Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Ketahanan Ikan Diluar Media

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

KETAHANAN IKAN DI LUAR MEDIA AIR

FISH RESISTANCE OUTSIDE THE WATER MEDIA

Aliyyah Farahdilla / C24190081


Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

ABSTRAK
Organisme akuatik merupakan organisme yang hidup di lingkungan perairan. Air sebagai ligkungan tempat
hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Ikan
menghabiskan hampir seluruh hidupnya didalam air karena alat pernafasan ikan (insang) hanya dapat
berfungsi didalam air. Namun, pada beberapa jenis ikan memiliki alat pernafasan tambahan yang masih dapat
aktif ketika berada diluar media air. Kebutuhan konsumsi oksigen ditentukan oleh ukuran ikan, durasi
pengangkutan transportasi, dan jumlah air yang dibutuhkan. Proses pengangkutan atau kegiatan transportasi
ikan hidup dalam jumlah yang banyak merupakan tantangan utama dalam akuakultur. Praktikum ini bertujuan
mengamati kemampuan suatu jenis ikan atau biota air dalam bertahan hidup di luar media hidupnya
Percobaan dilaksanakan pada Rabu 14 April 2021 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL dilakukan
dengan melakukan pengukuran terhadap ketahanan ikan di luar media air dengan menggunakan ikan nila
(Oreochromis niloticus), dan ikan lele (Clarias batcrachus). Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan lele
memiliki waktu bertahan pengeluaran mucus yang lebih lama dibandingkan ikan nila. Kurva tingkat kematian
kumulatif menunjukkan bahwa ikan lele memiliki waktu bertahan hidup yang lebih lama di luar media air
dibandingkan ikan nila.
KATA KUNCI: Ikan, ketahanan, oksigen.

ABSTRACT
Aquatic organisms are organisms that live in the aquatic environment. Water as an environment where
aquatic organisms live must be able to support the life and growth of aquatic organisms. Fish life in the water
because water have good characteristic for fish respiration . Some types of fish have additional breathing
apparatus to help last longer out of water . Fish that do not have additional respiratory pattern adaptation do
with mucus on the surface of the body to maintain body moisture. The need for oxygen consumption is
determined by the size of the fish, the duration of transportation, and the amount of air needed. The process of
transporting or transporting large quantities of live fish is a major challenge in aquaculture. This practicum
aims to observe the ability of a type of fish or aquatic biota to survive outside its life medium. The experiment
was carried out on Wednesday 14 April 2021 from 07.00-10.00 WIB at the Laboratory of Aquatic Animal
Physiology, Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor
Agricultural University. The experimental design carried out was a Factorial Randomized Complete (RAL).
RAL was carried out by measuring the resistance of fish outside the water medium using tilapia (Oreochromis
niloticus) and catfish (Clarias batcrachus). The result of the experiment showed that catfish have a longer
mucus secretion survival time than tilapia. The cumulative mortality curve shows that catfish have a longer
survival time outside the water medium than tilapia.
KEYWORDS: Fish, oxygen, resistance
PENDAHULUAN
Organisme akuatik merupakan organisme yang hidup di lingkungan perairan. Air
sebagai ligkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan
dan pertumbuhan organisme perairan (Muhtadi et al. 2015). Air sebagai sumber daya alam
sangat penting karena memiliki manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk lainnya seperti ikan dan organisme akuatik lainnya (Luukkonen dan Pehkonen
2017). Perairan mengandung oksigen terlarut yang digunakan organisme akuatik untuk
bernafas. Ikan merupakan organisme yang membutuhkan oksigen. Ikan mempunyai tingkat
kepekaan yang cukup tinggi terhadap pengaruh reaktif oksigen. Kurangnya kandungan
oksigen di perairan akan memicu angka kematian biota khususnya ikan selama proses
pengangkutan ikan hidup. Kebutuhan konsumsi oksigen ditentukan oleh ukuran ikan,
durasi pengangkutan transportasi, dan jumlah air yang dibutuhkan (Srineetha et al. 2014).
Menurut Tomasetti et al. (2018), bahwa kebutuhan organisme terhadap oksigen bergantung
pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis, dan juga bergantung pada variabel lingkungan seperti
pH, suhu, dan salinitas.
Ikan yang dikeluarkan dari medianya akan menunjukkan respon di dalam tubuh
ikan terhadap pengaruh lingkungan yang diberikan. Respon yang ditunjukan oleh
organisme akuatik dapat berupa respon fisiologis, respon biokimia, serta respon tingkah
laku khususnya pada ikan. Tingkat ketahanan untuk bertahan di luar media air berbeda-
beda tergantung dengan jenis, kondisi perubahan lingkungan yang terjadi pada perairan
serta kapasitas dari tubuh ikan (Belema et al. 2017). Respon fisiologi, biokimia, serta
tingkah laku menunjukkan bahwa ikan sedang beradaptasi pada perubahan lingkungan
(Hartini et al. 2013). Setiap jenis ikan memiliki toleransi yang berbeda dan tingkah
adaptasi yang berbeda terhadap ketahanan di luar media air.
Dalam budidaya ikan ada saat dimana ikan harus dipindahkan atau terjadi
pengangkutan ikan. Proses pengangkutan atau kegiatan transportasi ikan hidup dalam
jumlah yang banyak merupakan tantangan utama dalam akuakultur. Transportasi ikan
terbagi menjadi dua berdasarkan medianya, yaitu kering tanpa menggunakan air dan
transportasi sistem basah menggunakan air (Nani et al. 2015). Dalam melakukan
pengangkutan kering maka dibutuhkan pengetahuan tentang ketahanan ikan diluar media
air (Cook et al. 2015). Ikan umumnya tidak dapat mengambil oksigen di luar media
air, namun beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan yang dapat membantu
bertahan lebih lama di luar air. Ikan yang tidak memiliki alat pernapasan tambahan
melakukan pola adaptasi dengan mengeluarkan lendir pada permukaan tubuhnya
untuk mempertahankan kelembaban tubuhnya (Islami et al. 2017). Praktikum ini
bertujuan mengamati kemampuan suatu jenis ikan atau biota air dalam bertahan hidup di
luar media hidupnya.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Percobaan dilaksanakan pada Rabu, 14 April 2021. Pelaksanan percobaan
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan
dimulai pada pukul 07.00 sampai 10.00 WIB melalui zoom meeting.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum yaitu botol air mineral sebagai wadah uji,
timbangan digital untuk menimbang bobot ikan, lap atau tissue untuk membersihkan bagian
yang basah atau kotor, stopwatch berfungsi untuk mengukur lamanya waktu perlakuan,
gelas cup berfungsi sebagai wadah. Lakban hitam untuk menutup botol air mineral agar
tidak ada udara masuk, kain fiber sebagai penutup hewan uji dalam botol, serta gunting dan
cutter untuk memotong. Bahan yang digunakan adalah ikan lele dan ikan nila sebagai
sampel uji serta air sebagai media hidup ikan.

Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan ketahanan ikan lele dan nila diluar media dilakukan dengan
mengambil ikan didalam akuarium dan diletakkan kedalam gelas cup berisi air. Langkah
pertama botol air mineral dilubangi dengan cutter, kemudian diletakkan. Kain fiber
dibasahi dengan air. Kain fiber pertama yang sudah dibasahi dimasukkan kedalam botol,
dan ikan uji diletakkan didalam botol tepat diatas kain fiber. Selanjutnya, ikan ditutupi oleh
kain fiber kedua. Seluruh botol ditutup dengan lakban sampai tidak ada udara yang dapat
masuk ke dalam botol tersebut, Lakukan pengamatan terhadap ikan selama 20 menit sekali
sampai seluruh ikan dapat dipastikan benar-benar dalam keadaan mati. Catat waktu ketika
ikan mati, dan dibuat kurva tingkat kematian kumulatif ikan setelag pengamatan selesai.
Teliti dan bandingkan kemampuan ketahanan hidup ikan diluar media dari setiap spesies
ikan.

Pengambilan Data
Percobaan ini dilakukan untuk mengamati kemampuan ikan lele dan ikan nila dalam
Pengambilan data berfungsi dalam proses merumuskan hasil penelitian. Berikut merupakan
tabel parameternya:
Table 1 Parameter penentuan kebutuhan konsumsi oksigen terlarut

Parameter Satuan Alat/metode Lokasi pengamatan


Kelangsungan hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Frekuensi pergerakan - Pengamatan Laboratorium
operkulum
Jumlah mucus - Pengamatan Laboratorium

Tingkah laku ikan - Pengamatan Laboratorium

Parameter yang diukur


Berikut merupakan rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan ketahanan
ikan diluar media pada ikan lele dan ikan nila menurut Prihatiningsih (2013):
1. Kelangsungan hidup
SR =
Keterangan:
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir
N0 = Jumlah ikan awal

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) untuk dilakukan analisis data deskriptif, dengan penerapan satu perlakuan
terhadap beberapa jenis ikan. Data hasil respon organisme dianalisis secara statistik dan
deskriptif menggunakan sidik ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap kemudian diolah
dengan program excel for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Data hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Setiap perlakuan
dari hewan uji yang berbeda memiliki nilai yang berbeda pula. Berikut merupakan grafik
hasil percobaan pada setiap perlakuan yang diamati dengan sampel uji ikan lele dan ikan
nila.
Table 2 data input mucus yang dihasilkan hewan uji

NILA LELE
WAKTU
2 5 8 11 3 6 9 12
20 ADA ADA TIDAK ADA ADA ADA ADA TIDAK
40 ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA
60 ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA
80 ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA
100 ADA ADA ADA ADA
120 ADA ADA ADA
200 ADA ADA ADA
500 ADA ADA ADA
540 ADA ADA
580 ADA
620 ADA
660 ADA
1140

Berdasarkan tabel 2 data input mukus yang dihasilkan pada hewan uji,
menunujukkan hasil bahwa semua jenis ikan dapat bertahan hidup di luar media air.
Kelenjar mukus disekresikan paling sering pada ikan yang tidak memiliki sisik yaitu ikan
Lele. Sedangkan pada ikan Nila itu sendiri tidak didapati mukus pada menit ke-20 selama
diluar media air. Ketahanan hidup ikan di luar media yang ditunjukkan pada tabel
menghasilkan durasi ketahanan ikan dengan waktu yang berbeda-beda. Ikan nila hanya
dapat bertahan hingga menit ke-100 dan teradapat mukus yang dihasilkan. Ikan lele dapat
bertahan hingga menit ke-660 dan teradapat mucus yang dihasilkan. Data tersebut
menunjukkan bahwa ikan lele memiliki waktu bertahan pengeluaran mucus yang lebih
lama dibandingkan sampel ikan nila.
Gambar 1 grafik tingkat lama ikan bertahan hidup

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat diketahui bahwa ikan nila dan ikan lele memiliki
tingkat ketahanan bertahan hidup diluar media yang berbeda dengan perlakuan yang sama.
Ikan nila dapat bertahan hidup maksimal pada menit ke 100 dengan 4 kali pengulangan
berturt-turut adalah menit ke 80, 80, 100, dan 100. Ikan lele dapat bertahan hidup sampai
menit ke 660 dengan 4 kali pengulangan berturut-turut adalah menit ke 500, 660, 80, dan
540. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ikan lele memiliki waktu bertahan hidup yang
lebih lama di luar media air dibandingkan ikan nila. Hal ini dikarenakan ikan nila yang
tidak memiliki alat pernafasan tambahan.

Gambar 2 grafik tingkat kematian ikan kumulatif


Berdasarkan gambar 2 diatas dapat diketahui bahwa pada pengamatan ikan lele
pada 20 menit pertama menunjukkan tingkat kematian kumulatif sebesar 0%, pada menit
ke-40 sampai menit ke-140 sebesar 25%, pada menit ke-160 dan ke-180 sebesar 50%, pada
menit ke-200 sampai menit ke-600 sebesar 75%, dan pada menit ke-620 sampai menit ke
660 sebesar 100%. Ikan nila pada 20 menit pertama menunjukkan tingkat kematian
kumulatif sebesar 0%, pada menit ke-40 sebesar 25% dan pada menit ke-60 sampai menit
ke-100 sebesar 100%. Data yang ditunjukan pada grafik diatas memberi informasi bahwa
jenis ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan lebih mampu bertahan hidup lebih lama.

Pembahasan
Ikan menghabiskan hampir seluruh waktu hidupnya berada dalam air, kecuali
beberapa ikan yang dapat hidup dalam air. Hal ini berhubungan dengan sistem pernafasan
pada ikan, difusi oksigen melalui alat pernafasannya terutama insang hanya dapat terjadi
bila berada didalam air saja. Hal ini pun masih dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan DO
didalam air (Holt dan Jørgensen 2015). Perpindahan lingkungan hidup ikan dari perairan ke
daratan tentunya menuntut banyak kerja pada sistem respirasi biota akuatik. Hal tersebut
menyebabkan ikan-ikan khususnya yang memiliki alat pernafasan tambahan mengalihkan
kegiatan pengambilan okisgen O2 yang awal mulanya murni melalui insang, menjadi ke
organ pernafasan udara atau tambahan seperti rongga bukal-faring, kulit, dan lainnya untuk
menjaga kebutuhan oksigen yang masuk. Plastisitas dalam kegiatan pengangkutan oksigen
juga dapat berperan dalam meningkatkan respirasi pada ikan yang berada diluar medianya.
(Blanchard et al. 2018) menyatakan bahwa semakin cepatnya laju pengiriman darah berarti
denyut jantung juga makin cepat, maka akan meningkatkan intesitas pengangkutan oksigen
yang diperlukan.
Ikan dapat bertahan hidup di luar media air dipengaruhi oleh perbedaan alat
pernapasan yang dimiliki setiap jenis dan spesies ikan. Ketahanan hidup suatu jenis ikan
dapat diketahui melalui proses transportasi. Tingkat ketahanan ikan dalam bertahan hidup
di luar media air berbeda-beda tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis dan
variabel lingkungan seperti suhu dan tingkat kelembaban, dan juga pada beberapa ikan ada
yang memiliki alat pernafasan tambahan (Sahetapy 2013). Beberapa jenis ikan seperti lele
memiliki alat pernapasan tambahan berupa arboresen yang berfungsi memudahkan proses
pengambilan oksigen di permukaan sehingga jenis ikan ini dapat bertahan pada lingkungan
yang kurang oksigen (Primaningtyas et al. 2017). Selain itu, pada ikan gabus terdapat organ
pernafasan tambahan labirin, labirin tersebut memiliki fungsi dalam mengambil oksigen
dari udara sehingga ikan dapat bertahan hidup di daerah dengan kadar oksigen yang sedikit
(Dixon et al. 2017).
Keberadaan organ pernafasan tambahan seperti pada ikan lele menyebabkan
kemampuan bertahan di luar media air yang lebih baik daripada ikan nila. Dari hasil
pengamatan, diketahui bahwa ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan akan lebih
tahan berada diluar media air. Hal ini dikarenakan pada kondisi tanpa air, insang tidak akan
berfungsi, yang terjadi adalah ikan akan mencoba mempertahankan kelembaban tubuhnya
agar dapat tetap bernafas dengan cara mengeluarkan mukus. Namun, hal ini tidak dapat
dilakukan secara terus menerus oleh ikan sehingga ada batasnya hingga ia mati. Berbeda
dengan ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan, alat pernafasan tambahan tersebut
masih dapat berfungsi diluar media air walaupun tidak maksimal. Hal ini yang
menyebabkan ikan dengan pernafasan tambahan dapat bertahan lebih lama. Respon ketahan
ikan di luar media air juga di pengaruhi oleh keberadaan mucus yang dimiliki oleh suatu
organisme akuatik. Mukus merupakan faktor yang mempengaruhi Ikan Lele mampu
bertahan hidup lebih lama diluar media air, karena lender ini menjaga kelembapan tubuh
ikan (Maina 2018).
Hasil pengamatan tingkat kematian ikan disajikan dalam kurva tingkat kematian
kumulatif ikan yang menunjukkan adanya respon yang beragam dari setiap jenis ikan
terhadap kondisi di luar media air. Ikan nila cenderung memiliki waktu bertahan hidup
yang cukup singkat, yaitu berkisar dari menit ke 60-80. Ikan lele memiliki waktu bertahan
hidup yang lebih lama, yaitu berkisar pdari menit ke 60-660. Ikan lele cenderung memiliki
waktu bertahan hidup yang lebih lama atau memiliki nilai survival rate (SR) yang lebih
tinggi dibandingkan ikan nila. Frekuensi pergerakan operkulum yang semakin meningkat
dapat mengakibatkan peningkatan salinitas, hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai
salinitas maka semakin rendah kadar oksigen terlarut yang berada di dalam air. Oleh karena
itu, respon fisiologis ikan dalam mempertahankan oksigen di dalam tubuhnya dapat
dilakukan dengan menggerakkan operkulum (Mulyanti et al. 2018). Pergerakan operculum,
semakin rendah oksigen terlarut maka semakin tinggi frekuensi pergerakan operkulum
sebagai respon ikan agar mempertahankan oksigen dalam tubuhnya.
Hasil uji ANOVA pada parameter tingkat kelangsungan hidup (survival rate)
diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel, sehingga berdasarkan taraf
kepercayaan 95% perlakuan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
Perbedaan jenis ikan yang digunakan mempengaruhi ketahanan ikan di luar media air
sehingga perlakuan yang diuji tidak berpengaruh pada ketahanan ikan di luar media air. Hal
ini disebabkan karena tingkat ketahanan ikan berbeda-beda, misal pada ikan yang memiliki
organ pernapasan tambahan atau tidak sehingga dapat membantu ikan untuk tetap bertahan
di lingkungan yang minim oksigen (Kundu et al. 2016).

KESIMPULAN
Pada percobaan respirasi ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan bertahan hidup
setiap ikan berbeda saat diluar media air. Ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan
seperti arboresen pada ikan lele lebih mampu hidup lebih lama diluar air dibandingkan ikan
nila yang tidak memiliki alat bantuan pernafasan. Alat pernafasan tambahan membantu
ikan mengikat oksigen yang terdifusi didalam air lebih banyak serta dapat langsung
mendifusi oksigen dari udara dengan bantuan mukus. Lendir mukus yang keluar
membahasi tubuh ikan akan menjaga kelembapan tubuh ikan diluar media air.

SARAN
Praktikum akan lebih baik lagi bila percobaan dilakukan pada jenis ikan yang lebih
beragam, karna setiap percobaan selalu menggunakan ikan lele dan ikan nila, agar
praktikan dapat mengetahui tingkat konsumsi oksigen pada jenis ikan yang berbeda.
Praktikum juga sebaiknya menggunakan jenis ikan yang berbeda dan berasal dari laut atau
payau supaya praktikan mengetahui tingkat konsumsi oksigen maupun nilai toleransi
oksigen dari ikan laut atau payau juga.

DAFTAR PUSTAKA
Belema M, Idowu KO, Aghogho K, Ndubuisi A, Oluwakemi A, Stella U. 2017. Handling
and packaging of ornamental fishes for successful transportation. International
Journal of Fisheries and Aquatic studies. 5(5):263–265.
Blanchard TS, Whitehead A, Dong YW, Wright PA. 2018. Phenotypic flexibility in
respiratory traits is associated with improved aerial respiration in an amphibious fish
out of water. Journal of Experimental Biology. 222(2):1–11. doi:10.1242/jeb.186486.
Cook KV, Lennox RJ, Hinch SG, Cooke SJ. 2015. Un poisson hors de l’eau: Quelle est la
quantité d’air maximale admissible? Fisheries. 40(9):452–461.
doi:10.1080/03632415.2015.1074570.
Dixon RL, Grecay PA, Targett TE. 2017. Responses of juvenile Atlantic silverside, striped
killifish, mummichog, and striped bass to acute hypoxia and acidification: Aquatic
surface respiration and survival. Journal of Experimental Marine Biology and
Ecology. 493(1):20–30. doi:10.1016/j.jembe.2017.04.001.
Hartini S, Dwi Sasanti A, Hukama Taqwa F, Peneliti M, Pembimbing D. 2013. Kualitas air,
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus (Channa striata) yang
dipelihara dalam media dengan penambahan probiotik water quality, survival rate and
growth of snakehead (Channa striata) maintained in media with addition of probiotic.
Jurnal Akuakultur Rawa Idonesia. 1(2):192–202.
Holt RE, Jørgensen C. 2015. Climate change in fish: Effects of respiratory constraints on
optimal life history and behaviour. Biology Letters. 11(2):1–5.
doi:10.1098/rsbl.2014.1032.
Islami H, Prayogo S, Triyanto. 2017. Inventarisasi ektoparasit pada ikan patin (Pangasius
hypophthalmus) yang diberi pakan day old chick di Sungai Kelekar Desa Segayam.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 12(2):58–65.
Kundu S, Debnath S, Mondal T, Mukherjee M. 2016. A brief Study tudy on the Effects of a
common Household Detergent on Oreochromis sp. International Research Journal of
Environment Sciences. 5(5):41–47.
Luukkonen T, Pehkonen SO. 2017. Peracids in water treatment: A critical review. Critical
Reviews in Environmental Science and Technology. 47(1):1–39.
doi:10.1080/10643389.2016.1272343.
Maina JN. 2018. Functional morphology of the respiratory organs of the air-breathing fish
with particular emphasis on the African catfishes, Clarias mossambicus and C.
gariepinus. Acta Histochemica. 120(7):613–622. doi:10.1016/j.acthis.2018.08.007.
Muhtadi S, Yunasfi, Rais F, Azmi N, Ariska D. 2015. Acta Aquatica. Acta Aquatica.
2(2):83–89.
Mulyanti Y, Boesono H, Sardiyatmo. 2018. Analisis survival rate tawes (Barbonymus
gonionotus) terhadap perbedaan salinitas sebagai alternatif umpan hidup pada
penangkapan cakalang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 7(1):11–19.
Nani M, Abidin Z, Setyono BDH. 2015. Efektivitas sistem pengangkutan ikan nila
(Oreochromis sp) ukuran konsumsi menggunakan sistem basah, semi basah dan
kering. Akuakultur Rawa Indonesia. 3(2):84–90.
Primaningtyas AW, Hastuti S, Subandiyono. 2017. Performa produksi ikan lele (Clarias
gariepinus) yang dipelihara dalam sistem budidaya berbeda. Journal of Aquaculture
Management and Technology. 4(4):95–100. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jamt%0APERFORMA.
Sahetapy JM. 2013. Pengaruh perbedaan volume air terhadap tingkat konsumsi oksigen
ikan nila ( Oreochromis sp .) ( The Effects of Difference Water Volume to The
Oxygen Consumption of Nile Tilapia ( Oreochromis sp . ). Jurnal TRITON. 9(2):127 –
130.
Srineetha U, Venkata Reddy M, Bhaskar M. 2014. Effect of environmental acidic pH on
oxygen consumption of fish, cyprinus carpio (L.). Nature Environment and Pollution
Technology. 8(8):17–21.
Tomasetti SJ, Morrell BK, Merlo LR, Gobler CJ. 2018. Individual and combined effects of
low dissolved oxygen and low pH on survival of early stage larval blue crabs,
Callinectes sapidus. PLoS ONE. 13(12):1–16. doi:10.1371/journal.pone.0208629.

Lampiran 1 Tabel ANOVA

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 3440.191388 2 1720.096 2.078426 0.130963 3.095433
Within Groups 76138.75598 92 827.5952

Total 79578.94737 94
Lampiran 2 Tabel Kematian Satu Kelas

NILA LELE
WAKTU
2 5 8 11 3 6 9 12
20 HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
40 HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
60 HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
80 MATI MATI HIDUP MATI HIDUP HIDUP MATI HIDUP
100 MATI HIDUP HIDUP HIDUP
120 HIDUP HIDUP HIDUP
200 HIDUP HIDUP HIDUP
500 MATI HIDUP HIDUP
540 HIDUP MATI
580 HIDUP
620 HIDUP
660 MATI
1140

Lampiran 3 Screenshoot Jurnal

Anda mungkin juga menyukai