Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan
yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan
yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang
berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang
ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di
dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.      Kurikulum Tahun 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.
Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)
ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat
politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum
Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan
kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan
gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun
1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950.
Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu
daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan
pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di
Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah,
Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak
Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada
awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga
diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar
dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara
bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses
kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana
(pompa, timbangan, manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-
hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada
malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya,
rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah
Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu
sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
2.      Kurikulum Tahun 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar
satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas
periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan
Tanjung Pinang, Riau.Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana,
yaitu :
a) Daya cipta               d) Karya
b) Rasa                        e) Moral
c) Karsa
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1)  Moral
2)  Kecerdasan
3)  Emosional/artistik
4)  Keprigelan (keterampilan)
5)  Jasmaniah.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya,
yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Pada masa  itu  juga
dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP,
bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang  Sekolah
Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut.
1.  Bahasa Indonesia                           9. Menulis
2.  Bahasa Daerah                              10. Seni suara
3.  Berhitung                                      11. Pekerjaan tangan
4.  Ilmu Alam                                     12. Pekerjaan kepurtian
5.  Ilmu Hayat                                    13. Gerak badan
6.  Ilmu Bumi                                     14. Kebersihan dan kesehatan
7.  Sejarah                                          15. Didikan budi pekerti
8.  Menggambar                                 16. Pendidikan agama

3.      Kurikulum Tahun 1964


Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah
menjadi Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan
1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep
pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan
sendiri pemecahan persoalan (problem solving). 
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu
kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan
anak. 
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain
itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu,
siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan
permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia
pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II
tahun 1960.
4.      Kurikulum Tahun 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya
9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanyamemuat
mata  pelajaran pokok-pokok  saja,”  katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum 1968 bersifat  correlated subject curriculum, artinya materi
pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan.
Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang
memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Struktur kurikulum 1968 terbentuk seperti
dibawah ini :

a.       Pembinaan Jiwa Pancasila                                   


·         Pendidikan agama
·         Pendidikan kewarganegaraan
·         Bahasa Indonesia 
·          Bahasa Daerah 
·         Pendidikan olahraga
b.      Pengembangan pengetahuan dasar 
·         Berhitung
·         IPA
·         Pendidikan kesenian 
·         Pendidikan kesejahteraan keluarga
c.       Pembinaan kecakapan khusus 
·         Pendidikan kejuruan

5.      Kurikulum Tahun 1975


Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi
pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap
hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah
perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar
yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut. Semua proses pembelajaran diarahkan
dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum ini mulai dikembangkan
sejak tahun 1975 hingga 1984.
a.      Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1975
Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975, Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai
pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah. Penjelasan tersebut sebagai berikut :
1. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap
program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun
kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah :
(a) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru
tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
(b) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam
GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.
(c) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.
(d) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif
yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
(e) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini
sedang berlaku.
2. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang
berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Atas dasar petimbangan tersebut maka dibentuklah kurikulum tahun 1975
sebagai upaya untuk mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintahan orde
baru dengan program Pelita dan Repelita.

b.      Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip
di antaranya sebagai berikut.
1.      Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang
harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang
meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
2.      Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang  menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3.      Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4.      Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada
tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah
laku siswa.
5.      Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalambelajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
c.       Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau
pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum
sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun
saja.Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah :
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA 
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
6.      Kurikulum Tahun 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar
yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena
itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
a.      Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah
sebagai berikut.
1.      Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2.      Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3.      Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4.      Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5.      Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai
bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak
sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar
Sekolah.
6.       Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
b.      Ciri-ciri Kurikulum 1984.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau
tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam
kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan
kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum
1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1.      Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh  pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah
harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus
dicapai siswa.
2.      Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3.      Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam
dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4.      Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-
hal sebagai berikut:
·         Guru supaya meningkatkan profesinalisme
·         Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer
·         Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
·         Pengevaluasian hasil pembelajaran
·         Prinsip CBSA di pelihara terus

7.      Kurikulum  Tahun 1994
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 adalah
sebagai berikut.
a.       Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-
Undang.
b.      Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,
perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
c.        Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter
yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak,
materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap
akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

8.      Kurikulum Tahun 2004 ( KBK )


Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is education
geared toward preparing indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam
Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis
kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
a.        Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna.
b.      Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan yang
ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum
tersebut mempunyai tujuan antara lain;
a.       Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi
b.      Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
c.   Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah 
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah sebagai berikut
:
a.       KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan
b.      kompetenasiParadigma pembelajaran versi UNESCO:  learning to
c.       know,learning to do, learning to live together, dan learning to be. 
d.       Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa
e.       dalam proses pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru. 
f.        Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapijumlah mata
pelajaran belum bisa dikurangi.
g.      Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode pembelajaran
PAKEM dan CTL, 
h.      Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis
kelas.
i.        KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian
berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi
siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. PBK
adalah melakukan penilaian secara seimbang di tiga ranah, dengan menggunakan
instrumen tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM
diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru
tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang
dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan
optimal.

9.      Kurikulum Tahun 2006 ( KTSP )


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari
segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis
evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran
sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan
pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan
satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
b.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c.       Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

10.  Kurikulum Tahun 2013


Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak periode sebelum
tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012 lalu.
Selama proses pergantian Kurikulum tidak ada tujuan lain selain untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah.
Menurut beberapa pakar, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia
maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya
selalu berkembang dan tuntutan zaman yang cenderung berubah. Perkembangan
kurikulum dianggap sebagai penentu masa depan anak bangsa. Oleh karena itu,
kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga
akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada
kemajuan bangsa dan negara.
Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum tahun
1945 hingga kurukulum tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan
sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu
sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan, komponen,
evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan kurikulum. Untuk
memperbaiki kekurangan yang ada, maka disusunlah kurikulum yang baru yang
diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Oleh
karena itu, kurikulum di Indonesia akan senantiasa berkembang maupun berubah
sesuai yang disebutkan sebelumnya.
Analisis kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mengetahui komponen
pengembangan kurikulum apa saja yang terdapat pada kurikulum 2013. Selain itu,
analisis inipun bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari komponen
pengembangan kurikulum 2013 yang terdapat pada Bahan Uji Publik Kurikulum
2013.Adapun batasan analisis yang dilakukan adalah hanya menganalisis kurikulum
2013 yang akan diberlakukan di SD, SMP, dan SMA/SMK.
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM BESERTA
KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA

OLEH :

MERY SELVIANA
1305114831
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU

Anda mungkin juga menyukai