Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Dyspnea

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DYSPNEA

DI IGD RSUD PROF.DR.H.M.ANWAR.MAKKATUTU

OLEH :
Fifi lestari, S.kep
D2109005

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan
dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of
Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1.  Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke
ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-
paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2.  Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
B. Etiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas
antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit
dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran
pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan
terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan terhadap
compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka
makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk
menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance
paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat
fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.
C. Manefestasi klinik

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada
penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan
dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan.
Paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru tidak
menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada
pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah gejala umum penyakit
pernapasan, hal ini disebabkan oleh Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang
masuk ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis
kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk
yang mencolok.
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru. Sediaan
apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi. Pemeriksaan
sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan sumber
sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis
berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan
kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan
ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker
paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis
adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb
terreduksi dalam kapiler.
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/
mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat
terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah
wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher
dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea.
Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan
banyak.
D. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. Pathway

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas


darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

G. Terapi pengobatan

- Oksigenasi
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
3. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan ,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi,
mengalami kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri
(gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli
atau endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi


adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
C. Intervensi keperawatan

NO
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas
jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang 1) Buka jalan napas pasien 1. Ventilasi maksimal
efektif, dengan kriteria hasil: 2) Posisikan pasien untuk membuka area atelectasis.
memaksimalkan 2. Posisi membantu
Respiratory Status: Airway patency ventilasi. memaksimalkan ekspansi paru
Tujuan 3) Identifikasi Pasien dan menurunkan upaya
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 untuk perlunya pernafasan.
1. Pengeluaran 2 √ pemasangan alat jalan 3. Mencegah
sputum pada napas buatan obstruksi/aspirasi.
jalan napas 4) Keluarkan secret 4. Penurunan bunyi nafas
2. Irama napas 2 √ dengan suction dapat menunjukan atelektasis.
sesuai yang 5) Auskultasi suara napas, Ronki menunjukan akumulasi
diharapkan catat bila ada suara secret/ketidakmampuan untuk
napas tambahan membersihkan jalan nafas
6) Monitor rata-rata yang dapat menimbulkan
respirasi setiap penggunaan otot aksesoris
3. Frekuensi 2 √ pergantian shift dan pernafasan dan peningkatan
pernapasan setelah dilakuakan kerja pernafasan.
sesuai yang tidakan suction
diharapkan b. Suksion Jalan Napas 1. Mencegah
1) Auskultasi jalan napas obstruksi/aspirasi. Penghisapan
Keterangan: sebelum dan sesudah dapat diperlukan bila pasien
1. Keluhan ekstrim suction tidak mampu mengeluarkan
2. Keluhan berat 2) Informasikan keluarga secret.
3. Keluhan sedang tentang prosedur 2. Penurunan bunyi nafas dapat
4. Keluhan ringan suction menunjukan atelektasis.
5. Tidak ada keluhan 3) Berikan O2 dengan 3.Ventilasi maksimal
menggunakan nasal membuka area atelektasis dan
untuk memfasilitasi meningkatkan gerakan secret
suksion nasotrakheal kedalam jalan nafas besar
4) Hentikan suksion dan untuk dikeluarkan.
berikan oksigen bila 4.Mencegah pengeringan
Pasien menunjukkan mukosa, membantu
bradikardi peningkatan pengenceran sekret
saturasi oksigen
5) Atur intake untuk 6. Pemasukan tinggi cairan
cairan mengoptimalkan membantu untuk
keseimbangan. mengencerkan sekret,
6) Jelaskan pada pasien membuatnya mudah
dan keluarga tentang dikeluarkan.
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas Airway management
jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan 1) Buka jalan napas 1) Pengkajian merupakan
kriteria hasil: Pasien dasar dan data dasar
2) Posisikan Pasien untuk berkelanjutan untuk memantau
Respiratory Status: Ventilation memaksimalkan perubahan dan mengevaluasi
Tujuan ventilasi. intervensi.
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 3) Identifikasi Pasien 2) Memposisikan pasien
1. Auskultasi 2 √ untuk perlunya semi fowler supaya dapat
suara napas pemasangan alat jalan bernafas optimal.
sesuai napas buatan 3) Deteksi terhadap
2. Bernapas 2 √ 4) Keluarkan secret pertukaran gas dan bunyi
mudah dengan suction tambahan serta kesulitan
3. Tidak didapa kan √ 5) Auskultasi suara napas, bernafas (ada tidaknya
pengg catat bila ada suara dispneu) untuk memonitor
unaan napas tambahan intervensi.
otot 6) Monitor penggunaan 4) Dapat
tamba otot bantu pernapasan memperbaiki/mencegah
han 7) Monitor rata-rata memburuknya hipoksia
2 respirasi setiap 5) Memberikan rasa
pergantian shift dan nyamandan mempermudah
Vital sign Status setelah dilakuakan pernapasan
Tujuan tidakan suction 6) Deteksi status respirasi
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
1. Tanda Tanda 2 √
vital dalam Vital sign monitoring
rentang normal 1) Manifestasi distres
(tekanan darah, Vital sign monitoring pernapasan tergantung
nadi, 1) Observasi adanya tanda pada/indikasi derajat
pernafasan) tanda hipoventilasi keterlibatan paru dan status
Keterangan: 2) Monitor adanya kesehatan umum
1. Keluhan ekstrim kecemasan pasien 2) Takikardia biasanya
2. Keluhan berat terhadap oksigenasi ada sebagai akibat
3. Keluhan sedang 3) Monitor vital sign demam/dehidrasi tetapi dapat
4. Keluhan ringan 4) Informasikan pada sebagai respons terhadap
5. Tidak ada keluhan pasien dan keluarga hipoksemia
tentang tehnik relaksasi 3) Selama periode waktu
untuk memperbaiki ini, potensial komplikasi fatal
pola nafas. (hipotensi/syok) dapat terjadi.
5) Ajarkan bagaimana 4) Perubahan frekuensi
batuk efektif jantung atau TD menunjukkan
6) Monitor pola nafas bahwa pasien mengalami
pasien mengalami nyeri,
khusunya bila alasan lain
untuk perubahan tanda vital
telah terlihat.
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan 1) Posisikan pasien untuk 1. Ventilasi maksimal
kriteria hasil: memaksimalkan membuka area atelectasis.
Respiratory Status : Gas exchange ventilasi 2. Posisi membantu
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit 2) Pasang mayo bila perlu memaksimalkan ekspansi paru
Respiratory Status : ventilation 3) Lakukan fisioterapi dan menurunkan upaya
Vital Sign Status dada jika perlu pernafasan.
Tujuan 4) Keluarkan sekret 3.Mencegah obstruksi/aspirasi.
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 dengan batuk atau 4. Penurunan bunyi nafas dapat
1. Mendemonstrasi 2 √ suction menunjukan atelektasis. Ronki
kan peningkatan 5) Auskultasi suara nafas, menunjukan akumulasi
ventilasi dan catat adanya suara secret/ketidakmampuan untuk
oksigenasi yang tambahan membersihkan jalan nafas
adekuat 6) Atur intake untuk yang dapat menimbulkan
2. Memelihara 2 √ cairan mengoptimalkan penggunaan otot aksesoris
kebersihan paru keseimbangan. pernafasan dan peningkatan
paru dan bebas 7) Monitor respirasi dan kerja pernafasan.
dari tanda tanda status O2 5. Pemasukan cairan yang
distress 8) Catat pergerakan banyak membantu
pernafasan dada,amati mengencerkan sekret,
kesimetrisan, membuatnya mudah
penggunaan otot dikeluarkan.
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
9) Monitor suara nafas,
seperti dengkur
3. Mendemonstrasi a √ 10) Monitor pola nafas :
kan batuk efektif purse bradipena, takipenia,
dan suara nafas d kussmaul,
yang bersih, lips) hiperventilasi, cheyne
tidak ada 2 stokes, biot
sianosis dan 11) Auskultasi suara nafas,
dyspneu catat area penurunan /
(mampu tidak adanya ventilasi
mengeluarkan dan suara tambahan
sputum, mampu 12) Monitor TTV, AGD,
bernafas dengan elektrolit dan ststus
mudah, tidak a mental
4. AGD dalam 2 √ 13) Observasi sianosis
batas normal khususnya membran
5. Status 2 √ mukosa
neurologis
dalam batas
normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
D. Evaluasi
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang di berikan untuk
memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan
proses terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana
perawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien di catat dan evaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon pasien,
revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuanyang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2018). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.

Harahap. (2016). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal


Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2018). Nursing outcome


classification (NOC). Philadelphia: Mosby.

McCloskey & Gloria M Bulechek. (2018). Nursing intervention classification


(NIC). USA:Mosby.

Muttaqin. (2017). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.


Salemba Medika: Jakarta.

NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan


klasifikasi. Jakarta: EGC.

Wartonah & Tarwoto. 2017. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
RESUME KEPERWATAN
DENGAN DIAGNOSA DYSPNEA
DI IGD RSUD PROF.DR.H.M.ANWAR.MAKKATUTU

OLEH :
Fifi lestari, S.kep
D2109005

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2022

Anda mungkin juga menyukai