Laporan Pendahuluan Ispa
Laporan Pendahuluan Ispa
Laporan Pendahuluan Ispa
DISUSUN OLEH :
BERTO NOVIANTO
NIM 2022207209470
TAHUN 2023
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
ISPA merupakan penyakit infeksi yang menyerang lebih dari satu bahkan
lebih pada bagian sistem saluran pernapasan, termasuk sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura, mulai dari hidung hingga alveolus, biasanya klien yang
mengalami penyakit tersebut mengalami sakit selama 14 hari dan sering di
jumpai pada anak – anak terutama pada anak yang berusia dibawah 5 tahun,
mulai timbulnya gejala yang ringan dan berat (Jalil, 2018).
ISPA merupakan penyebab utama penyakit dan kematian tertinggi di
dunia dengan menduduki peringkat ke – 3 dengan jumlah persentase 10 – 50
kali pada negara yang berkembang dibandingkan dari negara yang maju
(Lubis, 2019).
Penyakit ISPA biasanya disebabkan oleh berbagai organisme, namun
sebagian besar biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri, virus merupakan
penyebab yang paling umum terjadi dan yang paling utama mempengaruhi
untuk masuk dan menginfeksi ke dalam saluran pernapasan bagian atas dan
dapat menimbulkan penyakit infeksi lainnya seperti rhinitis, sinusitis,
faringitis, tansilitis, dan laryngitis, dan hampir 90% dari infeksi ini disebabkan
oleh virus dibandingkan dengan bakteri (Tandi, 2018).
2. Etiologi
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti bakteri dan virus.
Bakteri yang dapat menimbulkan penyebab ISPA antara lain diplococcus
penumoniae, pneumococcus, streptococcus aureus, haemophilus, influenza
dan virus yang dapat menyebabkan penyakit ISPA yaitu kelompok
microsovirus, adnovirus, coronavirus, picornavirus, mycoplasma, dan
herpesvirus (Pitriani, 2020).
ISPA yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme yang menyerang sistem saluran pernapasan, biasanya
mikroorganisme tersebut menyerang pada sistem pernapasan bagian atas
mulai dari rongga hidung, faring, dan laring, yang dapat menyebabkan
disfungsi pada saat terjadinya proses pertukaran gas, sehingga timbulah
masaalh penyakit seperti infeksi pada saluran pernapasan, flu, pilek, faringitis,
radang pada tenggorokan, laryngitis, bahkan penyakit sistem pernapasan
lainnya yang tidak menimbulkan tanda – tanda komplikasi (Fatmawati, 2018).
3. Tanda dan Gejala
Secara garis besar, biasanya klien yang mengalami ISPA di dapatkan
tanda secara klinis seperti sakit tenggorokan, batuk disertai dengan dahak
yang berwarna kuning atau putih dengan konsistensi kental (mukoid), nyeri
dada posterior, dan konjungtivitis, mual, muntah, sulit tidur, nyeri otot, sakit
kepala, nafsu makan menurun, dan demam salama 4 – 7 hari disertai dengan
malise dan myalgia (Suriani, 2018).
Menurut (Masriadi, 2017), gejala – gejala ISPA yaitu:
a. Gejala ISPA ringan
Yang dikatakan ISPA ringan terlihat pada anak – anak ketika
timbul masalah lebih dari satu gejala yang ditemukan sebagai berikut:
1. Batuk
2. Timbul suara serak pada saat anak berbicara dan menangis
3. Klien mengalami selesma yang keluar dari rongga hidung berbentuk
lendir dengan konsitensi cair bahkan kental
4. Tubuh klien bahang dan ditandai dengan suhu tubuh meningkat hingga
37 – 38oC
b. Gejala dari ISPA sedang
Yang dikatakan ISPA sedang terlihat pada anak – anak ketika
timbul masalah lebih dari satu gejala yang ditemukan sebagai berikut:
1. Frekuensi napas diatas 50×/menit pada anak yang berusia dibawah 1
tahun dan frekuensi napas diatas 40×/menit pada anak yang berusia
diatas 1 tahun atau lebih
2. Suhu tubuh lebih dari 39oC
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bintik – bintik merah menyerupai seperti campak yang muncul
di kulit
5. Timbulnya cairan seperti nanah dari rongga telinga yang menimbulkan
rasa sakit
6. Suara napas ronci.
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang anak diidentifikasi ISPA berat jika gejala ISPA ringan
atau sedang dijumpai dengan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru
2. Lubang hidung terlihat bergempul – gempul ketika sedang bernapas
3. Kesadaran menurun
4. Terdapat bunyi napas stridor dan malise
5. Frekuensi nadi cepat >160 x/menit bahkan tidak teraba
6. Tenggorokan tampak memerah
4. Patofisiologi
ISPA adalah penyakit yang penularannya melalui udara dan disebabkan
oleh pantogen seperti virus, bakteri, jamur, dan polutan, yang menyerang
sistem saluran pernapasan sehingga dapat menyebabkan pembengkakan pada
dinding mukosa sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan. Deposisi
agen pantogen yang masuk pada transport cilia mucus (jalur pembentukan
mucus) menyebabkan reaksi mucus yang berlebihan, sehingga menyebabkan
over produksi lendir yang larut melalui hidung, sehingga lendir yang
dikeluarkan dari hidung menandakan bahwa seseorang sudah terpapar Infeksi
Saluran Pernapasan.
Seorang yang terpapar ISPA dapat menginfeksikan penularan ISPA
melalui kontak biasanya melalui kontak kulit secara langsung antara orang
yang sakit dengan orang sehat dan seperti tangan yang telah terkontaminasi
droplet setalah bersin, dan droplet tersebut menyebar di udara dan mengendap
di selaput lendir mata, mulut, dan hidung, sehingga akibat dari penularan
tersebut menajdikan seseorang yang seharusnya tidak terjangkit penyakit
tersebut menjadi terjangkit ISPA (Noviantari, 2018).
5. Klasifikasi
Berdasarkan (Halimah, 2019), klasifikasi ISPA dikategorikan berdasarkan
tipe dan umur yaitu :
1. Pneumonia, suatu proses infeksi yang sangat akut yang dapat merusak
jaringan paru – paru di bagian alveoli.
2. Bukan Pneumonia yaitu, (common cold) batuk pilek (pharyngitis)
radang tenggorokan, dan tonsilitis.
6. Faktor Resiko
umum terdapat tiga faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan
yang meliputi pencemaran udara dalam ruangan, kondisi fisik rumah, dan
hal ini disebabkan karena balita memiliki daya tahan tubuh yang masih
rentan terhadap penyakit. Dan faktor yang kedua yaitu faktor individu
seorang anak yang meliputi usia anak, berat badan lahir rendah (BBLR),
gizi, dan imun, dan faktor yang ketiga yaitu faktor perilaku yang
ibu maupun anggota keluarga lainnya. dari ketiga faktor tersebut dapat
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
infeksi pada rongga sinus paranasal dengan tanda dan gejala yang
c. Pneumonia
d. Epitaksis
2017).
e. Konjungtivitis
dapat mengenai semua kalangan umur dari gejala akut hingg kronis
(Insani, 2017).
f. Faringitis
8. Pemeriksaan Penunjang
dinding hidung, penebalan rongga mucosa sinus bagian dalam dan hal
ii. Foto polos, dilakukan untuk menemukan adanya perubahan atau tidak
9. Penatalaksanaan
Menurut Susanto dalam (Widianti, 2020) menjelaskan bahwa
penatalaksanaan yang baik untuk mengatasi ISPA memerlukan sosok
seorang orang tau atau keluarga terdekat sebagai mekanisme untuk
mengurangi dampak gangguan Kesehatan pada anak dan keluarganya.
Pengetahuan orang tua terutama ibu tentang penanganan ISPA yang baik
mampu membantu dalam mendeteksi dini untuk pencegahan penyakit
ISPA. Penanganan ISPA biasanya ditandai dengan resiko dari yang ringan
hingga yang berat yang sangat memerlukan penanggulangan ekstra dengan
cara penurunan demam, memberikan nutrisi yang cukup, pemberian
mineral yang cukup, memberikan rasa nyaman, dan mendapatkan
pendampingan khusus dari tenanga kesehatan. Hasil dari tinjaun Pustaka
tentang penatalaksanaan ISPA pada anak yang berusia dibawah 5 tahun,
didapat bahwa Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan kondisi
penyakit yang sangat serius dan dapat berdampak buruk jika ditangani
secara lambat dan salah. Oleh karena itu, orang tua dirumah harus lebih
teliti dan memahami cara penanganan yang baik dan benar ketika di
rumah.
Berdasarkan litelatur review yang dikutip melalui jurnal Padil dalam
(Widanti, 2020) karena keluarga paling dekat dengan klien, maka peran
keluarga disini sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan untuk
dilakukannya pengobatan klien ketika dirumah, sekalipun pengobatan
yang dilakukan di pelayanan kesehatan membuahkan hasil yang baik,
tetapi ketika pengobatan di rumah tidak dilanjutkan , maka keberhasilan
tenaga
kesehatan dalam merawat klien yang sakit akan sia – sia dan tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya pengulangan kambuh penyakit oleh
klien (Widianti, 2020).
B. Proses keperawatan
1.Pengkajian dan Data Dasar
a. Pengkajian
Pengkajian menurut (Amalia Nurin, 2014)
1) Status Klien
2) Usia
3) Jenis Genitalia
tahun, dimana angka kematian anak akibat ISPA paling besar pada
4) Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
tiba -tiba, sakit kepala, malise, nyeri pada area sendi dan otot,
4) Riwayat Sosial
d. Kebutuhan Dasar
cairan dan nutrisi, diare, serta penurunan berat badan dan anoreksia.
3) BAK
4) Kenyamanan
Biasanya klien mengeluh myeri pada area otot dan sendi disertai
dengan kepala sakit.
5) Hygine
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
letih, lesu dan merasa berat atas penyakit yang dialaminya saat itu.
2) Tanda Vital
Tekanan darah menurun, sesak nafas, nadi teraba lemah dan cepat,
3) TB/BB
4) Kuku
sianosis atau tidak, dan terdapat kelainan pada kuku jari klien atau
tidak.
5) Kepala
atau tidak, ada lesi atau tidak, warna rambut, serta bentuk kepala
6) Wajah
7) Mata
8) Hidung
atau tidak pada hidung serta adakah cairan yang keluar melalui
9) Mulut
berbicara.
10) Leher
11) Telinga
12) Thorax
Bagaimana bentuk dada apakah simetris atau tidak, cek pola nafas
a) Melihat
(1) Membrane mukosa – faring tampak kemerahan
tonsil
b) Meraba
(2) Terdapat nyeri tekan pada bagian leher dan pada bagain
c) Mengetuk
d) Mendengar
pada kedua sisi lapang paru. Jika suara ronchi tersebut muncul
2018).
13) Abdomen
14) Genetalia
15) Integument
Lihat warna kulitnya, terdapat lesi atau tidak, CRT < 3 detik, turgor
kulit kering atau tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada permukaan
16) Ekstremitas
(1) Melihat
(2) Meraba
merasa sakit
(3) Mengetuk
alat hummer.
b. Analisa Data
Dari hasil survey yang dilakukan oleh perawat tersebut, perawat akan
klien.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien ISPA menurut SDKI (Pokja,
d. Hipertermia (D.0130)
f. Ansietas (D.0080)
Kolaborasi
1.12 Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspetoran, jika perlu
2 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I. 08238)
(L.08006) Observasi
Setelah dilakukan 3.1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
selama … x … jam nyeri
diharapkan tingkat 3.2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 3.3. Identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil : 3.4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
-Keluhan nyeri dari 3.5. Identifikasi pengetahuan dan
skala … ke skala … kenyakinan tentang nyeri
-Meringis dari skala … 3.6. Identifikasi pengaruh budaya
ke skala … terhadap respon nyeri
-Sikap protektif dari 3.7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
skala … ke skala … kualitas hidup
-Gelisah dari skala … 3.8. Monitor keberhasilan terapi
ke skala … komplementer yang sudah diberikan
-Kesulitan tidur dari 3.9. Monitor efek samping penggunaan
skala … ke skala … analgetik
-Frekuensi nadi dari Terapeutik
skla … ke skala … 3.10. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Dengan Skala TENS, hypnosis, akupresure,
Indikator: terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik
1. Meningkat imajinasi terbimbing, kompres
2. Cukup Meningkat hangat/dingin, terapi bermain
3. Sedang 3.11. Kontrol lingkungan yang
4. Cukup Menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
5. Menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3.12. Fasilitas istirahat dan tidur
3.13. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Halimah. 2019. Kondisi Lingkungan Rumah Pada Balita Penderita Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ( ISPA ) di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten
Bima Tahun 2019 . Tersedia dalam
http://repository.poltekeskupang.ac.id. Diakses tanggal 10 September
2019.
Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka
Kabupaten Muna. Tersedia dalam http://ojs.uho.ac.id. Diakses tanggal
10 September 2019.
Lubis Ira, I., Ferusgel, 2019. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keberadaan
Perokok dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Silo
Bonto, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan . Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11, 166–173. Diakses tanggal 10 September
2019.
Tandi, J. (2018). Kajian Peresepan Obat Antibiotik Penyakit Pada ISPA Anak di
RSU Anutapura Palu Tahun 2017. 7(4). Tersedia dalam
https://ejournal.unsrat.ac.id/. Diakses tanggal 10 September 2019.
Masriadi (2017) Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada