KMB Psoriasis
KMB Psoriasis
KMB Psoriasis
Dosen Pengampu :
A. Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang
kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis
disertai manifestasi vaskuler. Psoriasis satu penyakit kulit termasuk di dalam
kelompok dermatosis eritroskuamosa, dengan lesi berupa makula eritem berbatas
tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapis, berwarna putih bening seperti mika,
disertai fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz. (Reynol, 2020).
B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan
secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan,
namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain :
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan,
luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini
merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-
14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan
psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus
tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan
setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada
waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun
pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya
psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa
penderita. 6. Obat-obatan - Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-
kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. -
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”. - Lithium yang dipakai pada pengobatan
penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. - Alkohol
dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. - Hipersensitivitas
terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis
pustulosa generalisata.
C. Tanda & Gejala
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral.Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis,
kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya
garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut kobner. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas
yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi : nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tampat predileksi,
yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstermitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosacral.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita penyakit psoriasis menampakan gejala penderita biasanya mengeluh
adanya gatal ringan pada tempat-taempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstermitas bagian ekstensor terutama
siku dan lutut, dan daerah lumbosacral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak
yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata.
Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
4. Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat merokok, minuman beralkohol.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Ada atau tidak keluarga yang pernah menderita
penyakit psoriasis
6. Data dasar pengkajian pasien
7. Riwayat tidur
Kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari
Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
Kebiasaan/pun saat tidur
Lingkungan tidur
Dengan siapa pasien tidur
Obat yang di konsumsi sebelum tidur
Asupan dan stimulant
Perasaan pasien mengenai tidurnya
Apakah ada kesulitan tidur
Apakah ada perubahan tidur
B. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan nyeri berdasarkan PQRST
P : Provokatif / Paliatif (Penyebab) kaki
Terkelupasnya lapisan kulit S : Skala Seviritas (Keparahan)
Q : Qualitas / Quantitas Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
Nyeri terasa cekot cekot T : Timing (Waktu)
R : Region / Radiasi (Penyebaran) Pada waktu malam hari
Nyeri yang di rasa terdapat di
C. Pemeriksaan diagnostic
Pemerikasaan tambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, polisomnograpi
telah dilakukan untuk membantu diagnosis walaupun validitasnya masih terbatas.
Sleep wake diaries merupakan pencatatan waktu tidur yang dilakukan selama 1-2
minggu, pencatatan ini berguna untuk menegakkan pola tidur, variasi pada jam tidur,
gangguan tidur dari hari kehari.
Aktigrafi merupakan metode objektif untuk mengevaluasi pola tidur dan
beraktivitas dengan menggunakan peralatan yang sensitif terhadap gerakan,
digunakan pada pergelangan tangan yang tidak dominant. Pada penelitian yang valid
menunjukan hubungan antara pola aktigrafi dan tidur yang dinilai melalui
polisomnografi, walaupun aktigrafi dapat melebih-lebihkan jumlah nyata dari tidur.
Aktigrafi bertujuan untuk memeriksa pola-pola yang terjadi secara temporal,
variasinya dan respon terhadap pengobatan. Aktigrafi digunakan dalam mengevaluasi
gangguan ritme sirkadian tapi belum sepenuhnya valid. Polisomnografi merupakan
alat yang paling sensitif untuk membedakan tidur dan terjaga. Pemeriksaan dengan
alat ini tidak rutin digunakan untuk mengevaluasi insomnia kronik karena pada
banyak kasus hanya mengkonfirmasi laporan subjektif dari pasien tanpa
mengindikasikan penyebab pasien terjaga, tapi pada situasi tertentu polisomnografi
sangat berguna seperti pada sleep apnea, periodic limb movement, atau parasomnia.
Pada pasien dengan keluhan tidak wajar atau riwayat respon terhadap pengobatan
tidak baik dapt dilakukan pemeriksaan polisomnografi.
D. Diagnose keperawatan
(D.0055) Gangguan Pola Tidur
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
- Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
- Kurang kontrol tidur
- Kurang privasi
- Restraint fisik
- Ketiadaan teman tidur
- Tidak familiar dengan peralatan tidur
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
- Nyeri/kolik
- Hypertirodisme
- Kecemasan
- Penyakit paru obstruktif kronis
- Kehamilan
- Periode pasca partum
- kondisi pasca operasi
E. Intervensi keperawatan
Dukungan Tidur (L.05174)
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi fak tor penganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Terapeutik
- Modifikasi lingkungan Batasi waktu tidur siang
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal rutin tidur
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan unruk menunjang
- siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jurnal Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019 ISSN 2086-7751 (Print),
ISSN 2548-5695 (Online) http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
2. Jurnal Abdimas Mutiara Volume 2, Nomor: 1, Maret 2021 HIPNOSIS LIMA JARI
DI KLINIK LMT SIREGAR TAHUN 2021
http://114.7.97.221/index.php/JAM/article/view/1808
3. Dewi, R., Rahayuwati, L., & Kurniawan, T. (2018). The Effect of Five-Finger
Relaxation Technique to The Sleep Quality of Breast Cancer Patients. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 6(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v6i2.739
G. Evaluasi Keperawatan
O:
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 87x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,8˚C
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan Intervensi
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan Intervensi
3 Jum‟at, 11-03- Gangguan Pola S:
2022, 12.00 Tidur b.d - Klien mengatakan sudah
Wib bisa tidur dan tidak
terbangun pada malam hari
- Klien sudah puas tidur
O:
- TTV
TD : 120/60 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5˚C
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Kamitsuru, S., Herdman, T.H., 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Sari, D., & Leonard, D. (2018). pengaruh aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur lansia
di wisma cinta kasih. Jurnal Endurance 3 (1) , 121-130.
Munandar, Prima Anugrah. 2019. Hubungan derajat keparahan psoriasis dengan kualitas
tidur di RS UNS Surakarta. Makalah.