Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
538 tayangan15 halaman

Laporan Praktikum Acara 1 KL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TANAH ACARA I PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH

Disusun: Nama NIM Golongan Asisten : Riko Cahya Putra : 11340 : B3 : Khusnun Perwita Rani

LABORATORIUM KIMIA TANAH KUNINGAN JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010 ACARA I

PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH


ABSTRAKSI Kadar lengas adalah kandungan uap air dalam pori tanah. Dalam percobaan, cuplikan tanah dioven pada suhu 105C agar kandungan air yang menguap bias optimal. Dari percobaan diperoleh hasil kadar lengas tertinggi terdapat pada tanah Histosol, kemudian tanah Andisol dan yang paling rendah adalah tanah Entisol. Praktikum acara II yang berjudul Penetapan Kadar Lengas Tanah ini dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Mei 2010 di Laboratorium Kuningan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam praktikum ini digunakan 5 macam jenis tanah yaitu Inceptisol, Ultisol, Alfisol, Rendzina, dan Vertisol. Alat-alat yang digunakan antara lain botol timbang, oven 105C, dan timbangan (ketelitian mg). Berdasarkan praktikum diperoleh pada tanah 0,5 mm kadar lengas Inceptisol sebesar 18,86 %, kadar lengas Ultisol sebesar 21,075%, kadar lengas Alfisol sebesar 14,93%, dan kadar lengas Vertisol sebesar 10,755%. Sedangkan untuk 2 mm, kadar lengas Inceptisol sebesar 20,165%, kadar lengas Ultisol sebesar 22,015%, kadar lengas Alfisol sebesar 26,89 %, dan kadar lengas Vertisol sebesar 17,22%.

I. PENDAHULUAN A. Tujuan Menghitung dan menetapkan kadar lengas berbagai jenis tanah. B. Tinjauan Pustaka Air diikat dalam tanah dalam ruangan-ruang pori oleh gaya tarikan pada permukaan koloid, oleh tegangan permukaan dalam kapiler, dan oleh tarikan pada inoion. Dalam kondisi basah, semua pori tanah terisi oleh air. Tanah tersebut dianggap berada pada kapasitas memegang air maksimum. Dalam kondisi ini potensial matrik m= 0. Air lebihan bebas bergerak dalam tanah dengan gaya gravitasi. Pergerakan ini, yang disebut drainase, biasanya menghasilkan sejumlah pengaruh yang tidak diinginkan, seperti penggenangan dan pelinihan hara (Radjagukguk, 1991). Penyebaran curah hujan di Indonesia cukup beragam dari pulau ke pulau, dari permukaan laut ke puncak gunung. Dari barat ke timur ada kecenderungan menurun curah hujan, sedangkan dari permukaan laut meningkat dengan ketinggian dan mencapai maksimum pada ketinggin tertentu, kemudian menurun pada ketinggian berikutnya. Curah hujan meningkat dari permukaan laut dan mencapai maksimum sebesar 3681 mm pada ketinggian 1844 m. Sehubungan dengan curah hujan, tanah order mollisol terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 300 sampai 1.000 mm per tahun (Munir, 1995).

Pembahasan tata air dan udara erat hubungannya dengan pembahasan penyebaran pori-pori di dalam tanah. Terdapat bermacam-macam ukuran pori-pori tanah yang fungsinya bagi pertumbuhan tanaman dapat berbeda-beda. Ukuran pori tanah dapat dibedakan menjadi dua macam (Foth, 1984) yaitu : 1. Pori yang berguna Pori yang diisi air yang tersedia dan oleh udara tanah atau dalam keadaan jenuh seluruhnya diisi air termasuk air drainase untuk pembuangan. Ukurannya lebih dari 0,2 mikron. 2. Pori yang tidak berguna Pori yang mengandung air sedemikian rupa sehingga akar tanaman tidak dapat menghisapnya. ( Pada keadaan ini tanaman akan layu ) ukurannya kurang dari 0,2 mikron. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi dapat direkayasa oleh manusia dengan menggunakan istilah hujan buatan, walaupun pada hakikatnya yang dimaksud hujan buataan hanya berupa stimulan uap air yang sudah ada di atmosfer kemudian dikondensasikan, sehingga air jatuh di permukaan bumi. Keterbatasan IPTEK masih mewarnai teknologi hujan bautan tersebut baik ditinjau dari aspek biaya, akurasi, dan waktu masih merupakan kendala yang serius dan belun dapat dikendalikan oleh manusia (Munir, 1994). Tanah dengan kandungan bahan organik dan liat tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungannya dengan air dan udara. Kemampuan tanah untuk menyimpan air diantaranya hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan dan kecepatan pertumbuhan. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisik tanah untuk mengetahui kemampuan menyerap air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman (Anonim, 2007). Pola curah hujan juga penting untuk menginterpretasikan data lengasan tanah. Curah hujan Maret umumnya di Atas Rata-Rata dan lengasan tanah yang dipengaruhi selama awal April, ketika pertumbuhan tanaman penutup tanah terbesar. curah hujan Maret dan April adalah terutama penting di dalam sistem tanaman penutup tanah karena guna air tanaman penutup tanah boleh menghabiskan lengasan tanah kepada kerusakan dari panen jagung yang berikut. Efisiensi guna air tanaman penutup tanah sudah dilaporkan untuk mencakup dari 20 juta Mg1. Curah Hujan Pada Bulan Mei sampai

Agustus juga mempengaruhi karena konservasi air yang potensial bermanfaat bagi yang disediakan oleh residu tanaman penutup tanah (Clark et al., 2007).

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Kadar Lengas 0.5 mm 2 mm
18,86 % 21,075 % 14,93 % 10,755 % 20,165 % 22,015 % 26,89 % 17,22 %

No 1. 2. 3. 4. Contoh perhitungan : Alfisol

Tanah Inceptisol Ultisol Alfisol Vertisol

< 0,5 KL = (b-c)(c-a) x 100%

FK

= 100+KL100 = 100+23,76100 = 1,24

= (29,48-26,85)(26,85-15,78) x 100% = 2,6311,07 x 100% = 23,76% < 2 KL = (b-c)(c-a) x 100% FK

= 100+KL100 = 100+24,88100 = 1,25

= (35,7-33,18)(33,18-23,01) x 100% = 2,5310,17 x 100% = 24,88%

B. Pembahasan Histogram kadar lengas tanah 0,5mm

Histogram kadar lengas tanah 2mm

Kadar legas merupakan kemampuan tanah untuk menyimpan uap air dalam poriporinya. Kadar lengas pada suatu jenis tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, dan lempung tanah, relief, serta adanya bahan penutup tanah. Kadar lengas tanah erat kaitannya dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis yaitu lengas tanah (soil moisture), air tanah (soil water) yaitu air yang berada dalam tanah baik yang berada di permukaan tanah sampai yang berada di pori dan lapisan kedap air, dan air tanah (ground water) yaitu lapisan air kontinue yang berada ditanah bagian dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung tanah, relief dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik. Faktor bahan organik dan lempung mempunyai peran yang penting dalam mengatur kandungan lengas tanah yaitu sebagai penyimpan atau penyekap air. Hal ini disebabkan ukuran keduanya yang berupa koloid sehingga mempunyai luas permukaan jenis besar, yang berakibat pada kemampuannya menyimpan air yang relatif besar. Manfaat mengetahui kadar lengas adalah kita dapat mengetahui kebutuhan air dari persawahan, menduga kehilangan air selama kegiatan pengairan, dan kita juga dapat mengetahui daya simpan air. Selain itu juga dapat untuk mengetahui penyerapan hara dan bagaimana pernapasan akar-akar tanaman. Hal ini sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan juga sangat penting sekali atau sangat berpengaruh terhadap produksi dari tanaman. Jika kandungan uap air yang ada di dalam tanah tidak mencukupi atau kurang bisa disesuaikan tanaman yang cocok ditanam pada jenis tanah yang mempunyai kandungan lengas yang sedikit. Sebaliknya, jika kandungan uap air tinggi berarti bisa di tanam tanaman yang suka dengan daerah yang lembab dan basah dengan lengas yang tinggi Anasir iklim yang berpengaruh besar pada lengas tanah adalah selisih antara curah hujan (water input) dengan besarnya penguapan, evaporasi (water output) yang menentukan suatu tanah akan mengalami defisit atau surplus. Sedangakan kandungan bahan organik dan lempung berperan sebagai penyimpan air karena ukuran lempung berupa koloid dan mempunyai luas permukaan jenis besar. Faktor relief berpengaruh terhadap percepatan kehilangan lengas. Sedangkan faktor penutup tanah berperan untuk mengurangi evaporasi, sehingga kandungan lengas lebih awet. Hal ini menyebabkan kadar lengas dalam tanah tidak sama antara satu tanah dengan tanah yang lain.

Berdasarkan praktikum diperoleh pada tanah 0,5 mm kadar lengas Inceptisol sebesar 18,86 %, kadar lengas Ultisol sebesar 21,075%, kadar lengas Alfisol sebesar 14,93%, dan kadar lengas Vertisol sebesar 10,755%. Sedangkan untuk 2 mm, kadar lengas Inceptisol sebesar 20,165%, kadar lengas Ultisol sebesar 22,015%, kadar lengas Alfisol sebesar 26,89 %, dan kadar lengas Vertisol sebesar 17,22%. Dari hasil pengamatan diketahui jenis tanah yang memiliki kadar lengas dari yang terkecil sampai yang terbesar dimulai dari tanah entisol, tanah alfisol, tanah ultisol, tanah vertisol dan tanah rendzina. Hal tersebut disebabkan karena bahan induk tanah entisol yang berupa pasir, endapan marine dan bertekstur halus sehingga permeabilitasnya cepat. Tanah alfisol memiliki tekstur lempunng-lempung debu dan bahan induknya berupa kapur, sehingga tingkat permeabilitasnya lambat. Tanah ultisol mermiliki ciri yang mirip dengan tanah alfisol, perbedaan dapat dilihat dari kadar pHnya. Tanah vertisol memiliki bahan induk yang terdiri dari gamping dan teksturnya lempung, sehingga tingkat permeabilitasnya lambat. Pada praktikum kali ini digunakan metode gravimeteris, yaitu dengan menghitung kadar lengas kering udara yang didapat dari selisih berat lengas sebelum dan setelah dikeringkan. Alasan digunakannya metode gravimeteris ini adalah karena metode ini lebih murah dan cepat. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan, yaitu ketika dilakukan penimbangan harus dengan seteliti mungkin. Kelemahan metode ini adalah jika terjadi kekeliruan dalam hal penimbangan, maka akan didapat hasil yang tidak akurat.

IV. PEMBAHASAN ISU TERKINI Salah satu budidaya pertanian yang dikembangkan di lahan rawa lebak pada musim kemarau adalah budidaya tanaman cabai. Tanaman cabai merupakan jenis tanaman yang menguntungkan dari segi ekonomi dibandingkan jenis tanaman lain. Tanaman cabai termasuk jenis komoditi yang banyak ditanam di lahan rawa lebak pada musim kemarau. Permasalahan yang dihadapi pada usahatani cabai di lahan rawa lebak adalah kekeringan, oleh karena itu diperlukan teknologi budidaya yang dapat mempertahankan kadar air tanah sehingga tanaman cabai dapat tumbuh baik dan memberikan hasil yang maksimal (Mawardi, 2005). Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian masih sedikit karena sulitnya mempertahankan kadar lengas tanah. Kebutuhan tanaman akan air sangat penting untuk menjamin keberhasilan suatu kegiatan budidaya tanaman. Kekurangan dan kelebihan air disekitar tanaman akan mempengaruhi proses fisiologis suatu tanaman. Pemilihan jenis tanaman yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan suatu budidaya karena kita dapat menyesuaikan ketersediaan air tanaman dengan kebutuhan tanaman. Sehingga diharapkan bahwa tanaman tidak mengalami kelebihan dan kekurangan air. V. KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas antara lain iklim, kandungan bahan organik dan lempung tanah, relief, serta adanya bahan penutup tanah. 2. Berdasarkan praktikum diperoleh pada tanah 0,5 mm kadar lengas Inceptisol sebesar 1,626%, kadar lengas Ultisol sebesar 8,312%, kadar lengas Alfisol sebesar 10,140%, kadar lengas Rendzina sebesar 14,290%, dan kadar lengas Vertisol sebesar 11,334%. 3. Untuk tanah 2 mm, kadar lengas Inceptisol sebesar 1,421%, kadar lengas Ultisol sebesar 10,599%, kadar lengas Alfisol sebesar 10,095%, kadar lengas Rendzina sebesar 14,679% dan kadar lengas Vertisol sebesar 10,841%. 4. Pemahaman mengenai kadar lengas sangatlah penting di bidang pertanian sebab lewat proses pengaturan lengas ini akan dikontrol pula serapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kadar Lengas Tanah. <http://www.missouryuniversity.com>. Diakses tanggal 10 Juni 2010. Clark, A. J., Meisinger. J. J, Decker. A. M, and Mulford. F. R. 2007. Effects of a grass-selective herbicide in a vetchrye cover Crop system on corn grain yield and soil moisture. Agronomy Journal 99: 43-48. Forth, H.D. 1984. Fundamental of Soil Science. John Wiley and Son, New York. Mawardi, N., Fauziati. Dan R. S. Simatupang. 2005. Pengelolaan Lengas Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Variets Cabai Lahan Rawa Lebak. Balai penelitian Pertanian Lahan Rawa : 339-346. Munir, H. M. 1994. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta. Munir, H. M. 1995. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta. Radjagukguk, B. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lampiran Kadar Lengas Tanah I. Inceptisol

Perhitungan

a. 0,5 mm
KL1 = bc 26,42 26,34 X 100% = X 100% = 1,626% ca 26,34 21,42

KL2 =

bc 25,33 25,25 X 100% = X 100% = 1,626% ca 25,25 20,33


KL1 + KL2 1,626% + 1,626% = X 100% = 1,626% 2 2

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 1,626 100

fk = 1,016

b. 2,0 mm

KL1 =

bc 25,23 25,17 X 100% = X 100% = 1,215% ca 25,17 20,23


19,62 19,54 X 100% = 1,626% 19,54 14.62

KL2 =

KLrata rata =

KL1 + KL2 1,215% + 1,626% = = 1,4205% 2 2

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 1,421 100

fk = 1,014

I. Ultisol

Perhitungan

a. 0,5 mm

KL1 =

bc 19,88 19,49 100% = = 8,369% ca 19,49 14,83


bc 25,40 25,02 100% = = 8,225% ca 25,02 20,40

KL2 =

KLrata rata =

KL1 + KL2 8,369% + 8,225% = = 8,312% 2 2

Faktor Koreksi (fk) : < 0,5 mm Ul. 1 Ul. 2 14,83 20,40 19,88 25,40 19,49 25,02 8,369 8,225 8,312 1,083 < 2 mm Ul. 1 24,86 29,00 28,57 11,590 10,599 1,106 Ul. 2 24,85 29,87 29,43 9,607

a b c KL (%) KL rata-rata (%) fk

fk =

100 + 8,312 100

fk = 1,083

b. 2 mm

KL1 =

bc 29,00 28,57 100% = 100% = 11,590% ca 28,57 24,86

Kl 2 =

bc 29,87 29,43 100% = 100% = 9,607% ca 29,43 24,85 KL1 + KL2 11,590% + 9,607% = = 10,599% 2 2

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 10,599 100

fk = 1,106

I. Alfisol

Perhitungan

a. 0,5 mm

a b c KL (%) KL rata-rata (%) fk

< 0,5 mm Ul. 1 Ul. 2 15,57 24,98 20,63 30,02 20,16 29,56 10,24 10,04 10,140 1,101

< 2 mm Ul. 1 25,24 30,27 29,80 10,3 10,095 1,101 Ul. 2 31,87 36,87 36,42 9,89

KL1 =

bc 20,63 20,16 100% = 100% = 10,24% ca 20,16 15,57

KL2 =

bc 30,02 29,56 100% = 100% = 10,04% ca 29,56 24,98


KL1 + KL2 10,24% + 10,04% = = 10,140% 2 2

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 10,140 100

fk = 1,101

b. 2 mm

KL1 =

bc 30,27 29,80 100% = 100% = 10,3% ca 29,80 25,24 bc 36,87 36,42 100% = 100% = 9,89% ca 36,42 31,87 KL1 + KL2 10,3% + 9,89% = = 10,095% 2 2

Kl 2 =

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 10,095 100

fk = 1,101

I. Vertisol

Perhitungan

a. 0,5 mm

KL1 =

bc 29,87 29,35 100% = 100% = 11,581% ca 29,35 24,86

KL2 =

bc 27,85 27,35 100% = 100% = 11,086% ca 27,35 22,84


KL1 + KL2 11,581% + 11,086% = = 11,334% 2 2

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) : < 0,5 mm Ul.1 Ul.2 24,86 22,84 29,87 27,85 29,35 27,35 11,581 11,086 11,334 1,113 < 2 mm Ul.1 Ul.2 13,65 20,60 18,67 25,60 18,18 25,11 10,817 10,865 10,841 1,108

a b c KL (%) KL rata-rata (%) fk

fk =

100 + 11,334 100

fk = 1,113

b. 2 mm

KL1 =

bc 18,67 18,18 100% = 100% = 10,817% ca 18,18 13,65 bc 25,60 25,11 100% = 100% = 10,865% ca 25,11 20,60 KL1 + KL2 10,817% + 10,865% = = 10,841% 2 2

Kl 2 =

KLrata rata =

Faktor Koreksi (fk) :

fk =

100 + 10,841 100

fk = 1,108
ABSTRAK Tanaman cabai merupakan komodita yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan rawa lebak pada musim kemarau sebagian besar kering dan berpotensi untuk ditanami berbagai tanaman seperti palawija dan sayuran. Namun masalah yang sering muncul adalah adanya cekaman kekeringan. Pengelolaan lengas tanah melalui penerapan cara penyiapan lahan dan pemberian mulsa diharapkan dapat mengendalikan laju hilangnya air dari dalam tanah, sehingga tanaman terhindar dari kekeringan. Penelitian pengelolaan lengas tanah dilaksanakan di KP. Tawar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, pada MK 2004. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama tiga cara penyiapan lahan: tanpa olah tanah + mulsa gulma, olah tanah + mulsa gulma dan tanpa olah tanah tanpa mulsa, sedang faktor kedua tiga varietas cabai: Jatilaba, Tit Super dan Hot Chili. Mulsa gulma diberi setara dengan 6,0 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas cabai berpengaruh terhadap berat berangkasan, jumlah buah/pohon dan hasil dengan rata-rata produksi adalah 7,65 t/ha varietas Jatilaba, 11,27 t/ha varietas Tit super dan 13,19 t/ha Hot Chili (Mawardi et al., 2005). ABSTRACT Cover crop spring kill date and species affect spring water use by covers, summer moisture conservation by cover crop residue, and yield of subsequent corn (Zea mays L.). Data are needed on spring management strategies for cover crop mixtures of hairy vetch (HV) (Vicia villosa Roth) and cereal rye (Secale cereale L.), compared to pure stands, to make accurate corn fertilizer nitrogen (FN) recommendations and to optimize moisture use vs. conservation by cover crop mixtures. A 2-yr study evaluated a grass-selective herbicide (GSH) applied in late March to a pure rye cover and a vetchrye mixture, allowing the vetch to accumulate N until early May. These treatments were compared to early May-killed pure rye, pure vetch, vetchrye mixture, and no-cover control. Corn FN rates of 0, 45, 90, 180, and 270 kg ha1 were applied in June. Corn grain yield was greater following pure stands of vetch than following any other cover crop treatment, regardless of kill date. The average economic optimum FN rate was about 150 kg N ha1 without a cover. With a cover crop and compared to the control, the hairy vetch replaced about 80 kg FN ha1, the vetch rye mixture replaced about 15 kg FN ha1, while the pure rye removed an additional 50 kg FN ha1.

Spring soil moisture (020 cm) beneath growing covers was greater than or equal to the no-cover controls throughout the spring and the summer. There was no significant difference in corn FN response for the early kill date of rye with a GSH, compared with the conventional late-kill date (Clark et al., 2007).

Anda mungkin juga menyukai