Laporan Bioteknologi Kerupuk Bantal 12 A1
Laporan Bioteknologi Kerupuk Bantal 12 A1
Laporan Bioteknologi Kerupuk Bantal 12 A1
Disusun oleh:
No. Absen : 09
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga proses pembuatan produk bioteknologi dan juga laporan ini dapat berjalan
dengan lancar tanpa halangan yang berarti.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Nur Aidah, M.Pd selaku guru pengampu biologi
yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai bioteknologi. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam proses pembuatan produk bioteknologi dan pembuatan laporan ini.
Disadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………....2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….......3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………......4
Lampiran……………………………………………………………………....……………14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...…………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kerupul bantal adalah salah satu makanan inovasi dengan bahan yang terjangkau yang
dibuat dari adonan tepung terigu, garam, ragi, serta bumbu pedas manisnya dari gula dan
cabai. Adonan tersebut kemudian dipipihkan dengan alat penggiling adonan. Pembuatan
kerupuk bantal ini menggunakan bahan berupa ragi yang di dalamnya mengandung
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae yang berperan untuk mengembangkan adonan
kerupuk bantal ketika digoreng. Oleh karena pembuatan kerupuk bantal yang dirasa mudah
dan memanfaatkan proses bioteknologi konvensional sesuai judul dari tugas ini, kami
memutuskan membuat kerupuk bantal sebagai produk dari bioteknologi konvensional.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Bioteknologi berasal dari kata bio (hidup), teknos (teknologi), dan logos (ilmu) yang
secara harfiah berarti ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip biologi. Secara klasik atau
konvensional, bioteknologi dapat didefinisikan sebagai teknologi yang memanfaatkan organisme
atau bagian-bagiannya untuk mendapatkan barang dan jasa dalam skala industri untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sementara itu, dalam perkembangan lebih lanjut, bioteknologi
dapat juga didefinisikan sebagai pemanfaatan prinsip-prinsip dan kerekayasaan terhadap
organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi
organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.
a. Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional atau disebut juga bioteknologi tradisional masih
menggunakan teknik dan peralatan yang sederhana. Pada bioteknologi konvensional
prosesnya memanfaatkan mikroorganisme, proses biokimia, dan proses genetik alami.
Manipulasi yang dilakukan pada bioteknologi konvensional hanya pada kondisi
lingkungan dan media tumbuh (substrat), manipulasi ini belum sampai tahap rekayasa
genetika. Jika pun ada, rekayasa yang dilakukan bersifat sederhana dan perubahan bahan
genetik yang dilakukan tidak tepat sasaran.
Bioteknologi konvensional memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan bioteknologi konvensional diantaranya biaya produksi murah, teknologi
menggunakan peralatan sederhana, dan pengaruh jangka panjang sudah diketahui.
Sementara itu, kelemahan bioteknologi konvensional diantaranya perbaikan genetik tidak
terarah, memerlukan waktu relatif lama, belum ada pengkajian prinsip-prinsip ilmiah,
hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya, tidak dapat mengatasi ketidaksesuaian
genetik, hanya diproduksi dalam skala kecil, dan prosesnya relatif belum steril sehingga
kualitas hasilnya belum terjamin.
b. Bioteknologi Modern
Perkembangan ilmu-ilmu biologi seperti mikrobiologi, biologi sel, biologi
molekuler, biokimia, dan genetika sangat menentukan perkembangan bioteknologi
modern. Dalam bioteknologi modern, manipulasi tidak hanya dilakukan pada kondisi
lingkungan maupun media tumbuh, tetapi manipulasi juga dilakukan pada susunan gen
dalam kromosom makhluk hidup yang digunakan (rekayasa genetika). Oleh karena itu,
bioteknologi modern sangat erat dengan rekayasa genetika. Meskipun demikian,
penerapan bioteknologi modern tidak selalu menggunakan teknik rekayasa genetika. Ada
beberapa teknik seperti kultur jaringan dan kloning termasuk dalam bioteknologi modern
tetapi tidak menerapkan rekayasa genetika. Teknik-teknik tersebut termasuk dalam
bioteknologi modern karena dalam prosesnya menggunakan peralatan-peralatan yang
canggih.
Rekayasa genetika bertujuan menghasilkan organisme transgenik yakni
organisme yang susunan gen dalam kromosomnya telah diubah sehingga mempunyai
sifat menguntungkan sesuai dengan yang dikehendaki. Dengan demikian, hasil rekayasa
genetika bersifat lebih terarah atau dapat diramalkan sebelumnya.
Bioteknologi modern menghasilkan produk dalam skala industri menggunakan
organisme, sistem, atau proses bioteknologi. Bioteknologi modern juga memiliki
5
beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan bioteknologi modern diantaranya hasil
dapat diperhitungkan, dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik, perbaikan sifat
genetik dapat dilakukan secara terarah, dan dapat menghasilkan organisme yang sifat
barunya tidak ada pada sifat alaminya. Adapun kelemahan bioteknologi modern
diantaranya biaya produksi relatif lebih mahal, memerlukan teknologi canggih, dan
pengaruh jangka panjang belum diketahui.
2.3 Penerapan Bioteknologi
a. Bidang Pangan
Penerapan bioteknologi dalam memproduksi makanan dan minuman merupakan
aplikasi bioteknologi tertua. Aplikasi ini banyak dijumpai pada bioteknologi
konvensional melalui proses fermentasi. Perhatikan tabel di bawah.
Bioteknologi pangan yang lebih modern misalnya protein sel tunggal (PST) dan
mikoprotein.
2) Mikoprotein
Mikoprotein merupakan makanan sember protein yang berasal dari miselium
jamur. Mikoproteinn dihasilkan melalui proses fermentasi oleh jamur Furasium
graminearum menggunakan bahan-bahan seperti glukosa, garam amonia, serta zat
6
hara lainnya. Mikoprotein mengandung 47% protein, 14% lemak, 25% serat untuk
diet, 10% karbohidrat, 1% RNA, dan 3% abu.
b. Bidang Pertanian dan Peternakan
Bioteknologi modern banyak diaplikasikan di bidang pertanian dan peternakan
dengan memanfaatkan teknik DNA rekombinan. Teknik tersebut dilakukan dengan
tujuan memperoleh bibit unggul. Proses yang dilakukan dengan memindahkan gen
unggul dari satu organisme ke organisme lain melalui perantara mikroorganisme.
Aplikasi ini dapat dilihat pada proses pembuatan DNA rekombinan tumbuhan dengan
menggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens. Bakteri tersebut dipilih karena
mempunyai plasmid TI (tumor inducing) yang dapat bergabung dengan DNA
tumbuhan.
Proses DNA rekombinan pada tumbuhan dimulai dengan plasmid TI diisolasi dari A.
tumefaciens, kemudian disisipi dengan gen asing yang diinginkan. Setelah itu, plasmid
dimasukkan kembali ke A. tumefaciens. Selanjutnya, plasmid dicampur dengan sel-sel
tumbuhan. Setelah plasmid bergabung dengan sel-sel tumbuhan, A, tumefaciens akan
berkembang biak dengan menduplikasikan plasmid. Setelah itu, A. tumefaciens akan
mentransfer gen-gen baru ke dalam kromosom tumbuhan sehingga sel-sel tumbuhan
mengandung gen yang dicangkokkan pada A. tumefaciens. Sel-sel yang dihasilkan dari
proses DNA rekombinan kemudian ditumbuhkan dengan teknik kultur jaringan. Setelah
tumbuh membentuk plantlet, tanaman tersebut dapat ditanam di lahan pertanian.
Dengan demikian, tanaman yang dihasillkan akan memiliki sifat yang sesuai dengan gen
asing yang diinginkan. Tanaman hasil penyisipan gen ini disebut tanaman transgenik.
Beberapa contoh apllikasi bioteknologi modern di bidang pertanian sebagai berikut.
1) Padi Transgenik
Teknologi DNA rekombinan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman
padi rojolele transgenik yang mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi
yang tahan terhadap cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan
terhadap cuaca dingin caranya dengan memasukkan gen tahan dingin dari hewaan
yang hidup di tempat dingin ke dalam kromosom tanaman padi.
2) Bunga Antilayu
Hormon pertumbuhan yang mengakibatkan bunga menjadi layu adalah etilen.
Kelayuan pada bunga terjadi akibat adanya gen yang sensitif pada mahkota bunga.
Jika gen tersebut diganti dengan gen yang kurang sensitif, kelayuan pada bunga
dapat ditunda. Dengan metode ini telah dikembangkan anyelir transgenik yang
mampu bertahan segar selama 3 minggu. Sementara itu, anyelir normal bertahan
selama 3 hari.
3) Buah Tomat Tahan Bususk
Tomat tahan busuk atau lebih dikenal dengan nama Flavr Savr merupakan buah
hasil rekayasa genetika. Tomat Flavr Savr diciptakan dengan cara menyisipkan gen
antibeku yang diperoleh dari ikan flounder yaitu sejenis ikan yang mampu hidup
dalam perairan sedingin es di Antartika. Ikan flounder tersebut mempunyai gen
antibeku yang disebut gen antisense yang dapat menghambat enzim
poligalakturonase (enzim yang dapat mempercepat kerusakan dinding sel buah
tomat). Akibatnya, proses pelunakan tomat dapat diperlambat sehingga tidak cepat
busuk dan dapat disimpan dalam jangka waktu lebih lama.
4) Tanaman Kapas Antiserangga
Tanaman kapas transgenik antiserangga diperoleh dengan memasukkan gen delta
endotoksin Bacillus thuringiensis ke dalam tanaman kapas melalui teknik DNA
rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan memproduksi protein delta
endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan enzim yang diproduksi oleh lambung
serangga. Reaksi ini mengubah enzim tersebut menjadi racun. Dengan demikian,
serangga yang makan tanaman tersebut akan mengalami keracunan kemudian mati.
7
Beberapa contoh pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan sebagai
berikut.
8
imun untuk menyerang virus, bakteri, kanker, dan senyawa-senyawa asing lain.
Interferon tidak secara langsung membunuh sel-sel virus atau sel yang bersifat
kanker, tetapi interferon menaikkan respons sistem imun dan mengurangi
pertumbuhan sel-sel kanker. Atau dengan kata lain, interferon adalah senyawa
protein yang mampu memacu pertahanan tubuh manusia untuk melawan kuman
penyakit.
d. Bidang Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk manangani
pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian logam, bahan-bahan tambang yang
diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran). Oleh karena itu,
diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia tersebut
ternyata kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga banyak sisa
bahan tambang yang kemudian dibuang sebagai limbah. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan menggunakan bakteri Thiobacillus ferroxidans. Bakteri ini mampu
mengoksidasi belerang yang mengikat berbagai logam seperti tembaga, seng, dan
uranium membentuk logam sulfida. Bakteri tidak memanfaatkan logam-logam tersebut
sehingga nantinya logam akan dilepas ke air dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan
demikian, pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan dapat dikurangi dengan
memanfaatkan peran mikroorganisme.
Bioteknologi juga diterapkan untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan
minyak di laut. Tumpahan minyak tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan bakteri
Pseudomonas putida. Bakteri tersebut mampu menguraikan ikatan hidrokarbon pada
minyak bumi.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan:
10
BAB IV
1. Konsep bioteknologi terbukti dalam proses pembuatan kerupuk bantal, yaitu melalui
proses pengembangan adonan pukis ketika digoreng.
2. Pembuatan pukis ini merupakan contoh penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-
hari.
4.2 Pembahasan
Kerupuk bantal adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap tepung terigu
dengan ragi. Ragi mengandung mokroorganisme Saccharomyces cerevisiae yang
menyebakan terjadinya fermentasi.
Pada pembuatan kerupuk bantal, adonan tepung akan mengembang ketika digoreng.
Mengembangnya adonan tersebut dikarenakan terjadinya proses fermentasi yang
menghasilkan karbondioksida dan alkohol. Karbondioksida yang dihasilkan berguna untuk
mengembangkan adonan kerupuk bantal, sedangkan alkohol dibiarkan menguap. Ketika
adonan digoreng, akan terlihat bahwa adonan lebih mengembang dan ukurannya membesar.
Hal ini dikarenakan gas karbondioksida akan terus mengembang dalam suhu tinggi.
11
BAB V
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, kerupuk bantal yang kami hasilkan tidak mengembang
sempurna saat dipanggang. Setelah kami cari tahu, ternyata takaran ragi yang digunakan kurang,
dan terlalu banyak tepung. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk mempertimbangkan
takaran agar hasilnya memuaskan
12
LAMPIRAN
13
14
DAFTAR PUSTAKA
http://dunia-generasi-muda.blogspot.com/2014/04/laporan-pembuatan-donat.
http://www.academia.edu/22614596/
LAPORAN_PENELITIAN_BIOTEKNOLOGI_DONAT_KENTANG
http://cookpad.com/id/premium?query=kerupuk+bantal
https;//resepkoki.id/jenis-ragi-yeast-cara-kerja-kesalahan-pakai-dalam-membuat-kue/
15