber Budi, pada saat itu saya bertemu
dengan Kepala Sekolah yang sedang menyapu di Sekolah Luar Biasa
Sumber Budi Yaitu Pak. Saufa Khairul. Pada pertemuan itu saya bertanya
dengan pak Saufa yang saya tidak ketahui bahwa dia kepala sekolah, saya
bertanya tentang bagaimana cara saya supaya bisa wawancara terkait anak
tunagrahita di SDLB ini, beliau menjawab besok saja datang kesini pagi-
pagi, soalnya guru disini sudah mau pulang setelah dzuhur. akhirnya
setelah saya bertanya dan mendapat jawaban tentang perizinan, saya
kemudian pulang untuk membuat pertanyaan.
Pada tanggan 16 september 2021 sekitar Pukul 08:30 WIB sesuai
dengan arahan pak Saufa kami datang pagi-pagi untuk melakukan
wawancara. Pada waktu itu kami disuruh menunggu kepala sekolah untuk
mendapatkan izin wawancara di Sekolah Luar Biasa Sumber Budi. Setelah
menunggu sekitae 30 menitan pukul 09:10 akhirnya Pak Kepala Sekolah
datang, saya langsung menemuinya untuk meminta izin, namun saya kaget
karena kepala sekolahnya adalah orang yang kemaren saya tanya. Nah
setelah berbincang sekitar 15 menitan, akhirnya saya mendapatkan izin
dan saya mewawancarai guru kelas IV yaitu pak Prabono, saya wawancara
di dalam kelas IV yang kosong karena pembelajaran masih bertahap
maksudnya kadang online kadang offline, tergantung peserta didiknya.
Setelah beberapa menit wawancara sayapun izin pamit kepada guru dan
kepala sekolah.

32
HASIL OBSERVASI
Waktu Dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Kamis, 16 September 2021
Pukul : 08.30 WIB s/d 11.00
Tempat : Jl. Inpres III No.15, RT.14/RW.2, Petukangan Sel., Kec.
Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12270

Lembar Observasi
No Aspek Yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

1. Kondisi Sekolah Sekolah Sumber Budi merupakan sekolah khusus untuk


anak tuna rungu dan tunagrahita, dalam wawancara
dijelaskan bahwa ada 20 orang anak tunagrahita, untuk
kelas 1 ada 2 anak, dan kelas 4 ada 3 anak.
Pembelajarannya dimulai pukul 07:00 dan selesai
tergantung dari tingkatan. Untuk tingkat rendah 1-3
pulang jam 12:00, dan untuk tingkat tinggi 4-6 pukul
12:30 dengan diakhiri oleh shalat dzuhur berjamaah, nah
ini untuk kegiatan normal. Sedangkan waktu saya
wawancara masih dengan online.

2. Assement atau cara untuk Berdasarkan dari hasil wawancara bisa disimpulkan,
mendaftar ke Sekolah bahwa untuk anak berkebutuhan khusus jika ingin
masuk, harus melewati assement, yang terdiri dari
wawancara, tes kognitif, dan tes bahasa. Nah setelah
ketiga test tersebut baru mereka dipilih kelasnya
berdasarkan tingkatan.

3. Aspek kognitif Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk kognitif


anak tunagrahita kelas IV di Sekolah Luar Biasa
SUmber Budi masih cukup rendah, mereka sangat sulit
untuk memahami sebuah pembelajaran. Mereka juga

33
suka lupa dengan apa yang dipelajarainya, dan susah
fokus dalam belajar.

4. Perkembangan Emosi/ Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk anak


prilaku di kelas tunagrahita di kelas pak Prabono, bahwa emosi anak
masih kurang stabil, mulai lebih asik sendiri, sering
jalan jalan dikelas, atau bahkan keluar kelas.
Maksudnya mereka lebih suka melakukan hal yang
mereka sukai.

5. Hambatan dalam belajar Berdasarkan hasil wawancara, anak tunagrahita


mengalami hambatan ketika belajar, salah satunya
kesulitan untuk memahami pembelajaran, fokusnya
mudah teralihkan, mudah bosan. Kesimpulannya,
hambatan itu muncul dari karakteri setiap anak
tunagrahita sendiri.
6. Strategi Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara pak Prabono
menggunakan strategi inquiri, mulai dari ceramah, tanya
jawab, hingga memberikan soal. Strategi ini digunakan
karena dapat memandu anak tunagrahita agar dapat
memahami secara konkrit. Selain itu pak Prabono juga
menggunakan pendekatan individu untuk mengatasi
masalah yang ada
7. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara bahwa evaluasinya
dilakukan sama seperti sekolah umum, mereka
memberikan tugas diakhir pembelajaran. Kemudian
mengadakan Penilaian tengah semester, dan Penilaian
Akhir Semester. Untuk yang dinilai berupa akademik,
dan berbagai hal yang ingin dinilai.

34
LAMPIRAN

35
Nama : Irma Etika
NIM : 11190183000011
Kelas : 5A/PGMI

PROFIL SEKOLAH
1. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SLB Negeri Depok
2) Tahun Berdiri : 2012
3) Alamat Sekolah : Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya. Kecamatan.
Cipayung, Kota Depok, Provinsi. Jawa Barat
4) Status : Negeri
5) Akreditasi : A

2. Visi Sekolah
Terwujudnya warga sekolah yang berkarekter religius, cerdas, dan
mandiri

3. Misi Sekolah
1) Mengembangnkan Mengembangkan pendidikan karakter agar
peserta didik menjadi insan yang bertaqwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, berbudi luhur, disiplin dan mandiri.
2) Menanamkan bakat minat peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
3) Menciptakan kemandirian dalam sikap mdan perbuatannya
4) Menciptakan lingkungan yang ramah, aman, nyaman
menyenangkan,sehat,indah dan tertib.
5) Memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten
dan professional

4. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Depok


a. Tunarungu
b. Tunagrahita

5. Waktu Pelaksanaan Observasi


Observasi Ini Dilaksanakan Pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 12 Oktober 2021
Waktu : 11.00 s.d selesai

6. Narasumber
Nama : Ibu Ika
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Wali kelas 1 dan 2 tunagrahita

36
HASIL OBSERVASI

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Narasumber diperoleh Informasi


Sebagai Berikut:

Kondisi Sekolah :
SLB Negeri Depok merupakan sekolah khusus untuk anak tunagrahita dan
tunarungu, sekolah ini berdiri pada tahun 2012 dengan status Negeri dan
terakreditasi A. Alamat sekolah ini terletak di Jl. Raya Citayam, Ratu Jaya.
Kecamatan. Cipayung, Kota Depok, Provinsi. Jawa Barat. waktu
pembelajarannya dari hari senin-sabtu buka pada jam 08.00 dan tutup pada
jam 15.00. SLB Negeri Depok juga sudah melakukan Pembelajaran Tatap
Muka (PTM) secara terbatas. Siswa yang hadir dibatasi hanya 35% dari
kapasitas atau untuk satu kelas maksimal diisi 3-4 orang dan 1 pengajar.
Sebelum masuk ke sekolah siswa wajib dicek suhu tubuhnya, cuci tangan
pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak dan orang tua yang
mengantar hanya boleh sampai depan gerbang saja.

Asesmen dan Sistem Penerimaan Peserta Didik :


Berdasarkan hasil wawancara SLB Negeri Depok dalam penerimaan
peserta didik dengan sistem online, namun tidak semua peserta yang
mendaftar dapat diterima karena sebelum mendaftar siswa akan diasesmen
terlebih dahulu, untuk proses asesmennya sendiri sama halnya dengan tes
masuk sekolah biasanya hanya saja beda dalam tulisannya.

Cara Membedakan Siswa yang Memiliki Gangguan Ketunaan:


Dengan cara tes IQ, kecerdasan IQ anak dapat dilihat diketerangan hasil
terapi anak yang telah dilakukan oleh psikolog.

Sistem Pendidikan:
Untuk anak tunagrahita sistem pendidikannya jangan keluar dari
kurikulum, walaupun keluar itu hanya untuk menyederhanakan saja bukan
mengubah namun itu dilihat juga dari kemampuan anaknya. Selain itu
guru juga harus berperan aktif paling tidak bisa membuat media-media
pembelajaran dan bisa menyederhanakan buku paket menjadi LKS.
Namun untuk anak tunarungu guru tidak perlu menyederhakan buku paket
menjadi LKS karena biasanya anak tunarungu itu memiliki IQ yang lebih
bagus.

37
Kurikulum :
Di SLB Negeri Depok memakai kurikulum 2013 atau kurikulum yang ada
sekarang. Namun jika materi pembelajaran ada yang sulit untuk diterapkan
maka guru bisa menyederhanakan lagi tingkatannya. Contohnya pada
pelajaran tentang air anak-anak hanyak mempelajari 1 contoh air seperti
air kran.

Model dan Metode Pembelajaran :


Banyak model dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
biasanya guru-guru di SLB Negeri Depok mengajar dengan permainan-
permainan yang anak didiknya suka, selain permainan guru biasanya
menampilkan video yang menarik dan bercerita, hal ini dilakukan untuk
melatih agar anak bisa fokus dan tidak mudah jenuh dalam belajar.

Fasilitas :
Banyak fasilitas yang sudah disiapkan oleh sekolah, selain ruang kelas dan
perpustakaan sekolah ini juga banyak fasilitas permainan untuk melatih
motorik dan kekuatan otot anak seperti: jungkat-jungkit, kartu-kartu kata,
puzzel, dll, memang semua siswa tidak bisa memegang semua permaian
Cuma dari sekolahnya membagi sesuai dengan tingkatan kelasnya.

Pendekatan Terhadap Anak :


Biasanya guru melakukan pendekatan terhadap anak dengan cara kegiatan
bermain bersama hal ini bertujuan agar sosialisasi anak terbentuk, selain
kegiatan permainan guru bisa menanamkan rasa percaya diri dan
memotivasi anak.

Hambatan dan kesulitan guru dalam mengajar :


Kesulitan yang biasanya dialami dalam mengajar itu biasanya pas waktu
belajar online karena guru harus bisa menyesuaikan dengan orang tua
siswa, apakah orang tuanya bisa mengajari anaknya sesibuk apapun
mereka. Jika seperti itu biasanya guru hanya memberikan pelajaran
rutinitas yang bersifat kemandirian seperti kegiatan sholat, mengaji,
menyapu, dll. Nanti orang tua bisa memilih salah satu kegiatan rutinitas
yang akan dilakukan oleh anaknya. Selain kegiatan rutinitas biasanya guru
bisa memberikan pelajaran seperti menjodohkan gambar.
Tapi jika pembelajaran tatap muka tidak ada kesulitan karena jika
pembelajaran dilakukan secara tatap muka maka akan memudahkan guru
untuk menilai dan melihat perilaku anak secara langsung. Tapi tidak
menutup kemungkinan pada satu kelas pasti ada anak yang aktif dan ada
pula yang hanya diam saja, ada anak yang merespon pertanyaan guru ada
juga yang kurang merespon. Maka dari itu guru harus bisa mengatasi
masalah itu dengan pembelajaran individual dan klasikal. Maka dari itu

38
guru harus bisa mendesain kegiatan pembelajaran sebaik dan semenarik
mungkin.

Bentuk dan Format Penilaian :


Untuk penilaian terhadap hasil belajar anak itu dilakukan dari penilaian
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Namun apabila nilai anak tidak
mencukupi maka anak akan dikasih remedial, tapi soal remedialnya
disesuaikan dengan kemampuan anaknya. Karenakan tiap anak memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Jadi rata-rata pembelajaran
menggunakan penilaian individual. Adapun format penilaian individual
anak itu dari pengisian data, terus melihat kemampuan anak sampai
dimana baru guru bisa mengarah kepembelajarannya. Jadi tidak semua
penilaian untuk setiap anak itu sama.

Upaya Pemberdayaan Anak :


Apabila anak memiliki bakat misalnya dalam olahraga maka pihak sekolah
mendukung dan bisa mengikutkan anak tersebut kedalam lomba. Jika ada
anak yang suka menari, melukis, membatik dan bermain musik sekolah
juga sudah menyiapkan ekstrakulikuler tersebut. Jadi guru hanya
mendukung dan mengarahkan saja anak lebih suka dan berminat di bidang
apa.

Capaian Terbesar yang Diharapkan :


Diharapkan anak memiliki kemandirian menimal bisa mengurus dirinya
sendiri.

Kompetensi Lulusan ABK :


SLB Negeri Depok untuk kompetensi lulusan masih dalam proses, karena
butuh kerjasama antara sekolah dengan orang tua untuk memfasilitasi
ABK. Tapi jika ada anak yang memiliki keterampilan dalam membatik,
tata boga, dll maka sekolah akan membekalinya.

39
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai