Cerpen 1 Lembar
Cerpen 1 Lembar
Cerpen 1 Lembar
Kelas :
Mata Pelajaran:
Tanggal:
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih
diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih
lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil
berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran
dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda
tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah
itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom
dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia
mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah
kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati.
Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya.
“Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung
yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,
…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya
dalam hati.
Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan
apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya
telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka
kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia
cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan
majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum
mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan
kebahagiaan di kehidupan kelak.
Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun
muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak
pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan
kejenuhan.
Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik
kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa
tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar.
“Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga
puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun
berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!”
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega
terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
“Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.”Mengapa
kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi. “Saya harus membantu ibu saya.
“jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal
dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan.
Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua
puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima
uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak
Umar heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja.
Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar
makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja, kalau
memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga.
Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!”
kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut.
Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk
makan bersama.
RINDU MERAH JAMBU
Otakku browsing ke masa tiga minggu lalu. Saat pertama melihatmu. Aku terkesiap, sama
sekali tak menyangka parasmu begitu rupawan. Laksana pangeran dalam impian. Dan
senyumnya menaburkan gula-gula di hatiku. Aku merasa mulai terpedaya dengan rasa suka.
Di rumah kita berbagi cerita. Dan engkau menabur banyak benih kekaguman di hatiku. Saat
kau shalat di rumah, desah khusyu memanggil Rab sungguh mengharu biru. Kuteriakkan dalam
hatiku, ” Rab, seperti inilah lelaki pujaanku!”
Lembut matamu memandangku. Kuteriakkan padamu,” jangan menatapku begitu, Ben. Daku
malu!” Kau pun tersenyum kemudian meminum teh botol yang kusuguhkan.
Setelah itu kita sama-sama mengandung rindu. Tapi seperti jumpa perdana, pertemuan
berikutnya susah rasanya. Kau dijerat kesibukan luar biasa. Padahal jarak bukan masalah bagi
kita. Kau tidak lagi di Perancis sana. Kau ada di Jakarta. Dengan dua jam saja sebenarnya kita
bisa bersua.
“Aku rindu,” smsku hari itu.
“Aku juga sangat rindu padamu,” jawabnya.
“Jadi kapan kita dapat bertemu?” tanyaku menghiba.
“Secepatnya. Jika aku tidak sibuk tentu saja.”
Uh, jadi sangat benci sekali dengan kata itu. Kata itu telah menjadi racun dalam kehidupanku.
Sibuk, sibuk dan sibuk.
Jika sibuk itu adalah sebuah bantal, tentu akan kupukul agar dia tidak jadi penghalang
pertemuanku lagi. Jika sibuk itu sebuah apel akan kulumat sampai habis, kalau perlu bijinya
kutelan sekalian. Tapi sibuk itu telah menjadi mahluk, pembatas rasa rindu kami. Jadinya
kuberdoa terus agar engkau tidak lebih mencintai mahluk bernama sibuk itu daripada diriku.
Lama-lama bosan juga melawan si sibuk itu. Kukatakan pagi itu lewat sms.
“Pagi ini kusegerakan shalat, berdoa di hadapan Rabku. Rab, jika Ben itu baik untukku maka
mudahkanlah pertemuanku dengannya. Tetapi jika ia tidak baik untukku, maka tolong jauhkan
ia dariku dan gantikan dengan yang jauh lebih baik darinya.”
Seperti kebakaran jenggot Ben membalasnya panjang lebar.
“Aku harap kamu mau mengerti kesibukanku. Akan kuusahakan sebisaku bertemu. Hari Rabu,
ya hari Rabu. Bagaimana, bisa tidak?”
Rabu adalah hari dimana kuharus memprogram semua kegiatan belajar murid-muridku. Rabu
adalah pekerjaanku yang utama. Tapi aku tahu, rindu memerlukan pengorbanan. Jadi
kukatakan padanya, “Ya, bisa saja tidak masuk kerja. Tapi bagaimana dengan pekerjaanmu?”
Jawabnya sungguh di luar dugaan. “Bagaimana lagi, kalau rindu susah ditahan kan?”
Ah Ben, jadinya kumulai menghitung hari sejak pertama kau katakan itu. Kubayangkan
melihatmu lagi. Senyummu, gaya berwibawamu dan semuamu.
Ya Tuhan, izinkan aku bertemu dengannya. Biarlah rindu merah jambuku mengantarku dalam
kebaikan bersamanya. Amin.
INI kepulangan yang mendebarkan, setelah lama ia bayangkan bakal menuntaskan kunjungan
ke sebuah kota "yang dibangun dari menara sekaligus terowongan bawah tanah". Ya, ini akan
menjadi kepulangan yang menuntaskan segala sesak di dada Aida, tentu bukan lantaran ia
punya sedikit gejala asma. Meski ia sendiri, sungguh celaka, tak sanggup merumuskan sesak
karena apa. Aneh memang, tiap kali ia mencari tahu apa yang bergolak dalam batinnya (yang
sesungguhnya tidak menyenangkan), yang muncul justru debar. Seolah ia menunggu sesuatu
entah apa, tapi dengan membayangkannya saja semuanya terasa menyenangkan.
Ah, semoga benarlah semua bakal menyenangkan, ia berharap. Ya, mestinya memang
demikian. Ini kepulangan yang kedua kalau dihitung sejak ia bertunangan dengan Kudal, laki-
laki perantauan yang dicintainya. Serta kepulangan pertama sejak Aida menikah dan punya
seorang anak yang gemar melukis bis. Seharusnya pernikahan mereka di kampung juga, tapi
malaria yang menulari mereka di kapal, membuat mereka memasang nawaitu, membulatkan
tekad untuk segera menikah jika sembuh --padahal baru saja datang dari kampung yang jauh.
Maka begitu sembuh, jadilah mereka "pengantin malaria", berkah yang menuntaskan
pertunanganan menjadi perkawinan seketika, mengenyahkan sekian rumus rumit berumah
tangga. (Mengapa tak malaria di kampung saja kalau ternyata membuat kami menikah
sekarang juga? Kata Kudal garuk kepala. O, inilah rahasia jodoh, kata petugas nikah yang arif-
bijaksana). Batal menikah di kampung, tak apa, toh semuanya rampung dengan cepat, di mana
mereka sebagai pengantin pun kaget mendapatkan diri saling pandang di ranjang rumah
kontrakan. Sepasang mata mereka basah. Tapi lalu terbiasa. Termasuk menyiapkan
kepulangan kali ini, sebutlah "membayar hutang" kepulangan yang tertunda --o, mereka pun
arif-bijaksana!
Alkisah ada persahabatan yang damai. Persahabatan itu hanya ada dua orang. Namanya Lina
dan Rika. Dua orang itu sangat berbeda, Rika sangat kaya dan sombong. Sedangkan Lina
seorang anak yang sederhana dan baik hati. Pada suatu hari Lina mengajak Rika berenang di
pantai. Sesampainya di pantai dia berganti baju dan berenang.
Rika menantang Lina, dia ingin berenang sampai ke bawah laut dan harus menemukan benda
yang berharga. Sesampainya di bawah laut Lina dan Rika mencari benda itu, Lina di kiri dan
Rika di kanan. Rina melihat banyak harta hingga matanya berkaca-kaca, begini katanya “Aku
harus bisa mengalahkan Lina”.
Rika menunggu Lina sampai lama dan dia berteriak, “Lina cepat naik ke atas”.
Lina pun menuruti perintah Rika tetapi dia belum mendapatkan benda satu pun. Sesampainya
di atas Rika pura – pura bertanya seperti ini “Lina mengapa kamu tidak membawa benda
berharga?”
“Ayo”.
Sesampainya di rumah Rika, Lina tidur siang sedangkan Rika bermain dengan benda yang
didapatkannya. Pada malamnya Lina dan Rika sedang menonton TV sambil mereka berbicara
banyak hal disertai dengan senda gurau yang membuat persahabatan mereka sungguh indah.
Pada waktu Lina dan Rika sedang asyik berbicara, tiba-tiba mama Rika memberikan pop corn
sambil berkata, “Anak-anak, ini untuk kalian berdua.”
Pada saat mama Rika pergi lalu keduanya berebutan pop corn hingga mereka bertengkar dan
lupa akan makna pembicaraan yang baru saja mereka bicarakan. Mereka saling dorong-
mendorong sehingga Rika terjatuh dan menangis. Datang mamanya Rika untuk mendamaikan
pertengkaran mereka.
“Rika, Lina, ayo kalian jangan bertengkar. Bertengkar bisa membuat persahabatan kalian
menjadi hancur serta saling marah. Marah itu teman setan. Kalian tidak mau jadi teman setan,
kan?” mama Rika menasehati keduanya.
“Tidak mau, Ma. Tapi Lina yang nakal mendorong saya hingga terjatuh,” Rika berkata sembari
terisak tangis.
“Saya juga tidak mau jadi teman setan, Tante,” Lina turut berbicara.”Saya tidak sengaja
mendorongnya,” tambah Lina seolah bersalah.
“Ya sudah, Mama tidak membela siapa-siapa. Siapa yang mau minta maaf lebih dulu disayang
Tuhan,” kata mama Rika dengan bijaksana.
WAKTU UNTUK DIA
Telah ribuan juta detik waktu yang ku berikan setiap harinya hanya untuk memimpikan dia. Bahkan
berkali lipat dari itu aku selalu merindukan setiap senyum kecil itu, yang selalu menghiasi wajah tirus-nya.
Ayu, mempesona, setiap hari yang aku lalui tak pernah luput dari bayang itu. Segala gerak langkahnya
menghiasi malam yang aku lewati. “Sungguh, tiada waktu yang lebih indah selain waktu yang kuhabikan
untuk dirinya”, ucapku lirih sambil memeluk bulan di peraduan.
Pagi, enam empat puluh tujuh menit aku selalu sudah duduk menanti dia di stasiun kereta itu. Disana aku
selalu melihat rabutnya yang terurai saling berkejaran. Beberapa buku di genggaman, seutas kabel
headset terlihat membelah menuju satu celana.
Indah, sejurus kemudian aku akan menyaksikannya duduk dibangku kereta dengan membaca sebuah
buku. Di balik jendela itu, selalu terlihat wajah yang sama setiap paginya.
Siang, di sela jam istirahat aku selalu sibuk menerka dan menebak apa yang sedang ia lakukan. “Ah,
mungkin dia sedang santai di mall”, pikirku, “tapi tidak mungkin, kelihatannya dia bukan tipe wanita
seperti itu”, lanjutku.
Dari tampang dan penampilannya, memang dia bukan tipe wanita yang selalu bersolek atau terlalu
perduli dengan penampilan. Nyatanya, penampilannya sederhana, meski terlihat sangat cantik.
“Dia kan selalu membaca buku, mungkin dia sedang dikampus, belajar”, ucapku setengah berteriak. Ya,
wanita cantik itu, dalam setiap pertemuan rahasiaku, memang selalu dekat dengan buku. “Tapi….
Mungkin saja buku cerpen atau novel”, pikirku ragu untuk menebak.
Di sore hari, berbeda dengan pagi dan siang, aku selalu menghabiskan waktu untuk menunggunya di
stasiun tempat ia berangkat. Selalu, sampai batas jam enam sore tak satu pun sosok yang mirip dengan
dirinya, “semoga hari ini ia pulang dengan kereta yang sama”, harapku cemas.
Selalu saja begitu, satu kali dua puluh empat jam, waktu ku untuk dia tidak terganti dengan apapun.
Bahkan, perjalanan waktu itu telah menjadi catatan sejarah hidup yang tak lupa aku bukukan dalam
ingatan.
Selepas magrib, menyadari ia tak muncul di stasiun kereta itu, beberapa menit ku mengasap, menguap
entah kemana. Angan dan khayal ku membumbung, mencoba mencari kemanakah rimba gadis nan
rupawan itu saat ini.
Aku benar-benar tak puas mendapat kenyataan bahwa aku hanya bisa bertemu dengannya di pagi buta
itu, hanya sekejab, tanpa kata tanpa makna. Terus, aku mencari ke seluruh penjuru alam, bahkan sampai
ditempat-tempat yang paling kelam.
Riuh pasar ku datangi, sepi hutan ku lalui, hanya untuk mengejar bayang sang gadis pujaan, sampai
akhirnya aku letih dan tertatih. Deru kereta jam tujuh malam memaksaku terbangun dari mimpi,
membangkitkanku seolah berkata keras, “waktumu telah habis, sekarang kau harus pulang”.
“Sial”, ucapku kaget. Kenapa begitu cepat hari berganti, kini hari telah gelap dan aku harus kembali
berjuang di gelapnya malam dalam jeruji dinding yang aku buat sendiri. Seindah apapun dinding kamar
itu aku buat, aku selalu terpenjara dalam sunyi dengan bayang wajahnya yang menghantui.
Untuk menjadi sukses itu impian semua orang contohnya saya, saya sangat ingin sukses seperti
tetanggaku. Dia sukses karena kegigihanya bekerja dengan disertai doa dan tekat yang kuat, petani cabe
di desaku bayak yang sukses.
Aku ingin sekali seperti mereka yang sukses dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dan sebenarnya aku
sangat iri dengan kesuksesan tetangga di desaku. Aku jadi terpancing untuk melakukanya, dia saja bisa
kenapa saya tidak.
Aku mulai mencari informasi tentang tata cara bagaimana penanaman cabai yang baik dan benar, agar
sebagai petani pemula bisa menanam dengan hasil yang baik.
Dan keberuntungan berpihak kepadaku aku diajak tetanggaku yang menanam cabai dan membantunya,
kesempatan emas bagiku agar aku tau akan tatacara penanaman cabai yang baik dan benar, sambil
mencari atau mengambil ilmunya.
Tanpa basa basi dia langsung mengajakku untuk membantunya. “Kamu mau tidak untuk membantuku
untuk menanam cabai” jawabnya
“Boleh, dari pada saya cuma lontang-lantung di rumah tidak ada kerjaan saya mau” ujarku dengan wajah
yang berbinar.
Senang saya jadi bisa mengambil ilmunya tentang menanam cabai karena sudah sejak lama aku ingin
menanam cabai. Setelah beberapa hari aku membantunya. Ternyata menanam cabai itu tidak semudah
yang aku bayangkan.
Banyak hal hal yang perlu di ketahui untuk mananam cabai itu, missalnya obat obatan untuk tanaman
cabai, pupuk, ataupun pemilihan bibit cabai yang unggul.
Dalam peneneman cabai harus dengan keberanian yang tinggi dan tekat yang kuat agar mendapatkan
hasil yang memuaskan.
Dan perlu diketahui juga ternyata jadi petani cabai itu, sawah tempat menanam cabai jadi rumah kedua
banyak kegiatan yang dihabiskan di sawah hampir dua puluh empat jam kita habiskan disana.
Dalam perawatan tanaman cabai sangat lah sulit untuk pemula seperti saya apalagi saya belum banyak
mengetahuinya tatacara peneneman yang baik itu. Setelah dengan pemikiran yang cukup matang saya
mengurungkan niat saya untuk menanam.
Saya belum mengetatui banyak hal bagaimana perawatanya itu dan modal yang sangat besar juga saya
juga belum memegang itu.
Kali ini saya akan mambantu tetangga saya sampai saya benar benar bisa dan mampu untuk mengikuti
jejak seperti dia seperti dia.
Setelah cukup lama aku bersamanya dan saya sudah cukup dan memegang modal ilmu darinya saya
mencoba mandri akan menanam cabai sendiri, dan semoga berhasil seperti tetangga tetangga di desaku
yang sukses gara gara jadi petani cabai.
---oOo---
Dengan kerja keras dan tak pantang menyerah keuntungan akan diperoleh dengan mudahnya.
Contohnya pedagang ditempatku yang bekerja sangat giat dan dengan tekun keuntungan akam
menghampirinya dengan sangat cepat.
Pedagang ditempatku bernama Umi. Dia sangat giat dalam mencari lembaran rupiah untuk
kehidupanya dan keluarganya.
Umi bisa disebut dengan pedagang dadakan tidak setiap hari dia berdagang cumin hari hari
tertentu dan kalau ada sebuah pertunjuan di desa. Disetiap ada pertunjukan di mana saja, pasti
dia berdagang untuk menjemput rejekinya.
Suatu hari saya mengasih tahu kalau ada tontonan atau pertunjukan yang cukup jauh dari
desaku.
“Kapan?”
“Besok kayaknya?”
Dan keesokan harinya benar saja dia sudah ada disana untuk menjemput rejekinya. Memang
baru baru ini saya lihat keuntunganya belum seberapa karena pembelinya tidak seberapa. Tapi
dia tidak pantang menyerah untuk menjemput rejekinya itu yang masih jauh.
Dia masih tetap saja mencari rejekinya yang tak kunjung didapatkannya itu.
Dia pantang menyerah untuk berdagang demi kebutuhanya dan keluarga dan semangatnya
perlu di apresiasi. Memang semangatnya begitu sangat besar.
Suatu hari dia berdagang dengan tekniknya dia kali ini mendapat untung sang sangat besar.
Dan setiap berdagang dia selalu untung besar, di setiap berdagang dia serlalu menyelipkan
teknik teknik dagang caranya sampai dia sukses dengan berdagang.
Dengan teknik berdagang dan strateginya mengatur keuangan dan barang dagangannya
sekarang dia sudah mendapat untung besar. Dengan keuntungan yang didapatnya tersebut dia
tidak lagi berdagang keliling.
Waktu ada tontonan atau pun pertuntukan dia sudah menetap dengan barang daganganya.
Karena dengan kejujuran yang dia miliki dan stategi berdagang dia mampu, jadi pembeli tidak
pindah ketempat lain. Di tokonyaa tambah banyak pembeli pembeli yang sesana.
Dia sangat ambisius dengan berdagang kalau suatu hari nanti dia bisa untung besar dan
sukses dengan hasilnya dia sendiri dia bisa mebuktikanya itu
KITA ADALAH SAHABAT
Teet.. Teet.. Teeet.. Bunyi bel sekolah tanda untuk masuk kelas. Vyo, vina dan yani memasuki
kelas
“vyo, si udik kemana, kok gak keliatan dari tadi?” kata vina sambil melihat seisi kelas
“gak tau, tanya aja sama sahabatnya. Tuh.. Si yani.” kta vyo sambil menunjuk yani
“aku juga gak tau, sakit mungkin” sahut yani
“Ssst.. Mr. kasir dateng” kata vina
Semua siswa tenang mendengarkan Mr. kasir, selain vyo vina, iqbal dan rangga, yaa.. Mungkin
kami sedikiit nakal Selang beberapa menit kemudian ada suara yang memecah keheningan
“maaf mister, saya terlambat, saya bangun kesiangan” kata aisah memelas
“ya sudah.. Letakan tas kamu di meja lalu berdiri satu kaki di depan kelas sampai jam pelajaran saya
habis” kata Mr. kasir seenaknya “yaah.. Gak bisa dinego ya pak?” tanya aisah
“nego nego!” Hentak Mr. kasir “iya iya pak!” aisah pun menyerah “udah udik, alay, pemalas lagi. Aduh,
pake hidup segala” celoteh vyo “dasar udik” sahut rendra “udik dipelihara” fernanda pun ikut menyaut
semua menertawakan aisah dan menyorakinya “Sudah! Diam semua. Apa mau ikut dihukum?” Kata Mr.
kasir
Detik demi detik berlalu jam Mr. kasir pun berakhir, Aisah langsung diserbu anak-anak sekelas
menggunakan sampah yang dilemparkan ke mukanya, dan saat itu pula aisah berlari ke kamar mandi,
mungkin dia menangis. Penyebabnya dia dimusuhi adalah karena dia merusak kelas saat semua anak di
kelas menghias dan membersihkannya dengan susah payah, dia kotori dengan sepatunya yang kotor
arena menginjak lumpur saat berangkat sekolah, dan akhirnya kelas IX B tidak jadi juara kelas “yaah..
Beraninya lari, dasar pecundang!” Ejek vyo Vyo dan vina pergi ke aula untuk mencari tau tugas yang
diberikan pak sumardi guru bahasa Indonesia “eh.. Ada si udik disini” kata vyo sambil menunjuk aisah
“iya, udik udiik.. Huh, udah kayak kuman kamu, bawa sial!” cemooh vina Vyo dan vina pun kembali ke
kelas karna guru yang seharusnya mengajar tidak ada, suasana kelas sangat ricuh dan ramai tapi disitu
tidak ada aisah..
Keesokan harinya Sebelum masuk kelas sudah kebiasaan anak satu kelas nongkrong di kantin,
walau hanya sekedar ngerumpi. Bel kelas berbunyi kami semua memasuki kelas, tapi, ada sesuatu yang
berbeda, saat kami sampai di dalam kelas. Sangat bersih dan indah.. Kami menemukan tulisan di board:
“kawan, maafkan aku.. Hari itu memang kesalahanku. Tapi, itu belum penilaian terakhir, hari
inilah penilaian terakhir, aku sengaja sebelum pulang sekolah mempersiapkan ini semua.. Ku mohon
kalian bisa memaafkan ku”
tertanda: aisah Lantas kami pun tercengang melihat tulisan itu, kami sepakat untuk memaafkan
aisah, saat aisah masuk kelas semua tersenyum padanya
“Yeee…” Semua bersorak sorai dan untuk merayakannya kami anak IX B makan makan di mall
ternama di kota kami
Namaku Tiara. Biasanya aku selalu bersama temanku. Tapi aku membuat satu
kesalahan yang tak bisa dimaafkan mereka.
Mutia, musuhku, membuatku merobek data untuk acara Pensi sampai benar-benar
tinggal serpihan. Lalu Mutia menuduhku yang merobeknya ke sahabatku, Ana, Widya dan
Sarah. Aku tak bisa mengelak karena memang aku yang merobeknya. Tapi jika ku katakan
Mutia yang menyuruhku, mereka tidak akan percaya karena Mutia adalah ketua geng mereka,
sedangkan aku hanya ikut Ana ke geng mereka dan Mutia itu gak suka padaku dan berusaha
mengeluarkan aku dari gengnya.
Oke Mutia, apa kamu sudah puas? Melihatku sendiri di sini? Tanpa ada yang
menemaniku. Mungkin jika aku pergi, kau akan lebih bahagia lagi. Memang, aku akan pergi dari
hidupmu. Aku mengidap kanker kronis dan umurku tinggal 1 minggu lagi dan sekarang aku
sedang ada di rumah sakit.
6 hari sudah berlalu, aku ingin bertemu dengan Ana, Widya, Sarah dan Mutia. Aku ingin
minta maaf pada mereka dan ku katakan keinginanku pada ibuku. 30 menit kemudian, Ana,
Widya, Sarah dan Mutia sudah datang. Aku pun langsung minta maaf pada mereka. Ternyata,
kata Ana, Mutia sudah mengatakan bahwa ia yang menyuruhku merobek kertas itu. Dan
napasku mulai tersengal-sengal dan aku tidak ingat apa-apa lagi. Yang terakhir ku dengar
suara tangisan yang makin terisak-isak dan Mutia yang mengatakan “Selamat jalan Tiara. Aku
mencintamu.”
CINTA SEGITIGA
Beberapa hari yang lalu aku baru saja menjomblo lagi, dan belum bisa move on dari
mantan ku itu. Oh iya perkenalkan namaku Ivana, dan mantanku bernama Nicolas. Aku bingung
mengapa setelah aku putus dari Nicolas, aku susah sekali melupakannya dan menerima cowok
lain di hatiku ini. Dan ketika aku mulai menyukai seseorang yaitu kakak kelasku sendiri yang
bernama Ryan. Aku amat senang sekali, karena aku bisa melupakan dan mendapatkan
pengganti Nicolas. Lalu aku mencoba mendekati teman dekatnya Ryan, yaitu Riko aku curhat
ke dia kalau aku menyukai Ryan. Dan aku juga curhat ke Feby teman dekat Ryan juga
sekaligus mantan sih.
Lalu ketika istirahat mendadak ka Feby dan ka Riko mendatangi Ryan yang sedang di
kelas dan berlari dan berteriak “Ryan… Ryan..” lalu Ryan menjawab “Ada apaan sih? rame
banget?” lalu ka Feby bilang ke Ryan “ada yang suka sama lo yan” lalu kata Ryan “Hah? siapa?
gua mau pacaran ntar aja ah kelas 2 SMK!” kata ka Feby “tuh si Ivana anak kelas 8″ lalu ka
Riko menyambung “iya tuh si Ivana suka sama lu, kasian tau kalau waiting terus” lalu kata Ryan
“tapi gue maunya ntar aja kelas 2 SMK baru pacaran lagi” lalu kata ka Feby dan ka Riko “Ya
udah deh terserah lu”
Dan ketika hari sabtu, aku curhat berduaan sama ka Feby. Lalu bell pulang sekolah pun
berbunyi *teet* Ryan pun mengeluarkan motor dari parkiran, di hadapanku dia bermuka kaku
tetapi ketika melihat ka Feby dia tersenyum. Dan ketika Ryan sudah pulang dengan ka Riko
disitu aku belum pulang dengan kak Feby. Dan kak Ana pun teman dekat Ryan juga, seperti
ingin bicara sesuatu kepada kak Feby. lalu kak Feby meninggalkan aku sebentar dan pergi ke
kak Ana. lalu kak Ana bilang kalau Ryan itu suka sama kak Feby lagi, lalu kak Feby balik ke aku
lagi. tetapi kak Feby bilang kalau kak Feby tidak dikasih tau apapun sama kak Ana.
Singkat cerita, beberapa hari kemudian kak Feby ditembak sama Ryan di belakang
sekolah, memang menyakitkan, tetapi Cinta memang gak bisa dipaksain!, aku mencoba tegar
dan melupakan Ryan, dan sekarang pun aku sudah mendapatkan penggantinya, Thanks God
PEMUDA DAN BELATINYA
Pada musim yang tak menentu, terlihat seorang pemuda pengelana waktu yang selalu
ditemani dengan gitar antiknya. Berkelana menyusuri tiap jengkal cahaya semesta, tiap bait
langkah yang terinjak meninggalkan beribu pertanyaan yang tak terjawab.
Kemudian ia bersandar pada dinding pohon rindang di teriknya siang. Ditemani dengan
sapaan angin dan burung-burung yang menari di atas ranting. Terhelap kemudian terhanyut
dalam mimpi sekejap, mimpi-mimpi para belati yang mencoba menari di tepian api.
Tak lama ia pun terbangun dengan penuh kejut. Mimpi sesaat yang tak akan pernah
mungkin dilupakan olehnya. Langkahnya pun kembali dilanjutkan, menyelusuri jembatan-
jembatan renta, sungai-sungai berbatu dan tebing-tebing curam yang tak bertuan.
Rasa lelah terkadang datang bertamu, namun tak ada tempat yang cukup nyaman untuk
bersinggah. Menahan kelalahan dengan senyum dan tawa kepahitan. Di tengah perjalanan, ia
menemukan sebuah danau yang membuahkan air jernih. Di tepian ia beristirahat untuk
melepas rasa lelah.
Dengan gitar antiknya ia mulai menarikan jari-jari di tipisnya senar-senar yang tersusun
dengan indah. Menikmati suasana alam yang begitu indah, tertawa dan tersenyum mengingat
begitu banyak hantaman-hantaman semesta yang tak pernah diduga.
Matahari pun mulai surut. Dengan bermodalkan tenda yang dibuat dari ranting-ranting
pohon, ia tertidur lelap di sunyinya malam.
Cahaya pagi telah menyinar, mata kantuknya terbuka lebar. Merenung sesaat karena
kembali telah mengingat semua alur yang telah dilaluinya. Kemudian ia kembali melanjutkan
perjalanannya.. kini ia tahu, bahwa setiap detik yang berputar adalah sebuah misteri, ya..
misteri dari kehidupan yang datang tanpa kata sapa. Apapun itu.. itulah jawaban… jawaban dari
sebuah misteri yang selalu ia tunggu.
PENYESALAN 5 ANAK MANUSIA
Di sebuah daerah bernama desa Mori-mori yang dikelilingi sungai-sungai panjang nan
luas dan daratan yang hanya separuhnya hiduplah sekelompok anak yang berteman. Mereka
adalah Adi, Dodi, Nina dan Roni. Mereka selalu berangkat sekolah menaiki perahu kayuh
menuju sekolahnya yang berada Di desa sebelah yang bernama Mora. Mereka anak usia 8
tahun.
Perjuangan mereka untuk ke sekolah dengan jarak rumah yang sangat jauh harus
diacungi jempol. Mereka berangkat sekolah selalu bangun pagi sekali.
Suatu ketika salah satu dari mereka yang bernama Adi berkata “Teman-teman aku
penasaran banget apa sebenarnya pekerjaan ayah dan ibu kita” (sambil mengangkat jari
telunjuk). Teman-temannya yang mendengar Adi berkata hanya mengangguk saja tanda
mengerti.
Saat Adi melewati hutan dia melihat dari celah-celah pohon di sungai. Dia melihat
banyak sekali sekumpulan orang tua yang berkumpul disana. Karena sikap ingin tahunya
muncul Adi menerobos celah pohon dan teman-temannya yang lain mengikuti Adi menerobos
celah pohon
Sejak kejadian itu Adi, Nina, Dodi dan Roni berjanji tidak akan menghambur-hamburkan
uang dan tidak akan membuang sampah sembarangan.
ARTI MAKNA SEBUAH KEHIDUPAN
Awal cerita berawal dari seorang anak yang merantau ke negri orang dimana dia
dulunya adalah seorang anak yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya yang bernama
JANUR. Anak ini mencari pekerjaan di kota metropolitan. Dimana dia diterima bekerja di
sebuah kantor sebagai O.B .3 tahun lamanya janur bekerja dia mulai berpikir bahwa pekerjaan
yang ia jalani tak sesuai dengan pendidikanya. Dia berkata” kenapa aku bekerja sebagai O.B
padahal aku lulusan dari SMK OTOMOTIF apakah ini yang di maksud jalan takdir” ucap janur
dalam hatinya.
Saat itulah dia langsung berangkat ke terminal untuk mencari bis untuk pulang kedesa,
beberapa lama jam kemudian di sampai ke tempat desanya tinggal, tapi sayangnya kedua
orang tuanya tidak ada di rumah. Lalu ia pun bertanya kepada tetangga di sebelah rumah” maaf
bang liat kdeua oarang tua saya tidak?” ucap janur. Dan si abangnya pun menjawab” oh ia.. ibu
sama bapak kamu lagi ada di sawah” dan janur pun menjawab” oh ia bang terima kasih”.
Dan janur pun langsung bergegas menyusul kedua orang tuanya ke sawah. Setelah
bertemu kedua orang tuanya ia pun bersujud dan menangis.” Oh ibu oh ayah.. ampuni anakmu
ini yang telah banyak berbuat dosa kepada kalian semua” ucap janur
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih
diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih
lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil
berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran
dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda
tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah
itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom
dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia
mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah
kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati.
Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya.
“Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung
yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,
…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya
dalam hati.
Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan
apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya
telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka
kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia
cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan
majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum
mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan
kebahagiaan di kehidupan kelak.
GADIS PENJAJA TIKAR
Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua
maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah
sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana
malam dan menghilangkan kejenuhan.
Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar
dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya.
“Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar
tikarnya?”tanya Pak Umar. “Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut.
“Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu
diam sejenak. Kemudian ia pun berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!”
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa
tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk
mendapatkan uang. “Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas
empat SD. “jawabnya.”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar
lagi. “Saya harus membantu ibu saya. “jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar
bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu
untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar
merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang
dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh
menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Mengapa?”tanya Pak Umar heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau
memamg hasil bekerja.
Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu,
Pak Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur.
“Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga.
Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang
rindang itu!” kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon
yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya.
Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.
Arti Sebuah Waktu
Cerpen Singkat Terbaru
Alkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke kota
agar dia bisa mengoperasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di
kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya.
Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak
berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu
boleh pergi ke kota nak”.
Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi
ke kota.
Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun
membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah ku
yang biasa menjadi luar biasa ini.”
“Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi
wajahku ini”, kata dia.
Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu
tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-
citamu”. “Baik nek”, kata wanita tadi.
Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek
tadi.
Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas
dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia
kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik.
Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian
nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi.
Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua
dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang.
Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia
bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun
hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya. Supaya lebih mantap silahkan lihat juga film
singkat dari cerita di atas.
oOo
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih
diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih
lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil
berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran
dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda
tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah
itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom
dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia
mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah
kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati.
Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya.
“Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung
yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,
…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya
dalam hati.
Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan
apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya
telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka
kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia
cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan
majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum
mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan
kebahagiaan di kehidupan kelak.
"LAGU SEDIH"
Ada kejadian menarik saat aku mengajar ekstra musik kelas 4-5 di SD Hidayatullah, Surabaya
tadi pagi. Sengaja materi yang kuberikan untuk hari ini adalah lagu berjudul ‘Pertengkaran Kecil’
karya EdCoustic. Lagu ini bertema persahabatan dengan tempo rendah, melow.
Pas lah pikirku. Pasti anak-anak bakal baper, dan nangis. Secara, anak-anak punya perasaan
yang peka. Mereka tak sungkan menangis apabila mendengar atau melihat sesuatu yang
mengharukan.
Kemudian kuberi contoh nada lagu tersebut kepada mereka. Di depan mereka, kunyanyikan
lagu itu terlebih dahulu dengan suara yang menurutku sudah paling sedih, menyayat, tak lupa
kupasang ekspresi mirip orang gak dikasih makan tiga hari berturut-turut. Sedih. Pasti abis ini
mereka akan nangis, pikirku.
Dan benar saja, saat aku sudah mencapai bagian reff, aku melihat salah satu siswa menusap
mata. Nampak mata itu merah. Wah, pasti anak ini menangis setelah mendengar suaraku yang
merdu unyu-unyu ini, aku membatin. Melihat anak itu menangis, aku makin bersemangat.
Sambil nyanyi, kali ini aku pasang ekspresi orang tidak makan 3 hari + ekspresi orang kebelet
tapi gak nemu toilet. Dramatis. Baper, baper dah kau, Nak.
Setelah lagu habis, aku tanya kepada anak yang terlihat mengucek matanya tadi. “Kenapa
nangis, Mbak?”
“Eh,” Yang kutanyai gelagapan.
“Kenapa nangis? Sampai matanya merah gitu. Sedih ya dengar lagu yang baru kakak
nyanyikan?” aku tersenyum.
Eh, dia menggeleng, “Ndak, Kak. Aku gak sedih, kok. Aku cuma ngantuk tadi, soalnya kemarin
malam aku gak bisa tidur nyenyak.”
Aku nelan ludah.
"RASA BINTANG LIMA, HARGA KAKI LIMA"
“Bang. Setiap naik kereta, aku pasti ingat kejadian dua tahun lalu.” Istriku berucap setelah kami
sempurna duduk di kursi gerbong kereta, hendak berlibur di kampung halaman.
“Kejadian apa, Neng?” tanyaku penasaran. Sebentar lagi kereta api akan berangkat.
Istriku tersenyum, “Saat itu aku dari stasiun Bandung mau ke Pare, Kediri.”
“Pasti mau beli sate.” Aku memotong.
Istri menimpukku pakai roti, “Dengerin dulu. Jangan sok tau. Aku mau les bahasa Inggris sama
kedua teman kuliah di sana.”
“Terus?”
“Nah, waktu itu kami bertiga beli tiket ekonomi. Di tiket itu tertulis kalau kami bertiga duduk di
gerbong 1. Akhirnya kita naik dan cari gerbong tersebut. Di dalam kereta kita terus berjalan
maju, hingga menemukan ruangan bertulis ‘Gerbong 1’. Ya Allah, Bang. Ternyata ruangan itu
bagus banget. Tempat duduknya kayak tempat duduk bioskop. Gak nyangka ada ruangan kelas
ekonomi sebagus itu. Kami sesuaikan nomor di tiket, menaruh barang, sambil duduk
selonjoran.”
“Mau minum dulu?” Aku menyodorkan air minum pada istri.
Istriku marah, “Jangan potong dulu ceritanya.”
“Eh, ya sudah. Lalu?”
Ia tersenyum, “Sepanjang menunggu kereta berangkat, kami bertiga ketawa-ketawa.
Bayangkan, dengan harga ekonomi, kita dapat fasilitas kereta kelas bisnis. Ah, mungkin ini
kebijakan presiden untuk memanjakan para pengguna kereta. Kalau presiden yang sekarang
mau nyalon lagi, aku pasti memilihnya. Beneran. Soalnya baik banget sama orang-orang gak
berduit banyak kayak aku. Kami pun selfie bareng, terus upload foto itu ke fb dengan status
‘Rasa Bintang 5, Harga Kaki 5. Wkwkwkwk.’ Pasti iri deh yang lihat foto kita.”
Aku kagum, “Wah, enak banget ya? Bayar harga ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis.”
“Cerita belum selesai,” ucap istriku. “Sebab, satu menit sebelum kereta berangkat, ada tiga
penumpang yang datang ke tempat duduk kami. Bilang bahwa tempat duduk yang kami duduki
adalah tempat duduk mereka.”
“Terus?” kali ini terpaksa aku memotong. Penasaran dengan kelanjutan cerita.
“Tentu kami bertiga ngeyel. Bilang kalau ini tempat duduk kami. Terus salah satu dari mereka
mengeluarkan tiketnya dan menyuruh kami menunjukkan tiket masing-masing. Dan alamak,
ternyata gerbong yang kami naiki adalah gerbong kelas bisnis. Kelas ekonomi ada di barisan
gerbong paling belakang. Takut dilaporin petugas dan diturunkan secara paksa, kami bertiga
akhirnya pindah ke belakang dengan kepala tertunduk malu. Abang bisa bayangkan betapa
malunya kami saat itu? Rasanya pingin sekali aku sembunyi di kamar mandi selama
perjalanan.”
Aku menepuk dahi. Benar-benar kejadian konyol.
"MATEMATIKA KEHIDUPAN"
Angka yang utuh (contoh: 2) jika dipangkatkan dengan angka yang makin tinggi akan bernilai
makin besar. Sebaliknya, angka yang tidak utuh atau pecahan (contoh: 1/2) jika dipangkatkan
dengan angka yang makin tinggi, nilai akhirnya malah jadi semakin kecil.
Orang yang utuh keimanan dan keilmuannya, jika diberi pangkat (jabatan) makin tinggi, maka ia
akan menjadikan lingkungan, organisasi, perusahaan, atau bahkan negara yang ia pimpin,
makin bertambah besar dan melesat maju.
Sedangkan orang tidak utuh keilmuannya, bobrok imannya, bila diberi pangkat makin tinggi,
maka ia akan membuat segala sesuatu yang awalnya bernilai besar menjadi semakin kecil, dan
terus mengalami kemunduran.
Maka benarlah jika Rasul mulia pernah bersabda, “Jika kalian menyerahkan suatu urusan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka bersiap-siaplah kalian akan datangnya hari
kehancuran.”
KANCIL DAN TIKUS
Pada suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut
mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya,
Manggut menjawab dicuri tikus.
"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.
"Iya betul kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.
Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut
mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke
rumahnya.
Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan.
Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut
menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi
PERSAHABATAN SINGA DAN TIKUS
Di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor singa perkasa yang semua makhluk lain sangat
takut kepadanya. Raja hutan tersebut dikenal sangat mengerikan, tidak mengenal rasa takut
dan dia merasa harus dihormati oleh semua makhluk yang ada di hutan. Dia menghabiskan
sebagian waktunya dengan berburu dan sebagian lagi untuk tidur. Tidak ada makhluk hidup
yang ada di hutan berani mendekati sarangnya terutama saat singa sang raja hutan sedang
tidur. Binatang perkasa itu sangatlah marah jika tidurnya terganggu dengan cara apapun.
Tapi suatu hari tikus kecil sangat penasaran ingin melihat bagaimana sarang Singa si Raja
hutan. Dengan niat yang bulat dia berangkat ke gua dimana singa biasa beristirahat. Namun
ketika dia sampai, dia tidak melihat adanya sang raja hutan.
“Dia pergi ke suatu tempat. Apakah dia akan segera kembali?” Timbul pertanyaan dalam hati si
tikus kecil. Untuk mengobati rasa penasarannya si tikus kecil masuk menyelinap kedalam gua.
Gua itu sangatlah gelap, ditanah dia melihat jejak kaki sang raja hutan, dan jejak kaki besar itu
membuatnya sangat ketakutan.
Namun malang, saat itu terdengar suara langkah kaki singa memasuki gua.
“Oh tidak dia akan segera masuk. Apa yang harus aku lakukan.” Si tikus gemetar.
Ternyata singa si raja hutan hanya pergi untuk minum di sungai, dan dia datang kembali untuk
beristirahat.
Si tikus bersembunyi di dalam gelap gua dan melihat bayangan besar singa jatuh dilantai. .
Singa duduk dekat pintu masuk gua dan beristirahat kepalanya di kaki yang besar. Segera ia
tertidur pulas. Seluruh gua tampak bergetar dengan mendengkur keras raja hutan.
Si tikus berusaha merayap keluar secara diam-diam yang dia bisa. Segera ia berada di dekat
pintu masuk. Tapi saat dia mencoba untuk menyeberangi singa, ekor kecilnya menyerempet
kaki kiri dari Sang raja hutan, dan penguasa hutan terbangun dengan kaget. Terlihat
kemarahannya saat dia melihat tikus kecil di sarangnya.
Walaupun takut si tikus tidak kehilangan akal, dia segera berlari. Namun malang singa segera
dapat menangkapnya. Sang raja hutan membuka rahang untuk menelan tubuh si tikus kecil.
Si tikus kecil seketika berteriak.” Maaf, ya Raja, saya tidak bermaksud membangunkan anda,
saya hanya mencoba untuk meninggalkan gua ini dimana selama ini saya sangat penasaran
ingin melihatnya. Mohon biarkan saya pergi kali ini, dan saya tidak akan pernah lupa kebaikan
Anda. Jika takdir memberi saya kesempatan, saya akan membantu Anda dengan cara yang
saya bisa pada salah satu nanti. "
Singa merasa geli mendengar ucapan si tikus. Bagaimana tikus kecil membantunya? Tapi dia
membiarkan tikus kecil itu pergi dan tertawa terbahak-bahak. Si tikus berlari untuk
menyelamatkan hidupnya, dia sangat berterima kasih kepada sang raja hutan yang tidak jadi
memakannya
Suatu hari, seekor Singa mengajak Beruang untuk mencari makanan bersama. Beruang pun
setuju dengan ajakan Singa, dan pergi mencari makan bersama. Mereka berdua pun pergi
kedalam hutan
Setelah melakukan perjalanan yang lumayan cukup jauh. Akhirnya, mereka sampai di sebuah
hutan belantara. Mereka berdua besembunyi di balik semak-semak untuk mencari mangsa.
Setelah menunggu lama. Akhirnya, mereka menemukan mangsanya masing-masing. Mereka
pun megamati mangsa tersebut. Namun, mereka berdua tidak menyadari bahwa mangsa yang
mereka incar adalah mangsa yang sama. Yaitu seekor Rusa.
Dengan sangat mudah Rusa tersebut dapat tertangkap. Namun, kedua binatang terebut
langsung bertengkar untuk memperebutkan Rusa tersebut. Menjelang sore, mereka masih
memperebutkan Rusa tersebut. Lama-kelamaan mereka berdua kelelahan dan berhenti
bertengkar. Mereka berdua duduk kelelahan.
Tanpa mereka sadari. Ternyata, ada seekor Serigala yang mengamati pertengkaran antara
Singa dan Beruang. Ia terus mengamati kedua binatang tersebut. Ia pun mengetahui bahwa
Singa dan Beruang yang sudah kelelahan.
Serigala mencari akal untuk mendapatkan Rusa yang sudah mereka tangkap. Ia mencari
kesempatan untuk merebut Rusa tersebut. Serigala langsung berlari menghampiri Singa dan
Beruang, ia pun segera merebut Rusa tersebut.
‘’ Kalian terlalu kelelahan untuk memakan Rusa ini. Rusa ini akan aku bawa pulang.
Terimakasih, kalian teman yang baik sudah memberiku seekor Rusa yang lezat ini. Silahkan
teruskan pertengkaran kelian berdua wahai temanku.’’ Ucap Serigala sambil tersenyum senang.
Singa dan Beruang sangat terkejut melihat kedatangan Serigala yang sangat tiba-tiba. Dengan
sekuat tenaga Singa dan Beruang berusaha untuk mendapatkan Rusa tersebut. Namun, usaha
mereka sia-sia. Mereka terlalu lelah untuk mengejar Serigala yang sudah berlari dengan sangat
cepat. Akhirnya, Rusa tersebut berhasil di rebut oleh Serigala.
Singa dan Beruang sangat sedih. Mangsa yang mereka cari dan di tunggu-tungga seharian
dicuri begitu saja. Mereka pun sangat menyesali pertengkaran mereka tersebut.
‘’ Semuanya salah kita berdua. Seandainya, kita mau berbagi dan tidak memperebutkan Rusa
tersebut. pasti saat ini kita sama-sama kenyang dan merasa senang karena sudah berhasil
mendapatkan mangsa bersama-sama’’ ucap Singa dan Beruang dengan wajah yang sangat
sedih dan menyesal.
Pada suatu siang hari yang panas. Di sebuah hutan yang sangat rindang. Ada seekor kancil
yang sedang berjalan di tepi sungai. Pada saat itu kancil sedang mencari makan. Di tengah
perjalanan kancil mendengar teriakan. Si kancil berkata “siapa yang berteriak minta tolong?”.
Mendengar suara teriakan itu, kemudian kancil mencari di mana asal suara itu.
Kemudian kancil melihat ada seekor rusa yang badannya tertusuk kayu. Lalu si kancil pun
menghampiri rusa tersebut. Dan si rusa pun berkata “Kancil tolonglah aku, tolong aku untuk
mencabut kayu yang menusuk di tubuhku ini!”.
Kancil kebingungan bagaimana caranya untuk bisa mencabut kayu yang menusuk di tubuh si
rusa.
“Tenanglah rusa aku akan menolongmu sebisaku”. Jawab kancil.
Beberapa jam kemudian. Tetapi kancil belum bias mencabut kayu itu dari tubuh rusa. Dan si
rusa pun sudah terbaring lemah tak berdaya menahan rasa sakit yang ia rasakan.
“Bagaimana ini kancil aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit ini?”. Kata rusa
“Sabar rusa aku sedang berusaha sebisaku untuk menolongmu”. Jawab kancil
Dan si kancil pergi meninggalkan rusa untuk mencari bantuan binatang lain.
Kancil sudah mengelilingi hutan tetapi tidak ada satu pun binatang lain. Lalu si kancil kembali ke
tempat rusa berada dengan tubuh lelah dan lemas.
“Bagaimana ini rusa aku sudah mencari bantuan tapi tidak ada satu pun binatang lain yang
berkeliaran di hutan ini?”. Kata si kancil dengan wajah sedih
“Lalu lalu aku harus bagaimana kancil aku sudah tidak kuat lagi rasanya sakit sekali”. Saut si
rusa dengan wajah kesakitan
“Tenanglah rusa aku akan mencoba lagi sekuat tenagaku untuk membantumu”.
Kemudian si kancil mencoba lagi untuk mencabut kayu yang menusuk di tubuh rusa. Kancil
dengan sekuat tenaganya untuk bisa mencabut kayu itu hingga kancil kelelahan.
Dan si kancil berhasil mencabut kayu yang menusuk di tubuh rusa tersebut. Setelah berhasil
mencabut si kancil pun mengobati luka di tubuh si rusa, dan setelah mengobati luka si rusa,
kemudian rusa berterima kasih kepada si kancil.
“Terima kasih kancil kau sudah berusaha untuk menolongku hingga kau kelelahan, kau sangat
berjasa kepadaku kancil”. Ucap si rusa
“Sama-sama rusa aku senang bias menolongmu karena kau adalah temanku”. Kata si kancil
“tanpa kau aku tidak tahu lagi kancil mungkin aku sudah tiada, sungguh kau baik hati kancil”.
Ucap si rusa dengan penuh berterima kasihAkhirnya si kancil pun mengantarkan si rusa pulang
ke rumahnya. Setelah sampai mengantar si rusa pulang kemudian si kancil berpamitan kepada
si rusa.
“Aku pulang dulu ya rusa”. Kata si rusa
“Iya kancil, sekali lagi terima kasih atas bantuanmu kancil”. Jawab rusa“Iya rusa”.
Dan kancil berjalan menuju pulang ke rumahnya.
Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Dimana semua siswa Indonesia akan
memperingati hari guru. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat berjasa sekali bagiku. Guru
tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya, yang kelak akan bermanfaat untukku di
masa depan. Tanpa guru aku bukanlah siapa-siapa. Bukan orang yang berpendidikan. Juga
bukan orang yang mempunyai prestasi. Guru adalah ibu kedua bagiku. Tempat aku berdialog
dan tempat aku bersosialisasi.
“Wayo!! Kamu sedang mikiri apa?” Ika menepuk pundaku sambil mengagetkan aku.
“Apaan sih, kaget tahu.” Jawabku yang penuh dengan kekesalan.
“Oh iya, kamu tahu tidak. Sebentar lagi sekolah kita akan memperingati hari guru. Kalau boleh
tahu guru Favorit kamu siapa?”
Tetttt.. tettt.. tett Bel tanda masuk berbunyi. Aku tidak sempat menjawab pertanyaan yang
dilontarkan Ika tadi. Aku langsung bergegas masuk, karena pelajaran akan dimulai. Saat aku
mengingat semua jasa guru. Aku teringat dengan sosok guru yang memotivasi hidupku. Guru
itu bernama Ibu Sity. Tetapi ia lebih suka dipanggil Bunda.
“Assalamualaikum anak-anak.” Ibu Sity menyambut semua siswanya dengan ucapan dan
senyuman.
“Waalaikumsalam Bunda.” Jawaban yang diucapkan oleh semua siswa dengan semangat.
Ibu Sity adalah guru yang selalu dinanti-nanti kehadirannya. Banyak motivasi yang selalu ia
sampaikan. Motivasi itu yang sangat berguna sekali bagiku dan teman-temanku semua.
Kadang aku berpikir apa motivasi hidupku di masa depan. “Apakah aku bisa menjadi orang
yang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak?” Namun ketika aku mengingat kata-kata Ibu
Sity. Aku belajar untuk mengintropeksi diriku. “Orang yang dikatakan fisiknya tidak sempurna
saja bisa menjadi orang yang sukses dan tidak pantang menyerah. Kenapa aku yang dikatakan
sempurna tidak mau berusaha dan berdoa. Hanya bisa menyerah dengan keadaan.
Aku mencoba merenungi semua kata-kata yang dilontarkan Ibu Sity. Hingga terbawa aku ke
dalam lamunan yang tidak tahu akhirnya.
“Raa..Ra..araaa” Ika memanggilku berkali-berkali dengan nada yang mulai kesal.
Aku bergegas melihatnya sambil berkata. “Ada apa Ika? Kenapa teriak-teriak begitu?”
“Aku memanggil kamu sedari tadi. Kamu belum menjawab pertanyaanku Ra!! Siapa guru
Favorit kamu?” Ika masih penasaran dengan jawabanku.
“Guru Favorit aku Ibu Sity, Ika.” “Dia baik iya Ra..”
“Tentu. Ibu Sity selalu memotivasi hidupku. Membuatku mengerti kenapa ilmu sangat berguna
sekali di masa depan.” Aku menatap Ika dengan senyuman.
Guru itu ibarat lilin. Ia rela terbakar, demi menerangi masa depan anak muridnya. Dan guru
mempunyai 1001 cara agar siswanya kelak menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan
Bangsa. Walaupun sudah lelah, guru tidak pernah memperlihatkannya kepada siswa-siswanya.
Karena ia tidak ingin siswanya menjadi orang yang selalu menyerah. Peran guru sangatlah
penting bagi Pendidikan. Guru tidak pernah meminta imbalan sedikit pun dari siswanya, meski
ia sudah mengajar berpuluh-puluh tahun.
Hai namaku Alicia Yunita Lovers biasa dipanggil Alic atau Nita, tapi lebih sering dipanggil Nita
aku kelas tiga. Nama kakakku Adityia Diva Farid kakakku kelas lima. Nama adikku Aprilia Kamili
Lovers adikku kelas satu, sudah cukup ya perkenalannya kita ke cerpen yuk.
Kriiing… kriiing… kriiing… jam weker berbunyi “waktu pukul tujuh… waktu pukul tujuh…”
begitulah sampai lima kali. Lalu aku mematikan jam weker yang berada tepat di sebelah kiriku
di atas meja. “Ah, udah jam berapa nih” lalu aku pun melihat ke jam weker “haaaaaah jam
tujuh” teriakku sambil kaget. Lalu aku pun bergegas pergi ke kamar mandi dan segera mandi.
Setelah mandi aku sarapan dengan kakakku, adikku, ayah dan bundaku, kami selalu sarapan
pagi bersama. Setelah sarapan aku, kakakku dan adikku pergi ke sekolah.
Setelah itu kami masuk kelas, setelah aku masuk kelas aku bertemu Rida, sahabatku lalu aku
dan Rida pun asyik bercakap-cakap sampai bel masuk kelas pun tiba. Lalu bu Mia guru kelas
tiga sedang tidak hadir di sekolah maka kelas kami digantikan olen guru kelas yang sangat
cantik guru kelas itu bernama Reni.
“Anak-anak hari ini kita pelajaran matematika, ayo dibuka halaman sepuluh” kata bu Reni
kepada murid-murid.
Setelah pelajaran kami pun istirahat. Lalu aku dan Rida sahabatku pergi ke kantin, di kantin
kami bertemu Ria, Hani, dan Irfan. Lalu aku pun menyapa mereka dengan lembut “hai Ria, hai
Fani, hai Irfan” sapaku kepada mereka. Mereka membalas sapaanku dengan lembut juga “hai
juga Nita” secara mereka bersamaan. Lalu kami kembali ke kelas lagi dan setelah itu kami
pulang.
Setelah pulang aku dan Rida pulang bersama karena memang aku dan Rida rumahnya
bersebelahan. Setelah pulang sekolah aku berganti pakaian. Dan setelah berganti pakaian aku
ke teras sambil memanggil nama Rida “Rida ayo bermain”. Lalu Rida pun menjawab “iya,
sebentar aku lagi di kamar mandi” kata Rida kepadaku. Aku pun menunggu sebentar dan
akhirnya Rida pun datang dan kami pun bercakap-cakap sampai waktu senja tiba. “Sudah ya
bicara-bicaranya aku dipanggil ibuku” kata Rida kepadaku. Lalu aku masuk ke rumah lagi dan
tidur.
Paginya aku ke rumah Rida (kebetulan itu hari Minggu) lalu pada saat aku memanggilnya aku
melihat sebuah bendera kuning tertancap di depan rumahnya “siapa yang meninggal kumohon
jangan Rida” gumamku dalam hati lalu aku memakai baju hitam (baju melayat). Aku pun masuk
ke dalam rumah dan ternyata “Rida mengapa kau tinggalkan aku sahabat” kataku sambil
menangis “tidaaaaaaaak…” Lalu begitulah kehidupanku setelah Rida meninggal. Hidupku
sendiri bagaikan di dalam hutan sendirian. “hiks… hiks… hiks… mengapa kau meninggalkan
aku Rida?”